BMKG 17 Nov 22 Cuaca Hujan
BMKG 17 Nov 22 Cuaca Hujan
Berdasarkan pantauan citra satelit, distribusi awan konvektif signifikan selama 24 jam terakhir terdapat
di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kep. Riau, Bengkulu, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Banten,
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, Papua
Barat, dan Papua.
• Catatan Hujan Harian Jabodetabek
1 Pintu Air Pulo Gadung 66.0 mm
2 Bukit Duri 1 62.0 mm
3 Halim PK 62.0 mm
4 Manggarai 60.0 mm
5 Setiabudi Timur 58.0 mm
6 Stageof Tangerang 57.7 mm
7 Kembangan Utara 55.0 mm
8 ARG Tomang 52.0 mm
9 Cempaka Baru 52.0 mm
10 Pulomas 50.2 mm
11 Walikota Jaktim 50.0 mm
12 Pompa Cideng 49.0 mm
13 Waduk Melati 48.0 mm
14 Karet 48.0 mm
15 ARG Kelapa Gading 47.4 mm
16 Istana 46 mm
17 Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok 45 mm
18 Pompa Perdatan 44 mm
19 Stasiun Meteorologi Kemayoran 42.4 mm
20 Teluk Gong 42 mm
Kejadian Bencana Akibat Cuaca Ekstrem
− Pemantauan Debu Vulkanik dari Citra Satelit Himawari tanggal 17 November 2022 Pukul 07.00 WIB, sebaran
debu vulkanik:
• Gn. Ibu : sebaran debu vulkanik tidak terdeteksi.
• Gn. Dukono : sebaran debu vulkanik tidak terdeteksi.
PROGNOSIS
Hasil analisis kondisi iklim global menunjukkan kondisi La Nina Lemah dengan nilai SOI sebesar +7.5 dan
1 nilai Nino3.4 sebesar -0.67 yang secara umum memberikan latar belakang atmosfer yang lebih basah di
wilayah Indonesia bagian timur daripada kondisi normalnya.
Hasil analisis kondisi regional tanggal 17 November 2022 :
1) Analisis OLR, MJO, dan aktivitas gelombang ekuator menunjukkan kecenderungan peningkatan
aktivitas konveksi di sebagian besar Pulau Sumatera dan Jawa, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Bali, Pulau Sulawesi, sebagian Maluku Utara, Maluku dan sebagian besar Papua.
2 2) Pantauan sirkulasi dan daerah konvergensi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan
pertumbuhan awan hujan di sebagian besar Pulau Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan bagian
utara, Kalimantan Barat dan Tengah, Sulawesi bagian tengah, Barat dan Utara, Maluku Utara, Maluku,
Papua Barat, dan Papua.
Hasil analisis kondisi lokal/mikro menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan aktivitas konvektif
akibat kondisi labilitas yang kuat di wilayah Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
3
Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sebagian Besar Kalimantan, Sebagian besar Sulawesi, Sebagian
besar Maluku dan Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.
PRAKIRAAN 3 HARI KE DEPAN
Dasar Prakiraan
Pada November dasarian II- Desember dasarian I 2022 umumnya diprakirakan curah hujan berada di
kriteria rendah-menengah (10-150 mm/dasarian). Wilayah yang diprakirakan mengalami hujan
kategori tinggi-sangat tinggi (>150 mm/dasarian) : Pada November dasarian II meliputi sebagian
sebagian kecil Aceh bagian Selatan, Sumatera bagian Selatan, Jambi bagian Barat, sebagian besar Pulau
1.
Jawa, Bali,Nusa Tenggara, sebagian kecil Kalimantan Barat dan Timur, sebagian kecil Sulawesi Selatan
dan Sulawesi Barat.. Pada November dasarian III meliputi sebagian Pulau Jawa bagian Selatan, Sulawesi
Selatan bagian Selatan, Bali, sebagian NTB dan sebagian NTT; Pada Desember dasarian I meliputi
sebagian kecil Sulawesi Selatan bagian Selatan dan sebagian kecil Nusa Tenggara Timur.
Berdasarkan model filter spasial MJO pada tanggal 18-19 November 2022, gangguan fenomena MJO
diprakirakan terpantau aktif di Samudera Hindia sebelah barat Sumatera, sebagian besar pulau
2. Sumatera, Selat Malaka, Kep.Riau, Laut Natuna, Laut Cina Selatan, Kalimantan Barat bagian barat, pulau
Jawa, Bali, NTB yang berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah
tersebut.
