2361 5210 1 SM
2361 5210 1 SM
Januari 2012
Pandecta
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta
Abstract
The new solution needed to fix the weaknesses in the concept of pre-trial Judge in the
Criminal Code and Criminal Procedure Code Commissioner in the bill. Commissioner
Judge pioneered in the bill replaces the pre-trial Criminal Procedure. Judge
commissioner, is an official who is authorized to assess the course of the investigation
and prosecution, and other authorities. Commissioner Judge concept is to replace
the pre-trial, with wider powers and aims to correct the deficiencies contained in
the pretrial hearing. Preliminary examination by the Commissioner as a solution to a
pretrial judge in upholding human rights in Indonesia is about problem solving and the
concept of pre-trial Judge Commissioners. Preliminary examination is an examination
conducted by the Commissioners Court is a special part of the PN, as one of the steps
that must be passed before the dossier handed over to the court for examination of
the principal case. Therefore, all case files must go through a preliminary examination
in order to exercise authority of Commissioners Court, so the protection of the rights
of suspects can be realized. At the preliminary examination stage there are some
important things like PN organizational structure, authority, summoning the parties,
the preliminary examination procedure, and provisions Judge Commissioners. Of
these things are reflected advantages not possessed by the pretrial judge under the
Criminal Procedure Code and the concept of the bill the Commissioner under the
Criminal Procedure Code so that any weaknesses can be covered with the advantages
contained in the preliminary examination.
Alamat korespondensi:
© 2012 Universitas Negeri Semarang
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 9, Tamalanrea Makasar 90112 ISSN 1907-8919
Pandecta. Volume 7. Nomor 1. Januari 2012
33
Pandecta. Volume 7. Nomor 1. Januari 2012
tangkap dalam kasus pembunuhan Asrori, penegakan hukum dan perlindungan HAM.
mayat yang ditemukan di sebuah kebun tebu Namun, hal tersebut malah menimbulkan
Desa Bandar Kedungmulyo, Jombang. Kemat pro dan kontra diberbagai kalangan. Oleh
dan rekannya bahkan telah divonis masing- karena itu, dibutuhkan solusi baru yang dapat
masing, 17 dan 12 tahun. Kemat cs mengaku memperbaiki kelemahan-kelemahan pada
diintimidasi dan dianiaya penyidik supaya praperadilan dalam KUHAP dan konsep
mengaku telah membunuh Asrori. Setelah Hakim Komisaris dalam RUU KUHAP.
Diselidiki ulang, polisi menemukan bahwa
mayat di kebun tebu adalah Fauzin Suyanto, 2. Metode Penelitian
warga Nganjuk. Kemat cs juga tak terbukti
telah membunuh Fauzin (http//:www. Metode penelitian yang dipergunakan
vivanews.com, diakses 4 April 2010, pk. dalam penelitian ini adalah menggunakan
14.20 Wita). pendekatan yuridis normatif (Ronny Hanitijo
Perlu diketahui bahwa saat ini Soemitro: 1987).
penerapan proses praperadilan sudah tidak Sumber data yang dipergunakan dalam
sesuai lagi dengan tujuan awalnya yaitu untuk penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
melakukan proses pengawasan horizontal yang dihimpun melalui studi dokumen dan
terhadap proses pidana. Hal ini dapat dilihat data kepustakaan. Data sekunder yang sudah
dalam praktik pelaksanaan praperadilan, ada dihimpun kemudian di analisis secara
dimana hakim lebih banyak memperhatikan kualitatif melalui laporan penelitian yang
perihal dipenuhinya syarat-syarat formil dari tersusun secara sistematis dengan metode
suatu penangkapan atau penahanan. Syarat- berfikir secara induktif, yaitu pola berfikir
syarat formil yang diperiksa yaitu, mengenai yang didasarkan suatu fakta yang sifatnya
ada tidaknya surat perintah penangkapan khusus kemudian ditarik kesimpulan yang
dan ada tidaknya Surat Perintah Penahanan sifatnya umum, untuk memperoleh kejelasan
(SP2), serta sama sekali tidak menguji dan dari permasalahan dalam penelitian ini.
