Tugas Kelompok Ke-3 Week 8/ Sesi 12 Nadya Aprillia Syafira / 2502131150 Bahtera Nurmalita Sari / 2502121061
Tugas Kelompok Ke-3 Week 8/ Sesi 12 Nadya Aprillia Syafira / 2502131150 Bahtera Nurmalita Sari / 2502121061
Week 8/ Sesi 12
SEKARANG, kita hidup pada era yang sangat fantastis. Bukan lagi evolusi, melainkan disrupsi.
Saat ini, hanya ambiguitas, ketidakjelasan, dan perubahanlah yang pasti.
Kita juga yang bertanggung jawab mengambil kesempatan menggambar masa depan yang
berbeda dengan masa lalu.
Kita sudah memiliki pandangan luas mengenai keadaan lingkungan, baik alam maupun
perkembangan teknologi. Apa yang kita harapkan pada masa mendatang? Lalu, bagaimana cara
kita berusaha mewujudkannya?
Seorang atasan perlu menyambut tantangan ini dengan meningkatkan kapasitasnya dalam
menghadapi VUCA yang semakin kental. VUCA merupakan akronim dari volatility, uncertainty,
complexity, dan ambiguity. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan kondisi atau era kehidupan
yang dihadapkan dengan ketidakpastian.
Tren 2021
Tak ada yang tak mungkin. Ketika ada disrupsi, di situ ada kesempatan. Bahkan, ketika terjadi
kejatuhan sekalipun, kesempatan untuk berbelok arah juga tetap ada.
Saat ini, kita semua berada dalam sistem global yang saling berhubungan dengan sumber daya
yang tidak terbatas. Disrupsi terjadi dalam keseharian kita. Perubahan cuaca dan perkembangan
virus corona juga terus menerus terjadi.
Saat kita baru saja sedikit ditenangkan dengan vaksin yang mulai disebarluaskan, muncul berita
mengenai mutasi virus corona jenis baru. Sebagai pemimpin, kita patut menyadari betapa
ketidakseimbangan dan perubahan ini berdampak pada finansial perusahaan kita.
Gonjang-ganjing ekonomi dan operasi perusahaan ini berdampak pada trust, yang dirasakan
hampir semua pihak. Apakah itu atasan terhadap bawahan, bawahan terhadap atasan, atau
bahkan pelanggan terhadap perusahaan yang sering tidak hadir ketika dibutuhkan. Dalam kondisi
tersebut, terjadi semacam erosi kepercayaan.
Hal yang juga sangat jelas terlihat adalah kecepatan. Saat ini, semua orang memiliki paham lain
mengenai waktu. Semua kiriman harus datang same day, semua data harus terlihat real time.
Servis pun diharapkan untuk bisa diselesaikan dengan lebih cepat. Penundaan tidak dapat
ditoleransi lagi. Dunia memang seolah berputar lebih cepat.
Tuntutan karyawan untuk bebas bekerja dari mana saja semakin lama semakin meningkat. Para
pemimpinlah yang sekarang tertantang untuk meningkatkan kemampuan, bahkan menambah dan
mengganti kapasitasnya agar dapat menanggapi perkembangan yang pesat dan tak terduga ini.
Personal agility-nya dituntut dalam setiap aspek kehidupan personal maupun profesional.
Merujuk pada penelitian yang menyimpulkan bahwa hanya 18 persen pemimpin yang memiliki
kualitas pemikiran memadai untuk menyikapi keadaan VUCA, berarti sebagian besar dari
mereka masih bertahan pada pendekatan-pendekatan tradisional pradisrupsi.
Bila tidak berhati-hati, hal yang sama bisa saja langgeng. Pemimpin menjadi kurang peka
terhadap tuntutan lain yang berkembang di luar. Julie Chesley, Hannah Jones, dan Terri Egan,
dalam studinya mengenai pemimpin zaman sekarang menyatakan, gaya neuroleadership yang
mendalami pemahaman mengenai kerja otak, pikiran, dan tubuh merupakan pendekatan yang
lebih tepat dalam menghadapi tantangan-tantangan saat ini.
Para ahli mengatakan, pemimpin sekarang perlu berfokus pada SPINE: perkembangan spiritual,
physical, intellectual, intuition, dan emotion sekaligus.
Di sini, pemimpin VUCA perlu menjaga semangatnya sendiri agar tidak pernah kendur. Ia perlu
tampil di depan para bawahan dengan semangat yang bisa ditularkan. Mereka perlu bersikap
fleksibel. Tuntutan bekerja dari rumah ini benar-benar menantang para pemimpin untuk mampu
mengatur waktu, energi, dan fokus sesuai dengan keadaan lapangan.
