Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI

PADA Ny.W DENGAN LAPARATOMY EKPLORASI ILEUS OBTRUKTIF TEKHNI


K ANESTESI UMUM (ETT ) DI RSUD BREBES

Di Susun Oleh :

NAMA : MUMBANI

NIM : 210106275

Mengetahui,

Pembimbing Klinik

(RIDWAN HS.S.kep.,Ns)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI FAKU


LTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2022
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Ileus Obstruktif


1. Pengertian Ileus Obstruktif
Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal
isi usus sepanjang saluran isi usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial
atau total.Intestinal obstructionterjadi ketika isi usus tidak dapat melewati saluran
gastrointestinal(Nurarif& Kusuma, 2015).
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakantanda adanya
obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolonganatau tindakan (Indrayani,
2013).
Obstruksi usus mekanis adalah suatu penyebab fisik menyumbat ususdan tidak dapat
diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akutseperti pada hernia stragulata atau
kronis akibat karsinoma yangmelingkari. Misalnya intususepsi, tumor polipoid dan
neoplasma stenosis,obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses
(Nurarif& Kusuma, 2015).

2. Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain
a. Hernia inkarserata
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantunghernia terjepit
oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi(penyempitan) dan strangulasi
usus (sumbatan usus menyebabkanterhentinya aliran darah ke usus). (Indrayani,
2013).
b.Non hernia inkarserata, antara lain :
1) Adhesi atau perlekatan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intra abdominalsebelumnya atau
proses inflamasi intra abdominal. Dapat berupaperlengketan mungkin dalam
bentuk tunggal maupun multiple, bisasetempat atau luas. (Indrayani, 2013).
2) Invaginasi (intususepsi)
Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naikkekolon
ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum.Hal ini dapat
mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian ususyang masuk dengan komplikasi
perforasi dan peritonitis. (Indrayani,2013).
c. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanyajumlahnya puluhan
hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi dimana-mana di usus halus, tetapi
biasanya di ileum terminal yangmerupakan tempat lumen paling sempit. Segmen
usus yang penuhdengan cacing berisiko tinggi untuk mengalami volvulus,
strangulasi,dan perforasi (Indrayani, 2013).
d.Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yangabnormal dari
segmen usus sepanjang aksis usus sendiri, maupun pemuntiran terhadap aksis
sehingga pasase (gangguan perjalananmakanan) terganggu. Indrayani, 2013).
e. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus, kecuali jikaia
menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan oleh kumpulanmetastasis
(penyebaran kanker) di peritoneum atau di mesenterium yangmenekan usus
(Indrayani, 2013).
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul (koneksiabnormal
antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur lainnya) darisaluran empedu
keduodenum atau usus halus yang menyebabkan batuempedu masuk ke raktus
gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapatterjepit di usus halus, umumnya
pada bagian ileum terminal atau katupileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
(Indrayani, 2013).

3. Manifestasi Klinis
a. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinyadisertai
dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalamlumen usus bagian
oral dari obstruksi, maupun oleh muntah. Gejalapenyumbatan usus meliputi nyeri
kram pada perut, disertai kembung.Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen
sering dirasakansebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.
b.Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertaidengan nyeri
hebat.Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skarbekas operasi atau hernia.
Bila dijumpai tanda- tanda strangulasi berupanyeri iskemik dimana nyeri yang
sangat hebat, menetap dan tidakmenyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera
untuk mencegahterjadinya nekrosis usus.
c. Obstruksi mekanis di kolon .
Timbul perlahan-lahan dengan nyeriakibat sumbatan biasanya terasa di
epigastrium. Nyeri yanghebat dan terus menerus menunjukkan adanya iskemia
atauperitonitis. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksikomplit.
Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan ususbesar. Muntah timbul kemudian
dan tidak terjadi bila katupileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks
isikolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan padausus halus.
Muntah fekal akan terjadi kemudian.Pada pemeriksaan fisik akan menunjukkan
distensiabdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yangkurus,
dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yangterlokasi, dan
terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi.
4. Patofisiologi
Gambar 2.1 Patofisiologi Ileus Obstruktif
5. Diagnosis
Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukanpenyebab misalnya berupa
adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atauterdapat hernia. Gejala umum berupa
syok, oliguri dan gangguan elektrolit.Selanjutnya ditemukan meteorismus dan
kelebihan cairan diusus,hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai mual
danmuntah. Kolik tersebut terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan ususatau
kejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltiskedengaran
jelas sebagai bunyi nada tinggi. Penderitatampak gelisah dan menggeliat sewaktu
kolik dan setelah satu dua kalidefekasi tidak ada lagi flatus atau defekasi. Pemeriksaan
dengan merabadinding perut bertujuan untuk mencari adanya nyeri tumpul
danpembengkakan atau massa yang abnormal.
Gejala permulaan pada obstruksikolon adalah perubahan kebiasaan buang air
besar terutama berupaobstipasi dan kembung yang kadang disertai kolik pada perut
bagianbawah. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang tidak padatempatnya
misalnya pembesaran setempat karena peristaltis yanghebat sehingga terlihat
gelombang usus ataupun kontur usus pada dindingperut. Biasanya distensi terjadi pada
sekum dan kolon bagian proksimalkarena bagian ini mudah membesar.Dengan
stetoskop, diperiksa suara normal dari usus yang berfungsi(bising usus). Pada penyakit
ini, bising usus mungkin terdengar sangat kerasdan bernada tinggi, atau tidak
terdengar sama sekali.Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudianakan terjadi
hemokonsentrasi, leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada pemeriksaan radiologis,
dengan posisi tegak,terlentang dan lateraldekubitus menunjukkan gambaran anak
tangga dari usus kecil yangmengalami dilatasi dengan air fluid level.
Pemberian kontras akanmenunjukkan adanya obstruksi mekanis dan letaknya.
Pada ileusobstruktif letak rendah jangan lupa untuk melakukan
pemeriksaanrektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok dubur dan barium
inloop)untuk mencari penyebabnya. Periksa pula kemungkinan terjadi hernia.Pada
saat sekarang ini radiologi memainkan peranan pentingdalam mendiagnosis secara
awal ileus obstruktifus secara dini.6. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan
laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Padaurinalisa, berat jenis bisa
meningkat dan ketonuria yang menunjukkanadanya dehidrasi dan asidosis metabolik.
Leukosit normal atau sedikitmeningkat, jika sudah tinggi kemungkinan sudah terjadi
peritonitis. Kimiadarah sering adanya gangguan elektrolit.Foto polos abdomen sangat
bernilai dalam menegakkan diagnosaileus obstruksi. Sedapat mungkin dibuat pada
posisi tegakdengan sinar mendatar. Posisi datar perlu untuk melihat distribusi
gas,sedangkan sikap tegak untuk melihat batas udara dan air serta letakobstruksi.
Secara normal lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas tetapipada usus halus
biasanya tidak tampak.Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi ususdengan
multiple air fluid level, distensi usus bagian proksimal, absen dariudara kolon pada
obstruksi usus halus. Obstruksi kolon biasanya terlihatsebagai distensi usus yang
terbatas dengan gambaran haustra,kadang-kadang gambaran massa dapat terlihat. Pada
gambaranradiologi, kolon yang mengalami distensi menunjukkangambaran seperti
„pigura‟ dari dinding abdomen.Kemampuan diagnostik kolonoskopi lebih baik
dibandingkanpemriksaan barium kontras ganda. Kolonoskopi lebih sensitif
danspesifik untuk mendiagnosis neoplasma dan bahkan bisa langsung dilakukanbiopsi.
7. Gambaran Radiologik
Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktifdilakukan foto
abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaanfoto abdomen ini antara
lain :
a. Ileus obstruksi letak tinggi.
b.Ileus obstruksi letak rendah.
c. Gambaran radiologis ileus obstruktif dibandingkan dengan ileus paralitik.
Gambar 2.3 Ileus Paralitik. Tampak dilatasi usus keseluruhan

