Anda di halaman 1dari 8

Laporan Kimia Teknik

Kelas A

Joy Frando Pinem (19-133)

Teknik Pencegahan karat dengan elektrolisis

Korosi adalah kerusakan atau kehancuran material akibat adanya reaksi kimia di
sekitar lingkungannya. Secara umum, korosi dibedakan menjadi korosi basah dan korosi
kering. Korosi disebabkan adanya faktor kimia
fisika, metalurgi, elektrokimia dan termodinamika. Korosi dapat digolongkan menjadi
delapan, yaitu korosi umum, korosi galvanik, korosi celah, korosi sumur, korosi batas butir,
korosi selektif, korosi erosi, dan korosi tegangan.[1] Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut
perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.

Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara)


mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia
karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.

Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku
sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.

Fe(s) <--> Fe2+(aq) + 2e

Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak
sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.

O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l) atau O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)

Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang
kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari
besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode,
bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.

Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi
secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa
korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih
mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau Besi(II) sulfida,
setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk
pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan
lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).

Deret Volta dan Hukum Persamaan Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui
kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor,
seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda
potensial terhadap elektrode lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.

Elektrolisis adalah penguraian suatu elektrolit oleh arus listrik pada sel elektrolisis. Reaksi
kimia akan terjadi jika arus listrik dialirkan melalui larutan elektrolit, yaitu energi listrik (arus
listrik) diubah menjadi energi kimia (reaksi redoks). Tiga ciri utama, yaitu:

• Ada larutan elektrolit yang mengandung ion bebas. Ion-ion ini dapat memberikan
atau menerima elektron sehingga elektron dapat mengalir melalui larutan.
• Ada sumber arus listrik dari luar, seperti baterai yang mengalirkan arus
listrik searah (DC).
• Ada 2 elektrode dalam sel elektrolisis.

Elektrode yang menerima elektron dari sumber arus listrik luar disebut katode, sedangkan
elektrode yang mengalirkan elektron kembali ke sumber arus listrik luar disebut anode. Katode
adalah tempat terjadinya reaksi reduksi yang elektrodanya negatif (-) dan anode adalah tempat
terjadinya reaksi oksidasi yang elektrodanya positif (+).

Cara kerja Elektroplating

Elektroplating adalah penerapan sel elektrolitik di mana lapisan tipis logam diendapkan ke
permukaan konduktif listrik. Sel terdiri dari dua elektroda (konduktor), biasanya terbuat dari
logam, yang dipisahkan satu sama lain. Elektroda direndam dalam elektrolit (larutan).

Ketika arus listrik dihidupkan, ion positif dalam elektrolit bergerak ke elektroda bermuatan
negatif, yang disebut katoda. Ion positif adalah atom dengan satu elektron terlalu
sedikit. Ketika mereka mencapai katoda, mereka bergabung dengan elektron dan kehilangan
muatan positifnya.
Pada saat yang sama, ion bermuatan negatif bergerak ke elektroda positif, yang disebut
anoda. Ion bermuatan negatif adalah atom dengan satu elektron terlalu banyak. Ketika mereka
mencapai anoda positif, mereka mentransfer elektron mereka ke sana dan kehilangan muatan
negatifnya.

Anoda dan Katoda

Dalam salah satu bentuk elektroplating, logam yang akan disepuh terletak di anoda rangkaian,
dengan item yang akan disepuh terletak di katoda . Baik anoda maupun katoda direndam dalam
larutan yang mengandung garam logam terlarut—seperti ion logam yang disepuh—dan ion
lain yang bertindak untuk memungkinkan aliran listrik melalui rangkaian.

Proses Elektroplating Umum

Logam Anoda Elektrolit Aplikasi


Cu Cu 20% CuSO 4 , 3% H 2 SO 4 elektrotipe
Ag Ag 4% AgCN, 4% KCN, 4% K 2 CO 3 perhiasan, peralatan
makan
Au Au, C, Ni- 3% AuCN, 19% KCN, 4% Na 3 PO 4 buffer perhiasan
Cr
Cr Pb 25% CrO 3 , 0,25% H 2 SO 4 suku cadang mobil
Ni Ni 30% NiSO 4 , 2% NiCl 2 , 1% H 3 BO 3 Pelat dasar Cr
Zn Zn 6% Zn(CN) 2 , 5% NaCN, 4% NaOH, 1% Na 2 CO 3 , baja galvanis
0,5% Al 2 (SO 4 ) 3
Sn Sn 8% H 2 SO 4 , 3% Sn, 10% asam kresol-sulfat kaleng berlapis timah

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses elektroplating

1. Rapat arus (Current Density)

Dalam praktek elektroplating besaran yang perlu diperhatikan adalah rapat arus yaitu arus per
satuan luas permukaan benda kerja, biasanya dinyatakan dalam ampere/dm 2 (A/dm2) atau
ampere/cm 2 (A/cm2) atau ampere/foot (A/ft 2).

