LP Dan LK Ileus Obtruktif
LP Dan LK Ileus Obtruktif
Di Susun Oleh :
NAMA : MUMBANI
NIM : 210106275
Mengetahui,
Pembimbing Klinik
(RIDWAN HS.S.kep.,Ns)
2022
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain
a. Hernia inkarserata
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantunghernia terjepit
oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi(penyempitan) dan strangulasi
usus (sumbatan usus menyebabkanterhentinya aliran darah ke usus). (Indrayani,
2013).
b.Non hernia inkarserata, antara lain :
1) Adhesi atau perlekatan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intra abdominalsebelumnya atau
proses inflamasi intra abdominal. Dapat berupaperlengketan mungkin dalam
bentuk tunggal maupun multiple, bisasetempat atau luas. (Indrayani, 2013).
2) Invaginasi (intususepsi)
Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naikkekolon
ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum.Hal ini dapat
mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian ususyang masuk dengan komplikasi
perforasi dan peritonitis. (Indrayani,2013).
c. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanyajumlahnya puluhan
hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi dimana-mana di usus halus, tetapi
biasanya di ileum terminal yangmerupakan tempat lumen paling sempit. Segmen
usus yang penuhdengan cacing berisiko tinggi untuk mengalami volvulus,
strangulasi,dan perforasi (Indrayani, 2013).
d.Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yangabnormal dari
segmen usus sepanjang aksis usus sendiri, maupun pemuntiran terhadap aksis
sehingga pasase (gangguan perjalananmakanan) terganggu. Indrayani, 2013).
e. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus, kecuali jikaia
menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan oleh kumpulanmetastasis
(penyebaran kanker) di peritoneum atau di mesenterium yangmenekan usus
(Indrayani, 2013).
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul (koneksiabnormal
antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur lainnya) darisaluran empedu
keduodenum atau usus halus yang menyebabkan batuempedu masuk ke raktus
gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapatterjepit di usus halus, umumnya
pada bagian ileum terminal atau katupileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
(Indrayani, 2013).
3. Manifestasi Klinis
a. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinyadisertai
dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalamlumen usus bagian
oral dari obstruksi, maupun oleh muntah. Gejalapenyumbatan usus meliputi nyeri
kram pada perut, disertai kembung.Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen
sering dirasakansebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.
b.Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertaidengan nyeri
hebat.Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skarbekas operasi atau hernia.
Bila dijumpai tanda- tanda strangulasi berupanyeri iskemik dimana nyeri yang
sangat hebat, menetap dan tidakmenyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera
untuk mencegahterjadinya nekrosis usus.
c. Obstruksi mekanis di kolon .
Timbul perlahan-lahan dengan nyeriakibat sumbatan biasanya terasa di
epigastrium. Nyeri yanghebat dan terus menerus menunjukkan adanya iskemia
atauperitonitis. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksikomplit.
Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan ususbesar. Muntah timbul kemudian
dan tidak terjadi bila katupileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks
isikolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan padausus halus.
Muntah fekal akan terjadi kemudian.Pada pemeriksaan fisik akan menunjukkan
distensiabdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yangkurus,
dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yangterlokasi, dan
terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi.
4. Patofisiologi
Gambar 2.1 Patofisiologi Ileus Obstruktif
5. Diagnosis
Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukanpenyebab misalnya berupa
adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atauterdapat hernia. Gejala umum berupa
syok, oliguri dan gangguan elektrolit.Selanjutnya ditemukan meteorismus dan
kelebihan cairan diusus,hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai mual
danmuntah. Kolik tersebut terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan ususatau
kejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltiskedengaran
jelas sebagai bunyi nada tinggi. Penderitatampak gelisah dan menggeliat sewaktu
kolik dan setelah satu dua kalidefekasi tidak ada lagi flatus atau defekasi. Pemeriksaan
dengan merabadinding perut bertujuan untuk mencari adanya nyeri tumpul
danpembengkakan atau massa yang abnormal.