8. Komplikasi
a. Nekrosis usus, perforasi usus, dikarenakan obstruksi yang sudah terjadiselalu lama
pada organ intra abdomen.
b. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baikdan cepat.
c. Syok-dehidrasi, terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma
d. Abses sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi, karenaabsorpsi tok
sin dalam rongga peritoneum sehingga terjadi peradanganatau infeksi yang hebat pa
da intra abdomen.
e. Pneumonia aspirasi dari proses muntah

B. Tinjauan Teori Laparatomi


1. Definisi Laparatomi
Laparatomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor, denganmelakuka
n penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untukmendapatkan bagian or
gan abdomen yang mengalami masalah (perdarahan,perforasi, kanker, dan obstru
ksi) (Ditya, Zahari dan Afriwardi, 2016).
Gambar 2.4

Gambar 2.5
Exploration of The Abdomen: Elective Laparotomy. A: Schematic showing one
method of systematic exploration of the entire abodomen. B: Evisceration of
transverse colon and omentum to allow palpation of splenic flexure of colon
decending colon, and left retroperitoneum(Scott-Conner, 2014)

2. Klasifikasi
1) Midline incision
2) Paramedian, yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang(12cm).
3) Transverse upper abdomen incision, yaitu insisi di bagian atas, misalnyapembe
dahan colesistotomy dan splenektomy.
4) Tranverse lower abdomen incision, yaitu insisi melintang di bagianbawah ± 4 c
mdi tas anterior spinal iliaka, misalnya: pada perasiappendictomy.(Jitowiyono
dan Kristiyanasari, 2015)
3. Indikasi laparatomi
Haryono (2012) menyebutkan indikasi peritonitis, antara lain:
1) Trauma abdomen (tumpul atau tajam) / ruptur hepar
2) Peritonitis
3) Perdarahan saluran pencernaan (internal blooding)
4) Sumbatan pada usus halus dan besar
5) Masa pada abdomen
4. Komplikasi laparatomi
Haryono (2012) menyebutkan komplikasi post laparatomi, antara lain:
1) Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.Tromboplebitis p
ost operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi.Bahaya besar tromboplebit
is timbul bila darah tersebut lepas dari dindingpembuluh darah vena dan ikut ali
ran darah sebagai emboli ke paru paru,hati, dan otak. Pencegahan tromboplebiti
s yaitu latihan kaki post operasi,ambulatif dini dan kaos kaki TED yang dipakai
klien sebelum mencobaambulatif.
2) Buruknya integritas kulit sehubungan dengan luka infeksi.Infeksi luka sering m
uncul pada 36-46 jam setelah operasi. Organismeyang paling sering menimbulk
an infeksi adalah stapilokokus aurens,organisme; gram positif. Stapilokokus me
ngakibatkan pernanahan.Untuk mengindari infeksi luka yang paling penting ada
lah perawatanluka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3) Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka ataueviserasiDehis
ensi luka merupakan terbukanya tepi tepi luka yang telah dijahit.Eviserasi luka
adalah keluarnya organ organ dalam melalui insisi. Faktorpenyebab dehisensi at
au eviserasi adalah infeksi luka, kesalahanmenutup waktu pembedahan, ketegan
gan yang berat pada dindingabdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah.
5. Proses penyembuhan luka,Padila (2012) menyebutkan proses penyembuhan luka, ant
ara lain:
1) Fase pertama
Berlangsung pada hari ke-3. Batang leukosit banyak yang rapuh/rusak. Sel-sel d
arah baru berkembang menjadi penyembuh dimana serabut-serabutbening digu
nakan sebagai kerangka.
2) Fase kedua
Dari hari ke-3 sampai hari ke-14. Pengisisan oleh kolagen, seluruhpinggiran se
l epitel timbul sempurna 1 minggu. Jaringan baru tumbuhdengan kuat dan kem
erahan.
3) Fase ketiga
Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus menerus ditimbun. Timbuljaringa
n-jaringan baru dan otot dapat digunakan kembali.
4) Fase keempat.
Fase terakhir, penyembuhan akan menyusut dan mongering.

C. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi berarti “hilangnya rasa atau sensasi”. Istilah yangdigunakan para ahli sar
af dengan maksud untuk menyatakan bahwaterjadi kehilangan rasa secara patolog
is pada bagian tubuh tertentu,atau bagian tubuh yang dikehendaki (Boulton, 2012).
Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika dilaku
kan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit, dalam
hal ini rasa takut perlu ikut dihilangkan untu kmenciptakan kondisi optimal bagi p
elaksanaan pembedahan (Sabiston, 2011).

2. General Anestesi
a. Pengertian
Anestesi adalah hilangnya seluruh modalitas dari sensasi yang meliputi sensasi
sakit/nyeri, rabaan, suhu, posisi/propioseptif. General anesthesia atau anestesi umum
adalah tindakan yang bertujuan untuk menghilangkan nyeri, membuat tidak sadar,
dan menyebabkan amnesia yang bersifat reversibel dan dapat diprediksi. Tiga pilar
anestesi umum atau yang disebut trias anestesi meliputi hipnotik atau sedative, yaitu
membuat pasien tertidur atau mengantuk/tenang, analgesia atau tidak merasakan
sakit, dan relaksasi otot yaitu kelumpuhan otot skelet (Pramono, 2017). General
anestesi suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh
hilangnya rasa nyeri di seluruh tubuh akibat pemberian obat anestesia (Mangku,
2010).
b. Teknik general anestesi

1) Anestesi umum dengan teknik Endotrakeal tube


ETT mengantar gas anestetik langsung kedalam trakea dengan menggunakan alat lari
ngoscope, ialah tindakan memasukan ett kedalam trakea melalui rima glotis,sehingga
ujung distalnya berada kira kira dipertengahan trakea antara pita suara dan bifurkasio
trakea. (Latief 2002).
2) Persiapan alat
a. Mesin Anestesi lengkap
b. Monitor pasien
c. Agen anestesi
d. ETT
e. Spuit caff
f. Jelly
g. Plaster
h. Statescope
i. suction
j. Set intubasi lengkap
k. Obat obat premedikasi ( antikolinergik,anti emetik,sedatif dan opioid)
l. Obat induksi (propofol)
m. Obat emeregensi
3) Langkah
a. Berikan pre oksigenasi ysng cukup
b. Masukan obat premedikasi,dan induksi
c. Kepala pasien diberikan bantal atau tanpa bantal
d. Setelah di cukup dalam maka dilakukan pemasangan ETT dengan membuka mulut
pasien lalu masukan laringoscope lalu dimasukan ETTdengan memasukan ujungn
ya tepat di tracea ,setlah itu kembangkan balon caf ,
e. Sambungkan ujung ETT ke mesin anestesi lalu cek kedua belah paru bila sudah
aman tidak ada bocor,lakukan fiksasi kedua sisi
f. Atur gas oksigen dan Agen anesytesi lain sesuai MAC
g. Posisikan pasien sesuai pembedahan
h. Setelha pembedahan berahir maka akan dilakukan pengahiran anestesi dan dilakuk
an Ektubasi ETT

c. Komplikasi anestesi

Komplikasi Anestesi umum

a) Respiratory

b) Kardiology

c) System gastro intestinal

d) Sistem genito urinaria

e) Hipotensi dan shivering

f) Sistem syaraf pusat

C. Web Of Caution (W O C) Etiologi:


Non Hernia
Etiologi:] 1Adesi,2.Invaginasi,3.Valvulnus
Hernia inkarserata 4.Batu ampedu masuk ileus,5
Askariasis ,6.Tumor
Ileus Obruktif