menilai syarat-syarat materiilnya. Padahal
syarat materiil merupakan syarat terpenting 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
yang dapat menentukan seseorang tersebut
dapat tidaknya dikenakan upaya paksa a. Keberadaaan Praperadilan
(penangkapan atau penahanan) oleh aparat Lahirnya praperadilan dikarenakan
penegak hukum (penyidik atau penuntut adanya dorongan bahwa tidak terdapatnya
umum). pengawasan dan penilaian upaya paksa yang
Pemerintah telah membentuk tim menjamin HAM di dalam HIR, yang dibentuk
penyusun Rancangan Undang-Undang dengan berorientasi atas kekuasaan zaman
Hukum Acara Pidana draft 2009 (RUU penjajahan kolonial Belanda. Praperadilan
KUHAP) untuk merevisi KUHAP yang masih bertujuan untuk melakukan pengawasan
berlaku sampai saat ini. Salah satu substansi horizontal atas segala upaya paksa yang
yang menjadi sorotan dalam revisi itu ialah dilakukan oleh aparat penegak hukum untuk
tentang praperadilan. Tim penyusun RUU kepentingan pemeriksaan perkara pidana
KUHAP kemudian merevisi hal-hal yang agar benar-benar tindakan tersebut tidak
berkaitan dengan praperadilan menjadi hakim bertentangan dengan peraturan hukum dan
komisaris. Hal ini dapat dilihat dalam RUU perundang-undangan disamping adanya
KUHAP Pasal 1 angka (7) mengenai ketentuan pengawasan secara vertikal dalam perangkat
umum dan BAB IX mengenai kewenangan, aparat itu sendiri. Adanya praperadilan bukan
proses beracara, dan syarat serta tata cara merupakan lembaga peradilan tersendiri,
pengangkatan dan pemberhentian hakim melainkan berupa wewenang baru yang
komisaris. Pembentukan Hakim Komisaris diberikan berdasarkan KUHAP kepada setiap
ini bertujuan untuk menutupi kelemahan- Pengadilan Negeri (PN) yang telah ada selama
kelemahan yang terdapat pada proses ini di Indonesia.
praperadilan sehingga dapat lebih menjamin Praperadilan bersumber pada
34
Pandecta. Volume 7. Nomor 1. Januari 2012
hak Habeas Corpus yang pada dasarnya jelas ditemui pada pengaturan praperadilan
memberikan hak kepada seseorang yang dalam KUHAP.
dilanggar hak asasinya untuk melakukan Menurut pandangan Soerjono
perlawanan terhadap tindakan upaya Soekanto, ada 2 (dua) fungsi yang dapat
paksa yang dilakukan oleh penyidik atau dijalankan oleh hukum didalam masyarakat
jaksa dengan menuntut yang bersangkutan yaitu sebagai sarana kontrol (a tool of social
di depan pengadilan. Pasal 1 butir (10) control) dan sarana untuk melaksanakan
KUHAP mengatur bahwa praperadilan rekayasa sosial (a tool of social engineering).
adalah wewenang PN untuk memeriksa Bila hal ini dikaitkan dengan praperadilan
dan memutus tentang: 1) Sah atau tidaknya dengan adanya a tool of social control ini,
penangkapan atau penahanan; 2) Sah atau maka pada dasarnya praperadilan berfungsi
tidaknya penghentian penyidikan, atau sebagai perlindungan terhadap tindakan
penghentian penuntutan; 3) Permintaan yang sewenang-wenang dari para aparat
ganti rugi atau rehabilitasi oleh tersangka penegak hukum yang pada pelaksanaan
atau keluarganya atau pihak lain atas tugasnya sering melakukan tindakan yang
kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke melanggar harkat dan martabat manusia.
pengadilan. Selanjutnya dengan adanya hukum sebagai a
Berdasarkan wewenang tersebut, tool of social engineering, maka praperadilan
maka dapat dipastikan bahwa upaya paksa dapat membawa masyarakat kepada situasi
yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dan kondisi hukum yang lebih baik menuju
bertentangan atau dibenarkan oleh hukum. kearah pembangunan hukum ke depan
Bila bertentangan, maka tindakan tersebut (Rahardjo, 1984).
harus dikatakan sebagai tindakan pelanggaran Menurut Faisal Salam, lembaga
hukum. Oleh karena itu, telah jelas bahwa praperadilan merupakan kontrol/
tujuan dari praperadilan adalah demi pengawasan atas jalannya hukum acara
tegaknya hukum dan perlindungan hak asasi pidana dalam rangka melindungi hak-hak
para tersangka dalam tingkat penangkapan, tersangka atau terdakwa. Dengan demikian,
penahanan, pemeriksaan, penyidikan dan pada prinsipnya fungsi utama pelembagaan
penuntutan. praperadilan dalam KUHAP ialah untuk
Ditinjau dari segi struktur dan susunan melakukan pengawasan horizontal atas
peradilan, praperadilan bukan merupakan tindakan upaya paksa yang dikenakan
lembaga pengadilan yang berdiri sendiri terhadap tersangka selama ia berada dalam
melainkan sebagai instansi tingkat peradilan pemeriksaan penyidikan atau penuntutan,
yang mempunyai wewenang menyelesaikan agar benar-benar tidak bertentangan dengan
perkara pidana, yang memiliki ciri dan ketentuan undang-undang (Salam, 2001).