Gejala permulaan pada obstruksikolon adalah perubahan kebiasaan buang air
besar terutama berupaobstipasi dan kembung yang kadang disertai kolik pada perut
bagianbawah. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang tidak padatempatnya
misalnya pembesaran setempat karena peristaltis yanghebat sehingga terlihat
gelombang usus ataupun kontur usus pada dindingperut. Biasanya distensi terjadi pada
sekum dan kolon bagian proksimalkarena bagian ini mudah membesar.Dengan
stetoskop, diperiksa suara normal dari usus yang berfungsi(bising usus). Pada penyakit
ini, bising usus mungkin terdengar sangat kerasdan bernada tinggi, atau tidak
terdengar sama sekali.Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudianakan terjadi
hemokonsentrasi, leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada pemeriksaan radiologis,
dengan posisi tegak,terlentang dan lateraldekubitus menunjukkan gambaran anak
tangga dari usus kecil yangmengalami dilatasi dengan air fluid level.
Pemberian kontras akanmenunjukkan adanya obstruksi mekanis dan letaknya.
Pada ileusobstruktif letak rendah jangan lupa untuk melakukan
pemeriksaanrektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok dubur dan barium
inloop)untuk mencari penyebabnya. Periksa pula kemungkinan terjadi hernia.Pada
saat sekarang ini radiologi memainkan peranan pentingdalam mendiagnosis secara
awal ileus obstruktifus secara dini.6. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan
laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Padaurinalisa, berat jenis bisa
meningkat dan ketonuria yang menunjukkanadanya dehidrasi dan asidosis metabolik.
Leukosit normal atau sedikitmeningkat, jika sudah tinggi kemungkinan sudah terjadi
peritonitis. Kimiadarah sering adanya gangguan elektrolit.Foto polos abdomen sangat
bernilai dalam menegakkan diagnosaileus obstruksi. Sedapat mungkin dibuat pada
posisi tegakdengan sinar mendatar. Posisi datar perlu untuk melihat distribusi
gas,sedangkan sikap tegak untuk melihat batas udara dan air serta letakobstruksi.
Secara normal lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas tetapipada usus halus
biasanya tidak tampak.Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi ususdengan
multiple air fluid level, distensi usus bagian proksimal, absen dariudara kolon pada
obstruksi usus halus. Obstruksi kolon biasanya terlihatsebagai distensi usus yang
terbatas dengan gambaran haustra,kadang-kadang gambaran massa dapat terlihat. Pada
gambaranradiologi, kolon yang mengalami distensi menunjukkangambaran seperti
„pigura‟ dari dinding abdomen.Kemampuan diagnostik kolonoskopi lebih baik
dibandingkanpemriksaan barium kontras ganda. Kolonoskopi lebih sensitif
danspesifik untuk mendiagnosis neoplasma dan bahkan bisa langsung dilakukanbiopsi.
7. Gambaran Radiologik
Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktifdilakukan foto
abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaanfoto abdomen ini antara
lain :
a. Ileus obstruksi letak tinggi.
b.Ileus obstruksi letak rendah.
c. Gambaran radiologis ileus obstruktif dibandingkan dengan ileus paralitik.
Gambar 2.3 Ileus Paralitik. Tampak dilatasi usus keseluruhan
8. Komplikasi
a. Nekrosis usus, perforasi usus, dikarenakan obstruksi yang sudah terjadiselalu lama
pada organ intra abdomen.
b. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baikdan cepat.
c. Syok-dehidrasi, terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma
d. Abses sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi, karenaabsorpsi tok
sin dalam rongga peritoneum sehingga terjadi peradanganatau infeksi yang hebat pa
da intra abdomen.
e. Pneumonia aspirasi dari proses muntah
Gambar 2.5
Exploration of The Abdomen: Elective Laparotomy. A: Schematic showing one
method of systematic exploration of the entire abodomen. B: Evisceration of
transverse colon and omentum to allow palpation of splenic flexure of colon
decending colon, and left retroperitoneum(Scott-Conner, 2014)
2. Klasifikasi
1) Midline incision
2) Paramedian, yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang(12cm).
3) Transverse upper abdomen incision, yaitu insisi di bagian atas, misalnyapembe
dahan colesistotomy dan splenektomy.