Mengubah paradigma
Selama ini, kita semua sepakat, komunikasi sangatlah penting. Namun, sekarang kita melihat,
komunikasi saja tidak cukup bila tidak diiringi dengan empati.
Kita tidak cukup hanya peduli terhadap hal-hal yang terjadi seputar pekerjaan, tetapi juga perlu
memperhatikan seluruh personel bawahan secara pribadi. Kita perlu menyadari bahwa kita
bekerja dengan manusia, bukan robot.
Bila dulu emotional intelligence sudah kita anggap cukup, sekarang seorang pemimpin tangguh
harus juga dapat memanfaatkan emotional agility-nya. Bila awareness dan kontrol diri para
pemimpin dulu dianggap sasaran penguasaan emosional, sekarang, para pemimpin harus gesit
dalam memahami intensi tindakan orang lain, serta dampak seperti apa yang diharapkan mereka.
Intensi dan dampak haruslah jelas sehingga pemimpin bisa mengarahkan dirinya sesuai dengan
keadaan sosial emosional yang dihadapinya. Bersamaan dengan situasi ini, pemimpin juga perlu
menunjukkan respek pada setiap orang yang ditemuinya, termasuk bawahan. Pemimpin otoriter
yang zaman dulu dapat diterima dan masih bisa dimaafkan, sekarang terlihat sangat kuno.
Bila dulu pemimpin berfokus pada efisiensi dan manajemen waktu, sekarang, segala sesuatu juga
perlu dikaitkan dengan konteks keberadaannya serta big picture visi misi yang ingin dicapai.
Pada saat bekerja jarak jauh, kita tidak bisa menerapkan apa yang biasa kita lakukan di kantor
langsung pada kegiatan work from home. Konteks kita sudah berubah. Karenanya, desain
manajemen kerja perlu diatur sesuai dengan keadaan spiritual, fisik, intelektual, intuisi, dan
emosi seluruh manusia yang berada dalam organisasi.
Kini, tidaklah cukup bila pemimpin hanya memberikan sasaran saja tanpa gambaran yang jelas
mengapa dan bagaimana kita dapat mencapainya bersama-sama. Get your team on board with
your vision — don’t force it.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menjadi Pemimpin 2021", Klik untuk
baca: https://money.kompas.com/read/2021/03/20/080100026/menjadi-pemimpin-2021.
1. “kita hidup pada era yang sangat fantastis. Bukan lagi evolusi, melainkan disrupsi. Saat ini,
hanya ambiguitas, ketidakjelasan, dan perubahanlah yang pasti”. Merujuk pada pernyataan
Jawaban :
Sumber : kajianpustaka
3. Berdasarkan artikel di atas, apa yang dapat Anda pelajari terkait jiwa kepemimpinan yang
harus dimiliki oleh seorang entrepreneur?
Jawaban :
Di era VUCA saat ini, karakter wajib yang harus dimiliki seorang entrepreneur adalah agile
atau ketangkasan untuk mengimbangi segala perubahan yang terjadi begitu cepat dan tidak
mudah untuk diprediksi. Berdasarkan artikel diatas ciri-ciri agile leadership yang harus
dimiliki seorang entrepeneur sebagai berikut :
a. Adaptable
Seorang entrepeneur harus mampu beradaptasi dan bertahan dalam situasi kompleks
yang berubah-ubah. Didalam sebuah bisnis seorang entrepeneur ditantang untuk terus
ENTR6100-Managing Entrepreneurial Organization and Leadership-R1
meningkatkan kemampuannya, berinovasi dan mengupgrade kemampuannya agar dapat
mengikuti perkembangan yang pesat dan tak terduga. Dalam lebel individu,
adaptable berarti terbuka pada setiap ide baru atas segala perubahan dan mampu
mengkomunikasikan ide tersebut pada orang di sekitar.
b. Humbel
Humbel dalam artian disini adalah mampu mampu menerima input dan pengetahuan baru
dari orang lain atas perubahan yang terjadi. Tidak membatasi diri untuk belajar sesuatu
yang baru dan tetap terbuka terhadap setiap informasi baru demi keuntungan perusahaan.
c. Visionary
Seorang entrepreneur harus memiliki karakter visionary, yaitu kemampuan untuk
memilih, merencanakan dan merealisasikan tujuan jangka panjang yang telah
direncanakan, walaupun pada jangka pendek terdapat resiko sebuah ketidak pastian yang
mungkin terjadi, contohnya : covid-19.
d. Angaged
Seorang entrepeneur yang agile, memiliki keterlibatan yang kuat (engaged) dalam
menghadapi tim di masa pandemi COVID-19. Situasi ini menuntut kualitas
kepemimpinan seorang entrepreneur yang khusus dan keterlibatan yang lebih intensif
dari seorang pemimpin untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh timnya, salah
satunya dengan memiliki keterbukaan dan kemampuan komunikasi yang baik dengan
team guna mencapai tujuan perusahaan.