Akumulasigas dan cairan


didalam proksimal dari letak
obruksi

Distensi dan terjadi tekanan Kehilangan H2O dan Elektrolit


intra lumen. Proliferasi bakteri yang
cepat

Volume ECF menurun


Iskemik usus,dan Gangguan pencenakan nafsu
kehilangan cairan ke makan menurun,muasl muntah

peritonium
Defisit cairan elaktrolit

Pelepasan bakteri dari Peritonitis dan Septikemia


jaringan nekrotik kerongga
Peradangan rongga
peritonium
peritoneum

Laparatomy Hipertermi
Nyeri

General Anetesi

Pre Anestesi Intra Anestesi Pasca Anestesi

Penurunan kesadaran akibat


Psikologis,kurang Hilang efek
pengetahuan,penyak GA (ETT),terpasang
anestesi
it fisik ventilator,perdarahan
operasi

Ansietas Nyeri Resiko Resiko Resiko komplikasi Resiko Nyeri


aspirasi cidera ganguankeseimbanga
n cairan dan jatuh pasca op
elektrolit

D. Tinjauan Teori Asuhan kepenataan


1. Pengkajian
a. Data Subjektif
Sebelum operasi : keluhan ada nyeri perut semakin hari semakin membesar ,tidak b
bisa BAB , perut terasa penuh dan tegang ,pasien merasa takut saat akan dilakukan
tindakan bedah.,Sesudah Operasi : Nyeri di daerah operasi, lemas, pusing, mual,
kembung,rasa takut

b. Data objektif.

Sebelum operasi : pasien tampak kesakitan,perutnya tampak distensi . Sesudah O


perasi :Terdapat luka di abdomen

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Riwayat kesehatan sekarang ditemukan pada saat pengkajian yangdijabarkan dari k
eluhan utama dengan menggunakan teknik PQRST,yaitu:
- P (Provokatif atau Paliatif), hal-hal yang dapat mengurangi ataumemperberat. Bia
sanya klien mengeluh nyeri pada daerah luka postoperasi. Nyeri bertambah bila klie
n bergerak atau batuk ,dan nyeri berkurang bila klien tidak banyakbergerak atau ber
istirahat dansetelah diberi obat.
- Q (Quality dan Quantity), yaitu bagaimana gejala dirasakannampak atau terdenga
r, dan sejauh mana klien merasakan keluhanutamanya. Nyeri dirasakan seperti ditus
uk-tusuk dengan skala ≥ 5(0-10) dan biasanya membuat klien kesulitan untuk berak
tivitas.
- R (Regional/area radiasi), yaitu dimana terasa gejala, apakahmenyebar? Nyeri dir
asakan di area luka post operasi, dapat menjalarke seluruh daerah abdomen.
- S (Severity), yaitu identitas dari keluhan utama apakah sampaimengganggu aktivit
as atau tidak. Biasanya aktivitas klien terganggukarena kelemahan dan keterbatasan
gerak akibat nyeri luka postoperasi.
- T (Timing), yaitu kapan mulai munculnya serangan nyeri danberapa lama nyeri itu
hilang selama periode akut. Nyeri dapat hilangtimbul maupun menetap sepanjang h
ari
2. Masalah Kesehatan Anestesi
a. Pre-operasi
1) Nyeri
2) Anietas .
b. Intra-operasi
1) Resiko aspirasi
2) Resiko cedera
c. Post-operasi
1) Nyeri
2) Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
3) Resiko jatuh
3. Rencana Intervensi
1. Pre-operasi
1) Nyeri
:Nyeri berkurang sampai hilang secara bertahap pasien dapat beradaptasi dengan
nyeri.
Intervensi :

1) Kaji tingkat nyeri dan penyebabnya


2) Obsevasi tanda tanda vital
3) Observasi keluhan nyeri, kolasi, jenis dan intensitas nyeri
4) Jelaskan penyebab rasa sakit dan cara menguranginya.
5) Beri posisi tidur yang nyaman.
6) Ciptakan lingkungan yang tenang.
2) Ansietas
Seteha dilakukan intervensi :pasien hiperaktif dalam asuhan expresi wajah
tenang.
Intervensi :

1) Kaji tingkat kecemasan pasien.


2) Jelaskan prosedur persiapan operasi seperti pengambila darah, puasa, jam
operasi.
3) Berikan kenyamanan dan ketntraman hati
4) Beri posisi pasien yang nyaman
5) Jelaskan pada pasien tentan gapa yang akan dilakukan dikamar operasi
dengan terlebih dahulu dilakukan pembiusan.
6) Ajarkan teknik relaksasi
7) Temani pasien dan dianjurkan untuk berdoa
8) Jelaskan tentang keadaan pasien setelah operasi.

2. Intra-operasi
1) Resiko ketidak efektifan bersiahan jana nafas.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi diharapkan resiko jalan
nafas tidak aman
Kriteria hasil: Pasien tidak terjadi sianosis dan sekresi terkontrol
Intervensi
1) Lakukan serah terima pasien
2) Kaji jalan pernafasan pasien
3) Lakukan asesmen pre sedasi dan induksi
4) Persiapkan mesin anestesi,alat alat intubasi lengkap.
5) Peersiapka monitor pasien,suction ,set emeregincy.
6) Bantu dokter anestesi dalam pembiusan GA dengan ETT
7) Sambungkan ETT ke mesin ventilator
8) Pertahankan jalan nafas tetap aman ,
9) Monitor TTV tiap 5 menit
10) Berikan cairan IV pengganti puasa,pengganti stres operasi dan perdarahan
11) Catat semua tindakan yang diberikan

2) Resiko komplikasi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit


Kriteria Hasil : Turgor kulit elastik, normo tensi,normo nadi,output urin min
0,5ml/jam.tidak kering mual dan muntah tidak ada.
Rencana tindakan :

1) Obsevasitandatanda vital tiap 15 jam


2) Monitor pemberian infus.
3) Beriikan cairan parenteral sebagai pengganti puasa,stress
oprrasi,maintenance,perdarahan sesuai dengan management ciran intra
operasi,
4) Monitor tanda tanda dehydrasi.
5) catatan intake dan output yang akurat
6) Monitor status hidarasi (kelembaban membran mukosa nadi adekuat tekanan
darah ortostatik)
7) Kolaborasi pemberian koloid
8) Monitor dan catat cairan yang masuk dan keluar.