4) Tranverse lower abdomen incision, yaitu insisi melintang di bagianbawah ± 4 c
mdi tas anterior spinal iliaka, misalnya: pada perasiappendictomy.(Jitowiyono
dan Kristiyanasari, 2015)
3. Indikasi laparatomi
Haryono (2012) menyebutkan indikasi peritonitis, antara lain:
1) Trauma abdomen (tumpul atau tajam) / ruptur hepar
2) Peritonitis
3) Perdarahan saluran pencernaan (internal blooding)
4) Sumbatan pada usus halus dan besar
5) Masa pada abdomen
4. Komplikasi laparatomi
Haryono (2012) menyebutkan komplikasi post laparatomi, antara lain:
1) Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.Tromboplebitis p
ost operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi.Bahaya besar tromboplebit
is timbul bila darah tersebut lepas dari dindingpembuluh darah vena dan ikut ali
ran darah sebagai emboli ke paru paru,hati, dan otak. Pencegahan tromboplebiti
s yaitu latihan kaki post operasi,ambulatif dini dan kaos kaki TED yang dipakai
klien sebelum mencobaambulatif.
2) Buruknya integritas kulit sehubungan dengan luka infeksi.Infeksi luka sering m
uncul pada 36-46 jam setelah operasi. Organismeyang paling sering menimbulk
an infeksi adalah stapilokokus aurens,organisme; gram positif. Stapilokokus me
ngakibatkan pernanahan.Untuk mengindari infeksi luka yang paling penting ada
lah perawatanluka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3) Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka ataueviserasiDehis
ensi luka merupakan terbukanya tepi tepi luka yang telah dijahit.Eviserasi luka
adalah keluarnya organ organ dalam melalui insisi. Faktorpenyebab dehisensi at
au eviserasi adalah infeksi luka, kesalahanmenutup waktu pembedahan, ketegan
gan yang berat pada dindingabdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah.
5. Proses penyembuhan luka,Padila (2012) menyebutkan proses penyembuhan luka, ant
ara lain:
1) Fase pertama
Berlangsung pada hari ke-3. Batang leukosit banyak yang rapuh/rusak. Sel-sel d
arah baru berkembang menjadi penyembuh dimana serabut-serabutbening digu
nakan sebagai kerangka.
2) Fase kedua
Dari hari ke-3 sampai hari ke-14. Pengisisan oleh kolagen, seluruhpinggiran se
l epitel timbul sempurna 1 minggu. Jaringan baru tumbuhdengan kuat dan kem
erahan.
3) Fase ketiga
Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus menerus ditimbun. Timbuljaringa
n-jaringan baru dan otot dapat digunakan kembali.
4) Fase keempat.
Fase terakhir, penyembuhan akan menyusut dan mongering.
C. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi berarti “hilangnya rasa atau sensasi”. Istilah yangdigunakan para ahli sar
af dengan maksud untuk menyatakan bahwaterjadi kehilangan rasa secara patolog
is pada bagian tubuh tertentu,atau bagian tubuh yang dikehendaki (Boulton, 2012).
Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika dilaku
kan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit, dalam
hal ini rasa takut perlu ikut dihilangkan untu kmenciptakan kondisi optimal bagi p
elaksanaan pembedahan (Sabiston, 2011).
2. General Anestesi
a. Pengertian
Anestesi adalah hilangnya seluruh modalitas dari sensasi yang meliputi sensasi
sakit/nyeri, rabaan, suhu, posisi/propioseptif. General anesthesia atau anestesi umum
adalah tindakan yang bertujuan untuk menghilangkan nyeri, membuat tidak sadar,
dan menyebabkan amnesia yang bersifat reversibel dan dapat diprediksi. Tiga pilar
anestesi umum atau yang disebut trias anestesi meliputi hipnotik atau sedative, yaitu
membuat pasien tertidur atau mengantuk/tenang, analgesia atau tidak merasakan
sakit, dan relaksasi otot yaitu kelumpuhan otot skelet (Pramono, 2017). General
anestesi suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh
hilangnya rasa nyeri di seluruh tubuh akibat pemberian obat anestesia (Mangku,
2010).
b. Teknik general anestesi
c. Komplikasi anestesi
a) Respiratory
b) Kardiology
peritonium
Defisit cairan elaktrolit
Laparatomy Hipertermi
Nyeri
General Anetesi
b. Data objektif.
2. Intra-operasi
1) Resiko ketidak efektifan bersiahan jana nafas.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi diharapkan resiko jalan
nafas tidak aman
Kriteria hasil: Pasien tidak terjadi sianosis dan sekresi terkontrol
Intervensi
1) Lakukan serah terima pasien
2) Kaji jalan pernafasan pasien
3) Lakukan asesmen pre sedasi dan induksi
4) Persiapkan mesin anestesi,alat alat intubasi lengkap.