Rapat arus dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:


IJ=

A ... (2.28) Keterangan: J= Rapat arus (current density)

I = Arus listrik

A= Luas permukaan

Rapat arus antara anoda dan katoda besarnya berbeda dan rapat arus katoda merupakan besaran
yang perlu diperhatikan agar kualitas endapan pada katoda berkualitas baik (Purwanto dkk,
2005 dalam Najmus, 2010).

Rapat arus terlalu rendah menyebabkan pelepasan ion menjadi lambat, idealnya laju
pertumbuhan deposit permulaan (initial stage deposition) lebih cepat daripada laju
pembentukan deposit baru (deposisi berikutnya). Maka pada kondisi tersebut, kemungkinan
deposit berupa kristal yang kasar (karena deposisi permulaan belum sempurna selesai tetapi
sudah disusul deposisi berikutnya). Sedangkan ketika rapat arus mulai dinaikkan, maka laju
pembentukan kristal deposit (nuclei) permulaaan mulai mengalami peningkatan, sehingga
kemungkinan deposit menjadi lebih fine-grained (berbentuk butiran yang bagus) (Glastone,
1962).

Kondisi rapat arus jika terlalu tinggi, menyebabkan polarisasi konsentrasi yakni zona larutan
di sekitar katoda akan dikosongkan dari ion-ion, maka akan muncul kecenderungan
pertumbuhan pada zona yang lebih tinggi konsentrasinya. Sehingga pertumbuhan deposit akan
berupa gerombolan-gerombolan kecil kristal, menyerupai pohon-pohon (Glastone, 1962).
Rapat arus yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan timbulnya panas, sebagai konsekuensi
konversi energi listrik menjadi energi panas. Akibat selanjutnya, dapat menghasilkan deposit
yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

terbakar dengan ditandai warna yang menghitam (Purwanto dkk, 2005 dalam Najmus, 2010).
Hukum Joule berikut ini :

V .i .t = m.c .∆t

E listrik = E panas (konversi energi)... (2.29)


t adalah selang waktu deposisi,∆tadalah kenaikan suhu pada larutan makin tinggi i maka
kenaikan suhu semakin tinggi.

2. Tegangan (Voltage)

Tegangan yang diperlukan untuk proses elektroplating tergantung dari jenis, komposisi dan
kondisi elektrolit. Rapat arus dapat dinaikkan dengan menaikkan tegangan, akan tetapi hal ini
dapat menyebabkan terjadinya polarisasi dan tercapainya tegangan batas. Pada keadaan
tegangan batas, tidak terjadi aliran arus melalui elektrolit, dan bila tegangan dinaikkan akan
terjadi elektrolisis air yang menghasilkan gas hidrogen dan oksigen (Purwanto dkk, 2005 dalam
Najmus, 2010).

3. Konsentrasi Elektrolit

Konsentrasi elektrolit selama proses elektroplating berlangsung akan mengalami perubahan,


dapat disebabkan oleh pengendapan ion logam dari larutan menuju katoda ataupun karena
penguapan. Pada umumnya kelebihan kadar logam akan menyebabkan menurunnya kekilapan
dan kerataan lapisan dan juga mengakibatkan terjadinya pemborosan bahan. Apabila kadar
logam rendah terjadi penurunan konduktivitas sehingga proses plating menjadi lambat
(Purwanto dkk, 2005 dalam Najmus, 2010).

Efek konsentrasi elektrolit dan rapat arus merupakan dua faktor yang saling
melengkapi.Dengan meningkatnya konsentrasi atau karena adanya pengadukan larutan, maka
rapat arus yang lebih tinggi boleh digunakan, dengan catatan sebelum mulai terbentuk deposit
yang kasar (Glasstone, 1962).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Suhu

Suhu berpengaruh terhadap konduktivitas.Jika suhu semakin tinggi menyebabkan


konduktivitas larutan semakin besar sehinnga mempercepat hantaran arus listrik.Pada suhu
tinggi dapat diperoleh rapat arus yang besar. Akan tetapi, setiap jenisplating masing-masing
mempunyai rentang suhu operasi optimum, yang berkaitan dengan sifat deposit logam pada
benda kerja ataupun sifat senyawa aditif jika diberikan (Purwanto dkk, 2005 dalam Najmus,
2010).

5. Senyawa Tambahan (Aditif)


Keberadaan senyawa aditif (misal: surfaktan, brightener, materi koloid, atau senyawa organik
lainnya) sengaja diberikan untuk mengatur pertumbuhan kristal deposit sehingga diperoleh
kualitas yang baik meliputi: kecerahan atau kekliapan (bright), kerataan (leveling) lapisan dan
kekerasan (hard) (Purwanto dan Huda, 2005). Kebutuhan senyawa aditif tersebut biasanya
hanya dalam jumlah yang sangat kecil (misal sekitar 0.05 g/l), namun mampu memberikan
perubahan, menghasilkan deposit mikrokristal yang lembut dan butiran yang tidak kasatfine-
(
grained) (Glasstone, 1962).

