Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Harpodon Borneo Vol.6. No.1. April.

2013 ISSN : 2087-121X

IDENTIFIKASI SPESIES FITOPLANKTON PENYEBAB


HARMFUL ALGAL BLOOM (HAB) DI PERAIRAN TARAKAN

Encik Weliyadi

Staf Pengajar Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan


FPIK Universitas Borneo Tarakan (UBT) Kampus Pantai Amal Gedung E,
Jl. Amal Lama No.1,Po. Box. 170 Tarakan KAL-TIM.
HP.0811541715 / E-mail : weliyadianwar098@gmail.com

ABSTRACT

Study on the identification of the potential Harmful Algal Bloom (HAB) species in coastal
waters of Tarakan. The objectives of this study were to identify the types of potential HAB
species, which cause red tide event in the coastal waters of Tarakan. Furthermore, this
study was to determine the cell density of HAB species in the study area. Sampling was
conducted from April to July 2012. Two sampling locations were chosen: Station 1 was
located in the Port of Tengkayu 2, Tarakan and Station 2 was situated in the coastal
waters of Amal. The results of the study showed that five potential HAB species were
identified in Tarakan coastal waters. The species were Chaetoceros sp (class
Bacillariophyceae), and four species of class Dinophyceae, which consists of Ceratium
furca, Ceratium fusus, Dinophysis caudata and Protoperidinium depressum. The mean
cell densities of the five HAB organisms ranged between 150-600 cells. L-1, 25-125 cells.
L-1. 25-150 cells. L-1. 25-100 cells. L-1 and 25-50 cells. L-1respectively. Chaetoceros sp
dominated the area with the mean cell density of 322 ± 92 cells. L-1 compared to four
other HAB species. Nevertheless, this study did not find any fish mortality events or a
human illness caused by HAB species at Tarakan waters.

Key word : Harmful Algal Bloom (HAB), Fitoplankton, Waters of Tarakan.

ABSTRAK

Kajian tentang identifikasi spesies fitoplankton penyebab Harmful algal bloom (HAB) di
perairan pesisir Kota Tarakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-
jenis fitoplankton HAB yang berpotensi dapat menyebabkan kejadian Red tide (Harmful
algal bloom) di perairan pesisir Tarakan. Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat
kepadatan sel fitoplankton HAB dan sebarannya di perairan pesisir Tarakan. Pengambilan
sampel fitoplankton dan data lapangan lainnya dilakukan sebanyak 8 kali dari bulan April
hingga Juli 2012. Dua stasiun pengamatan yaitu Stasiun 1 yang berlokasi di perairan
dekat Pelabuhan Tengkayu 2 Tarakan dan Stasiun 2 berlokasi di perairan Pantai Amal.
Hasil penelitian diperoleh sebanyak 5 spesies fitoplankton yang berpotensi menyebabkan
red tide atau HAB pada 2 stasiun pengamatan. Kelima spesies tersebut terdiri dari
Chaetoceros sp dari kelas Bacillariophyceae, Ceratium furca, Ceratium fusus, Dinophysis
caudata dan Protoperidinium depressum dari kelas Dinophyceae. Kepadatan rata-rata sel
yang ditemukan selama penelitian dari kelima organisme HAB tersebut masing-masing
adalah berkisar antara 150 – 600 sel. L-1, 25 – 125 sel. L-1. 25 – 150 sel. L-1. 25 – 100 sel.
L-1 dan 25 – 50 sel. L-1. Chaetoceros sp memperlihatkan tingkat kepadatan sel yang lebih
tinggi (rata-rata 322±92 sel. L-1) bila dibandingkan dengan 4 spesies fitoplankton HAB
lainnya. Meskipun demikian, penelitian ini tidak menemukan adanya kejadian kematian
ikan atau kasus keracunan yang disebabkan oleh organisme HAB di perairan Tarakan.

Kata Kunci : Harmful Algal Bloom (HAB), Fitoplankton, Perairan Tarakan.