5) Peersiapka monitor pasien,suction ,set emeregincy.
6) Bantu dokter anestesi dalam pembiusan GA dengan ETT
7) Sambungkan ETT ke mesin ventilator
8) Pertahankan jalan nafas tetap aman ,
9) Monitor TTV tiap 5 menit
10) Berikan cairan IV pengganti puasa,pengganti stres operasi dan perdarahan
11) Catat semua tindakan yang diberikan
3) Resiko cidera
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi diharapkan Resiko cidera
tidak terjadi
Kriteria hasil:tidak terjadi adanya tanda tanda kelemahan snsoris,atau motorik
Intervensi:
1) Kaji faktor yang kemungkinan bisa terjadi cidera
2) Lepaskan semua perhiasan yang melekat pada pasien
3) Persiapkan mesin anestesi siap pakai,lakukan kalibrasi mesin dan cek fungsi
sebelum dipakai
4) Pindahkan pasien dari brankar ke meja operasi dengn hati-hati
5) Pasang manset tensi,saturasi o2,
6) Bacakan timeout sebelum tindakan
7) Posisikan pasien duduk untuk pembiusan
8) Dampingi dokter anestesi dalam pembiusan
9) Posisikan pasien sesuai jenis pembedahan
10) Pasang pengaman tangan kaki dan badan
11) Monitoring selama tindakan operasi
12) Kolaborasi pemberian obat obatan sesuai keluahan yang terjadi
13) Kaji kondisi kulit setelah pembedahan,catat bila ada temuan
3. Post-operasi
1) Nyeri
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan anestesi diharapkan nyeri tertasi
Kriteria hasil:Pasien melaporkan nyerihilang atau terkontrol, pasien tampak
rileks dan mamputidur dan istirahat.
Intervensi:
1) Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan, f
actor presipitasinya.
2) Observasi ketidak nyamanan non verbal.
3) Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk
memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posi
si, berikan perawatan yang tidak terburu-buru.
4) Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhir espon pasien terh
adap ketidaknyamanan.
5) Anjurkan pasien untuki stirahat.
6) Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada pasien.
7) Kolaboras imedis dalam pemberian analgesik.
3) Resiko jatuh
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan anestesi resiko jatuh tidak terjadi .
Kriteria : pasien terlihat tenang.
Intervensi :
1) Kaji faktor resiko jatuh
2) Jelaskan kepada pasien akan pemulihan efek obat anestesi spinal
3) Pasang pengaman bed pasien
4) Observasi pasien selama diruang pulih sadar
5) Catat dilembar bromage score tiap 15 menit.
6) Berikan posisi nyang nyaman
7) Libatkan keluarga untuk mendampingi pasien
8) Catat setiap tindakan yang diberikan
4. Evaluasi
Merupakan tahapant erakhir dari proses asuhan kepenataan anestesi, tahape valuasi
ini bertujuan untuk menilai atau menentukan efektifitas dari asuhan kepenataan anestesi
yang sudah diberikan, dalam tahap ini juga dilakukan penentuan apakah telah terjadi per
baikan dari kondisi atau kesejahteraan pasien.
E. Daftar Pustaka
De Jong,.W., Sjamsuhidajat, R., 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta.