eksistensi sebagai berikut:1) Berada dan Dengan adanya konsep praperadilan
merupakan kesatuan yang melekat pada PN; ini, maka wewenang dan fungsi pengadilan
2) Praperadilan merupakan divisi dari PN; bertambah yaitu bertugas menilai dan
3) yustisial, personil, peralatan dan finansial menetapkan sah tidaknya penangkapan,
bersatu dengan PN; 4) Tata laksana fungsi penahanan, penghentian penyidikan atau
yustisialnya merupakan bagian dari fungsi penuntutan. Wewenang dan fungsi tambahan
yustisial PN sendiri (Harahap, 2007). tersebut dijalankan oleh divisi pengadilan
Selain itu, praperadilan mempunyai yang bertugas melakukan praperadilan.
fungsi sebagai examinating judge, karena Terdapat berbagai ketentuan yang
praperadilan hanya memeriksa sah atau menjadi dasar dari praperadilan, yaitu:
tidaknya suatu penangkapan serta sah atau Pertama, Pasal 8 Ayat (4) Undang-undang
tidaknya suatu penahanan. Praperadilan No.16 Tahun 2004 tentang perubahan
sebagai examinating judge secara formil hanya Undang-undang No. 5 Tahun 1991 tentang
terbatas pada sebahagian dari upaya paksa Kejaksaan RI, yaitu dalam melaksanakan
saja, yakni penangkapan dan penahanan saja. tugas dan wewenangnya, jaksa senantiasa
Sedangkan upaya paksa lainnya tidak secara bertindak berdasarkan hukum dan
35
Pandecta. Volume 7. Nomor 1. Januari 2012
37
Pandecta. Volume 7. Nomor 1. Januari 2012
perlawanan terhadap tindakan upaya paksa para tersangka pada tahap penangkapan,
yang dilakukan oleh penyidik atau jaksa penahanan, pemeriksaan, penyidikan dan
dengan menuntut yang bersangkutan di penuntutan.
muka pengadilan. Semua kegiatan dan tata laksana
Praperadilan diterapkan untuk praperadilan tidak terpisah dengan kegiatan
mengawasi segala tindakan upaya paksa yang dan tata laksana PN. Praperadilan merupakan
terjadi pada proses penyidikan dalam perkara satu kesatuan yustisial yang melekat pada PN
pidana berupa penangkapan dan penahanan. sehingga semua permintaan yang diajukan
Tindakan-tindakan tersebut oleh aparat kepada praperadilan harus melalui ketua PN.
penegak hukum pada satu sisi dibenarkan Sehubungan dengan hal tersebut, pengajuan
oleh undang-undang dan memiliki unsur permintaan praperadilan sebagai berikut:
paksa karena dibenarkan oleh hukum. Tetapi Pertama, Permohonan ditujukan kepada
dalam realitasnya, setiap tindakan paksa ketua PN. Semua permohonan yang hendak
yang dilakukan oleh aparat penegak hukum diajukan untuk diperiksa oleh praperadilan
justru berupa tindakan perampasan terhadap ditujukan kepada ketua PN yang meliputi
kebebasan/kemerdekaan dan pembatasan daerah hukum tempat dimana upaya paksa
terhadap HAM terutama untuk para tersebut dilakukan atau permohonan tersebut
tersangka. Sifat paksa dan perampasan di diajukan kepada ketua PN tempat dimana
satu sisi, sedangkan di sisi lain kemerdekaan penyidik atau penuntut umum menghentikan
akan hak asasi memiliki sifat yang berbeda. penyidikan atau penuntutan berkedudukan
Oleh karena itu, perampasan terhadap hukum; Kedua, Register permohonan dalam
kemerdekaan harus dilaksanakan secara perkara praperadilan. Panitera yang menerima
bertanggung jawab menurut ketentuan permohonan kemudian melakukan register
hukum yang berlaku (due process of law). perkara praperadilan. Semua permohonan
Permohonan praperadilan dapat praperadilan dipisahkan dengan registasi
diajukan oleh tersangka, keluarganya, perkara pidana biasa; Ketiga, Ketua PN
penasihat hukum, atau atas kuasanya. menunjuk hakim dan panitera. Ketua PN
Permohonan ini dapat dilakukan apabila fakta setelah menerima pernohonan praperadilan,
membuktikan bahwa aparat penegak hukum segera mungkin menunjuk hakim dan
bertindak melampaui batas kewenangan panitera yang akan memeriksa permohonan
yang ditentukan oleh hukum. Menjadi lebih tersebut. Hal ini merujuk pada Pasal 82 Ayat
benar apabila dalam proses penyidikan, (1) huruf a KUHAP yang menegaskan bahwa
aparat penegak hukum menggunakan cara- dalam waktu 3 hari setelah diterimanya
cara kekerasaan untuk mendapatkan alat permintaan praperadilan, hakim yang
bukti hukum apalagi alat bukti ternyata palsu. ditunjuk kemudian menetapkan hari sidang;
Contoh konkrit dalam penerapan Keempat, Acara pemeriksaan dilakukan
tindakan upaya paksa yang melanggar dengan hakim tunggal. Dalam pemeriksaan
