Anda di halaman 1dari 113

DAFTAR ISI

1. Daftar Isi 1
2. Prakata
(Sambutan Dari Angkatan Brighty’19) 3
3. Sambutan Mursyid (Dosen) Pengampu
Ust. Irpan Husaini, M.E. 5

4. Sejarah Pemikiran Ekonomi Klasik dan Kontemporer


Sayyidul Anam dan Alfin Haidar Ali 08

5. Ruang Lingkup Mikro Ekonomi Islam


Aniqah Laili Abidah, Dinda Amira dan Dewi Nailatun Nafisah 17

6. Asas Ekonomi Islam


Imam Thobroni dan Syahrullah 23

7. Maqashid Syari’ah Dalam Ekonomi Mikro Islam


Fita Putri Diyanti, Habibatur Rohmah, Fina Hilyatus Shofuro 32

8. Teori Permintaan Islam


Hikam Fauzan Arifin dan Sutan Batara Dalimonthe 39

9. Teori Penawaran Islam


Liza Raudhatul Hasanah, Himayatus S.F.A., Malihatul M. 48

10. Teori Konsumsi Dalam Islam


Faiq Julia Iqna’a dan Moh. Farhani 55

11. Mekanisme Pasar Dalam Islam


Kholilah, Lailatus Syarifah dan Nur Miswatul Yulianti 63

12. Teori Produksi Dalam Islam


Moh. Taufiq dan Nur Syamsi 70
1|B r i g h t y ’ 1 9
13. Penetapan Harga Dalam Islam
Rifa Sabila Y.R., Nur Diana, Kholisotul A, Ma’rifatus S. 87

14. Efisiensi Alokasi dan Distribusi Pendapatan


Lutfillah dan Andi El-Sari 98

15. Efektivitas, Ekuitas dan Efisiensi Dalam Ekonomi Kompetitif Islami


Nurul Makkiyah, Dina Shofiatul Akmala dan Nur Nida 106

2|B r i g h t y ’ 1 9
PRAKATA

(Sambutan Dari Angkatan Brighty’19)

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada kehadiratan


ilahi, Allah SWT. yang telah memberikan hidayah serta taufiqnnya
sehingga karya angkatan kami dalam mata kuliah ekonomi mikro Islam
dapat dinikmati oleh pembaca. Tak lupa, sholawat serta salam senantiasa
kita haturkan kepada keharibaan junjungan kita, Nabi Muhammad SAW.
sebagai utusan Allah untuk menyebarkan Islam sebagai ajaran yang
masuk akal dan sesuai dengan fitrah manusia.
Buku ini hadir semata-mata sebagai ikhtiar mahasantri semester
enam Ma’had Aly Nurul Jadid untuk mencatat dan membukukan materi
pembelajaran ekonomi mikro yang telah kami selesaikan selama satu
semester di tahun 2021 - 2022.
Selain itu, buku ini juga hadir sebagai syarat menyelesaikan tugas
Ujian Akhir Semester (UAS) sebagaimana arahan dosen pengampu,
Ustaz Irpan Husaini, M.E. Buku ini berisi tentang ringkasan materi ilmu
ekonomi mikro di akademik yang kami jalani setiap hari senin malam
selasa.
Buku sederhana ini kami beri judul “Ekonomi Islam: Pemantik
Cakrawal Ekonomi Mikro” supaya para pembaca dapat menjadikan buku
ini sebagai buku pegangan dasar belajar materi ilmu ekonomi mikro
Islam. Sehingga dapat menjadi ‘pembuka gerbang’ dan ketertarikan
mendalami materi-materi yang lebih dalam dan bernas pada referensi
lainnya.
Di tahun 2022, buku ini menjadi karya ketiga angkatan ini setelah
karya ilmu faroidh: cara mudah memahami ilmu faroidh beserta dalil al-
qur’an dan hadits dan ajmalut tafriq fi ‘ilmi mantiq. Sekaligus kami juga
mohon sambungan do’a -meski masih rencana- semoga diberi kelancaran
dalam menggarap serta mengumpulkan nadzam hasil belajar takhossus
3|B r i g h t y ’ 1 9
ilmu ‘arudh di semester empat lalu. Harapannya, angkatan ini tetap
produktif dan kreatif dalam mengembangkan literasi religius di Ma’had
Aly Nurul Jadid, lebih-lebih hingga di dunia luar pesantren nanti.
Terakhir, sebagai santri yang masih menjadi mustafid (pencari
faidah) dengan sepenuh hati mengakui bahwa coretan sederhana ini
masih penuh dengan kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan fii kulli zamanin wa
makanin. Dengan harapan ada perbaikan yang lebih baik lagi dan terus
cetak ulang seiring dengan perkembangan zaman.
Semoga kehadiran buku ini dapat bermanfaat dan menjadi amal
yang diterima disisi Allah SWT.
Amiin ya Rabbal ‘alamiin.

Paiton, 20 Maret 2022.


Angkatan Brighty’19

4|B r i g h t y ’ 1 9
KATA PENGANTAR MURSYID (DOSEN) PENGAMPU

Ekonomi Bukan Soal Uang Saja

Alhamdulillahiraabil ‘alamin. Segala puji bagi Allah yang telah


melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya yang menjadikan kita
sebagai makhluk sosial dan saling membutuhkan. Segala kemampuan
adalah anugerah yang perlu kita syukuri dengan sebaik-baiknya supaya
kita bisa menjadi hamba yang saling tolong – menolong dalam kebaikan.
Amiin. Sholawat serta salam tak lupa tetap tercurah limpahkan kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. yang syafa’atnya kita nanti-
nantikan di akhirat kelak.
Genap satu semester sudah mahasantri semester enam Ma’had
Aly Nurul Jadid mengikuti mata kuliah saya. Sudah pula mereka
menempuh langkah awal utuk menjajaki materi ekonomi dengan
mengikuti kelas demi kelas, materi demi materi, gerak diskusi dan
kegiatan pembelajaran yang menimbulkan perubahan sudut pandang dan
wawasan baru.yang ada mata dalam perkuliahan ini.
Supaya bukan hanya belajar, membaca serta berdiskusi dinikmati
oleh semester enam saja, pada mata kuliah “ekonomi mikro islam”,
alhamdulillah, para mahasantri juga dapat menghasilkan out-put berupa
buku praktis yang ada dihadapan pembaca sekalian. Buku ini adalah hasil
rangkuman setiap materi yang telah dibagi-bagi sesuai kelompok yang
telah ditentukan. Semoga buku ini dapat menjadi langkah awal
terciptanya kultur literasi di Ma’had Aly Nurul Jadid serta dapat menjadi
pemantik bagi pembaca sekalian untuk belajar lebih dalam lagi terkait
ekonomi mikro sebagaimana judul buku ini, “Ekonomi Islam: Pemantik
Cakrawala Ekonomi Mikro”.
Saya sangat mengapresiasi sekali, hasil jerih payah para
mahasantri ini dapat menghasilkan sebuah karya yang dapat dinikmati
5|B r i g h t y ’ 1 9
oleh para pembaca. Tradisi menulis hasil belajar dan olah pikir ini sangat
penting sekali. Membaca dan menulis merupakan ajaran agama Islam
dan tradisi para ulama salafus sholeh. Bahkan, Imam Syafi’i dalam
diwan-nya sudah pernah mengatakan :
:ََ‫ضيََ للاََعَنَه‬ َ ِ‫الماَمََالشَ َافَِع‬
َِ ‫يَر‬ َِ ََ‫قَال‬
‫لِبَ ِالََالََوَاثِقَ َِة‬َِ ََ‫ َ قََيِ َدَصَيَ َودَك‬#
َ‫ب‬ َ َ‫اَلَ َعِلَمََصََيِدَََوالَ َكِتَابَةََق‬
َ َََََََ‫يده‬
َ‫ ََََوَتَتكَهَاَبَيََالَلَ ِئقََطَالقَة‬# َ‫فَ َِمنََالَمَاقَ َِةَأَنََتَصََيِدََغََزالَة‬