Guyton, AC dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Ed: ke-9. Jakarta: EGC
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA Ny W DENGAN LAPARATOMY EKPL
ORASI ILEUS OBSTRUKTIF TEKHNIK ANESTESI UMUM ( ETT) DI RSUD BREBE
S
DI RSUD BREBES
Di Susun Oleh :
NAMA : MUMBANI
NIM : 210106275
Mengetahui,
Pembimbing Klinik
(RIDWA
N HS.S.Kep.,N s)
FAKULTAS KESEHATAN
2022
2) Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn,S
Umur : 45 Th
Alamat : Ds. Luwung bata RT 03/02 Brebes
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Hubungan dengan pasien : Anak
1) Keluhan utama
a. Saat Masuk Rumah Sakit
Ny R Mengeluh sakit perut seluruh bagian perut ,tidak BAB selama 3
hari,muntah (+)
b. Saat Pengkajian
Pasien merasa nyeri diperut seluruh bagian,tegang dan nyeri saat disentuh
atau bergerak dan merasa takut akan tindakan operasinya
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Ny R datang ke poli bedah RSUD Brebes keluhan Mengeluh sakit seluruh
bagian perut,nyeri saat di sentuh,penuh tegang dan penuh ,saatbergerak ,tidak
bisa BAB dari 3 hari yang lalu,perut terlihat tegang,muntah + ,pasien merasa
keluhan ini dari 3 hari yang lalu tetapi kadang menghilang,,namun keluhan
semakin parah ahirnya pasien dibawa ke igd oleh keluarganya
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki penyakit hipertensi yang tidak terkontrol
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mengatakan bahwa keluarga pasien tidak mempunyai penyakit
penyakit yang sama
5) Riwayat Kesehatan
Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? (tidak)
Riwayat operasi sebelumnya (tidak pernah)
Riwayat Anestesi sebelumnya (tidak pernah)
Apakah pasien pernah transfusi darah? (tidak)
Apakah pasien pernah di diagnosis penyakit menular? (tidak)
Pasien mempunyai 3 orang anak,dan tidak sedang menyusui
6) Riwayat pengobatan/ Konsumsi obat
a. Obat yang pernah di konsumsi : obat –obat warung pegal linu
b. Obat yang sedang di konsumsi : tidak ada
7) Riwayat Alergi : (tidak)
8) Riwayat Kebiasaan : (-)
b. Pola Kebutuhan Dasar
1) Udara atau Oksigen
Sebelum sakit
a. Gangguan pernafasan : Tidak ada
b. Alat bantu pernafasan : Tidak ada
c. Sirkulasi udara : Baik
d. Keluhan : tidak ada
e. Lainya : tidak ada
Saat sakit
a. Gangguan pernafasan : Tidak ada
b. Alat bantu pernafasan : Tidak ada
c. Sirkulasi udara : Baik
d. Keluhan : tidak ada
e. Lainya : tidak ada
2) Air/Minum
Sebelum sakit
a. Frekuensi : 8 gelas
b. Jenis : Air putih
c. Cara : Di masak
d. Minuman terakhir : Air putih
e. Keluhan : Tidak ada
Saat sakit
a. Frekuensi : pasien puasa
b. Jenis : Air putih
c. Cara : diteguk
d. Minuman terakhir : pukul 23.00
e. Keluhan : Tidak ada
3) Nutrisi/ Makanan
Sebelum sakit
a. Frekuensi : 3-4 kali/hari
b. Jenis : Nasi, lauk, sayur
c. Porsi : Habis 1 porsi
d. Diet khusus : Tidak ada
e. Makanan yang disukai : Makanan pedas
f. Nafsu makan : Baik
g. Puasa terakhir : Tidak ada
h. Keluhan : Tidak ada
i. Lainnya : Tidak ada
Saat sakit
a. Frekuensi : pasien puasa
b. Diet khusus : pasien puasa
c. Makanan yang disukai : pasien puasa
d. Nafsu makan : Menurun
e. Puasa terakhir : pukul 23.00
f. Keluhan : Nyeri perut mual
g. Lainnya : Tidak ada
4) Eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit
Frekuensi : 1-2 kali/hari
Konsistansi : padat
Warna : kuning kecoklatan
Bau : khas feses
Cara : spontan
Keluhan : tidak ada
Lainnya : tidak ada
Saat sakit
Frekuensi : belum BAB selama 3 hari
Konsistansi :
Warna :
Bau :
Cara : tidak
Keluhan : tidak bisa bab
Lainnya : perut terasa nyeri
b) BAK
Sebelum sakit
Frekuensi : 1-4 kali/hari
Konsistansi : Cair
Warna : kuning jernih
Bau : Khas urine
Cara : Spontan
Keluhan : tidak ada
Lainnya : tidak ada
Setelah sakit
Frekuensi : terpasang keteter
Konsistansi : Cair
Warna : Keruh kemerahan
Bau : Khas urine
Cara : Menggunakan urinal bag
Keluhan :-
Lainnya : Tidak ada
Berpakaian v
Berpindah √
0 : mandiri,1 : alat bantu,2 : di bantu orang lain,3 : di bantu orang lain dan
alat,4 : tergantung total
6) Interaksi Sosial
Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok danteman-teman :
(baik)
7) Pemeliharaan Kesehatan
Rasa Aman : Pasien mengeluh nyeri
Rasa Nyaman : pasien mengeluh tidaknyaman
Pemanfaatan pelayanan kesehatan : jika merasa ada keluhan keluarga tidak
langsung memeriksakan ke dokter,minum obat warung .
8) Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial
sesuai dengan potensinya
Konsumsi Vitamin : Jarang
Imunisasi : Lengkap
Olah raga : tidak pernah
Upaya keharmonisan keluarga : baik
Stress dan adaptasi : baik
2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada 5 Mei 2022
a. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CM
GCS : E4 V5 M6
Penampilan : Pasien berbaring
Tanda-tanda Vital : TD : 107/50 N : 102x/menit RR : 24x/menit S: 36,8C
BB : 69kg,TB :150 cm,
b. Pemeriksaan 6B
1) B1 (BREATH)
Wajah : Normal
Gigi palsu : Tidak ada
Cuping hidung : Tidak ada
Tonsil : T0
Obstruksi jalan nafas : paien tidak mengorok saat tidur
Mallapaty : 2
Bentuk leher
Inspeksi : leher pendek (+), ada pembesaran KGB (-), gerak vertebrae
servikal baik.
Palpasi : trakea teraba di tengah, terdapat nyeri tekan di leher
Thorax
a. Jantung
Inspeksi : Tampak ictus cordis 2cm di bawah papila mamae sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba kuat
Perkusi:
i. Batas atas kiri : ICS II garis parasternal sinsitra
ii. Batas atas kanan : ICS II garis parasternal dextra
iii. Batas bawah kiri : ICS V garis midclavikula sinistra
iv. Batas bawah kanan : ICS IV garis parasterna dextra
Auskultasi : BJ I & II regular , tidakditemukan gallop dan murmur.
b. Paru
Inspeksi : Gerak Dinding dada simetris.
Palpasi : Simetris, vokal fremitus kanan sama dengan kiridan tidak
terdapat ketertinggalan gerak.
Perkusi : Sonor kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
2) B2 (BLOOD)
Konjungtiva : Konjungtiva anemis (-/-) , sklera ikterik (-/-)
Vena jugularis : Tidak
BJ I : Tunggal
BJ II : Tunggal
Bunyi jantung : Murmur (-)
3) B3 (BRAIN)
Kesadaran : CM
GCS : E4 V6 M5
Reflek fisiologis
a. Reflek bisep :-
b. Reflek trisep :-
c. Reflek brachiradialis :-
d. Reflek pattela :-
e. Reflek achiles :-
Reflek Phatologis
a. Reflek babinski : -
b. Reflek chaddok :-
c. Reflek schaeffer :-
d. Reflek oppenheim : -
e. Reflek gordon :-
4) B4 (BOWEL)
- Frekuensi Peristaltic Usus: tidak terdengar peristaltik usus
- Titik Mc. Burney :-
- Borborygmi :-
- Pembesaran hepar : Tidak
- Distensi : perut distensi +
- Asites :-
5) B5 (BLADER)
- Buang air kecil : melalui foley cateter
- Terpasang kateter : Rya
- Gagal ginjal : □Ya RTidak
- Infeksi saluran kemih : RYa □Tidak
- Produksi urine : 5 cc /jam
- Retensi urine : □Ya RTidak
6) B6 (BONE)
a. Pemeriksaan tulang belakang
Kelainan tulang belakang: Kyposis (-), Scoliosis (-), Lordosis (-), Perlukaan
(-), infeksi (-), mobilitas (Terbatas), Fibrosis (-), HNP (-)
b. PemeriksaanEkstremitas
- Ekstremitas Atas
Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas ( -), Fraktur(-), terpasang
gips (-), Traksi ( - ), atropi otot ( -), IV line: terpasang di tangan kiri, ukuran
abocatch No20, tetesan: 20 tetes.menit
Palpasi
Perfusi : -baik
CRT :-
Edema :-
Lakukan uji kekuatan otot : Ada kelemahan ekstremitas kiri
- Ekstremitas Bawah
Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), deformitas (-) Fraktur
(-), terpasang gips (-), Traksi ( - ), atropi otot ( -) , ada kelemahan
ekstremitas kiri
Palpasi
Perfusi..