3) Resiko cidera
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi diharapkan Resiko cidera
tidak terjadi
Kriteria hasil:tidak terjadi adanya tanda tanda kelemahan snsoris,atau motorik
Intervensi:
1) Kaji faktor yang kemungkinan bisa terjadi cidera
2) Lepaskan semua perhiasan yang melekat pada pasien
3) Persiapkan mesin anestesi siap pakai,lakukan kalibrasi mesin dan cek fungsi
sebelum dipakai
4) Pindahkan pasien dari brankar ke meja operasi dengn hati-hati
5) Pasang manset tensi,saturasi o2,
6) Bacakan timeout sebelum tindakan
7) Posisikan pasien duduk untuk pembiusan
8) Dampingi dokter anestesi dalam pembiusan
9) Posisikan pasien sesuai jenis pembedahan
10) Pasang pengaman tangan kaki dan badan
11) Monitoring selama tindakan operasi
12) Kolaborasi pemberian obat obatan sesuai keluahan yang terjadi
13) Kaji kondisi kulit setelah pembedahan,catat bila ada temuan

3. Post-operasi
1) Nyeri
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan anestesi diharapkan nyeri tertasi
Kriteria hasil:Pasien melaporkan nyerihilang atau terkontrol, pasien tampak
rileks dan mamputidur dan istirahat.
Intervensi:
1) Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan, f
actor presipitasinya.
2) Observasi ketidak nyamanan non verbal.
3) Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk
memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posi
si, berikan perawatan yang tidak terburu-buru.
4) Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhir espon pasien terh
adap ketidaknyamanan.
5) Anjurkan pasien untuki stirahat.
6) Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada pasien.
7) Kolaboras imedis dalam pemberian analgesik.

3) Resiko jatuh
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan anestesi resiko jatuh tidak terjadi .
Kriteria : pasien terlihat tenang.
Intervensi :
1) Kaji faktor resiko jatuh
2) Jelaskan kepada pasien akan pemulihan efek obat anestesi spinal
3) Pasang pengaman bed pasien
4) Observasi pasien selama diruang pulih sadar
5) Catat dilembar bromage score tiap 15 menit.
6) Berikan posisi nyang nyaman
7) Libatkan keluarga untuk mendampingi pasien
8) Catat setiap tindakan yang diberikan

4. Evaluasi
Merupakan tahapant erakhir dari proses asuhan kepenataan anestesi, tahape valuasi
ini bertujuan untuk menilai atau menentukan efektifitas dari asuhan kepenataan anestesi
yang sudah diberikan, dalam tahap ini juga dilakukan penentuan apakah telah terjadi per
baikan dari kondisi atau kesejahteraan pasien.

E. Daftar Pustaka

De Jong,.W., Sjamsuhidajat, R., 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta.

Latief ,2002.petunjuk praktis Anestesiologi.

Guyton, AC dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Ed: ke-9. Jakarta: EGC

Manjoer, Arif.2010. KapitaSelektaKedokteran ed.3 cetakan 1. Media Aesculapsus:Jakarta

Smeltzer&Suzanne C.2011. KeperawatanMedikalBedah Brunner &Suddarth, edisi8,vol 2. Pener


bitBukuKedokteranEGC.Jakarta.

Syamsuhidajat. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.

DoengesMarilynn E, RencanaAsuhanKeperawatan (PedomanUntukPerencanaan dan


PendokumentasianPerawatanPasien), Edisi 3, PenerbitBukuKedikteran EGC, Tahun
2002, Hal ; 52 – 64 & 240 – 249.

Carpenito, L. J.2001.Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa Keperawatan,


dan Masalah Keperawatan. Jakarta: EGC.

Nanda, 2001-2002, Diagnosis Keperawatan NANDA: Defnisi dan klasifikasi

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA Ny W DENGAN LAPARATOMY EKPL
ORASI ILEUS OBSTRUKTIF TEKHNIK ANESTESI UMUM ( ETT) DI RSUD BREBE
S

DI RSUD BREBES

Di Susun Oleh :

NAMA : MUMBANI

NIM : 210106275

Mengetahui,

Pembimbing Klinik

(RIDWA
N HS.S.Kep.,N s)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2022

ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI

PADA PASIEN Ny W DENGAN LAPARATOMY EKPLORASI ILEUS OBTRUKTIF


TEKHNIK ANESTESI UMUM (ETT) DI RSUD BREBES
I. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
1) Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Ny.W
Umur : 71 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : smp
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : tidak kawin
Golongan darah :B
No RM : 101XXXX
Diagnosis : Ileus Obtruktif
Tindakan operasi : Laparatomy Ekplorasi + diverticulectomy
Tindakan Operasi : 05 Mei 2022
Tanggal MRS : 03 Mei 2022
Tanggal pengkajian : 05 Mei 2022 jam pengkajian: 09:.30
Jaminan : BPJS

2) Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn,S
Umur : 45 Th
Alamat : Ds. Luwung bata RT 03/02 Brebes
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Hubungan dengan pasien : Anak
1) Keluhan utama
a. Saat Masuk Rumah Sakit
Ny R Mengeluh sakit perut seluruh bagian perut ,tidak BAB selama 3
hari,muntah (+)
b. Saat Pengkajian
Pasien merasa nyeri diperut seluruh bagian,tegang dan nyeri saat disentuh
atau bergerak dan merasa takut akan tindakan operasinya
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Ny R datang ke poli bedah RSUD Brebes keluhan Mengeluh sakit seluruh
bagian perut,nyeri saat di sentuh,penuh tegang dan penuh ,saatbergerak ,tidak
bisa BAB dari 3 hari yang lalu,perut terlihat tegang,muntah + ,pasien merasa
keluhan ini dari 3 hari yang lalu tetapi kadang menghilang,,namun keluhan
semakin parah ahirnya pasien dibawa ke igd oleh keluarganya
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki penyakit hipertensi yang tidak terkontrol
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mengatakan bahwa keluarga pasien tidak mempunyai penyakit
penyakit yang sama
5) Riwayat Kesehatan
 Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? (tidak)
 Riwayat operasi sebelumnya (tidak pernah)
 Riwayat Anestesi sebelumnya (tidak pernah)
 Apakah pasien pernah transfusi darah? (tidak)
 Apakah pasien pernah di diagnosis penyakit menular? (tidak)
 Pasien mempunyai 3 orang anak,dan tidak sedang menyusui
6) Riwayat pengobatan/ Konsumsi obat
a. Obat yang pernah di konsumsi : obat –obat warung pegal linu
b. Obat yang sedang di konsumsi : tidak ada
7) Riwayat Alergi : (tidak)
8) Riwayat Kebiasaan : (-)
b. Pola Kebutuhan Dasar
1) Udara atau Oksigen
Sebelum sakit
a. Gangguan pernafasan : Tidak ada
b. Alat bantu pernafasan : Tidak ada
c. Sirkulasi udara : Baik
d. Keluhan : tidak ada
e. Lainya : tidak ada
Saat sakit
a. Gangguan pernafasan : Tidak ada
b. Alat bantu pernafasan : Tidak ada
c. Sirkulasi udara : Baik
d. Keluhan : tidak ada
e. Lainya : tidak ada
2) Air/Minum
Sebelum sakit
a. Frekuensi : 8 gelas
b. Jenis : Air putih
c. Cara : Di masak
d. Minuman terakhir : Air putih
e. Keluhan : Tidak ada
Saat sakit
a. Frekuensi : pasien puasa
b. Jenis : Air putih
c. Cara : diteguk
d. Minuman terakhir : pukul 23.00
e. Keluhan : Tidak ada
3) Nutrisi/ Makanan
Sebelum sakit
a. Frekuensi : 3-4 kali/hari
b. Jenis : Nasi, lauk, sayur
c. Porsi : Habis 1 porsi
d. Diet khusus : Tidak ada
e. Makanan yang disukai : Makanan pedas
f. Nafsu makan : Baik
g. Puasa terakhir : Tidak ada
h. Keluhan : Tidak ada
i. Lainnya : Tidak ada
Saat sakit
a. Frekuensi : pasien puasa
b. Diet khusus : pasien puasa
c. Makanan yang disukai : pasien puasa
d. Nafsu makan : Menurun
e. Puasa terakhir : pukul 23.00
f. Keluhan : Nyeri perut mual
g. Lainnya : Tidak ada

4) Eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit
 Frekuensi : 1-2 kali/hari
 Konsistansi : padat
 Warna : kuning kecoklatan
 Bau : khas feses
 Cara : spontan
 Keluhan : tidak ada
 Lainnya : tidak ada
Saat sakit
 Frekuensi : belum BAB selama 3 hari
 Konsistansi :
 Warna :
 Bau :
 Cara : tidak
 Keluhan : tidak bisa bab
 Lainnya : perut terasa nyeri

b) BAK
Sebelum sakit
 Frekuensi : 1-4 kali/hari
 Konsistansi : Cair
 Warna : kuning jernih
 Bau : Khas urine
 Cara : Spontan
 Keluhan : tidak ada
Lainnya : tidak ada
Setelah sakit
Frekuensi : terpasang keteter
 Konsistansi : Cair
 Warna : Keruh kemerahan
 Bau : Khas urine
 Cara : Menggunakan urinal bag
 Keluhan :-
 Lainnya : Tidak ada

5) Pola Aktivitas dan Istirahat


a) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan Minum √
Mandi v
Toileting √

Berpakaian v
Berpindah √

0 : mandiri,1 : alat bantu,2 : di bantu orang lain,3 : di bantu orang lain dan
alat,4 : tergantung total

b) Istirahat dan Tidur


Sebelum sakit
1. Apakah pernah menglami insomnia? (tidak)
2. Jam berapa anda sering tidur? (malam jam 21.00, siang 30 menit)
Saat Sakit
1. Apakah pernah insomnia? (ya)
2. Pasien mengeluh sulit tidur karena rasa sakit perutnya

6) Interaksi Sosial
Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok danteman-teman :
(baik)
7) Pemeliharaan Kesehatan
 Rasa Aman : Pasien mengeluh nyeri
 Rasa Nyaman : pasien mengeluh tidaknyaman
 Pemanfaatan pelayanan kesehatan : jika merasa ada keluhan keluarga tidak
langsung memeriksakan ke dokter,minum obat warung .
8) Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial
sesuai dengan potensinya
 Konsumsi Vitamin : Jarang
 Imunisasi : Lengkap
 Olah raga : tidak pernah
 Upaya keharmonisan keluarga : baik
 Stress dan adaptasi : baik

2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada 5 Mei 2022
a. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CM
GCS : E4 V5 M6
Penampilan : Pasien berbaring
Tanda-tanda Vital : TD : 107/50 N : 102x/menit RR : 24x/menit S: 36,8C
BB : 69kg,TB :150 cm,
b. Pemeriksaan 6B
1) B1 (BREATH)
 Wajah : Normal
 Gigi palsu : Tidak ada
 Cuping hidung : Tidak ada
 Tonsil : T0
 Obstruksi jalan nafas : paien tidak mengorok saat tidur
 Mallapaty : 2
 Bentuk leher
 Inspeksi : leher pendek (+), ada pembesaran KGB (-), gerak vertebrae
servikal baik.
 Palpasi : trakea teraba di tengah, terdapat nyeri tekan di leher
 Thorax
a. Jantung
 Inspeksi : Tampak ictus cordis 2cm di bawah papila mamae sinistra
 Palpasi : Ictus cordis teraba kuat
 Perkusi:
i. Batas atas kiri : ICS II garis parasternal sinsitra
ii. Batas atas kanan : ICS II garis parasternal dextra
iii. Batas bawah kiri : ICS V garis midclavikula sinistra
iv. Batas bawah kanan : ICS IV garis parasterna dextra
 Auskultasi : BJ I & II regular , tidakditemukan gallop dan murmur.

b. Paru
 Inspeksi : Gerak Dinding dada simetris.
 Palpasi : Simetris, vokal fremitus kanan sama dengan kiridan tidak
terdapat ketertinggalan gerak.
 Perkusi : Sonor kedua lapang paru
 Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

2) B2 (BLOOD)
 Konjungtiva : Konjungtiva anemis (-/-) , sklera ikterik (-/-)
 Vena jugularis : Tidak
 BJ I : Tunggal
 BJ II : Tunggal
 Bunyi jantung : Murmur (-)

3) B3 (BRAIN)
Kesadaran : CM
GCS : E4 V6 M5
Reflek fisiologis
a. Reflek bisep :-
b. Reflek trisep :-
c. Reflek brachiradialis :-
d. Reflek pattela :-
e. Reflek achiles :-
Reflek Phatologis
a. Reflek babinski : -
b. Reflek chaddok :-
c. Reflek schaeffer :-
d. Reflek oppenheim : -
e. Reflek gordon :-

4) B4 (BOWEL)
- Frekuensi Peristaltic Usus: tidak terdengar peristaltik usus
- Titik Mc. Burney :-
- Borborygmi :-
- Pembesaran hepar : Tidak
- Distensi : perut distensi +
- Asites :-

5) B5 (BLADER)
- Buang air kecil : melalui foley cateter
- Terpasang kateter : Rya
- Gagal ginjal : □Ya RTidak
- Infeksi saluran kemih : RYa □Tidak
- Produksi urine : 5 cc /jam
- Retensi urine : □Ya RTidak

6) B6 (BONE)
a. Pemeriksaan tulang belakang
Kelainan tulang belakang: Kyposis (-), Scoliosis (-), Lordosis (-), Perlukaan
(-), infeksi (-), mobilitas (Terbatas), Fibrosis (-), HNP (-)
b. PemeriksaanEkstremitas
- Ekstremitas Atas
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas ( -), Fraktur(-), terpasang
gips (-), Traksi ( - ), atropi otot ( -), IV line: terpasang di tangan kiri, ukuran
abocatch No20, tetesan: 20 tetes.menit
 Palpasi
Perfusi : -baik
CRT :-
Edema :-
Lakukan uji kekuatan otot : Ada kelemahan ekstremitas kiri

- Ekstremitas Bawah
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), deformitas (-) Fraktur
(-), terpasang gips (-), Traksi ( - ), atropi otot ( -) , ada kelemahan
ekstremitas kiri
 Palpasi
 Perfusi..
 CRT
 Edema (1-4),kekuatan otot (1-5),lainya..tidak ada odema

3. Data Penunjang Diagnostik


a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


GDS 85 120-140
Hemoglobin 14,0 13,2 – 17,3 g / dL
Leukosit 8,17 3,8-10,6 10^/3uL
Eritrosit 4.67 4,40– 5,90 10^ 6/uL
Trombosit 264 150-450 10^3/uL
Hematokrit 41 2-8 %
Netrofil 50 50-70 %
MCV 81
MCH 28,6
MCHC 35
SGOT 13.6 0 – 50 U / L
SGPT 7 0 – 50 U / L
Ureum 102 19 – 44 mg / dL
Creatinin 1.75 0 – 1,2
Na 135 135 – 148 mEq/L
K 3,3 3,5 – 5,3 mEq/L
Cl 87,79 98 – 108 mEq/L
HBsAG negatif
CT 6 1 – 6 menit
BT 4 1 – 3 menit
PT 14,3 9,9 – 11,8 detik
APTT 30,5 26,4 – 37,5 detik
SARS-COV-2 nucleid negatif
acid test

b. Pemeriksaan radiologi abdomen 3 posisi


Kesimpulan : Ileus Obtruktif letak tinggi tidak tampak gambaran perforasi

4. Kesimpulan Status fisik ASA III E


5. Pertimbangan Anestesi:
a. Factor penyulit,leher pendek
b. Jenis anestesi General anestesi
c. Teknik Anestesi
Dengan Endo Traceal Tube airway
Perempuan 71 ahun, diagnosa medis Ileus Obtruktif akan di lakukan Laparatomy
Ekplorasi dengan status fisik ASA II E, direncanakan General Anestesi dengan
Endotraceal tube airway
Saran : informed consent , hentikan makan minum sejak semalam akan dilakukan
operasi tanggal 5 Mei 2022 , pasien sudah terpasang IV line 20G, di tangan kiri
6. Persiapan penatalaksanaan anestesi
1) Persiapan pasien
a.Persiapan fisik