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2013 27


Jurnal Harpodon Borneo Vol.6. No.1. April. 2013 ISSN : 2087-121X

PENDAHULUAN kerangan yang dapat dikonsumsi. Kejadian


Harmful algal bloom (HAB) atau red tide
Fitoplankton adalah tumbuhan alga di perairan Tarakan akan dapat
bersel satu (unicellular) yang terdapat di menimbulkan ancaman terhadap
perairan ekosistem laut dan juga air tawar. kesehatan, hilangnya mata pencaharian
Beberapa dari spesies fitoplankton mampu nelayan setempat dan juga kerugian
menghasilkan toksin. Toksin tersebut dapat lainnya. Namun, sampai saat ini belum
dipindahkan melaui rantai makanan, pernah dilaporkan adanya kejadian red tide
dimana dapat mengakibatkan dampak di Perairan Tarakan.
negatif atau kematian terhadap organisme Meskipun demikian, langkah
yang berada pada kedudukan yang lebih antisipatif perlu dilakukan untuk
tinggi dari sistem rantai makanan seperti menghindari dampak negatif yang
zooplankton, kerang-kerangan, ikan, diakibatkan oleh organisme HAB tersebut.
burung, mamalia laut dan juga manusia Oleh karena itu, penelitian ini adalah riset
(Turner dan Turner, 1997). pendahuluan untuk melakukan identifikasi
Spesies alga yang mampu apakah di perairan Tarakan terdapat
menghasilkan toksin umunya adalah dari fitoplankton yang digolongkan dalam
kelas Dinoflagelata dengan jumlah sekitar organisme HAB. Selanjutnya,
300 spesies (UNESCO, 2006). Beberapa pengembangan riset lanjutan terkait
spesies dinoflagelata mampu menimbulkan dengan ekologinya dapat dilakukan untuk
warna pada permukaan air laut, dan dapat memperediksi adanya kemungkinan kasus
menyebabkan dampak negatif terhadap Red tide dapat terjadi di perairan Tarakan
kesehatan manusia. Sebagai contoh di pada masa yang akan datang.
perairan pantai barat Sabah, Malaysia,
dimana kejadian ledakan alga beracun dari MATERI DAN METODE
spesies Pyrodinium bahamense var.
compressum telah dilaporkan pada tahun Waktu dan Tempat
1976, dan mengakibatkan 2 orang Penelitian ini akan dilakukan selama
meninggal setelah memakan kerang yang 6 bulan (Maret hingga Agustus 2012),
telah terkontaminasi racun PSP (Paralytic yang meliputi tahap persiapan, survey
Shellfish Poisoning) (Ting dan Joseph, lokasi, pengambilan sampel hingga
1989). Beberapa spesies dinoflagelata pelaporan. Sampling dilakukan pada saat
lainnya yaitu Cochlodinium polykrikoides, kondisi siang hari, sebanyak 2 kali per
dimana spesies ini pernah dilaporkan telah bulan, dengan mempertimbangkan pola
terjadi ledakan alga (bloom) di perairan pasang-surut air yaitu Spring Tide dan
Wando, Korea yang menyebabkan Neap Tide. Sampel fitoplankton diambil
kematian masal ikan dan mengakibatkan pada lapisan permukaan kolom air yaitu
kerugian dibidang perikanan (Lee dan Lee, pada kedalaman 0.5 meter dari permukaan.
2006). Sedangkan, lokasi penelitian terdistribusi
Perairan pesisir Tarakan memiliki di 2 stasiun yaitu Stasiun 1 di pelabuhan
sumberdaya hasil tangkapan ikan bernilai Tengkayu 2 dan Stasiun 2 di perairan
ekonomis tinggi yang cukup melimpah. Pantai Amal. Berikut ini adalah peta
Selain itu, Pantai Amal yang berlokasi Tarakan yang memperlihatkan lokasi
disebelah tenggara Kota Tarakan juga penelitian.
merupakan daerah penghasil kerang-

28 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2013


Identifikasi Spesies Fitoplankton … (Encik Weliyadi)

Stasiun 1
Stasiun 2

Gambar 1. Peta Lokasi Pengamatan di Perairan Pesisir Kota Tarakan.

