Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penyebab penyakit hernia yaitu dengan bekerja berat untuk memenuhi kebutuhan seperti mengangkat benda berat,
kebiasaan mengkonsumsi makanan kurang serat, yang dapat menyebabkan konstipasi sehingga mendorong mengejan saat
defekasi. Selain itu, batuk, kehamilan, dapat juga berpengaruh dalam meningkatkan tekanan intra abdominal sehingga terjadi
kelemahan otot - otot abdomen yang dapat menimbulkan terjadinya hernia inguinalis, yang dapat menjadi hernia scrotalis bila
kantong hernia inguinalis mencapai scrotum. Bisa juga karena orang yang mempunyai penyakit dengan tonjolan dilipat paha
kemudian dibawa ke dukun sebelum dibawa ke rumah sakit atau dokter. Ada pula sebagian masyarakat yang merasa malu bila
diketahui mempunyai penyakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang kadang kala memperlambat penanganan penyakit dan
khususnya hernia. Dapat juga karena sebab didapat atau anomali congenital.
Penyakit  hernia atau  yang lebih dikenal dengan turun berok adalah penyakit akibat turunnya buah zakar seiring
melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita hernia memang kebanyakan laki-laki terutama anak-anak. Kebanyakan
penderitanya akan merasakan nyeri, jika terjadi   infeksi  di dalamnya misalnya jika anak-anak penderitanya terlalu aktif. Berasal
dari bahasa Latin, herniae yaitu menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding  
rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan
isi yang keluar berupa bagian dari usus.
Hernia yang terjadi pada anak-anak lebih disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup
seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Sementara pada orang dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga
perut dan karena faktor usia yang menyebabkan lemahnya otot dinding perut.
B.TUJUAN
1. Tujuan Umum
Perawat ruang Cempaka dapat memberikan asuhan keperawatan pasien hernia

2. Tujuan Khusus
1. Mengambarkan

BAB II

KONSEP DASAR

A.DEFENISI

Hernia Adalah suatu tonjolan yang abnormal dari organ-organ intraabdominal keluar dari cavum abdomen tetapi masih diliputi
oleh perifoneum.
Macam –macam hernia dilihat dari lokasinya:
a.       Hernia inguinlis
·         Lateralis/indirekta : 50%
·         Medialis /direkta : 20%
b.      Hernia A femorlis 5%
c.       Hernia insisional  (hernia dhiafragmaticalheria ventralis ) : 10%
d.      Hernia umbilicalis : 3%
Hernia juga dapat digolongkan menjadi hernia reponibiilis dan ireponibilis. Hernia reponibilis yaitu suatu hernia yang dapat
dikembalikan dengan manipulasi manual ke bentuk normalnya dengan kantong pada dinding abdomen. Sedangkan hernia
ireponibilis tidak dapat dikembalikan keposisi normalnya karena adhesi atau leher kantong hernia terbalik. Bila hernia ireponibilis di
sertai dengan gangguan nyeri vaskuler maka digolongkan pada hernia incarcerate.
pada umumnya manifesttasi klinis pada hernia adalah asimtomatik. Penderita pada umumnya mengeluh adanya benjolan yang
timbul bila mengejan, berdiri, berjalan, dan menghilang bila tidur.

B.ETIOLOGI
1.    Umur

Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada Pasien – pasien penyakit ini disebabkan
karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya
yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan
peningkatan  tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
2.    Jenis Kelamin

Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi
pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih
banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi   buruh yang
sebagian besar pekerjaannya  mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut
sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri Made Kusala, 2009).
3.    Penyakit penyerta

Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu
kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini
dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke
dalam kanalis inguinalis.
4.    Keturunan

Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena             hernia.
5.    Obesitas

Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu
pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding
organ yang lemah.
6.    Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi
pencetus terjadinya hernia

7.    Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh
angkat barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.

8.    Kelahiran prematur

Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis
inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis
tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi. (Giri Made Kusala, 2009).