Artinya, "Ilmu ibarat hewan buruan, dan tulisan ibarat tali


pengikatnya. Oleh karena itu ikatlah hewan buruanmu dengan tali yang
kuat. Sungguh tolol jika kau berburu kijang, setelah berhasil kau tangkap
kau biarkan saja dia tanpa diikat.”
Berbicara ekonomi, tentu berbicara soal sesuatu yang sangat erat
dengan kehidupan kita. Para ahli mendefinisikan ekonomi sebagai ilmu
yang berkaitan dengan segala kegiatan manusia dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya. Jadi, bila kita meninjau pada definisi ini, kita selalu
melakukan kegiatan ekonomi. Kita selalu butuh orang lain.
Kita butuh penjahit karena kita tidak bisa membuat baju sendiri.
Kita butuh orang-orang yang bekerja di percetakan/penerbitan karena
kita tidak bisa mengakses karya para penulis hebat tanpa mereka. Kita
butuh pembuat kopiah, buruh tani hingga nelayan untuk memenuhi
sandang dan pangan kita.
Meskipun begitu, bila kita mendengar kata “ekonomi”, satu kata
yang terbersit dalam benak kita adalah “uang”. Karena uang adalah alat
tukar yang sah untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. Ketika hendak
membeli baju, bolpoin dan lain sebagainya, kita butuh uang untuk
memiliki (membeli) itu semua. Akan tetapi, dalam ilmu ekonomi mikro,
persoalan ekonomi tidak sebatas “ada uang ada barang” atau “semua bisa
dikendalikan asal ada uangnya”. Tentu saja tidak.
Ada batasan, etika dan prinsip-prinsip yang diterangkan dalam
ajaran Islam. Semuanya telah digali dan dijelaskan oleh para ahli terkait
6|B r i g h t y ’ 1 9
ekonomi yang seharusnya diterapkan oleh umat manusia. Semisal
ekonomi Islam yang sangat menjunjung tinggi nilai ekonomi berupa
memenuhi kebutuhan bersama. Ekonomi Islam menolak terjadinya
akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir orang saja. Ekonomi
Islam menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunanya yang
direncanakan untuk kepentingan banyak orang. Yang pada puncaknya
nanti adalah falah (bahagia, red) fil akhiroh dengan sistem ekonomi yang
mengandung kemaslahatan.
Dalam buku ini, telah dijelaskan secara ringkas, padat dan bernas
perihal konsep dan teori-teori ekonomi dalam Islam sebagaimana
cuplikan diatas. Hanya saja, buku ini hanya fokus pada ekonomi mikro
yang menjadi pengantar ke ekonomi makro.
Buku ini saya harapkan dapat menggungah kesadaran kita tentang
pentingnya mempelajari ilmu. Sadar ekonomi, finansial dan melek
fenomena. Ekonomi bukan soal uang saja, tapi juga ada keadilan,
memihak pada mustadh’afin (orang-orang lemah) dan tentunya tidak
melanggar syariat Islam.
Sebagai manusia yang tak sempurna, buku ini hadir mudah-
mudahan dapat memicu dinamika perkembangan literasi dan keilmuan.
Kritik dan saran tentu akan diterima oleh pihak bersangkutan. Hal ini
menunjukkan keseriusan pembaca dalam membaca teks demi teks yang
ada. Apalagi hingga bisa terbit di edisi ke dua, tiga dan seterusnya.

Wallahul Muwafiq ila Aqwamitthariq.


ُ‫علَ ْي ٌك ُم َو َر ْح َمةُ هللا َوبَ َركاَتُه‬
َ َ ‫سالَم‬
َ ‫و ال‬
Paiton, 20 Maret 2022

Ust. Irpan Husaini, M.E.


(Dosen Pengampu Mata Kuliah Ekonomi Mikro)
\
7|B r i g h t y ’ 1 9
1

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM


KLASIK DAN KOMTEMPORER

(Sayyidul Anam dan Alfin Haidar Ali)

A. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

M. Akram kan dalam Agustiano (2011) menyatakan bahwa ada lima


sumber pembentukan ekonomi Islam yaitu: al-Qur’an, sunnah, hukum
Islam, ijtihad dan sejarah peradaban umat Islam, serta bergagai data yang
berkaitan dengan kehidupan ekonomi.

Dalam hal ini, Siddiqi menguraikan sejarah pemikiran ekonomi Islam


dengan 3 periode : (A). Periode dasar dasar ekonomi Islam, (B) periode
kemajuan, (C) periode stagnasi/penurunan.

a. Periode dasar-dasar ekonomi Islam (masa awal 450H/1058M).


Periode ini dikenal sebagai periode dasar-dasar ekonomi
Islam yang dirintis oleh para fuqoha yang diikuti oleh para sufi
kemudian dilanjutkan oleh filsuf. Pada periode ini banyak sarjana
8|B r i g h t y ’ 1 9
muslim yang bersama rasulullah, para sahabat dan tabi’in sehingga
memperoleh referensi Islam yang autentik.
b. Periode Kemajuan (450-850H/1058-1446M).
Periode ini juga dikenal sebagai periode cemerlang karena
meninggalkan warisan intelektual yang kaya raya. Secara umum
kondisi perekonomian masyarakat terbilang makmur,juga terdapat
pemikir-pemikir besar yang karyanya banyak dijadikan rujukan
hingga saat ini, serta para cendikiawan muslim mampu menyusun
suatu konsep tentang bagaimana umat melaksanakan kegiatan
ekonomi berlandaskan al-Quran dan hadits.
c. Periode Stagnasi/Penurunan (850-1350H/1446-1932M).
Periode ini disebut sebagai stagnasi karna periode ini adalah
masa tertutupnya pintu ijtihad. Pada periode ini sebenarnya umat
Islam mengalami penurunan, para ulama hanya menulis catatan-
catatan para pendahulunya dan mengeluarkan fatwa yang sesuai
dengan aturan standar bagi masing-masing madzhabnya.