Alat dan bahan hingga konsentrasi sampel menjadi 4%.


Berikut ini adalah peralatan dan Selanjutnya, botol sampel diberi label
bahan yang digunakan dalam penelitian berdasarkan stasiun, dan diletakkan ke
ini. dalam coolbox untuk dilakukan identifikasi
dan perhitungan kelimpahan di
Tabel 1. Peralatan dan Bahan Penelitian laboratorium. Paramater penunjang
Peralatan Bahan (temperatur, pH, dan salinitas) juga diukur
a. Plankton net a. Destilled dilapangan bersamaan waktu dengan
b. Depth meter water pengambilan sampel fitoplankton.
c. pH meter b. Formalin 4% b. Analisis Laboratorium
d. Handrefractometer 1). Identifikasi spesies fitoplankton
e. Botol Von Dorn Sampel fitoplankton yang telah
f. Botol sampel diawetkan diambil menggunakan
Plankton pipet dan dipindahkan sebanyak 1
g. Light Microscope tetes ke atas glass silde.
h. Sedgwick-Rafter Selanjutnya, ditutup menggunakan
cell cover glass dan diletakkan di
i. Buku Identifikasi bawah lensa objektif Mikroskop
Marine plankton untuk dilakukan identifikasi dan
j. Alat tulis perhitungan kelimpahan
fitoplankton. Identifikasi jenis
Prosedur Kerja fitoplankton yang beracun adalah
a. Pengambilan sampel di lapangan menggunakan buku Illustrations of
Sampel fitoplankton pada masing- the marine plankton of Japan oleh
masing stasiun akan diambil pada lapisan Isamu Yamaji tahun 1979.
permukaan perairan, dengan menggunakan 2). Perhitungan Kepadatan Sel
botol Nensen sebanyak 100 liter. Fitoplankton HAB
Kemudian, air sampel yang tersaring Kelimpahan spesies fitoplankton
dalam plankton net selanjutnya di adalah dalam unit sel. L-1 dan
pindahkan kedalam botol sampel dihitung berdasarkan formula
fitoplankton dan diberi pengawet formalin sebagai berikut:

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2013 29


Jurnal Harpodon Borneo Vol.6. No.1. April. 2013 ISSN : 2087-121X

C A x (1 / L) x (n / v) (Pilar et al., 2003). Beberapa jenis


Chaetoceros memiliki ukuran yang
Keterangan : bervariasi, seperti Chaetoceros
C = Kelimpahan fitoplankton ceratosporum berukuran lebar antara 5
untuk spesies ke-i (sel. L-1) – 7 µm dengan panjang cetae 20 µm,
A = Jumlah organisme yang Sedangkan, C. gracilis berukuran 6-12
ditemukan pada glass slide µm (Very dan Fox, 1983).
n = Total volume dari sampel Chaetoceros berkembang biak secara
yang dikonsentrasikan (ml) vegetative, seksual dan resting spora.
V = Volume sampel yang Namun, umumnya Chaetoceros
diteteskan ke atas glass berkembang biak dengan cara
slide (ml) pembelahan sel secara vegetative.
L = Volume sampel yang di Mikroalga jenis ini tidak menghasilkan
ambil di lokasi studi (L) racun (toxin). Meskipun demikian,
beberapa kejadian kematian ikan
c. Analisis Data pernah dilaporkan seperti yang terjadi
Data dianalisis secara deskriptif di perairan sebelah barat-laut Pasifik
kualitatif dan kuantitatif untuk Kanada dan United State. Penyebabnya
menggambarkan komposisi jenis spesies adalah adanya kejadian ledakan alga
yang ditemukan pada masing-masing (blooming algae) dari Chaetoceros
stasiun. Sedangkan, independent sample T- concavicornis dan C. convolutes,
test digunakan untuk melihat perbedaan dimana spesies tersebut memiliki duri
kepadatan sel fitoplankton HAB antar dengan gigi-gigi tajam yang dapat
stasiun. tersangkut dalam tisu pada insang ikan.
Sehingga, efeknya dapat menyebabkan
HASIL DAN PEMBAHASAN terjadinya iritasi yang merangsang
pembentukan lendir pada insang ikan.
Hasil penelitian ini telah Hal tersebut dapat membuat ikan
diidentifikasi sebanyak 5 spesies menjadi susah untuk bernafas dan
fitoplankton berbahaya atau HAB akhirnya mati.
(Harmful algal bloom) yang ditemukan di
perairan Kota Tarakan. Kelima spesies b. Ceratium furca
tersebut terdiri dari Chaetoceros sp dari Ceratium furca adalah microalga laut
kelas Bacillariophyceae, Ceratium furca, bersel tunggal yang tergolong dalam
Ceratium fusus, Dinophysis caudata dan kelas Dinophyceae (Gambar 1.B).
Protoperidinium depressum dari kelas Spesies ini mempunyai tubuh yang
Dinophyceae. lurus dengan panjang antara 70 – 200
µm dan lebar antara 30 – 50 µm.
Biologi dan Morfologi Fitoplankton HAB Ceratium furca merupakan organisme
a. Chaetoceros sp. heterotof yang mampu bermigrasi
Chaetoceros sp. adalah jenis mikroalga secara vertikal dari permukaan ke
yang umumnya paling banyak di bawah pada kolom perairan dan
perairan laut (Gambar 1.A). Jenis ini bersifat kosmopolit (Okaichi, 2003;
tergolong kedalam kelas Tomas, 1997). Spesies tersebut
Bacillariophyceae (Diatom), dimana memiliki flagella yang berfungsi
pada bagian luarnya dibungkus oleh sebagai alat untuk berenang. Selain itu,
cangkang dari silikat dengan bentuk Ceratium furca sering ditemukan
geometric secara berurutan. Selnya dalam jumlah yang melimpah dan
dapat membentuk rantai sebanyak 10- mendominasi spesies lain. Spesies ini
20 sel dan mencapai panjang 200 µm tidak menghasilkan toksin. Namun, C.

30 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2013


Identifikasi Spesies Fitoplankton … (Encik Weliyadi)