Cek identitas ,puasa, mengganti baju menggunakan pakaian operasi, puasa 8


jam

b. Persiapan fisiologis

Pengkajian AMPLE dan LEMON


A: tidak ada alergi obat atau makanan
M:tidak sedang mengkonsumsi obat obatan
P:pasien tidak mengeluh nyeri
L:pasien puasa dari 2 hari yang lalu
E:pasien tidak pernah jatuh atau cidera tulang belakang
LEMON
L:wajah simetris,leher pendek,tidak ada trauma
E:MO 332
M:2
O:tidak ada stridor,BMI >30
N:pergerakan leher baik,tidak ada gangguan

c. Persiapan psikologis

Pasien diberikan penjelasan tentanng tindakan yang akan dilakukan, dan pasien
dianjurkan untuk berdoa
d. Informed consent Sudah ada
e. Assesment pra induksi
KU .lemah , kesadaran CM kesakitan ,Tekanan darah = 107/50 mmHg, HR =
102 x/menit S= 36, 8° C , SpO2 99% infus perifer tangan kanan ukuran 20G,.
infus lancar.

2) Persiapan alat

Persiapan alat anestesi umum dengan :

- Mesin anestesi
- sumber gas ( O2,AIR,N2 o) ,
- Stetoskop
- Facemask
- OPA no 6
- ETT no 7.00
- Spuit caf
- Plester
- Handscoon
- Set GA
- Set Emerigensi
- Monitor pasien lengkap yaitu tekanan darah, nadi, pulse oxymetri.
- Suction
- Intubasi set ( laryngoscope)

3) Tehnik anestesi
Tehnik anestesi yang digunakan adalah ETT

4) Persiapan alat monitoring anestesi


Persiapan monitoring pada NIBP, SpO2 ,elektroda .EKG

5) Persiapan obat

- Obat untuk Premedikasi : Deksametason 5mg,SA 0,25mg


- Obat sedasi : midazolam 5 mg
- Analgetik narkotik : fentanyl 100mcg
- Obat induksi :Ketamin 100 mg,Proppfol 200mg
- Maskrelaksan : atracrium 25 mg
- Obat-obat emerigensi yang disiapkan :
sa,epineprin,epedrin,dobutamin,nor epineprin,aminophilan
- Cairan infuse.: kristaloid RL,Koloid

II. ANALISIS DATA PRA ANESTESI


Pasien masuk diruang penerimaan Tgl 5 Mei 2022 .pukul 09:30 wib

No. Data Masalah Penyebab


1 DS : Pasien mengeluh Nyeri Nyeri Proses penyakitnya
DO :
diperut ,TD 107/50 mmHg,N
102x/menit
Skala vas 8

2 DS : Pasien mengeluh takut akan Ansietas Ketidak tahuan


operasi Prosedur operasi
DO :
,TD 107/50 mmHg,N 102x/menit
III. MASALAH KESEHATAN ANESTESI DAN PERENCANAAN PRA ANESTESI
Nama : Ny.W No CM : 101XXXX
Umur : 71 th Diagnosa : Ileus Obtruktif
Jenis kelamin: Perempuan Ruangan : IBS

No. Diagnosa Tujuan Perencanaan


1 Nyeri :Nyeri berkurang sampai hilang 1) Kaji tingkat nyeri dan
secara bertahap pasien dapat penyebabnya
beradaptasi dengan nyeri. 2) Obsevasi tanda tanda
vital
3) Observasi keluhan
nyeri, kolasi, jenis dan
intensitas nyeri
4) Berikan tehnik
relaksasi
5) Jelaskan penyebab
rasa sakit dan cara
menguranginya.
6) Beri posisi tidur yang
nyaman.
7) Ciptakan lingkungan
yang tenang.
2 Ansietas Rasa cemas berkurang setelah 1. Kaji tingkat ansietas
dilakukan asuhan keperawatan 2. Berikan kenyamanan
anestesi dengan kriteria: dan ketentraman hati
Pasien mengenali penyebab 3. Batasi kontak dengan
cemas,pasien mau pasien lain
mengungkapkan 4. Ajarkan tekhnik
perasaanya,mampu pengheti kecemasan
menggunakan koping diri yang 5. Dipimpin untuk
efektif berdoa

IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN PRA ANESTESI

Nama : Ny.W No CM : 101XXXX


Umur : 71 th Diagnosa : Ileus Obtruktif
Jenis kelamin: Perempuan Ruangan : IBS

No. Diagnosa Implementasi Evaluasi paraf


1 Nyeri 1. Menilai skala nyeri S :pasien menyatakan
dengan VAS menyatakan nyeri
2. mengukur tanda berkurang
tanda vital O : pasien terlihat
3. Observasi keluhan nyaman dan lebih
nyeri, kolasi, jenis tenang
dan intensitas nyeri HR : 90 x/mnt, Spo2
4. Jelaskan penyebab 97% -
rasa sakit dan cara A : masalah teratasi
menguranginya. sebagian
5. Melakuakn teknik P : Intervensi
relaksasi nafas dalam dilanjutkan
dengan teknik
benson
6. memberi posisi tidur
yang nyaman.
7. menciptakan
lingkungan yang
tenang.

2 Ansietas 1. Melakukan S: pasien menyatakan


pengkajian ansietas mengerti tentang
tingkat ansietas ansietes
pasien O : pasien terlihat
2. membeerikan nyaman dan lebih
pengertia prosedur tenang
pembedahan dan HR : 90 x/mnt, Spo2
anestesi yang akan 97% -
dilakukak A : masalah tteratasi
3. memberikan posisi P : Intervensi
yang nyaman dan dilanjutkan
ketentraman hati
4. memberi pembatasan
kontak dengan
pasien lain
5. mengajarkan teknnik
nafas dalam dengan
teknik benson .
6. memberikan supor
untuk dianjurkan
pasien berdoa
E.TAHAP INTRA ANESTESI

1. Jenis Pembedahan : Laparatomy ekplorsi

2. Jenis Anestesi : GA

3. Teknik Anestesi : Endotracea tube (ETT)

4. Mulai Anestesi : Pukul 11.15 WIB

5. Mulai Operasi : Pukul 11.20 WIB

6. Posisi : Supine

7. Obat-Obatan

a. Premedikasi : Deksametason 5 mg

Fentanyl 100mcg

b. Induksi : Ketamin 100 mg

c. Maskrelaksan : Atracrium 25 mg

8. Respirasi : Mode volume control asist

9. Cairan Durante Operasi : 1 jam Ringer Laktat 2000 ml

10. Estimasi Perdarahan : 400cc

11. Urin Output : 150c

12. Selesai Operasi : 12: 15 WIB

13. Selesai Anestesi : 12 :30 WIB

14. Maintenance menggunakan :

a. Cairan Durante Operasi :

2) Maintenance (M) : 4 x 10 kg = 40 cc
2 x 10 kg = 20 cc

1 x 49 kg = 49cc

109cc/jam

3) Stres Operasi (SO) : 8 x 69kg = 552cc (operasi besar )