HAM adalah adanya tindakan pemaksaan sidang praperadilan dilakukan dengan hakim
dan kekerasan yang dilakukan oleh aparat tunggal. Semua permohonan yang diajukan
penyidik dalam mendapatkan kesaksian kepada praperadilan, diperiksa dan diputus
dari tersangka untuk menambah keterangan oleh hakim tunggal . Dalam Pasal 78 Ayat
dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP). (2) KUHAP menegaskan bahwa praperadilan
Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa dipimpin oleh hakim tunggal yang ditunjuk
tindakan paksa yang dilakukan oleh aparat oleh ketua PN dan dibantu oleh seorang
penegak hukum bertentangan dengan hukum panitera. Kelima, Tata cara pemeriksaan
dan HAM. Bila bertentangan, maka tindakan praperadilan. Tata cara pemeriksaan pada
aparat penegak hukum harus dikatakan sidang praperadilan sebagaimana diatur
sebagai tindakan pelanggaran hukum dan dalam Pasal 82 KUHAP dapat dirinci
HAM. Oleh karena itu, menjadi jelas bahwa sebagai berikut: a) Penetapan hari sidang 3
tujuan dari praperadilan adalah demi hari setelah diregister. Penegasan dari Pasal
tegaknya hukum dan perlindungan hak asasi 82 Ayat (1) huruf a KUHAP bahwa 3 hari
38
Pandecta. Volume 7. Nomor 1. Januari 2012
setelah diterimanya permohonan, maka sah atau tidaknya suatu penangkapan atau
hakim ditunjuk oleh kepala PN. Perhitungan penahanan, tanpa adanya permintaan dari
tersebut dihitung 3 (tiga) hari dari tanggal tersangka atau keluarganya atau pihak lain
penerimaan atau 3 (tiga) hari dari tanggal atas kuasa tersangka. Sehingga apabila
diregistrasinya permintaan oleh panitera. permintaan tersebut tidak ada, walaupun
b) Pada hari penetapan sidang sekaligus tindakan penangkapan atau penahanan
hakim menyampaikan panggilan. Agar dapat nyata-nyata menyimpang dari ketentuan
dipenuhinya proses pemeriksaan yang cepat yang berlaku, maka sidang praperadilan
sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal tidak dapat ditiadakan. 3) Lebih parah
82 Ayat (1) huruf c yang memerintahkan lagi sebagaimana ternyata dalam praktek
pemeriksaan praperadilan, dilakukan dengan selama ini dalam pemeriksaan praperadilan,
acara cepat dan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hakim lebih banyak memperhatikan perihal
hari hakim harus manjatuhkan putusan. Jadi dipenuhi tidaknya syarat-syarat formil
untuk melaksanakan ketentuan tersebut, maka semata-mata dari suatu penangkapan atau
seharusnya hakim pada waktu menerima penahanan, seperti misalnya ada atau tidak
permohonan dengan segera menyampaikan adanya surat perintah penangkapan (Pasal
pemanggilan kepada pemohon dan pejabat 18 KUHAP), atau ada tidaknya surat perintah
yang bersangkutan (penyidik atau penuntut penahanan (Pasal 21 Ayat (2) KUHAP), dan
umum). Menurut Yahya Harahap, kedudukan sama sekali tidak menguji dan menilai syarat
dan kehadiran pejabat yang bersangkutan materiilnya. Padahal syarat materil inilah
hanya untuk memberi keterangan tentang yang menentukan apakah seseorang dapat
tindakan upaya paksa yang dilakukannya. c) dikenakan upaya paksa berupa penangkapan
Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari putusan atau penahanan oleh penyidik atau penuntut
sudah dijatuhkan. Sebagaimana yang umum. Tegasnya hakim pada praperadilan
ditetapkan dalam Pasal 83 Ayat (1) huruf c, seolah-olah tidak peduli apakah tindakan
pemeriksan dilakukan dengan acara cepat penyidik atau jaksa penuntut umum yang
dan selambat-lambat 7 (tujuh) hari hakim melakukan penangkapan benar-benar
harus menjatuhkan putusan. telah memenuhi syarat-syarat materil, yaitu
adanya “dugaan keras” telah melakukan
c. Kelemahan Praperadilan tindak pidana berdasarkan “bukti permulaan
Kelemahan Praperadilan adalah yang cukup”. Ada tidaknya bukti permulaan
sebagai berikut: 1) Tidak semua upaya paksa yang cukup ini dalam praktek tidak pernah
dapat dimintakan pemeriksaan untuk diuji dipermasalahkan oleh Hakim, karena
dan dinilai kebenaran dan ketepatannya oleh umumnya hakim praperadilan mengganggap
lembaga praperadilan, misalnya tindakan bahwa hal itu bukan menjadi tugas dan
penggeledehan, penyitaan dan pembukaan wewenangnya, melainkan sudah memasuki
serta pemeriksaan surat-surat tidak dijelaskan materi pemeriksaan perkara yang menjadi
dalam KUHAP, sehingga menimbulkan wewenang hakim dalam sidang pengadilan
ketidakjelasan siapa yang berwenang negeri.