furca sering dilaporkan terjadi mengalami keracunan yang disebut


blooming yang mengakibatkan diarrhetic shellfish poisoning (DSP).
kematian massal organisme laut. DSP menghasilkan gejala
c. Ceratium fusus gastrointestinal yang umumnya dimulai
Spesies ini merupakan fitoplankton air dalam 30 menit hingga beberapa jam
laut yang diklasifikasikan kedalam setelah mengkonsumsi kerang yang
kelas Dinophyceae (Gambar 1.C). terkontaminasi toksin tersebut. Gejala
Genus dari Ceratium ini memiliki utama dari keracunan DSP adalah diare
lengan atau tanduk (horn) yang dapat yang akut, dimana serangannya lebih
membantunya mengambang dalam cepat dibandingkan dengan keracunan
kolom air, dan mencegah agar tidak makanan akibat bakteri. Selain itu,
bergerak terlalu cepat. Ukuran lebar sel mual, muntah, sakit perut, kram dan
nya antara 15 – 30 µm dan panjang kedinginan. Berikut ini adalah gambar
antara 200 – 300 µm (Dodge, 1982; dari spesies Dinophysis caudata.
Horner, 2002). Ceratium adalah
organisme yang tidak memproduksi e. Protoperidinium depressum
toksin. Namun, dapat menyebabkan Protoperidinium depressum adalah
red tide jika kondisi lingkungan organisme bersel tunggal termasuk
perairannya dapat mendukung dalam dalam kelompok alga yang disebut
pertumbuhannya yang sangat pesat dengan armoured dinoflagellate
atau disebut dengan algae bloom. (Gambar 1.E). Hal ini karena
Ceratium adalah mixotrophs, organisme tersebut memiliki sebuah
mendapatkan makanan baik melalui mantel dibagian luarnya berbentuk
fotosintesis dan fagositosis. tanduk atau duri. Protoperidinium
d. Dinophysis caudata tergolong dalam kelas Dinophyceae
Spesies ini merupakan fitoplankton air dan genus Protoperidinium. Sel nya
laut dari kelas Dinophyceae. Panjang berukuran 150 µm dan panjang 112
tubuhnya antara 70 – 110 µm (Gambar µm, dan terlihat berwarna kuning
1.D). Selnya sering dijumpai hingga cokelat. Protoperidinium dapat
berpasangan atau hanya membentuk berenang dengan bantuan ekornya yang
single cell. Dinophysis caudata disebut flagella. Spesies ini dapat
bereproduksi secara aseksual melalui ditemukan pada semua area laut baik di
pembelahan sel secara biner. area yang beriklim temperate maupun
Distribusinya dapat ditemukan hampir topis. Organisme HAB ini tidak
diseluruh dunia baik di negara beriklim memproduksi toksin, tapi di ketahui
temperate maupun tropis. dapat mengandung toksin karena
Reguera et al, (2012) menyatakan mengkonsumsi spesies dinoflagelata
bahwa Dinophysis caudata termasuk beracun yang lain, yang disebut
salah satu dari 12 spesies Dinophysis Azadinium. Tingginya konsentrasi sel
yang mampu memproduksi toksin dari dari spesies ini disebut dengan blooms,
jenis dinophysistoxins (DTXs) dan yang dapat menyebabkan oxygen
okadaic acid (OA). Toksin tersebut depletion di sebuah perairan.
dapat menyebabkan manusia

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2013 31


Jurnal Harpodon Borneo Vol.6. No.1. April. 2013 ISSN : 2087-121X

A. B.

C.

E.

D.

Gambar 1. Fitoplankton Harmful Algal Bloom (HAB) yang ditemukan di Lokasi Studi.
A. Chaetoceros sp., B. Ceratium furca, C. Ceratium fusus, D. Dinophysis
caudata., E. Protoperidinium depressum.

Kepadatan Sel Fitoplankton HAB 25 – 125 sel. L-1. 25 – 150 sel. L-1. 25 –
Kepadatan rata-rata fitoplankton 100 sel. L-1 dan 25 – 50 sel. L-1.
HAB di 2 stasiun pengamatan disajikan Chaetoceros sp memperlihatkan tingkat
pada Grafik 1. Berdasarkan hasil kajian kepadatan sel yang lebih tinggi (rata-rata
diperoleh sebanyak 5 spesies fitoplankton 322±92 sel. L-1), jika dibandingkan dengan
HAB yang ditemukan pada kedua lokasi 4 spesies fitoplankton HAB lainnya.
sampling. Namun, selama penelitian Keempat spesies HAB tersebut yaitu
berlangsung, spesies HAB tidak Ceratium furca, Ceratium fusus,
menunjukkan adanya kejadian Red tide Dinophysis caudata dan Peridinium
atau menyebabkan adanya kematian pada depressum dicatat hanya memiliki
ikan atau organisme lain di lokasi kepadatan sel rata-rata yang lebih rendah
pengamatan. Tingkat kepadatan sel dari yaitu 34±31 sel. L-1. Sedangkan, spesies
kelima spesies Chaetoceros sp, Ceratium Peridinium depressum tidak ditemukan di
furca, Ceratium fusus, Dinophysis caudata Stasiun 2 (perairan Juata laut) selama
dan Peridinium depressum masing-masing penelitian ini.
adalah berkisar antara 150 – 600 sel. L-1,

32 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2013


Identifikasi Spesies Fitoplankton … (Encik Weliyadi)

Kepadatan sel (sel L-1)

Grafik 1. Kepadatan sel rata-rata spesies fitoplankton HAB yang diidentifikasi di perairan
lokasi studi.