4) Pengganti Puasa (PP) : 24 jam x 109 cc= 2616cc

5) Kebutuhan Cairan : Jam Ke-1 : M + ½PP + SO = 1969 cc

: Jam ke 2 : M+ 1/4PP+ SO= 1313 cc

: Jam ke 3 : M+1/4PP+ SO= 1313cc

Balance Cairan :

a) Input
Ringer Laktat 2000 ml,

Output Perdarahan : 500 cc

b) Insesible Water Loss (IWL)


15 cc x 69 kg = 1.035cc/hari, maka per jam = 43,125cc
; durasi operasi 1 jam = 43,125 cc Urine : 150cc
c) Balans Cairan (BC)
Input : 2000 cc
Output : 500 +150 + 43,125 cc = 694 cc
b. Pengganti Perdarahan

Perdarahan < 10% dari EBV maka dapat diberikan kristaloid


c. Indeks msa tubuh : BB/TB2 ( 69kg/150 m2= 30,6=31 )

V. PENATALAKSANAAN ANESTESI

1. Pemasangan ETT

Pada pukul 11.00 Pasien di dipindah dari ruang persiapan menuju ruang ok 3,stelah itu
pasien di posisikan terlentang di meja opersi ,lalu dipasang manset tensi,saturasi
O2,memasang elektroda EKG . pada pukul 11.15 wib diberikan pre oksigenasi 4 liter
100% dalam 3 menit,premedikasi :Midazolam 2,5mg,SA 0,25mg fentanyl 100 mcg lalu
diberikan obat induksi ketamine 100 mg dan atrakrium 25 mg, setelah dalam dan otot rilek
lalu dipasang ETT dengan caf 5 cc ,disambungkan ke mesin,menecek posisi insersi
dikedua apek paru ,lalu difiksasi kedua sisi, ,memilih mode Semi Cloused Circuit System
dengan ventilasi Volume Control Ventilaton ,denngan N2O /O2 2 lpm ,Sevofluran
2%,tutup mata pasien dengan plester lalu kemasang skrin anestesi ,pasien diposisikan
supine .
2. Pembacaan timeout
3. Pasien mulai dilakukan insisi pukul 11.15-12:15 WIB
VI. PEMANTAUAN SELAMA OPERASI
Saturasi Respiration Gas
Tekanan Heart
Oksigen Rate oksigen/N20/gas
Pukul Darah Rate Tindakan
(SpO2) (RR) Anestesi
(mmHg) (x/menit)
(%) (x/menit)
Terpasang infus
98% Oksigen /N2O RL
2lpm
Jam
14 Sevoflunane 2%
11.15 107/50 102
/ventilator

Oksigen /N2O 1. Memantau


98% 2lpm hemodinamik
JAM Sevoflunane 2% 2. Mengukur
90/55 100 14/ventilator
11:30 TTV

JAM 108/60 90 14/ventilator Oksigen /N2O 1. Memantau


11:45 98% 2lpm hemodinamik
Sevoflunane 2% 2. Mengukur
TTV
3. Mengganti
cairan infus
RL ke II

Oksigen /N2O 1. Memantau


98% 2lpm hemodinamik
Sevof;lunane 2% 2. Mengukur
suhu
3. Operasi selesai
JAM 4. Mematikan
110/60 90 14/ventilator
12.00 gas anestesi
dan menaikan
oksigen 100%
murni 4lpm.

Oksigen 4 lier 1. Ektubasi


98% N2O off ett
Sevof;lunane off 2. Dilanjutka
Jam
110/60 90 20/spontan n oksigenasi
12.15
3. Pasien
dikirim ke RR

VII. ANALISIS DATA INTRA OPERASI


Nama : Ny.W No CM : 101XXXX
Umur : 71 th Diagnosa : Ileus Obtruktif
Jenis kelamin: Perempuan Ruangan : IBS

No. Data Masalah Penyebab


1. DS : Penurunan tingkat
DO Resiko ketidak kesadaran sekunder
- Terpasang EET,NGT efektifan bersihan akibat general anestesi

mengalir.adanya sekret di jalan nafas


laring
- TD 107/50 mmhg
N: 102x menit

2. DS :- Resiko cidera Efek obat sedasi


DO :
T107/50 mmHg
N 102 /menit,
saturasi 98%

VIII. MASALAH KESEHATAN ANESTESI DAN PERENCANAAN INTRA ANESTESI

Nama : Ny.W No CM : 101XXXX


Umur : 71 th Diagnosa : Ileus Obtruktif
Jenis kelamin: Perempuan Ruangan : IBS

No. Diagnosis Tujuan Perencanaan Tindakan


Keperawatan Keperawatan
1. Resiko ketidak Stelah dilakukan tindakan a. Kaji resiko aspirasi dan
efektifan bersihan keperawatan anestesi adanya ketidak efektifan
jalan nafas resiko ketidak efektifan bersihan jalan nafas
bersihan tidak terjadi b. Pastikan semua alat anestesi
ditandai saturasi pasien /monitor/suction siap pakai
diatas 95%,RR normal 14- c. Pasang manset tensi,sturasi
20x/menit,tidak ada tanda o2
tanda aspirasi d. Dampingi dokter anestesi
dalam pembiusan
e. Kolaborasi pemberian
oksigen
f. Berikan posisi yang aman
tidur telentang dengan
kepala miring ke kiri tanpa
bantal,pastikan lidah tidak
jatuh kebelakang
g. Bersihkan sekresi bila ada
lendir keluar
h. Catat semua tindakan yang
dilakukan

2 Resiko Cidera Setelah dilakukan a. Siapkan peralatan dan obat-


tindakan keperawatan obatan sesuai dengan
anestesi diharapkan tidak perencanaan teknik anestesi
terjadinya risiko cedera b. Atur posisi pasien
trauma pembedahan c. Bantu pemasangan alat
dengan kriteria hasil : monitoring invasif
a. tanda traumae. Monitor vital sign Pantau
pembedahan f. kecepatan/kelancaran infus
b. Tanda – tanda vital g. Bantu pelaksanaan anestesi GA
dalam batas normal sesuai dengan program
TD: 110–120 / 70 – 80 kolaboratif spesialis anestesi
mmhg h. Atur pasien dalam posisi
Nadi : 60–100 x/menit pembedahan Lakukan
RR : 16–20 x/menit monitoring perianestesi Atasi
c. Saturasi oksigen penyulit yang timbul
>97% i. Lakukan pemeliharaan jalan
d. Tidak terjadi cidera napas
selama operasi j. Lakukan pemasangan
e. Pasien telah k. alat ventilasi mekanik
teranestesi, relaksasi
otot cukup, dan tidak
menunjukkan
respon nyeri.
Tidak adanya tanda-
3 Resiko Kriteria Hasil : Turgor a. Obsevasitandatanda vital
ketidakseimbangan kulit elastik, normo tiap 15 jam
dan elektrolit tensi,normo nadi,output b. Monitor pemberian infus.
urin min 0,5ml/jam.tidak c. Beriikan cairan parenteral
kering mual dan muntah sebagai pengganti puasa,stress
tidak ada.kadar elektrolit oprrasi,maintenance,perdarahan
darah normal. sesuai dengan management
ciran intra operasi,
d. Monitor tanda tanda
dehydrasi.
e. catatan intake dan output
yang akurat
f. Monitor status hidarasi
(kelembaban membran mukosa
nadi adekuat tekanan darah
ortostatik)
g. Kolaborasi pemberian koloid
h. Monitor dan catat cairan
yang masuk dan keluar.