B. Perekonomian Pada Masa Rasulullah.


1. Perekonomian pada masa Rasulullah SAW. (571-632M).
Pada tahun 2 H. zakat fitrah mulai diwajibkan sebesar 1 sha’
bahan makanan-makanan pokok, pada 9 H. peraturan zakat
memuat tentang sistem pengumpulan zakat, barang-barang zakat,
batas-batas dalam zakat dan tingkat persentase zakat.
2. Sumber Pendapatan

9|B r i g h t y ’ 1 9
Selain sumber pendapatan primer yang berasal dari zakat dan
‘ushr atau zakat dari hasil pertanian, juga terdapat pendapatan
lain diantaranya:
a. Uang tebusan tawanan perang
b. Pinjaman
c. Khumus dan Rikas
d. Amwal Fadilah
e. Wakaf
f. Nawaib
g. Zakat Fitrah
h. Kurban dan Kafarat
C. Perekonomian Pada Masa Khulafaur Rashidin.
Setelah Rasulullah SWT. perekonomian juga berjalan dan
berkembang pada masa khulafaur rasyidin. Berikut prestasi-prestasi
khulafur rasyidin :
1. Memerangi pembangkang membayar zakat
2. Mendistribusikan harta baitul mal sesuai prinsip kesamarataan
3. Melakukan pembagian tanah taklukkan
4. al-Kharraj
5. Ghanimah
6. Perluasan wilayah
7. Dll

10 | B r i g h t y ’ 1 9
3. Masa Bani Umayyah
Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyah pada tahun 661-
750M, pada usia kurang lebih 90 tahun. Prestasi-prestasi Bani
Umayyah adalah sebagai berikut:
1. Memecat pejabat korup
2. Menetapkan pajak hasil hutan dan sayuran
3. Mencetak uang koin
4. Mencetak mata uang
5. Menerapkan gaji tetap
6. Membangun biro pengumpulan pajak dan administrasi
4. Masa Bani Abbasiyah
Bani Abbasiyah adalah masa kekhalifahan kedua setelah Bani
Umayyah yang didirikan oleh Abu Abbas. Prestasi-prestasi Bani
Abbasiyah dalam bidang ekonomi sebagai berikut :
1. meningkatkan sektor pertanian
2. membangun pelabuhan, pertanian, pertambangan, dan
perdagangan
3. pendapatan negara berasal dari kharaj, jizyah, zakat, fa’i,
ghanimah, dll
4. meningkatkan sektor perdagangan
5. Masa Turki Utsmani/Ottoman
Masa Turki Utsmani biasanya dikenal dengan Bani
Utsmaniyah sebagai ganti dari hancurnya Bani Abbasiyah. Bani
Utsmaniyah terbangun setelah Islam hidup tanpa ke khalifahan

11 | B r i g h t y ’ 1 9
selama 3,5 tahun. Didirikan oleh Atouman atau lebih sering di
kenal sebagai Otsman Gazi. Prestasi-prestasi Bani Utsmaniyah
/Ottoman sebagai barikut :
1. Perluasan wilayah
2. Malakukan interaksi dengan wilayah lain
3. Ajaran tentang prinsip ekonomi
4. Percetakan uang
5. Melakukan pembangunan mulai dari masjid, istana, sekolah,
rumah sakit, panti asuhan, penginapan, pemandian umum,
dan pusat tarekat

B. Sejarah Pemikiran Ekonomi Kontemporer

Dalam pembahasan ini pemikiran Islam kontemporer berarti kini


berkembang pada masa modern (sejak abad ke-19 masehi) hingga kini.
Ciri khas dari pemikiran ekonomi ini adalah sifat agresif yang
berkembang dengan metode baru dalam menafsirkan al-Qur’an dan
peradaban Islam. Ekonomi Islam ini muncul sebagai reaksi dari respon
terhadap permasalahan dan pemenuhan terhadap kebutuhan ekonomi
masyarakat yang sebelumnya ditangani oleh keilmuan ekonomi
konvensional yang dianggap tidak dapat sanggup mengatasinya.

• Missing Link Sejarah Pemikiran Ekonomi

Josep Schumpeter menyatakan dalam karyanya yang berjudul


‘History of Economic Analysis' bahwa terdapat The Great Gap dalam
12 | B r i g h t y ’ 1 9
sejarah pemikiran ekonomi selama lebih dari 500 tahun / suatu masa lebih
dikenal dengan the Dark Age. Pada masa kegelapan ini, Barat masih
dalam keadaan terbelakang dan tidak memilikiprestasi intelektual,
termasuk dalam pemikiran ekonomi. Hal ini juga terdapat pada
kebanyakan buku seperti karya Spiegel (1991). Spiegel menganggap
pada masa Dark Age tidak terdapat pemikiran tentang ekonomi. Spiegel
memang membuka sejarah pemikiran ekonomi dari Bibel (1 M) dan para
pemikir Yunani (SM), namun setelah itu melompat ribuan tahun
langsung pada pertengahan.

Namun dunia tidaklah barat saja karena barat tidaklah mewakili dunia
secara keseluruhan. Sebenarnya, pada sebagaian besar masa Dark Ages
ini justru menjadi masa kegemilangan di dunia Islam. Hal inilah yang
ditutup-tutupi barat. Pada masa itu banyak karya gemilang di berbagai
bidang ilmu termasuk ekonomi yang lahir dari sarjana-sarjana muslim.

Jadi sesungguhnya terdapat dua missing link


(gap/kesenjangan/ketimpangan) dalam sejarah pemikiran ekonomi, yaitu
The Great Gap pada masa Dark Ages dan kemajuan di dunia Islam. Lebih
dari itu, ternyata banyak pemikiran para sarjana muslim tersebut yang
mirip bahkan sama dengan pemikiran barat yang hidup beratus-ratus
kemudian.

Dari fenomena ini menimbulkan beberapa kemungkinan alasan


sebagai berikut:

13 | B r i g h t y ’ 1 9
a.) Terjadi sebuah kebetulan, yaitu sarjana muslim dan para ekonom
barat memiliki pemikiran dan ide yang sama.

b.) Para barat secara langsung dan tidak langsung sangat dipengaruhi
oleh pemikiran dari para sarjana muslim.

c.) Para pemikir barat melakukan plagiarisme atau penjiplakan


terhadap karya-karya para sarjana muslim. Untuk membuktikan
kemungkinan - kemungkinan tersebut, tentu membutuhkan diskusi
yang panjang serta kajian yang mendalam.

• Terkait mazhab/pemikiran dalam ilmu ekonomi kontemporer itu


ada 4 :
1. Mazhab Abu A’la al-Maududi.
Ia adalah seorang candekiawan muslim dari India hahir
pada 25 September 1903 M. atau 3 Rajab 1321 H di kota
Hyberad. Abu Ala Al-Maududi adalah putra Abu Hasan,
seorang keturunan sufi besar tarekat christiyah.
Menurut mazhab ini, Islam memiliki atau telah
menerangkan sebuah sitem ekonomi. Islam telah membuat
beberapa peraturan dan menyusun sejumlah batasan ketika
kita akan membuat suatu sistem meskipun dalam
perkembangannya kita harus dapat menyimpulkan peraturan
baru yang berada pada batasan-batasan yang ditemukan
Islam. Selain itu, terdapat tujuan organisasi dalam Islam
menurut Al-Maududi, 1) kebebasan individu, 2) keselarasan

14 | B r i g h t y ’ 1 9
dalam perkembangan moral dan materi, 3) kerja sama dan
penegakan keadilan.
2. Mazhab Muhammad Baqir Ash-Shadr.
Muhammad Baqir Ash-Shadr menyatakan bahwa ilmu
ekonomi tidak pernah dapat disatukan karena keduanya
berasal dari filosofi yang saling kontra-diktif, dimana
ekonomi bersifat anti-Islam dan Islam adalah agama.
Pandangan ini sebagai mana firman Allah Swt. Qs. Al-
Furqan (25): 2. Ada banyak tema dan pembahasan dalam
mazhab ini, salah satunya tentang peran negara dalam
perekonomian :
1) Distribusi sumber daya alam kepada individu berdasarkan
keinginan dan kepastian untuk bekerja.
2) Memastikan pelaksanaa dalam penggunaan sumber daya
sesuai UU yang sah.
3) Memastikan keseimbangan sosial.
3. Mazhab Mainstream IDB.
Dalam melihat masalah ekonomi, mazhab ini hampir
tidak memiliki perbedaan dengan pandangan ekonomi
konvensional. Mazhab ini tidak pernah membuang teori-teori
ekonomi konvensional seluruhnya, melainkan tetap
mengambil hal-hal baik dan bermanfaat. Mazhab ini
berpendapat bahwa hiimah atau ilmu bagi umat Islam
bagaikan barang yang hilang, dimana saja ditemukan maka