Empat dari Lima spesies organisme Kondisi Lingkungan Perairan di Lokasi


HAB yang ditemukan di perairan Tarakan Studi
dalam kajian ini juga pernah dilaporkan Hasil pengukuran suhu, pH dan
oleh Noor et al, (2012) di perairan pantai salinitas perairan di lokasi penelitian
timur Sabah, Malaysia. Dari hasil disajikan pada Grafik 2. Suhu permukaan
kajiannya, diperoleh tingkat kepadatan sel perairan di Stasiun 1 (pelabuhan Tengkayu
fitoplankton HAB yang lebih tinggi 2), menunjukkan variasi antara 28.8 – 30.5
o
dibandingkan yang dilaporkan dalam studi C. Sedangkan, di Stasiun 2 (Pantai Amal)
ini. Di perairan pantai Sabah, kepadatan sel suhu dicatat antara 29.1 – 31.4 oC.
rata-rata dari spesies Chaetoceros sp, Sementara, parameter pH di Stasiun 1
Ceratium furca, Ceratium fusus, dan diperoleh kisaran antara 7,5 – 7,9 oC dan
Dinophysis caudata masing-masing adalah Stasiun 2 adalah antara 7,8 – 8,3.
1.500 sel L-1, 12.000 sel L-1, 4.000 sel L-1, Selanjutnya, parameter salinitas di Stasiun
dan 1.700 sel L-1. Dua spesies 1 berkisar antara 26,4 – 30,1 psu dan di
menunjukkan densitas sel yang lebih tinggi Stasiun 2 dicatat antara 28,5 – 31,1 psu.
yaitu Ceratium furca dan C. fusus. Namun, Dari hasil analisis statistik menggunakan
dari kajian tersebut tidak dilaporkan Independent T-test memperlihatkan bahwa
adanya kejadian red tide atau Harmful tidak ada perbedaan suhu perairan
algal bloom. (P>0.05) antara Stasiun 1 dan 2.
Di perairan estuaria Urdaibai Sedangkan, kondisi pH dan salinitas pada
(sebelah utara Spanyol), Chaetoceros sp kedua stasiun terdapat perbedaan yang
pernah dilaporkan terjadi blooming dengan signifikan (P<0,05). Hal ini menjelaskan
kepadatan sel maksimum hingga mencapai bahwa kedua stasiun pengamatan memiliki
12 x 106 sel L-1 (Trigueros et al., 2011). Di karakteristik atau variasi suhu yang sama.
perairan Hongkong, Ceratium furca telah Namun, kedua stasiun pengamatan
dilaporkan menyebabkan terjadinya red memiliki perbedaan kondisi pH dan
tide dengan kepadatan sel sebesar 35 x 106 salinitas, dimana pada Stasiun 2 (Pantai
sel L-1 (Wong et al., 2008). Amal) memperlihatkan kandungan pH dan
salinitas yang relatif lebih tinggi
dibandingkan Stasiun 1 (Pelabuhan
Tengkayu 2).

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2013 33


Jurnal Harpodon Borneo Vol.6. No.1. April. 2013 ISSN : 2087-121X

Suhu (oC), pH, Salinitas (psu)

Grafik 2. Suhu, pH dan salinitas selama penelitian dilakukan di perairan pesisir Kota
Tarakan.