IX. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI INTRA ANESTESI

Nama : Ny.W No CM : 101XXXX


Umur : 71 th Diagnosa : Ileus Obtruktif
Jenis kelamin: Perempuan Ruangan : IBS

Jam :11:15-12:15 WIB.

No. Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf

1. Resiko ketidak i. Kaji resiko aspirasi S:-


efektifan bersihan j. Menyiapkan mesin anestesi O : - TD : 110/60 mmHg
jalan nafas dan peralatan anestesi - HR : 90x/mnt - Akral
k. Pasang manset tensi,sturasi hangat - Sp O2 99%,
o2 RR :
l. Dampingi dokter anestesi Spontan
dalam 20X/menit.sekresi
pembiusan,memeberikan minimal,terpasang NGT
obata A: jalan nafas aman
prenmedikasi,membantu P : lanjutkan
pelaksanaan intubasi ETT intrrvensi masalah
m. Monitoring daturasi berikutmya
oksigen,meangkaji bila ada
tanda tanda aspeksia atau
hipoksia
n. Berikan posisi yang aman
tidur telentang
o. me Lakukan suctien sekresi
sekresi
yangkeluar
p. Memasang penyangga
curigate agar tidak
kinggking,
q. Catat semua tindakan yang
dilakukan

2. Resiko Cedera
a. menyiapkan peralatan S : -
termasuk mesin anestesi yang O : - TD : 110/60 mmHg
sudah dites funfsinya dan obat- - HR : 90x/mnt - Akral
obatan sesuai dengan hangat - Sp O2 99%,
perencanaan teknik anestesi RR :
anestesi umum 20X permenit.
b. mengatur posisi supine A: Risiko cidera
pasien ,memberikan penyangga anestesi tidak terjadi
tangan ,bantal kepala ,standar P : Lanjutkan
infus ,memberikan oksigen intervensi masalah di
nasal ICU
c. memasang alat monitoring non
invasif
d. melakukan pengujkuran TTV
tiap 5 mmenit selama operasi
e. Pantau kecepatan/kelancaran
infus
f. membantu pelaksanaan
anestesi umum dengan intubasi
ETT
g. mengatur pasien dalam posisi
pembedahan
h. melakukan monitoring
perianestesi TTV tiap 5 menit
i. Mengatasi tasi penyulit yang
timbul
a. Memberikan regimen cairan
sesuai dengan program ,
b. Menghitung perdarahan yang
keluar.
c. Melakukan pemeliharaan
jalan napas
k.melakukan ektubasi
d. Pemberian obat analgetik
e. Mencatat seluruh tindakan di
lembar RM

3 Resiko terjadi a. Memonitor tanda-tanda vital S : -


gangguan tiap 15 jam O : - TD :110/60 mmHg -
keseimbangan b. Memasang IV line je dua di HR : 90x/mnt - Akral
cairan dan elektrolit tangan kiri,no kateter 18. hangat - Sp O2 99%,
c. Mensating jumlah tetesan RR :
infus sesusi targaet . Spontan,tidak muntah
d. memberikan cairan urine output
parenteral sebagai pengganti 150ml,perdarahan
puasa,stress 400cc,NGT 100CC.
oprrasi,maintenance,perdarahan A: banace cairan intra
sesuai dengan management operasi terpenuhi P :
ciran intra operasi, Lanjutkan intervensi
e. mengukur output urien ,dan selanjutnya di ICU
perdarahan
f. melakukan pengkajian
tanda tanda dehydrasi.dan
anemia
g. mencatatan intake dan
output yang akurat
h. melakukan Kolaborasi
pemberian koloid

X. DATA PASCA ANESTESI


Jam 12:15 WIB.
Pasien dipindah ke ruang ICUR ,KU : sedang ,kesadaran pengaruh sedasi
ringan ,pernafasan spontan,adekuat rr 15-20/menit,saturasi oksigen 99%, dengan NRM 10 lpm
dengan alderet score 5,ada luka operasi,perdarahan 400cc, urine 150cc,total cairan kristalod yang
masuk 2000cc,sudah diberikan analgetik torasik 30mg IV,ada drain kontrol perdarahan di
abdomen kiri pasien,terpasang NGT tampung 100 cc warna kehijauan ,terpasang IV line 2 jalur
tangan kanan dan kiri pasien langsung di tranport ke ICU untuk dilakukan perawatan lebih
lanjut.

XI. ANALISIS DATA PASCA ANESTESI


Nama : Ny.W No CM : 101XXXX
Umur : 71 th Diagnosa : Ileus Obtruktif
Jenis kelamin: Perempuan Ruangan : IBS

No. Data Masalah Penyebab


1. DS : - Resiko jatuh hilangnya proteksi
DO sensoris dan motoric
Pasien scunder efek sedative
masih
pengaruh
sedasi ,

XII. DIAGNOSIS DAN PERENCANAAN KEPERAWATAN PASCA ANESTESI

Nama : Ny.W No CM : 101XXXX


Umur : 71 th Diagnosa : Ileus Obtruktif
Jenis kelamin: Perempuan Ruangan : IBS

No. Diagnosis Tujuan Perencanaan Tindakan


Keperawatan Keperawatan
1. Risiko jatuh NOC yang NIC yang disarankan :
disarankan : Setelah 1. Monitor ku,kesadaran pasien
dilakukantindakan 2. Kaji efeksamping obat sedatif
keperawatan, risiko 3. Nilai alderet score tiap 15
jatuh tidak terjadi menit
4. Terapkan standar safty pasien
5. Pindahkan pasien dengan hati
hati
6. Pasang pengaman Tranport
pasien dengan benar
7. Anjurkan kepada keluarga
untuk selalu mendampingi
XIII. IMPLEMENTASI DAN EVAL.UASI POST OPERASI

Nama : Ny.W No CM : 101XXXX


Umur : 71 th Diagnosa : Ileus Obtruktif
Jenis kelamin: Perempuan Ruangan : IBS

Jam:12:00 wib.

No. Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


1. Risiko jatuh 1. Mengkaji S:-
ku,kesadaran O:
pasien Kesadaran pasien belum
2. Memastikan obat masih pengahur sedasi
sedatif sudah Terpasang oksigen NRM
berkurang 10 lpm
efeknya,dengan A: Risiko jatuh tidak
mengecek terjadi
orientasi pasien P: tetap lanjutkan semua
3. memindahkan intervensi sampai dengan
pasien dari bed pasien sadar di Ruang
operasi ke perawatan intensivecar
brankar dengan
hati-hati
4. memasang belt
pengaman pasien
dan memastikan
terkunci
5. melibatkan
keluarga untuk
selalu menjaga
pasien .
6. melakukan hand
over dengan
petugas ruangan

HAND OVER KE RUANG ICU


Nama : Ny.W No CM : 101XXXX
Umur : 71 th Diagnosa : Ileus Obtruktif
Jenis kelamin: Perempuan Ruangan : IBS
Jam 12:20 WIB

S(Situation) Pasien post hernitomy dektra


Ku pengaruh sedasi .
TD :110/80 mmHG
N:90x/menit
Sat o2 98 % dengan NRM 10
LPM,terpasang drain di
abdomen kiri,ketorolak
30mg,masuk pukul 12.00
wib,urine 150ml,NGT 100 cc
warna kehijauan .

B (baground) Pasien langsung ditranfer ke


ruang perawatan intensif care
Hasil jaringan diserahkan
keluarga.
A ( assesment/analisa) Aolderet score 5
Tidak ada keluahan lain
Yang menyerahkan Mumbani TTD
Yang menerima Iwan TTD

Anda mungkin juga menyukai