15 | B r i g h t y ’ 1 9
berhak untuk mengambilnya. Hal ini tentu jika bertentangan
dengan prinsip ajaran Islam.
4. Pemikiran Pemikiran Alternatif.
Mazhab ini dipelopori oleh Timur Kurun (ketua jurusan
Ekonomi University of Sourthen Cuirfornia), Jomo (Yale,
Cambridge, Harvard, Malaya), Muhammad Arif, dll. Mazhab
ini mengkritik mazhab Baqir Ash Shadr dan mazhab
Mainstream. Mazhab Baqir Ash-Shadr dikritik sebagai
mazhab yang seolah-olah ingin menemukan sesuatu yang
baru padahal sebenarnya sudah ada dan telah ditemukan
orang lain. Sedangkan mazhab mainstream dikritik sebagai
jiplakan dari ekonomi Konvensional dengan menghilangkan
variabel riba lalu memasukkan variabel zakat dan niat.

16 | B r i g h t y ’ 1 9
2

RUANG LINGKUP EKONOMI MIKRO ISLAM

(Dewi Nailatun Nafisah, Dinda Amirah Fatimatus Zahroh, Aniqah Laili


Abidah)

A. EKONOMI
Secara umum, makna ekonomi didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari perilaku manusia dalam menggunakan sumber
daya yang langka, untuk memproduksi barang dan jasa yang
dibutuhkan manusia.
Secara terminologi, kata ekonomi berasal dari yunani
(oikos) berarti “keluarga, rumah tangga” dan (nomos) berarti
“peraturan, aturan, hukum”. Menurut beberapa ahli diantaranya:
a. Paul A Samuelson
“Ekonomi adalah studi mengenai bagaimana orang memilih
untuk menggunakan sumber daya produktif yang langka atau
terbatas untuk memproduksikan berbagai komiditi dan
17 | B r i g h t y ’ 1 9
mendistribusikan kepada masyarakat untuk konsumsi
mereka”.
b. Alfred Marshall
“Ekonomi merupakan sebuah studi mengenai kehidupan
bisnisnya”. Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa ekonomi Islam bukan hanya merupakan praktik
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh individu dan
komunitas muslim yang ada, namun juga merupakan
perwujudan perilaku ekonomi yang didasarkan pada ajaran
Islam. Ia mencakup cara memandang permasalahan
ekonomi, menganalisis, dan mengajukan alternatif solusi
atas berbagai permasalahan ekonomi.
B. EKONOMI MIKRO
Merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari
ekonomi secara detail dan lingkungannya kecil. Variabel-variabel
yang dibahas dalam ekonomi mikro ruang lingkupnya kecil,
misalnya perusahaan, rumah tangga.
C. EKONOMI MIKRO ISLAM.
Ekonomi mikro Islam berarti suatu sistem yang
didalamnya terdapat perilaku beberapa individu , baik sebagai
konsumen, produsen, atau tenaga kerja yang dalam kegiatan
ekonominya selalu diilhami oleh niali-nilai keislaman.

18 | B r i g h t y ’ 1 9
D. RUANG LINGKUP EKONOMI MIKRO ISLAM.
Ruang lingkup ekonomi Islam harus juga mencakup aspek
makro ekonomi. Pembahasan aspek makro ekonomi dari sistem
ekonomi Islam membawa konsekuensi kepada peranan regulator
(pemerintah) dalam merespon dan mendorong perkembangan
sistem ekonomi Islam. Selanjutnya, ekonomi Islam
membutuhkan tersedianya standar akuntansi yang baku sebagai
pedoman dalam melakukan pencatatan transaksi dan
pelaporannya.
a. Produksi
Produksi adalah suatu kegiatan menghasilkan atau
menambah nilai guna barang atau jasa yangmana bertujuan
sebagai memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Secara
umum produksi barang atau jasa yang dilakukan produsen
memiliki empat tujuan yaitu sebagai berikut:
a) Menghasilkan barang atau jasa
b) Mendatangkan Keuntungan
c) Mengganti barang yang rusak
d) Mencapai Kemakmuran

Didalam produksi, produsen seringkali dihadapkan pada


beberapa masalah yang harus dihadapi yaitu :

1. Apa yang akan diproduksi?


2. Bagaimana cara memproduksi?
3. Berapa jumlah yang akan dihasilkan?
19 | B r i g h t y ’ 1 9
4. Faktor-faktor produksi yang digunakan
b. Konsumsi
Merupakan kegiatan mengurangi nilai dari suatu barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan. Konsumsi juga bisa
berarti membelanjakan kekayaan untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan manusia .
Faktor yang memengaruhi konsumen dalam melakukan
kegiatan konsumsi, faktor tersebut adalah :
a) Pendapatan
b) Harga barang dan jasa
c) Kebiasaan
d) Sosial budaya dan agama
e) Barang subtitusi
f) Perkembangan zaman

Terdapat empat prinsip utama dalam sistem ekonomi


Islam yang diisyaratkan dalam al-Qur’an:
a) Hidup hemat dan tidak bermewah- mewah, yang
bermakna bahwa, tindakan ekonomi diperuntukan hanya
sekedar pemenuhan kebutuhan hidup (needs) bukan
pemuasan keinginan (wants).
b) Implementasi zakat dan mekanismenya pada tataran
negara. Selain zakat terdapat pula instrumen sejenis yang
bersifat sukarela (voluntary), yaitu infak, shadaqah,
wakaf, dan hadiah.
20 | B r i g h t y ’ 1 9
c) Penghapusan Riba; menjadikan sistem bagi hasil (profit-
loss sharing) dengan instrument mudharabah dan
musyarakah sebagai pengganti sistem kredit (credit
system) termasuk bunga (interest rate).
d) Menjalankan usaha- usaha yang halal, jauh dari maisir dan
gharar; meliputi bahan baku, proses produksi, manajemen,
out put produksi hingga proses distribusi dan konsumsi
harus dalam kerangka halal.

c. Distribusi
Adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari
produsen ke konsumen dan para pemakai, sewaktu dan dimana
barang atau jasa tersebut diperlakukan. Tujuan dari distribusi
adalah sampainya barang atau jasa ke konsumen atau pihak
yang membutuhkan. Dalam penyaluran barang atau jasa ini
biasanya melalui perantara atau melewati saluran distribusi.
Secara umum tujuan distribusi adalah :
a) Untuk meningkatkan nilai produk atau jasa
b) Pemerataan pemenuhan kebutuhan terhadap suatu produk
c) Membuat ke stabilan harga
d) Menjaga kelangsungan perusahaan dengan
kesinambungan produksi barang atau jasa.