Gelombang Ekuator yang terjadi di wilayah Indonesia, yakni:
a. Gelombang Rossby Ekuator yang berpropagasi ke arah barat mencakup wilayah Samudra Hindia
barat daya Banten, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku, Laut
Halmahera, Laut Banda, Laut Arafura, Laut Timor, Papua Barat, Papua dan Samudra Pasifik utara
Papua yang berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
b. Gelombang Kelvin yang berpropagasi ke arah timur mencakup wilayah Sumatera Barat, Riau,
Sumatera Utara, Jambi, Samudra Hindia barat daya Banten hingga selatan Jawa, pulau Jawa, Bali,
NTB dan NTT yang berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah
3. tersebut.
c. Gelombang dengan Low Frequency yang cenderung persisten mencakup sebagian besar wilayah
Indonesia.
d. Kombinasi antara MJO, gelombang tipe Low Frequency, gelombang Rossby Ekuator, dan gelombang
Kelvin pada wilayah dan periode yang sama yakni di wilayah Samudera Hindia barat Sumatera,
sebagian besar Sumatera, Samudra Hindia barat daya Banten hingga selatan Jawa, pulau Jawa, Bali,
NTB, NTT, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku, Laut Banda, Laut
Arafuru, Papua Barat dan Papua bagian selatan yang dapat meningkatkan aktivitas konvektif serta
pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah tersebut.
Bibit Siklon Tropis 94S berada di Samudera Hindia Barat Daya Banten, dengan kecepatan angin
maksimum mencapai 25 knot dan tekanan minimum 1007 hPa. Bibit siklon tropis ini cenderung bergerak
ke arah tenggara dengan potensi menjadi siklon tropis dalam 24 jam kedepan berada pada kategori
4
rendah. Sistem ini membentuk daerah pertemuan/perlambatan kecepatan angin (konvergensi)
memanjang dari Kep. Nias hingga Samudra Hindia Selatan Banten, di Pesisir Barat Sumatera Barat hingga
Lampung, dari Banten-Jawa Barat hingga Jawa Tengah.
Daerah Tekanan Rendah berada di Perairan Selatan Filipina yang membentuk daerah konvergensi yang
5. memanjang dari Laut Sulawesi, Laut Halmahera hingga Samudra Pasifik Timur Filipina dan daerah
pertemuan angin (konfluensi) di Perairan Papua Barat hingga Samudra Pasifik Timur Filipina.
Sirkulasi Siklonik berada berada di Perairan Utara Kalimantan dan di Perairan Maluku yang membentuk
daerah konvergensi memanjang dari Kalimantan Barat hingga Kalimantan Timur, dari Laut Sulu hingga
Perairan Utara Pulau Kalimantan, dari Papua hingga Laut Banda. Daerah konvergensi lain terpantau
6.
memanjang dari Jawa Tengah hingga Laut Jawa. Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi
pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah daerah tekanan rendah/ sirkulasi siklonik dan di sepanjang
daerah konvergensi/ konfluensi tersebut.
Labilitas Lokal Kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di wilayah Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta,
7. Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
Potensi Hujan dari Citra Satelit Himawari
Tanggal 17 November 2022 pukul 09.40 WIB
17 November 2022
Probabilistik > 60% untuk potensi hujan lebat >50mm tidak terdapat di wilayah Indonesia
18 November 2022
Probabilistik > 60% untuk potensi hujan lebat >50mm terdapat di wilayah Jawa Timur
19 November 2022
Probabilistik > 60% untuk potensi hujan lebat >50mm tidak terdapat di wilayah Indonesia
nini
PRAKIRAAN CUACA INDONESIA 3 HARI KE DEPAN
18 November 2022
Pagi Siang Malam Dini hari
(07.00 - 13.00) (13.00 – 19.00) (19.00 – 01.00) (01.00 – 07.00)
• Cerah Berawan • Berawan, • Berawan • Berawan
• Hujan sedang di
Jaksel, dan Jaktim
19 November 2022
Pagi Siang Malam Dini hari
(07.00 - 13.00) (13.00 – 19.00) (19.00 – 01.00) (01.00 – 07.00)
• Cerah berawan • Berawan, • Berawan • Berawan
• Hujan sedang di
Jaksel, dan Jaktim
REMARKS
1. Secara umum curah hujan tiga hari ke depan yang berpotensi menyebabkan bencana hidrometeorologi
seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor yaitu di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Riau, Kep. Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat,
DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
2. Hujan dengan intensitas lebat di wilayah perairan berpotensi terjadi di Samudra Hindia barat Sumatera -
Selatan NTB, perairan barat Sumatera, Selat Malaka, Laut China Selatan, Selat Karimata, Selat Sunda, Laut
Jawa, Laut Bali, Laut Flores, Laut Sawu, Selat Makassar, Laut Sulu, Laut Sulawesi, Laut Banda, Perairan
Maluku-Maluku Utara, Laut Seram, Teluk Bintuni, Teluk Cendrawasih, Laut Arafuru, dan Perairan utara
Papua.
3.