memeriksanya apabila terjadi pelanggaran. Kelebihan praperadilan adalah sebagai
Disini lembaga praperadilan kurang berikut: 1) Lebih bersifat terbuka. Maksudnya
memperhatikan kepentingan perlindungan dalam proses acara persidangan Praperadilan
hak asasi tersangka atau terdakwa dalam dibuka dan terbuka untuk umum. Tidak
hal penyitaan dan penggeledehan, ada larangan bagi setiap orang yang ingin
padahal penggeledahan yang sewenang- mengikuti jalannya persidangan. Kecuali
wenang merupakan pelanggaran terhadap dalam hal pemeriksaan perkara kesusilaan
ketentraman rumah tempat tinggal orang atau perkara yang tersangkanya anak-
(privacy), dan penyitaan yang tidak sah anak. 2) Proses pemeriksaan praperadilan
merupakan pelanggaran serius terhadap menerapkan sistem acara pemeriksaan cepat.
hak milik seseorang. 2) Praperadilan tidak Proses ini dimaksudkan untuk menghindari
berwenang untuk menguji dan menilai penahanan yang lama sebelum adanya suatu
39
Pandecta. Volume 7. Nomor 1. Januari 2012
keputusan hakim yang merupakan bagian Dalam hal menetapkan atau memutuskan
dari HAM (Hamzah, 2008). penahanan tidak sah, penyidik atau penuntut
Sebuah gagasan baru mengenai Hakim umum pada tingkat pemeriksaan masing-
Komisaris dicetus di dalam RUU KUHAP masing harus mengeluarkan tersangka dari
menggantikan praperadilan. Hakim komisaris, tahanan. f) Dalam hal menetapkan atau
yaitu pejabat yang diberi wewenang menilai memutuskan penyitaan tidak sah, dalam
jalannya penyidikan dan penuntutan, dan waktu paling lambat 1 (satu) hari setelah
wewenang lain. Hakim komisaris memiliki ditetapkan atau diputuskan, benda yang
wewenang pada tahap pemeriksaan disita harus dikembalikan kepada yang
pendahuluan untuk melakukan pengawasan paling berhak kecuali terhadap benda yang
pelaksanaan upaya paksa (dwang middelen), terlarang. g) Dalam hal menetapkan atau
bertindak secara eksekutif untuk ikut serta memutuskan bahwa penghentian penyidikan
memimpin pelaksanaaan upaya paksa, atau penghentian penuntutan tidak sah,
menentukan penyidik mana yang melakukan penyidik atau penuntut umum harus segera
penyidikan apabila terjadi sengketa antara melanjutkan penyidikan atau penuntutan.
polisi dan jaksa, serta mengambil keputusan h) Dalam hal hakim komisaris menetapkan
atas keberatan-keberatan yang diajukan atau memutuskan bahwa penahanan
oleh pihak-pihak yang dikenakan tindakan. tidak sah, hakim komisaris menetapkan
Penangkapan dan penahanan yang tidak jumlah pemberian ganti kerugian dan/atau
sah merupakan pelanggaran serius terhadap rehabilitasi.
hak asasi kemerdekaan dan kebebasan Hakim komisaris melakukan
orang. Penyitaan yang tidak sah merupakan pemeriksaan atas permohonan ganti
pelanggaran serius terhadap hak milik orang kerugian atau rehabilitasi dengan ketentuan
dan penggeledahan yang tidak sah merupakan sebagai berikut: a) Dalam jangka waktu
pelanggaran terhadap ketentraman rumah paling lama 5 (lima) hari kerja setelah
tempat kediaman orang. menerima permohonan, harus mulai
Permohonan yang diajukan oleh menyidangkan permohonan; b) Sebelum
tersangka atau penasihat hukum atau memeriksa dan memutus, wajib mendengar
penunutut umum kecuali ketentuan pemohon, penyidik, atau penuntut umum;
mengenai layak atau tidaknya suatu perkara c) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari
untuk dilakukan penuntutan ke pengadilan kerja setelah menyidangkan, harus sudah
hanya dapat diajukan oleh penuntut umum memberikan putusan. d) Dalam hal perkara
(Pasal 111 Ayat 2 KUHAP Draft 2009. sudah diperiksa oleh pengadilan negeri,
Pasal 112-114 Bagian Kedua BAB IX RUU permohonan ganti kerugian atau rehabilitasi
KUHAP mengatur tentang proses beracara tidak dapat diajukan kepada hakim komisaris
dalam konsep hakim komisaris, yaitu (Pasal 114 RUU KUHAP Draft 2009).