6. Jarak Anoda-Katoda

Jarak anoda-katoda menentukan hantaran arus listrik dan sangat berpengaruh terhadap
keseragaman tebal lapisan.Besarnya hantaran berbanding terbalik dengan jarak.Apabila jarak
anoda-katoda kecil, maka hambatan menjadi kecil dan konduktifitas besar sehingga untuk
mendapatkan rapat arus yang besar diperlukan tegangan yang lebih rendah (Purwanto dkk,
2005 dalam Najmus, 2010).

7. Perbandingan (Rasio) Luas Anoda-Katoda

Perbandingan luas permukaan anoda-katoda sangat penting untuk menjaga agar ion-ion
didalam elektroplating selalu seimbang.Standar rasio anoda-katoda tergantung dari jenis
platingnya (Purwanto dkk, 2005 dalam Najmus, 2010).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8. Distribusi Arus

Lintasan arus dari anoda ke katoda tidak semuanaya berupa lintasan lurus, tetapi terdapat juga
lintasan melengkung, mirip seperti kontur garis medan magnet. Keadaan ini menyebabkan
rapat arus pada ujung-ujung katoda menjadi lebih besar karena mendapatkan arus dari lintasan
lurus dan melengkung, sehingga deposit pada ujung-ujung katoda cenderung lebih tebal
(Purwanto dkk, 2005 dalam Najmus, 2010).

Distribusi arus pada permukaan elektroda terbagi menjadi 3 yaitu: primer, sekunder, tersier.
Disribusi arus primer (utama) melibatkan geometri sistem plating dengan potensial konstan
didaerah permukaan elektroda dan pengaruh polarisasi dapat diabaikan.Distribusi arus
sekunder melibatkan aktivasi
overpotential (ηa), kinetika elektroda, dan konduktivitasa larutan. Distribusi arustersier
melibatkan konsentrasi overpotential (ηa), difusi (perbatasan) lapisan, dan agitasi larutan yang
mempengaruhi migrasi ion (mass transport)

(http://www.tau.ac.il/~chemlaba/Files/1.pdf).

9. Daya Lontar Ion/Daya tembus (Throwing Power)

Throwing Power atau tepatnya disebut dengan istilah macrothrowing power didefinisikan
sebagai kemampuan proses elektrolitik untuk menutup katoda dengan lapisan seseragam
mungkin. Throwing power dipengaruhi oleh pengaturan geometri anoda-katoda, jenis
elektrolit dan berbagai parameter proses lainnya. Letak geometri anoda-katoda menentukan
distribusi arus utama sehingga mempengaruhi keseragaman distribusi deposit pada katoda
(Purwanto dkk, 2005 dalam Najmus, 2010).

10. Epitaxy dan leveling

Istilah epitaxy ditujukan pada hasil lapisan deposit yang mengikuti bentuk dan struktur benda
kerja yang dilapisi. Sehingga apabila substrat yang akan dilapisi mempunyai permukaan kasar
maka hasil akhir elektroplating juga terlihat kasar (Purwanto dkk, 2005 dalam Najmus, 2010).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Leveling dapat juga disebut dengan istilah microthrowing power.

Pengertian leveling merupakan kebalikan dari epitaxy, yaitu kemampuan deposit untuk
menutupi dan meratakan bagian-bagian benda kerja yang tidak rata (cekung). Pemberian
senyawa aditif tertentu dapat berfungsi sebagai leveling agent (Purwanto dkk, 2005 dalam
Najmus, 2010).

11. Perlakuan Awal (Pretreatment) Sebelum Elektroplating

Umumya sebelum proses elektroplating dikerjakan, substrat (logam dasar) yang akan dilapisi
diberi perlakuan-perlakuan awal yang dikenal dengan istilah

pretreatment elektroplating, dengan tujuan untuk memberikan tampilan akhir yang baik pada
hasil pelapisan (Brimi et.al, 1965), serta kelekatan yang baik antara deposit dan substrat
(ASTM B 322-85, Reapproved 1994).

Benda kerja yang akan dilapisi kebanyakan masih kotor, berkerak, berminyak, maupun
terdapat bahan-bahan lainya yang melekat pada permukaannya. Pembersihan sangat diperlukan
agar lapisan plating dapat melekat erat pada benda kerja dan tidak mudah keropos maupun
terkelupas (Purwanto dkk, 2005 dalam Najmus, 2010). Namun terkadang pembersihan saja
tidak cukup memberikan kelekatan yang kuat antara substrat dan deposit, maka benda kerja
diberikan perlakuan striking didalam rangkaian siklus pretreatmentelektroplating. Karena
lapisan strike dapat meningkatkan daya kelekatan antara substrat dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Anda mungkin juga menyukai