21 | B r i g h t y ’ 1 9
d. Mekanisme Pasar Islami
Konsep mekanisme pasar Islami dapat diruju’ pada hadis
Rasulullah SAW. sebagaimana yang disampaikan oleh Anas r.
a. sehubungan dengan adanya kenaikan harga barang di kota
madinah. Dari hadis ini mengajarkan konsep mekanisme pasar
dari pada Adam Smith.
Mekanisme pasar berdasarkan hadis diatas adalah
kebebasan pasar dalam membentuk harga dan melihat kepada
mashlahah masyarakat umum. Mekanisme pasar Islami dalam
ilmu ekonomi konsep pasar diartikan sebagai setiap struktur
yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk menukar jenis
barang, jasa atau informasi.
e. Permintaan dan Penawaran Islami
Permintaan yang dilakukan oleh seorang muslim dalam
upaya melakukan konsumsi merupakan cara untuk menciptaan
mashlahah bukan untuk kepuasan pribadi. Permintaan
merupakan sejumlah barang yang diminta pada suatu harga
dalam waktu tertentu.
Hukum permintaan adalah apabila barang naik maka
permintaan turun, apabila harga turun maka permintaan naik.
Penawaran merupakan sejumlah barang yang ditawarkan pada
suatu harga dalam waktu tertentu. Hukum penawaran yaitu
semakin tinggi harga produk maka semakin meningkat barang
yang ditawarkan, dan begitu juga sebaliknya.

22 | B r i g h t y ’ 1 9
3

ASAS EKONOMI ISLAM

(Imam Thobroni dan Syahrullah)

A. PENDAHULUAN
Sistem keuangan dan perbankan Islam adalah bagian dari
konsep ekonomi yang lebih luas tentang ekonomi Islam yang
dianjurkan oleh para ulama dengan memberlakukan sistem nilai
dan etika Islam ke dalam lingkungan ekonomi.
Dasar etika menjadikan ekonomi Islam bagi para muslim
bukan sekedar sistem transaksi komersial. Ekonomi Islam
memiliki asas-asas tertentu yang dimuat dalan surah Al-Qashas
(28:77) :

َ‫َاّللَاِليكَولَت ب ِغَالفساد‬
ٰ ‫صي بك َِمنَالدُّن ياَواح ِسنَكَمآَاحسن‬
ِ ‫َال ِخرةَولَت نسَن‬ ٰ ‫واب ت ِغَفِيمآَاٰ ٰتىك‬
ٰ ‫َاّللَالدار‬

‫بَالمف ِس ِدي َن‬ ٰ ‫ضَۗاِن‬


ِ ‫َاّللَل‬
ُّ ‫َُي‬ ِ ‫ِِفَالر‬

23 | B r i g h t y ’ 1 9
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan
bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang yang berbuat kerusakan.”

Ayat tersebut menjadi landasan hidup umat Islam dalam


kehidupan bisnis atau ekonomi untuk meraih kebahagiaan di
dunia dan akhirat.

B. ASAS EKONOMI ISLAM


1. Allah Pemilik Segala-galanya
Allah memberikan kekayaan kepada manusia dan dia
adalah pemilik sebenarnya segala sesuatu. Pemilik alam
semesta beserta isinya adalah Allah semata. Manusia
hanyalah wakil Allah dalam rangka memakmurkan dan
menyejahterakan bumi. Kepimilikan manusia adalah derivasi
kepimilikan Allah yang hakiki. Seperti keterangan di dalam
Surat Al-Ma’idah (5: 17) yang berbunyi :

َ‫لقدَكفرَٱل ِذينَقالوۗاَۗإِنَٱّللَهوَٱلم ِسيحَٱبنَمرَيََۗقلَفمنََيلِك َِمنَٱّللَِشيًَۗاَإِنَأرادَأن‬

ِ ‫ََجيعاََۗوِّللَِملكَٱلس ٰم ٰو‬
ِ ‫تَوٱْلر‬
ََۗ‫ضَوماَب ي ن هما‬ ِ ‫ض‬ ِ ‫ي هلِكَٱلم ِسيحَٱبنَمرَيَوأمَۥهَوم‬
ِ ‫نَِفَٱْلر‬

‫َيلقَماَيشاۗءََۗوٱّللَعل ٰىَك ِلَشى ٍءَق ِد َير‬


24 | B r i g h t y ’ 1 9
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
“Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam”.
Katakanlah: ‘Maka siapakah (gerangan) yang dapat
menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak
membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya
dan seluruh orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?’.
Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang
ada diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.”

Para fuqaha mendefinisikan kepemilikan sesuai


paradigma Islam yang menurut Evendi Muhtar (2015)
sebagaimana berikut :
a) Secara normatif
Sebagaimana telah dikemukakan oleh firman Allah Swt.
dalam surat Al-Baqarah (2: 284).
b) Secara fisologis
1. Kewenangan atas sesuatu untuk
menggunakannya/memanfaatkannya sesuai dengan
keinginan dan membuat orang lain tidak berhak atas
benda tersebut, kecuali dengan alasan syariat Islam.
2. Siapa saja memakmurkan tanah yang tidak dimiliki
siapapun, maka dia berhak atas tanah itu.
3. Kaum manapun yang menghidupkan sesuatu dari
bumi atau mereka memakmurkannya maka mereka
berhak atasnya.
25 | B r i g h t y ’ 1 9
c) Secara Sosiologis
1. Kepemilikan adalah privitisasi sesuatu
kepemilikannya berdasarkan hukum syariat boleh
memanfaatkan dan mengelolahnya secara pribadi,
kecuali ada halangan secara syariat Islam.
2. Kepemilikan adalah suatu ikatan seseorang dengan
hak milik yang disahkan oleh syariat.
Dalam ajaran Islam, hak milik terdiri dari tiga jenis antara
lain :
A. Hak milik individual
B. Hak milik umum atau publik
C. Hak milik negara
2. Kekayaan Di Dunia Untuk Kebahagiaan Di Akhirat.
Manusia sepatutnya menggunakan kekayaan yang
diperolehnya di dunia untuk mendapat kehidupan yang lebih
bbaik dan sejahtera di akhirat kelak. Rasulullah Saw
bersabada, “Ahli peniaga yang jujur lagi amanah akan
bersama-sama para nabi, para siddiqin dan para syuhada”
(HR. Bukhari).
3. Kebahagiaan di Dunia Untuk Kebahagiaan di Akhirat
Manusia tidak boleh mengabaikan kebahagian di Dunia.
Manusia hendaklah bekerja sekuat-kuatnya untuk mendapat
kebaikan di dunia dengan cara yangpaling adil dan
dibennarkan oleh undang-undang.

26 | B r i g h t y ’ 1 9
4. Berperilaku Adil Kepada Sesama Manusia
Manusia sepatutnya berlaku baik terhadap sesama
manusia. Hendaklah mereka melaksanakan tanggung jawab
terhadap masayarakat dan orang-orang yang berada dalam
kesusahan dan kesempitan.
5. Tidak Boleh Berbuat Kerusakan
Manusia sepatutnya mengelakkan dirinya dari pada
melakukan perbuatan-perbuatan dosa yang termasuk
kegiatan-kegiatan mencari hasil kekayaan yang tidak adil,
memubazirkan, sumber-sumber dan hasil-hasil kekayaan
serta melakukan penipuan dalam peniagaan.

C. PRINSIP EKONOMI DALAM ISLAM


Semua sumber daya yang ada di bumi ini dipandang sebagai
pemberian atau titipan dari Allah Swt. kepada manusia. Islam
mengakui kepemilikian pribadi dalam batasan batasan tertentu.
Berikut ini prinsip dasar ekonomi-ekonomi Islam :

1. Tidak Melakukan Penimbunan (Ihtikatar)


Penimbunan dalam bahasa arab adalah ihtikar. Secara umum,
ihtikar dapat diartikan sebagai tindakan pembelian barang
dagangan untuk menahan atau menyimpan barang tersebut

27 | B r i g h t y ’ 1 9
dalam jangka waktu yang lama sehingga barang tersebut
menjadi langka dan berharga mahal.
2. Tidak Melakukan Monopoli
Monopoli adalah kegiatan menahan keberadaan barang untuk
tidak dijual atau tidak diedarkan di pasar agar harganya
menjadi mahal. Kegiatan monopoli dilarang oleh Islam,
apabila monopoli diciptakan secara sengaja dengan
menimbun barang dan menaikkan harga barang.
3. Menghindari Jual Beli Yang Diharamkan
Kegiatan jual dan beli yang sesuai dengan prinsip Islam harus
bersifat adil, halal, dan tidak merugikan salah satu pihak
sehingga transaksi tersebut diridhai oleh Allah Swt.