sebagai berikut: a) Memberikan keputusan Persyaratan untuk dapat diangkat
dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari menjadi hakim komisaris harus memenuhi
terhitung sejak menerima permohonan, b) syarat sebagai berikut: 1) memiliki kapabilitas
Memberikan keputusan atas permohonan dan integritas moral yang tinggi; 2) bertugas
berdasarkan hasil penelitian salinan dari sebagai hakim di pengadilan negeri sekurang-
surat perintah penangkapan, penahanan, kurangnya 10 (sepuluh) tahun; 3) berusia
penyitaan, atau catatan lainnya yang relevan. serendah-rendahnya 35 (tiga puluh lima)
c) Mendengar keterangan dari tersangka tahun dan setinggi-tingginya 57 (lima puluh
atau penasihat hukumnya, penyidik, atau tujuh) tahun; dan 4) berpangkat serendah-
penuntut umum. Apabila diperlukan, rendahnya golongan III/C (Pasal 115 RUU
hakim komisaris dapat meminta keterangan KUHAP Draft 2009).
dibawah sumpah dari saksi yang relevan dan Hakim Komisaris diangkat dan
alat bukti surat yang relevan. d) Putusan dan diberhentikan oleh presiden atas usul ketua
penetapan hakim komisaris harus memuat pengadilan tinggi yang daerah hukumnya
dengan jelas dasar hukum dan alasannya. e) meliputi PN setempat. Hakim Komisaris
40
Pandecta. Volume 7. Nomor 1. Januari 2012
diangkat untuk masa jabatan selama 2 ganti rugi, hanya bisa direalisasikan jika ada
(dua) tahun dan dapat diangkat kembali permohonan ganti rugi atau rehabilitasi dari
hanya untuk satu kali masa jabatan. Hakim pihak pemohon dan apabila telah masuk ke
komisaris diberhentikan dengan hormat tahap pemeriksaan, permohonan tersebut
dari jabatannya, karena: a) telah habis masa gugur. f) Perekrutan Hakim Komisaris hanya
jabatannya; b) atas permintaan sendiri; berasal dari hakim karier, sehingga hanya
c) sakit jasmani atau rohani secara terus akan
menerus; d) tidak cakap dalam menjalankan Konsep hakim komisaris yang
tugasnya; atau e) meninggal dunia (Pasal 117 dicanangkan oleh tim penyusun UU
RUU KUHAP Draft 2009). KUHAP draft 2009 dengan maksud merevisi
Hakim komisaris diberhentikan praperadilan dalam KUHAP ternyata menuai
dengan tidak hormat dari jabatannya karena: pro dan kontra di berbagai kalangan. Padahal
a) dipidana karena bersalah melakukan konsep ini disusun guna memperbaiki
tindak pidana kejahatan berdasarkan putusan kelemahan-kelemahan yang terdapat pada
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan praperadilan. Dengan demikian, dapat
hukum tetap; b) melakukan perbuatan tercela; dikatakan bahwa konsep hakim komisaris
c) terus-menerus melalaikan kewajiban tersebut memang masih perlu dilakukan
dalam menjalankan tugas dan wewenangnya; revisi kembali sebelum RUU KUHAP
d) melanggar sumpah jabatan; atau e) dratf 2009 disahkan. Adapun konsep
merangkap jabatan sebagaimana dilarang revisi yang dimaksud adalah penerapan
dalam peraturan perundang-undangan (Pasal pemeriksaan pendahuluan oleh hakim
118 RUU KUHAP 2009). komisaris. Pemeriksaan pendahuluan adalah
Kelemahan konsep Hakim Komisaris pemeriksaan yang dilakukan oleh hakim
adalah sebagai berikut: a) Persidangan yang komisaris yang merupakan bagian khusus
dilakukan oleh Hakim Komisaris bersifat dari Pengadilan Negeri sebagai salah satu
tertutup, karena dalam proses persidangan tahap yang harus dilalui sebelum berkas
tidak melibatkan masyarakat tetapi hanya perkara dilimpahkan ke pengadilan untuk
melibatkan Hakim Komisaris, pemohon, pemeriksaan pokok perkara. Ketua Hakim
dan termohon sehingga tranparansi dan Komisaris menunjuk hakim tunggal untuk
objektifitas suatu putusan dapat terwujud. memeriksa berkas perkara.