C.MANIFESTASI KLINIS

1.      Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak benjolan di lipatan paha.
2.      Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit di sertai perasaan mual
3.      Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
4.      Bila terjadi hernia inguinalis tragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas
5.      Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandungan kencing sehingga menimbulkan gejala sakit kencing atau disuria di sertai
hematuria ( kencing darah ) di samping benjolan di bawah sela paha
6.      Hernia diafragmatika menimbulkan persaan sakit di daerah perut di sertai sesak nafas
7.      Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar

D.PATOFISIOLOGI

Hernia bisa terjadi secara konginetal maupun accuired. Hernia yang bersifat
konginetal  seperti hernia ingunalis indirect. Sedangkan yang bersifat accuired bisa terjadi adanya peningkatan tekanan intra
abdominal.
Peningkatan tekanan intra abdomibal anatara lain disebabkan oleh :
·         Pengejanan mendadak
·         Obesitas
·         Gerak badan terlalu aktif
·         Batuk menahun
·         Asites
·         Mengejan pada saat BAB
·         Kehamilan
·         Massa abdomen yang besar
Akibat peningkatan tekanan intra abdominal ini:
·         Kelemahan dasar kanal  ingunalis yang tidak memasuki kanal melali cincin internal tetapi langsung melalui trasvrse facia dan
keluar cincin eksternal sehingga terjadilah hernia inguinalis direct.
·         Kelemahan fasc`ial marginalis dari cincin inguinalis eksternal dan keluar abdomen melalui cincin inguinalis lewat kanal inguinalis
dan menembus cincin eksternal sehingga terjadi hernia inguinalis indirect.
·         Arteri femoralis yang melewati paha  dan membengkak pada lipatan paha, jika bagian pencernaan omentum melalui cincin
femorallis tersebut  dapat terjadi hernia femoralis
·         Struktur muscular menjadi abnormal dimanaterjadi kegagalan pembukaan umbilical yang seharus menutup setelah kelahiran
dapat menyebabkan hernia umbilicalis
·         Adanya infeksi, inadekuat nutrisi, distensi abdomen, ekstreme atau obesutas yang mempengaruhi letak insisi   bedah tertentu
dapat menyebankan hernia insisional.
Pada hernia incacerata dapat terjadi gangguan atau kehilangan suplai darah pada hernia karena obstruksi dari usus sehingga
berakibat stragulasi hernia. Hernia stragulasi itulah yang memerlukan intervensi bedah darurat karena dapat terjadi iskemi.

E.PATHWAY

F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.      Sinar X menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus / obstruksi usus


2.      Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi ( peningkatan hematokrit ), peningkatan sel darah
putih (10000-18000/ul ) dan ketidakseimbangan elektrolit
3.      Laparoskopi : Untuk menentukan adanya hernia inguinal lateralis apakah ada sisi yang berlawanan atau untuk mengevaluasi
terjadi hernia berulang atau tidak.
4.      EKG: terjadi peningkatan nadi akibat adanya nyeri
5.      USG abdomen : untuk menentukan isi hernia
6.      Radiografi : terdapat banyangan udara pada thoraks

G.KOMPLIKASI
1. Hematoma (luka Pada skrotum)
2. Retensi urine akut
3. Infeksi pada luka
4. Nyeri kronis
5. Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis
6. Rekurensi hernia
H.Penatalaksanaan

Penanganan hernia ada dua macam :


1.      Konservatif
a.       Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya
gunakan alat penyokong.
b.      Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c.       Celana penyangga
d.      Istirahat baring
e.       Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak
tinja untuk mencegah sembelit.
f.       Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk
mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat
memperburuk gejala-gejala.
2.      Pembedahan (Operatif) :
a.       Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang.
b.      Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
c.       Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit
pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal

I.PENGKAJIAN TERFOKUS
Hal-hal yang dikaji antara lain :
a.       Biodata
Mencakup identitas nama, umur, jenis kelamin (hernia inguinalis lebih banyak terjadi pada laki-laki sedangkan hernia umbilicalis
lebih banyak terjadi pada wanita dan infant). Pekerjaan (terutama pekerjaan yang berat dan yang dapat meningkatkan intra
abdominal).
b.      Riwayat penyakit sekarang
Meliputi perjalanan penyakit mulai penderita merasakan adanya kelainan samapai penderita masuk rumah sakit.
c.       Riwayat penyakit sebelum nya
Apakah penderita pernah menderita hernia sebelumnya, apakah merupakan kekambuhan atau penyakit lain seperti batuk
menahun.
d.      Pemeriksaan fisik
 Pada Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan diregio ingunalis
yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
    Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong
yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda
ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya,   Pada palpasi mungkin teraba usus, omentum
( seperti karet ), atau ovarium.