D. CIRI DASAR EKONOMI ISLAM


Al-quran tidak secara khusus mengurai ekonomi Islam, tetapi
hanya prisnsip-prinsip yang mendasar. Al-Quran dan as-Sunah
lebih membahas tentang bagaimana seharusnya kaum muslim
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku
usaha.

1. Nilai Keimanan (Tauhid)


Keimanan dalam Islam adalah pembenahan dan pembianaan
hati atau jiwa manusia. Dengan nilai-nilai keimanan, jiwa
manusia dibentuk menjadi jiwa yang memiliki sandaran

28 | B r i g h t y ’ 1 9
vertikal yang kokoh kepada sang khalik untuk tunduk kepada
aturan mainnya dengan penuh kesadaran dan kerelaan.
2. Nilai Syariah Islam
Fungsi syariat Islam adalah mengatur dan memelihara aspek-
aspek lahiriyah umat manusia yang berkaitan dengan
individu, sosial dan lingkungan alam sehingga terwujud
keselarasan dan keharmonisan. Berikut ini penjelasan prinsip-
prinsip tersebut :
a. Ta’awun
Manusia adalah mahluk sosial sehingga dalam segala
aktivitasnya tidak bisa menghilangkan oreng lain
termasuk dalam berbagai kegiatan ekonomi.
b. Keadilan
Adil dalam pandangan Islam tidak diartikan sama rata,
tetapi diartikan dengan menempatkan sesuatu sesuai
dengan proporsinya atau hak-haknya.
c. Logis, Rasional dan Tidak Emosional
Islam adalah ajaran agama yang rasional dan senantiasa
mengajak manusia untuk memberdayakan potensi akal
dalam mempelajari ayat-ayat Allah, baik dari ayat
quraniyah maupun kauniyah.
d. Profesional
Seorang muslim diperintahkan oleh Allah untuk bertindak
dan berperilaku sesuai perintah Allah sebagiamana

29 | B r i g h t y ’ 1 9
Rasulullah menyeru kepada umatnya, “berakhlaklah
kalian sebagiamana akhlak Allah”.
e. Fondasi Ihsan Etika Islam
Fungsi ihsan dalam agama sebagai alat kontrol dan
evaluasi terhadap bentuk-bentuk kegiatan ibadah
sehingga aktivitas manusia akan lebih terarah dan maju.
Ketika tindakan ekonomi didasari dengan ihsan maka
tercipta sifat-sifat positif dan produktif sebagai berikut :
1) Amanah (jujur)
2) Sabar
3) Tawakal
4) Qanaah
5) Wara

3. Fondasi Ekonomi Islam


a. Tauhid (keimanan)
Tauhid adalah Allah sebagai pemilik sejati seluruh alam
semesta dan Allah menciptakan sesuatu tidak ada yang
sia-sia dan manusia diciptakan untuk beribadah.
b. Adil (keadialan)
Tidak ada yang mendzalimi dan didzalimi serta tidak
boleh mengejar keuntungan pribadu yang berlebihan
sehingga merugikan pihak lain.

30 | B r i g h t y ’ 1 9
c. Nubuwwah
Pelaku ekonomi harus memiliki sifat seperti para nabi,
yaitu siddiq (jujur), Amanah (dapat dipercaya), Fathonah
(cerdas), serta tabligh (menyampaikan) dengan taktik
hidup yang komunikatif, terbuka dan pemasaran.
d. Khilafah (pemerintahan)
Para muslim sebagai pelaku ekonomi harus mempunyai
sifat tanggung jawab, menerapkan sifat dalam asmaul
husna/nama-nama Allah, dan menjaga keteraturan
interaksi (muamalah).
e. Ma’ad (hasil/keuntungan)
Muslim harus menganggap dunia sebagai tempat bekerja
dan beraktivitas agar mendapat pengembalian dan
mengejar keuntungan di dunia dan akhirat.
4. Perilaku Islam Dalam Ekonomi
Ekonomi Islam dikembangkabn berdasarkan asumsi bahwa
masalah ekonomi bersifat kompleks atau multidimensional
sehingga memerlukan pendekatan antar disiplin, khususnya
antar disiplin ilmu keagamaan tradisional dan ilmu
pengetahuan umum.

31 | B r i g h t y ’ 1 9
4

MAQASID SYARIAH DALAM EKONOMI MIKRO


ISLAM
(Fita Putri Diyanti, Habibatur Rohmah dan Fina Hilyatus Shofuro)

A. PENGERTIAN MAQASID SYARIAH

Secara bahasa, maqashid syari‘ah terdiri dari dua kata yakni,


maqashid dan syari’ah. Maqashid adalah bentuk jamak dari maqshid
yang berarti kesengajaan atau tujuan, syari‘ah berarti jalan menuju
sumber air. Jalan menuju sumber air ini dapat pula dikatakan sebagai
jalan kearah sumber pokok kehidupan. Menurut asy-Syatibi, maqashid
syari‘ah merupakan tujuan syari‘ah yang lebih memperhatikan
kepentingan umum.

Sebagaimana yang ada di dalam kamus dan penjelasannya bahwa


syariat adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah bagi hamba-Nya
tentang urusan agama, atau, hukum yang ditetapkan dan diperintahkan
oleh Allah baik berupa ibadah (shaum, shalat, haji, zakat, dan seluruh
amal kebaikan) atau muamalah yang menggerakkan kehidupan manusia
(jual, beli, nikah, dan lain-lain. Target dan rahasia yang diletakkan oleh

32 | B r i g h t y ’ 1 9
syariat atas semua hukum-Nya dengan tujuan menjadi target hukum -
hukum particular untuk direalisasikan dalam kehidupan manusia baik
berupa perintah, mubah, individu, keluarga, jamaah dan ummat.

Disini Imam Wahbah Zuhaily merumuskan beberapa syarat untuk


dianggap sebagai maqasid syariah.

Syarat-syarat itu diantara lain :

1. Tsabit (pasti) yang artinya realisasi yang pasti atau minimal dugaan
yang mendekati pasti.
2. Zhuhur (jelas) yakni jelas sehingga dapat dipahami semua fuqaha’
tanpa perbedaan pendapat seperti menjaga nasab yang disyariatkan
dalam pernikahan.
3. Inthibath (terukur) yakni makna tersebut terukur,jelas batasannya
sehingga tidak berlebih dan tidak berkurang.misalnya menjaga akal
sebagai tujuan dari diharamkannya khamar.
4. Ithrad (universal), yakni berlaku untuk setiap orang dan sepanjang
zaman.

B. Maqasid Syariah Sebagai Ushul Ekonomi Mikro Islam

Tujuan diturunkan syariah adalah mencapai kemaslahatan dan


menghindari kemafsadatan pada dua dimensi waktu yang berbeda, yakni
dunia dan akhirat. Konsekuensi logisnya adalah menyusun sebuah
bangunan ekonomi Islam yang tidak bisa lepas dari teori maqasid, bahkan
menurut syaikh Muhammad Thahir Ibn ‘Asyur, melupakan pentingnya
33 | B r i g h t y ’ 1 9
sisi maqasid dalam syariah adalah faktor utama penyabab terjadinya
stagnasi dalam fiqih.