b) Ketidakjelasan mengenai sumber Pemeriksaan pendahuluan oleh Hakim
kewenangan dari Hakim Komisaris, karena Komisaris merupakan bagian khusus dari
di dalam RUU KUHAP tidak mengatur Pengadilan Negeri. Hakim komisaris dalam
secara jelas asal-usul kewenangan tersebut. pemeriksaan pendahuluan ini mempunyai
c) Hanya dapat dilakukan pemeriksaan kewenangan untuk menetapkan atau
oleh Hakim Komisaris jika ada pengajuan memutuskan: Pertama, Sah atau tidaknya
permohonan dari pihak pemohon. Jadi, tidak penangkapan, penahanan, penggeledahan,
menjamin secara keseluruhan mengenai penyitaan, penyadapan, dan pemeriksaan
perlindungan HAM bagi tersangka yang tidak surat-surat. Seluruh tindakan aparat penegak
mengajukan permohonannya. d) Wewenang hukum yang berkenaan dengan HAM dapat
Hakim Komisaris yang menyatakan bahwa diuji dan dinilai kebenarannya, yaitu yang
keterangan yang dibuat oleh tersangka bekaitan langsung dengan upaya paksa. Kedua,
atau terdakwa dengan melanggar hak Layak tidaknya penghentian penyidikan atau
untuk tidak memberatkan diri sendiri, penuntutan yang tidak berdasarkan asas
bukan merupakan kewenangan dari Hakim oportunitas. Asas Oportunitas yang dimaksud
Komisaris. Tetapi menjadi kewenangan yaitu kewenangan untuk menuntut atau tidak
dari Hakim PN karena jika terbukti seorang menuntut perkara dan untuk penyelesaian
tersangka atau terdakwa dengan melanggar perkara di luar pengadilan. Penyelesaian di
hak untuk tidak memberatkan diri sendiri, luar pengadilan ini dipertanggungjawabkan
maka akan berpengaruh terhadap putusan kepada Kepala Kejaksaan Tinggi setiap
hakim yang akan dijatuhkan. e) Dalam hal bulan. Apabila hakim komisaris menetapkan
41
Pandecta. Volume 7. Nomor 1. Januari 2012
Hakim
Kepala Bagian Khusus Pemeriksaan
Pendahuluan
Panitera/Sekretaris
42
Pandecta. Volume 7. Nomor 1. Januari 2012
memeriksa tentang ada tidaknya tindakan menyatakan sidang terbuka dan dibuka untuk
kekerasan atau tindakan pelanggaran umum; c) Memeriksa kewenangan mengadili
HAM yang dilakukan oleh penyidik atau baik mengenai kompetensi relatif maupun
penuntut umum terhadap tersangka atau kompetensi absolut; d) Sebelum dilakukan
terdakwa. Kesembilan, Tepat atau tidaknya pemeriksaan, terlebih dahulu pihak-pihak
kompetensi pengadilan yang berwenang yang berkepentingan disumpah menurut
baik secara relatif maupun absolut. Dalam agama dan kepercayaannya masing-masing;
hal hakim komisaris berpendapat, bahwa f) Dalam memeriksa dan memutus, hakim
perkara pidana itu tidak termasuk wewenang komisaris mendengar pihak-pihak yang
pengadilan negeri yang bersangkutan,tetapi berkepentingan baik tersangka maupun pihak
termasuk wewenang pengadilan negeri lain, terkait seperti penyidik atau penuntut umum;
ia menyerahkan surat pelimpahan perkara g) Pemeriksaan tentang keabsahan tindakan
tersebut kepada pengadilan negeri lain yang upaya paksa dilihat dari aspek formil meliputi
dianggap berwenang mengadilinya dengan kelengkapan surat izin atas tindakan-tindakan
surat penetapan yang memuat alasannya. upaya paksa yang dilakukan oleh penyidik
Pemanggilan terhadap pihak-pihak yang atau penuntut umum, disertai dengan alasan-
berkepentingan dilakukan dengan cara-cara alasan dikeluarkannya surat izin tersebut; h)
sebagai berikut: a) Pemanggilan pihak-pihak Dalam jangka waktu selambat-lambatnya
yang berkepentingan dilakukan secara sah, 7 (tujuh) hari, hakim komisaris sudah harus
apabila disampaikan dengan surat panggilan menjatuhkan putusannya; i) Putusan dan
di alamat tempat tinggalnya atau apabila tidak penetapan hakim komisaris bersifat mutlak
diketahui, disampaikan di tempat kediaman dan tidak dapat dibanding dan dikasasi.
terakhir. b) Apabila tersangka tidak ada di Ketetapan hakim komisaris dalam
tempat tinggalnya atau di tempat kediaman hal memutus sengketa dalam pemeriksaan
terakhir, surat panggilan disampaikan melalui pendahuluan diatur sebagai berikut: 1)
kepala desa yang berdaerah hukum tempat Setelah hakim komisaris menerima surat
tinggal terdakwa atau tempat kediaman pelimpahan perkara dari penuntut umum,
terakhir. c) Dalam hal terdakwa ada dalam hakim komisaris mempelajari apakah
tahanan surat panggilan disampaikan perkara itu termasuk wewenang pengadilan
kepadanya melalui pejabat rumah tahanan negeri yang bersangkutan. 2) Dalam hal
negara. d)Penerimaan surat panggilan oleh hakim komisaris berpendapat bahwa
terdakwa sendiri ataupun oleh orang lain perkara pidana itu tidak termasuk wewenang
atau melalui orang lain, dilakukan dengan pengadilan negeri yang bersangkutan, tetapi
tanda penerimaan. e) Apabila tempat tinggal termasuk wewenang pengadilan negeri lain,
maupun tempat kediaman terakhir tidak ia menyerahkan surat pelimpahan perkara
dikenal, surat panggilan ditempelkan pada tersebut kepada pengadilan negeri lain yang
tempat pengumuman di gedung pengadilan dianggap berwenang memeriksa dengan surat
yang berwenang mengadili perkaranya. penetapan yang memuat alasannya. 3) Surat
f) Hakim komisaris menyampaikan surat pelimpahan perkara tersebut diserahkan
panggilan kepada terdakwa yang memuat kembali kepada penuntut umum selanjutnya
tanggal, hari, serta jam sidang dan untuk kejaksaan negeri yang bersangkutan
perkara apa ia dipanggil yang harus sudah menyampaikannya kepada kejaksaan negeri
diterima oleh yang bersangkutan selambat- di tempat pengadilan negeri yang tercantum
lambatnya tiga hari sebelum sidang dimulai. dalam surat penetapan. 4) Turunan surat
Proses beracara pemeriksaan penetapan disampaikan kepada terdakwa
pendahuluan oleh hakim komisaris ditentukan atau penasihat hukum dan penyidik.