CRT
Edema (1-4),kekuatan otot (1-5),lainya..tidak ada odema
b. Persiapan fisiologis
c. Persiapan psikologis
Pasien diberikan penjelasan tentanng tindakan yang akan dilakukan, dan pasien
dianjurkan untuk berdoa
d. Informed consent Sudah ada
e. Assesment pra induksi
KU .lemah , kesadaran CM kesakitan ,Tekanan darah = 107/50 mmHg, HR =
102 x/menit S= 36, 8° C , SpO2 99% infus perifer tangan kanan ukuran 20G,.
infus lancar.
2) Persiapan alat
- Mesin anestesi
- sumber gas ( O2,AIR,N2 o) ,
- Stetoskop
- Facemask
- OPA no 6
- ETT no 7.00
- Spuit caf
- Plester
- Handscoon
- Set GA
- Set Emerigensi
- Monitor pasien lengkap yaitu tekanan darah, nadi, pulse oxymetri.
- Suction
- Intubasi set ( laryngoscope)
3) Tehnik anestesi
Tehnik anestesi yang digunakan adalah ETT
5) Persiapan obat
2. Jenis Anestesi : GA
6. Posisi : Supine
7. Obat-Obatan
a. Premedikasi : Deksametason 5 mg
Fentanyl 100mcg
c. Maskrelaksan : Atracrium 25 mg
2) Maintenance (M) : 4 x 10 kg = 40 cc
2 x 10 kg = 20 cc
1 x 49 kg = 49cc
109cc/jam
Balance Cairan :
a) Input
Ringer Laktat 2000 ml,
V. PENATALAKSANAAN ANESTESI
1. Pemasangan ETT
Pada pukul 11.00 Pasien di dipindah dari ruang persiapan menuju ruang ok 3,stelah itu
pasien di posisikan terlentang di meja opersi ,lalu dipasang manset tensi,saturasi
O2,memasang elektroda EKG . pada pukul 11.15 wib diberikan pre oksigenasi 4 liter
100% dalam 3 menit,premedikasi :Midazolam 2,5mg,SA 0,25mg fentanyl 100 mcg lalu
diberikan obat induksi ketamine 100 mg dan atrakrium 25 mg, setelah dalam dan otot rilek
lalu dipasang ETT dengan caf 5 cc ,disambungkan ke mesin,menecek posisi insersi
dikedua apek paru ,lalu difiksasi kedua sisi, ,memilih mode Semi Cloused Circuit System
dengan ventilasi Volume Control Ventilaton ,denngan N2O /O2 2 lpm ,Sevofluran
2%,tutup mata pasien dengan plester lalu kemasang skrin anestesi ,pasien diposisikan
supine .
2. Pembacaan timeout
3. Pasien mulai dilakukan insisi pukul 11.15-12:15 WIB
VI. PEMANTAUAN SELAMA OPERASI
Saturasi Respiration Gas
Tekanan Heart
Oksigen Rate oksigen/N20/gas
Pukul Darah Rate Tindakan
(SpO2) (RR) Anestesi
(mmHg) (x/menit)
(%) (x/menit)
Terpasang infus
98% Oksigen /N2O RL
2lpm
Jam
14 Sevoflunane 2%
11.15 107/50 102
/ventilator
2. Resiko Cedera
a. menyiapkan peralatan S : -
termasuk mesin anestesi yang O : - TD : 110/60 mmHg
sudah dites funfsinya dan obat- - HR : 90x/mnt - Akral
obatan sesuai dengan hangat - Sp O2 99%,
perencanaan teknik anestesi RR :
anestesi umum 20X permenit.
b. mengatur posisi supine A: Risiko cidera
pasien ,memberikan penyangga anestesi tidak terjadi
tangan ,bantal kepala ,standar P : Lanjutkan
infus ,memberikan oksigen intervensi masalah di
nasal ICU
c. memasang alat monitoring non
invasif
d. melakukan pengujkuran TTV
tiap 5 mmenit selama operasi
e. Pantau kecepatan/kelancaran
infus
f. membantu pelaksanaan
anestesi umum dengan intubasi
ETT
g. mengatur pasien dalam posisi
pembedahan
h. melakukan monitoring
perianestesi TTV tiap 5 menit
i. Mengatasi tasi penyulit yang
timbul
a. Memberikan regimen cairan
sesuai dengan program ,
b. Menghitung perdarahan yang
keluar.
c. Melakukan pemeliharaan
jalan napas
k.melakukan ektubasi
d. Pemberian obat analgetik
e. Mencatat seluruh tindakan di
lembar RM
Jam:12:00 wib.