Yusuf Al-Qardlawi melihat kenyataan tidak efektifnya fiqih


ditandai dengan sistemasi yang dimulai dengan pembahasan mengenai
ibadah .karakteristik fiqih yang seperti ini telah memandulkan cara
pandang fiqih terhadap pandangan sosial,politik dan ekonomi Islam yang
dalam banyak hal terkait reinkarnasi dari fiqih muamalah sudah
sepatutnya mengambalikan kelenturan dan elastisitasfiqih dengan
menjadika maqasid syariah sebagai the ultimate goal dalam proses
tersebut.

Ekonomi Islam dibangun tanpa menafikan realitas yang


ada,namun tetap dalam bingkai maqasid syariah karena maqasid syariah
selalu berupaya untuk mengekspresikan penekanan terhadap hubungan
antara kandungan kehendak (hukum) Allah dengan aspirasi yang
manusiawi. Inti permasalahan dari teori maqasid syariah adalah
menempati posisi yang sangat sentral dalam merumuskan metodologi
pengembangan ekonomi Islam.bahkan Imam Asy-syathibi menyatakan
bahwa maqasid syariah menjadi ushul-ushul yang berarti menyusun
ushul fiqih sebagai sebuah metodologi yang tidak dapat lepas dari
maqasid syariah.teori maqasid syariah dapat menghantarkan para
mujtahid untuk menentukan standar kemaslahatan yang sesuai dengan
syariat atau hukum.

34 | B r i g h t y ’ 1 9
C. URGENSI MAQASID SYARIAH
Tidak diragukan lagi bahwa semua orang yang mempelajari
syariah Islam bisa membangun hukum -hukum atas dasar riayah
maslahah manusia,menolak mafsadah dan merealisasikan kebaikan
untuk mereka.hal ini sesuai dengan tujuan diutusnya nabi kepada
manusia sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Anbiya’

َ‫وَماَارسلناكَالَرمحةَللعاملي‬
“dan tiadalah kami mengutus kamu Muhammad, melainkan
(untuk) menjadi rahmat bagi semesta alam”

Masalah tersebut memiliki makna sebagai berikut :

1. Mengungkapkan tujuan,alasan,hikmah tasyri’ baik yang umum


maupun yang khusus disegala bidang kehidupan dan dalam setiap
ajaran Islam.
2. Mengokohkan kemampuan seorang faqih dalam melakukan
isthinbat dalam bimbingan cahaya maqasid yang akan
membantunya dalam memahami ,menentukan dan
mempraktikkan hukum.
3. Memperkaya kajian ushul fiqih yang berkaitan dengan maqasid.
4. Mengurangi perbedaan atau perselisihan fiqih dan ashhabiyah
madzhabiyah.
5. Menyelesaikan sikap untuk mengambil makna lahiriyah dari segi
dalil.

35 | B r i g h t y ’ 1 9
6. Membantu mukallaf dalam melaksanakan kewajiban dengan
pelaksanaan yang baik.
7. Membantu khatib,juru dakwah,guru,hakim,mufti,paramursyid
dan lainnya.
8. Al-maqasid As-syariah dapat membantu untuk mengetahui hukum
-hukum yang bersifat umum.
9. Memahami nash-nash syar’I secara benar dalam tatanan praktik.
10. Membatasi makna lafadz yang dimaksud secara benar.
11. Ketika tidak ada dalil yang pasti dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
pada masalah baru ( kontemporer).
12. Al-maqasid As-syariah membantu mujtahid untuk menarjih
sebuah hukum yang terkait denagn perbuatan manusia.
13. Menegaskan karakteristik Islam yang sesuai dengan zaman,abad
dan menarik.
14. Memadukan secara seimbang prinsip mengambil dzahir nash
dengan prinsip memerhatikan ruh dan substansi nash.
D. Ijtihad dalam Ekonomi Islam
Posisi teori maqasid syariah pokok pangkal dari proses
ijtihad.Imam Asy-Syathibi memperkenalkan dua langkah dalam
proses ijtihad, yaitu Ijtihad Ishtinbathi dan Ijtihad Tathbiqi.
Pembagian yang dilakukan oleh asy-syathibi dapat memudahkan
untuk memahami mekanisme ijtihad.
Dalam Ijtihad Istinbathi seorang ekonomi muslim memfokuskan
perhatian pada upaya penggalian ide yang terkandung dalam teks ( Al-

36 | B r i g h t y ’ 1 9
Qur’an dan Hadist ) yang masih abstrak.setelah memperoleh ide -ide
abstrak tersebut pada permasalahan-permasalahan yang terjadi
dilapangan yang disebut dengan ijtihad tathbiqi atau ijtihad
penerapan.
Objek ijtihad istinbathi adalah teks, Sedangkan objek kajian
ijtihad tathbiqi adalah manusia dengan dinamika perubahan dan
perkembangan yang dialaminya sehingga masuk akal jika syathibi
menyebut ijtihad tathbiqi sebagai ijtihad yang tidak akan berhenti
sampai akhir zaman.

E. IMPLIKASI MAQASID TERHADAP TEORI PERILAKU


EKONOMI
Teori maqasid sepatutnya berimplikasi terhadap perilaku
ekonomi setiap individu muslim,selain itu para ekonom muslim juga
tidak boleh melupakan implikasi-implikasi tersebut saat melakukan
analisis ekonomi dalam framework Islam. Antara lain :
1. Masalah Ekonomi
Masalah ekonomi biasanya dikaitkan dengan tiga pertanyaan dasar
yaitu :
- Apa yang diproduksi ?
- Bagaimana memproduksi ?
- Untuk siapa sesuatu hal itu diproduksi ?

37 | B r i g h t y ’ 1 9
2. Wants Versus Needs
Wants dalam teori ekonomi konvensional muncul dari
keinginan naluriah yang muncul dari konsep bebas nilai.
3. Maslahah versus Utility
Teori hukum konvensional menjelaskan utilitas sebagai
upaya untuk menguasai atau memiliki barang dan jasa untuk
memuaskan keinginan manusia.
Tiga alasan tentang maslahah lebih superior dari pada
vitilitas yakni :
1. Maslahah memang bersifat subjektif karena setiap individu
dapat menentukan suatu yang baik atau maslahah yang baik
bagi mereka sendiri.
2. Konflik antara kepentingan individu dan sosial dapat
dihindari atau setidaknya diminimalisasi.
3. Konsep maslahah berlaku pada semua aktifitas ekonomi pada
masyarakat baik dalam produksi atau konsumsi

38 | B r i g h t y ’ 1 9
5

TEORI PERMINTAAN ISLAM

(Moh. Hikam Fauzan dan Sutan Bataradalimonthe)

Dalam pandangan ekonomi Islam, kebutuhan manusia itu terbatas,


sedangkan hal yang tak terbatas adalah keinginan. Alat pemenuhan
keinginan tidak terbatas karena Allah swt. Telah menciptakan bumi dan
seisinya untuk kepentingan dan kemanfaatan manusia. Seorang muslim
dalam dalam melakukan suatu kegiatan akan didasarkan pada suatu
kegiatan yang tidak hanya berdasarkan kepuasan tetapi berorientasi
untuk beribadah kepada Allajh swt. Orientasi beribadah kepada Allah
swt. akan membuat permintaan dan penawaran dalam ekonomi Islam
akan lebih sempit karena ada batasan, yaitu adanya nilai-nilai, filosofi
keidupan, dan norma Islam.