Suhu memiliki peranan penting Kelima spesies tersebut terdiri dari


dalam pertumbuhan fitoplankton. Beberapa Chaetoceros sp dari kelas
peneliti menghubungkan antara Bacillariophyceae, Ceratium furca,
pertumbuhan kepadatan sel fitoplankton Ceratium fusus, Dinophysis caudata
dengan parameter fisika dan kimia dan Protoperidinium depressum dari
perairan, untuk memperoleh gambaran kelas Dinophyceae.
kondisi lingkungan perairan yang optimum 2. Dari kelima spesies yang
dalam perkembangannya. Seperti yang diidentifikasi, ditemukan 1 spesies
dilaporkan oleh Baek et al, (2007) dari yang dapat memproduksi racun dari
hasil penelitiannya diperoleh bahwa jenis dinophysistoxins (DTXs) dan
Ceratium fusus tidak dapat berkembang okadaic acid (OA), yang dapat
dengan baik pada suhu <16oC dan salinitas menyebabkan manusia keracunan
>34 psu. Meskipun demikian, Ceratium diarrhetic shellfish poisoning (DSP)
fusus masih mampu bertahan hidup pada melalui kerang yang telah
suhu 1,7 hingga 27,0 oC dan salinitas terkontaminasi.
antara 14,4 dan 34,8 psu. France et al, 3. Kepadatan sel dari kelima spesies
(2006) melaporkan bahwa spesies dari yang terdiri dari Chaetoceros sp,
Dinophysis di Laut Adriatic, Italy, mampu Ceratium furca, Ceratium fusus,
hidup pada suhu antara 8,9 – 25,6oC, dan Dinophysis caudata dan
salinitas antara 35.5 – 37.9 psu. Kepadatan Protoperidinium depressum masing-
sel Dinophysis tertinggi dicatat pada masing adalah berkisar antara 150 –
kondisi suhu yang lebih hangat yaitu 23oC. 600 sel. L-1, 25 – 125 sel. L-1, 25 –
150 sel. L-1, 25 – 100 sel. L-1, dan 25
KESIMPULAN – 50 sel. L-1.

Berdasarkan hasil penelitian dari kajian ini, DAFTAR PUSTAKA


maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat sebanyak 5 species Baek, S.H., Shimode, S., Kikuchi, T. 2007.
fitoplankton yang berpotensi Reproductive Ecology of the
menyebabkan HAB (Harmful algal Dominant Dinoflagellate, Ceratium
bloom) atau kejadian ledakan alga fusus, in Coastal Area of Sagami
berbahaya di perairan pesisir Tarakan. Bay, Japan. Journal of

34 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2013


Identifikasi Spesies Fitoplankton … (Encik Weliyadi)

Oceanography, Vol. 63, pp. 35 to Shellfish Poisonings in Sabah,


45. Malaysia. In Hallegraeff, G.M. and
Maclean, J.L. Biology,
Lee, Y.S. and Lee, S.Y. 2006. Factors epidemiology and management of
affecting outbreaks of Pyrodinium red tides. ICLARM
Cochlodinium polykrikoides Conference Proceedings 21. pp 19
blooms in coastal areas of Korea. – 26.
Mar. Pollut. Bull. 52: 626 – 634.
Tomas, C. R. 1996. Marine Plankton
Okaichi, T. 2003. Red tides. Terra Identification. Academic Press,
Scientific Publishing Company, London. 875 pages.
Tokyo: xvi + 439 pages.
United Nations Educational Scientific and
Pilar.M.S. Saavedra and D. Voltolina. Cultural Organization (UNESCO),
2003.The chemical composition of 2006. A World of Science, Vol. 4
Chaetoceros sp. No. 3.
(Bacillariophyceae) under different
light conditions de Educaci6n Wong, Y.K., K.Y. Ng, T.I. Tong and K.C.
Superior de Ensenada, Ho, 2010. A Ceratium furca bloom
(C.I.C.E.S.E.), Departamento de in inner Tolo Harbour, Hongkong.
Acuicultura, Ave. Espinoza 843, Proceeding of 13th International
Apdo. Conference on Harmful Algae,
November 3-7, 2008, Hongkong,
Ting, T.M. and Joseph, T.S.W. 1989. China; pp:13.
Summary of Red tide and Paralytic

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2013 35

Anda mungkin juga menyukai