Pemeriksaan Fisik
1.    Inspeksi
a.    Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang
setelah berbaring.
b.    Hernia inguinal
Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial, tonjolan  berbentuk lonjong.
Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
c.   Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolanlanjutandari hernia inguinalis lateralis.
d.    Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
e.    Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
f.     Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
g.    Hernia perineum : benjolan di perineum.
2.    Palpasi
a.      Titik  tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien disuruh mengejan.  Jika terjadi penonjolan di
sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis.
b.      Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di
lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.
c.      Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika
terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.
    Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua
permukaan sutera, tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus,
omentum (seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus,
pasien mulai mengedan kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang
menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum pubikum.
   Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal
  Hernia inkarserata : nyeri tekan.
3.    Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
4.    Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata). (Hudack&
Gallo, 2007).

BAB III
TINJAUAN KASUS

n Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi rasional


o keperawatan
1 Nyeri berhubungan Tujuan: Nyeri berkurang/hilang (1-21.     Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien. Untuk menentukan rencana
dengan trauma hari) 2.     Mengajarkan tehnik relaksasi. tindakan menghilangkan nyeri.
jaringan (usus Kriteria Hasil: Pasien tampak rileks3.     Memberi posisi semi fowler. Membantu klien mengurangi
terjepit). dan keluhan nyeri berkurang/hilang 4.     Memberi informasi yang akurat untuk rasa nyeri.
mengurangi rasa sakit. Mempermudah kontraksi dada.
5.     Kolaborasi dalam pemberian terapi.          Mengurangi cemas klien
2 Cemas Tujuan    : Setelah dilakukan tidakana.     Jelaskan seluruh prosedur tidakan kepada
berhubungan keperawatan penurunan kecemasan klien dan perasaan yang mungkin muncul
rencana selama proses keperawatan cemas pada saat melakukan tindakan.
pembedahan dapat hilang/berkurang b.     Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik
Kriteria hasil : pada tingkat kecemasan (takikardi, takipnea,
a.       Monitor intensitas kecemasan. ekspresi cemas non verbal).
b.      Mencari informasi untuk menurunkanc.     Temani pasien untuk mendukung keaman
cemas. dan menurunkan rasa takut.
c.       Menurunkan stimulasi lingkungand.    Instruksikan pasien untuk menggunakan
ketika cemas. teknik relaksasi.
d.      Menyingkirkan tanda kecemasan.
3 Nyeri berhubungan Tujuan: Nyeri berkurang/hilang (1- 5Mengkaji pengalaman nyeri pasien Untuk menentukan rencana
dengan trauma hari) 1.     Tentukan tingkat nyeri yang dialami. tindakan menghilangkan nyeri.
jaringan post-op Kriteria Hasil: Keluhan nyeri2.     Memantau keluhan nyeri. Membantu klien mengurangi
(insisi bedah) berkurang, pasien rileks, dan skala3.     Mengjarkan tehnik relaksasi. rasa nyeri.
nyeri 0. 4.     Menganjurkan mobilisasi dini. Mempermudah kontraksi dada.
5.     Kolaborasi dalam pemberian terap Mengurangi cemas klien

4 ntoleransi aktifitas Tujuan: Aktifitas dapat maksimal1.     Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai Mengurangi resiko cedera.
berhubungan terjadi. kondisi. Melatih otot tubuh akibat tirah
dengan respon Kriteria Hasil: Memperlihatkan2.     Meningkatkan aktifitas secara bertahap. baring.
tubuh akibat luka kemajuan aktifitas s.d mandiri dan ada3.     Merencanakan waktu istirahat sesuai Mengontrol aktifitas sesuai
post-op. respon positif terhadap aktifitas. jadwal. kebutuhan.
4.     Memotivasi peningkatan dan beri
penghargaan pada kemajuan yang telah
dicapai.