4. Bagaimana cara para pemimpin sehingga dapat meningkatkan kekompakan anggota, kerja
sama, identifikasi tim, kemanjuran kolektif, dan pembelajaran kolektif?
Kerja tim atau team work adalah upaya kolaborasi dari suatu kelompok untuk mencapai tujuan
bersama atau menyelesaikan tugas dengan cara yang paling efektif dan efisien secara
berkelompok. Konsep ini terlihat dalam kerangka kerja tim yang lebih besar, yaitu sekelompok
individu yang saling bergantung yang bekerja bersama menuju tujuan bersama. Kerja tim yang
Setiap anggota tim harus menyadari arti dari kegiatan mereka merupakan sebagai
bagian dari tujuan yang lebih besar. Jika, misalnya, Anda meminta tim untuk terlibat
dalam blogging demi promosi bisnis, mereka harus memahami bagaimana blog ini
akan membantu organisasi mencapai tujuan yang lebih tinggi. Jika mereka tidak
melihat tujuan tugas, mereka akan gagal dan Anda harus menginvestasikan dana
tambahan untuk mengalihdayakan tugas itu ke layanan penulisan tadi.
Semua orang dalam tim harus menyadari hierarki, pembagian tugas dan peran mereka
di dalamnya. Perbedaan inilah nantinya yang akan menyatukan dan membuat tim
semakin solid dan pekerjaan yang dikerjakan menjadi selesai karena setiap orang
berpartisipasi mengikut peran mereka masing- masing.
Menjaga komunikasi
Setiap kali seseorang memiliki pertanyaan atau mendapat ide, mereka harus dapat
mengomunikasikannya. Komunikasi dalam tim harus dijaga semulus dan sejelas
mungkin sesama anggota tim yang terlibat.
Kerja tim bukanlah tentang prestasi individu melainkan tentang apa yang dicapai grup
secara bersama- sama. Meskipun ini adalah kerja tim yang menuntut kerjasama solid,
individu tersebut tidak boleh kehilangan suara asli mereka selama kolaborasi.
Pemimpin harus terus mengevaluasi cara anggota tim bekerja bersama. Idealnya, tim harus
mandiri dan tampil tanpa harus memimpin mereka melalui setiap langkah. Pekerjaan Kita tidak
dilakukan dengan membentuk tim dan memberikan instruksi, melainkan membimbing tim untuk
bekerja dengan satu sama lain dengan lebih efektif. Ketika tim menjadi nyaman satu sama lain,
efisiensi dan produktivitas mereka akan meningkat ketika mereka membangun kepercayaan dan
kepercayaan satu sama lain.
Sebagai seorang pemimpin, Kita harus mengenal setiap anggota tim sebagai individu. Setiap
orang memiliki keterampilan tertentu, serta minat dan kekurangan. Ketika mengetahui hal-hal
ini, Kita dapat mencocokkan setiap pekerja dengan tugas yang tepat. Ini adalah cara terbaru
untuk membantu mereka dalam meningkatkan produktivitas mereka. Berusahalah untuk
membangun kepercayaan dan keterlibatan dengan setiap karyawan pada tingkat pribadi. Cari
tahu bagaimana keterampilan, minat, dan kekuatan unik mereka dapat digunakan untuk
meningkatkan hasil tim. Ketika membangun kepercayaan pada mereka, mereka akan
membangun kepercayaan mereka pada kita dan perusahaan untuk menyediakan sumber daya
yang diperlukan agar mereka tumbuh dan sukses. Kita tidak boleh terlalu pribadi dengan
karyawan.
Referensi :
https://idcloudhost.com/tips-dan-trick-membangun-team-work-kerja-sama-tim-yang-baik-dan-
benar-untuk-bisnis/
https://idcloudhost.com/tips-dan-trick-membangun-team-work-kerja-sama-tim-yang-baik-dan-
benar-untuk-bisnis/
5.
Notes:
Setiap pengutipan dari berbagai referensi perlu dilakukan paraphrase untuk menghindari
plagiarisme.