sebagai berikut: a) Dalam waktu 3 (tiga) Berdasarkan pemaparan hal-hal
hari setelah menerima berkas perkara dari mengenai kedudukan hakim komisaris
panitera pengadilan negeri, hakim komisaris dalam struktur organisasi PN, kewenangan,
menentukan tanggal, hari, dan jam sidang; b) pemanggilan pihak-pihak, tata cara
Hakim Komisaris membuka persidangan dan pemeriksaan pendahuluan, dan ketetapan
43
Pandecta. Volume 7. Nomor 1. Januari 2012
tata cara pemeriksaan pendahuluan, dan Butarbutar, E.N. 2010. Sistem Peradilan Satu Atap dan
ketetapan Hakim Komisaris. Dari hal-hal Perwujudan Negara Hukum RI Menurut UU
tersebut tercermin kelebihan yang tidak No. 4 Tahun 2004. Jurnal Mimbar Hukum. 22
dimiliki oleh praperadilan menurut KUHAP (1).
dan konsep Hakim Komisaris menurut RUU Dirdjosisworo, S. 1984. Fungsi Perundang-undangan
KUHAP sehingga kelemahan-kelemahan Pidana Dalam Penanggulangan Korupsi di
yang ada bisa ditutupi dengan kelebihan- Indonesia. Bandung : Sinar Baru.
kelebihan yang terdapat pada pemeriksaan Hamzah. A. 2001. Hukum Acara Pidana Indonesia.
pendahuluan. Sinar Grafika. Jakarta.
Harahap., M.Y. 2007. Pembahasan Permasalahan dan
Ucapan Terimakasih Penerapan KUHAP edisi kedua. Sinar Grafika.
Jakarta.
Dengan mengucap puji syukur Lamintang, P.A.F. 1997. Dasar-dasar Untuk Mempelajari
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Hukum Pidana Yang Berlaku Di Indonesia,
rahmad, taufik, serta hidayahnya, penulis Cetakan Ketiga. Bandung : Citra Aditya Bhakti.
dapat menyelesaikan penulisan hukum Pramono, N. 2010. Problematika Putusan Hakim
dengan judul “Solusi Praperadilan Oleh dalam Perkara Pembatalan Perjanjian. Jurnal
Hakim Komisaris Berdasarkan Ruu Kuhap”. Mimbar Hukum. 22 (3).
Penulis sangat menyadari tanpa dukungan Rahardjo, S. 1984. Hukum dan Masyarakat. Angkasa.
dan dorongan dari berbagai pihak, Bandung.
maka penulisan hukum ini tidak dapat Salam, F. 2001. Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan
dilaksanakan dan semua pihak yang tidak Praktek. Mandar Maju. Bandung.
bisa saya sebutkan satu persatu. Akhirnya Salman, O. dan Susanto, A.F. 2004. Beberapa Aspek
penulis menyadari bahwa dalam penulisan Sosiologi Hukum,. Bandung: Alumni.
hukum ini masih banyak kekurngan sebagai Soedarto, 1983. Hukum dan Hukum Pidana. Bandung
akibart keterbatasan waktu, wawasan, dan : Alumni.
kemampuan saya. Oleh sebab itu saran dan Syamsudin, M. 2010. Pemaknaan Hakim tentang
kritik dari membaca sangat diharapkan demi Korupsi dan Implikasinya Pada Putusan: Kajian
perbaikan penulisan hukum ini. Perspektif Hermeneutika Hukum. Jurnal
Mimbar Hukum. 22 (3).
Daftar Pustaka Wijayanta, T. dkk. 2010. Penerapan Prinsip Hakim Pasif
dan Aktif Serta Relevansinya Terhadap Konsep
Arief, B.N. 2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Kebenaran Formil. Jurnal Mimbar Hukum. 22
Pidana. Bandung : Citra Aditya Bhakti. (3).
45