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

No. (S.O.A.P) Tanda


Tanggal/Waktu DK Implementasi HARIAN tangan
1. Mengkaji tanda-tanda nyeri (0-10) S : klien mengatakan nyeri berkurang (skala 5)
Mengajarkan tehnik relaksasi. O : pasien tampak rileks
Memberikan posisi semi fowler. Td: 120/80 mmHg
Memberikan informasi yang akurat untuk R : 19
mengurangi rasa sakit. N : 78
Berkolaborasi dalam pemberian terapi. S : 36,4 °C
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan “ mengatur posisi semi
powler dan menggunakan tehnik relaksasi”
a.       menjelaskan seluruh prosedur tidakan kepada S : pasien mengatakan sudah mengerti tentang
klien dan perasaan yang mungkin muncul pada tindakan pembedahan  yang akan dilakukan
saat melakukan tindakan. O : pasien tampak rileks
b.      mengkaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik Td: 120/80 mmHg
pada tingkat kecemasan (takikardi, takipnea, R : 19
ekspresi cemas non verbal). N : 78
c.       menemani pasien untuk mendukung keaman S : 36,4 °C
dan menurunkan rasa takut. A : masalah teratasi sebagian
d.      meninstruksikan pasien untuk menggunakan P : intervensi dilanjutkan “  menggunakan tehnik
2. teknik relaksasi relaksasi”
S : klien mengatakan bisa menahan nyeri  skala : 5
Tindakan: namun masih merasa sedikit pusing
a.       Kaji pengalaman nyeri pasien, dan mendorong O : klien terlihat sedikit lemas
tingkatkan istirahat -           S: 36°C
b.      Memonitor intake nutrisi -           N: 80 x/mnt
c.       menetukan tingkat nyeri yang dialami. -           RR: 24 x/mnt
d.      Pantau keluhan nyeri. -           TD: 130/70 mmHg
e.       Ajarkan tehnik relaksasi. A : masalah teratasi sebagian
    3.      
f.       Anjurkan mobilisasi dini. P : intervensi dilanjutkan : tingkatkan istirahat dan
B         g.      Kolaborasi dalam pemberian terapi. monitor intake nutrisi
S : Klien mengatakan  sudah dapat melakukan BAK
sendiri Keluhan nyeri 3.
O : kliaen tampak rileks
Tindakan: Td : 120 / 90 mmHg
a.       Jelaskan batasan aktifitas pasien sesuai kondisi. N : 75 x /menit
b.      Tingkatkan aktifitas secara bertahap. R : 18 x / menit
c.       Rencanakan waktu istirahat sesuai jadwal. S : 36.1 °C
d.      Berikan motivasi peningkatan dan memberi A : malasah teratasi
4 penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai. P : intervensi di hentikan (klien di izinkan pulang)
3.5  EVALUASI (CATATANPENGEMBANGAN)

DK Tgl/Jam Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan Nama jelas


S: Pasien datang dengan keluhan ada rasa nyeri di perut kanan bawah.
O: Pasien tampak meringis kesakitan, ada benjolan pada kemaluan
     S: 37°C
    N: 72x/mnt
R    R: 34x/mnt
    TD: 120/90 mmHg
A: Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit).
a.       Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien.
b.      Mengajarkan tehnik relaksasi.
c.       Memberikan posisi semi fowler.
d.      Memberikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit.
1   e.       Kolaborasi dalam pemberian terapi.
S:
a.       menjelaskan seluruh prosedur tidakan kepada klien dan perasaan yang mungkin
muncul pada saat melakukan tindakan.
b.      mengkaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi,
takipnea, ekspresi cemas non verbal).
c.       menemani pasien untuk mendukung keaman dan menurunkan rasa takut.
2 d.      meninstruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasiT       
S: Pasien mengeluh nyeri bagian luka post-op.
O: Keluhan lemah, kesadaran CM, pasien tampak meringis kesakitan, berhati-hat saat
bergerak.
S: 36°C , N: 80 x/mnt , RR: 34 x/mnt TD: 160/70 mmHg, oedeme  (-), BAB (-), BAK
(+)  kuning  jernih, Flatus (-)
A: Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)
P:
a.        Mengkaji pengalaman nyeri pasien, dan menetukan tingkat nyeri yang dialami.
b.        Memantau keluhan nyeri.
c.        Mengajarkan tehnik relaksasi.
d.       Menganjurkan mobilisasi dini.
3 e.        Kolaborasi dalam pemberian terapi.
    Pasien mengatakan rasa nyeri sudah berkurang, namun ada rasa lemas, dan mual.
O: Pasien telihat lemas.
S: 37°C, N: 82 x/mnt , RR 32 x/mnt, TD: 130/70 mmHg, ada mual,tidak ada muntah,
ada flatus, BAB tidak ada, BAK ada kuning jernih.
A: Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.
a.        Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai kondisi.
b.       Meningkatkan aktifitas secara bertahap.
c.        Merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal.
      d.       Memotivasi peningkatan dan memberi penghargaan pada kemajuan yang telah
dicapai.

Anda mungkin juga menyukai