Adanya batasan dalam melakukan tindakan eksploitasi sumber daya


alam dan tujuan dari aktivitas ekonmi adalah memenuhi kebutuhan
39 | B r i g h t y ’ 1 9
untuk mencapai kesejahteraan. Setelah mempelajari mikro ekonomi
Islam akan mendapat keyakinan yang kuat tentang teori ekonomi mikro
Islam yang relevan dan dapat diterapkan dalam dunia nyata. Salah satu
tujuan lainnya adalah bagaimana menerapkan prinsip ekonomi mikro
Islam dalam pengambilan keputusan agar mendapatkan solusi terbaik
yang menguntungkan dan tidak mendzalimi orang lain.

Dalam mikro ekonomi Islam juga akan dibahas mengenai pasar,


fungsi, dan keseimbangan. Pasar adalah tempat atau keadaan yang
mempertemukan antara permintaan dan penawaran untuk setiap jenis
barang dan jasa. Penjual termasuk industry yang menawarkan hasil
produk atau jasa yang diminta oleh pembeli. Pekerja yang menjual
tenaga dan keahliannya, serta pemilik lahan yang menyewakan atau
menjual asetnya. Sedangkan pemilik modal menawarkan pembagian
keuntungan dari kegiatan bisnis tersebut. Secara umum, semua orang
atau industry akan berperan ganda, yaitu sebaga pembeli dan penjual.

A. PENGERTIAN HUKUM DAN TEORI PERMINTAAN


1. Pengertian permintaan
Permintaan ialah keinginan konsumen untuk membeli suatu
barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu.
Makna permintaan lainya ialah banyaknya junlah barang yang
diminta pada suatu pasar dengan tingkat harga tertentu pada
tingkat pendapatan tertntu dan dalam periode tertentu.
Islam tidak menganjurkan permintaan terhadap suatu barang
dengan tujuan kemegahan, kemewahan, dan kemubadziran.
40 | B r i g h t y ’ 1 9
Bahkan Islam memerintahkan orang yang sudah mencapai nisab
untuk membayar zakat, infaq, dan sadaqah sesuai ketentuan dan
anggaran yang dimiliki. Konsep permintaan dalam Islam untuk
menilai suatu komoditi (barang dan jada), namun tidak semua bias
dikonsumsi atau digunakan. Bedakan anatara yang halal dan yang
haram Allah berfirman dalam al-Quran surat al-Maidah ayat (97-
88) sebagai berikut:

ِ ‫)َوكلو‬87(َ‫بَالَمعت ِدين‬
َ‫اَِما‬ ِ ‫َيأيُّهاَال ِذينَآمنواَلَُت ِرمواَطيِب‬
ِ ‫اتَماَأحلَاّللَلكمَولَت عتدواَ إِنَاّللَل‬
َُّ ‫َُي‬

َ )88(َ‫رزقكمَاّللَحللَطيِباَوات قواَاّللَال ِذيَأن تمَبِ ِهَمؤِمنون‬

“Hai orang-orang yang beriman, jangankan kamu haramkan


apa-apa yang baik yang telah halalkan bagimu, dan janganlah
kamu meampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan
yang halal lagi baik dari dari apa yang telah rezekikan
kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepadanya.”
Permintaan dalam membahas halal dan haramnya dibagi
menjadi dua macam yaitu:
a. Permintaan absolut.
Permintaan absolut ialah permintaan terhadap barang dan
jasa, baik yang bertenaga/berkemampuan untuk membeli
maupun yang tidak mampu membeli.

41 | B r i g h t y ’ 1 9
b. Permintaan efektif.
Permintaan efektif adalah permintaan barang dan jasa yang
disertai kemapuan untuk membeli.
2. Jenis-Jenis Permintaan.
Berikut ini jenis permintaan dilihat dari sisi Islam (dalam at-
Atsariyyah, 2012), yaitu:
a. Isti’arah kepada Allah yang mengandung kesempurnaan
sikap dalam merendahkan diri sebagai seorang hamba kepada
rabbnya dengan menyerahkan seluruh perkara kepadanya dan
meyakini bahwa hanya Allah yang bisa memberi kecukupan
padanya. Isti’arah seperti ini tidak boleh diserahkan kecuali
kepada Allah.
b. Isti’arah kepada makhluk dalam perkara makhluk tersebut
mampu melakukannya. Hokum jenis isti’arah seperti ini
tergantung perkara yang diminta. Pertolongan padanya. Jika
berupa suatu kebaikan maka boleh, jikalau berupa perkara yang
diharamkan maka tidak boleh.
c. Isti’arah kepada makhluk dalam perihal makhluk tersebut
tidak bisa melakukannya, hukumnya adalah perbuatan sia-sia dan
tidak ada gunanya.
d. Isti’arah kepada orang-orang mati scara mutlak (orang mati
itu nabi atau wali apalagi selain mereka) atau kepada orang yang
masih hidup dalam perkara gaib yang tidak mapu dilakukan.
Isti’arah seperti ini adalah kesyirikan, kecuali meyakini bahwa

42 | B r i g h t y ’ 1 9
makhluk tersebut mempunyai kelebihan terembunyi untuk
mengatur alam.
e. Isti’arah dengan perantara amal-amal sholeh dan keadaan-
keadaan yang dicintai Allah isti’arah seperti ini diperbolehkan.
3. Hukum Permintaan Dalam Islam.
“Apabila harga mengalami penrunan, jumlah permintaan
akan naik atau bertambah, dan sebaliknya apabila harga
mengalami kenaikan, jumlah permintaan akan menurun atau
berkurang”. Hukum permintaan berbanding terbalik dengan harga.
Jika jumlah barang yang dibeli tergantung pada berbagai
kemunkinan tingkat harga, disebut permintaan harga. Jika jumlah
barang yang dibeli tergantung pada berbagai kemunkinan tingkat
pendapatan, disebut permintaan pendapatan. Jika jumlah barang
yang dibeli tergantung pada berbagai kemunkinan tingkat harga
barang lain, disebut permintaan silang.
4. Teori Permintaan Islam
Dalam ekonomi konvensional hanya bertujuan mencapai
kepuasan dan hasil setinggi-tingginya aka tetapi dalam ekonomi
Islam dibatasi dengan variabel moral, kesederhanaan, keadilan,
sikap mendahulukan orang lain, dan sebaliknya. Dalam surat al-
Isra’ ayat 26-30 ada beberapa poin yang harus kita renungkan
yaitu:
a. Allah menyuruh manusia untuk memberikan hak orang lain dari
harta yang dimiliki, mulai dari kerabat dekat, tetangga yang

43 | B r i g h t y ’ 1 9
miskin, dan orang-orang yang pantas menerima infaq dari
harta kita.
b. Tabzir yaitu menyia-nyiakan harta atau menggunakan harta
padan sesuatu yang tidak semestinya. Hal ini sangat dilarang
dalam Islam karena menafikan syukur dan berpotensi untuk
kufur.
c. Allah mengajarkan kepada kita tentang adab ketika menghadapi
orang yang berhajat kepada kita sedngkan kita tidak memiliki
sesuatu yang dapat menutupi hajat mereka. Maka tolaklah
dengan sopan sekiranya tidak menyakiti mereka.
d. Allah melarang berbuat kikir dan juga melarang perbuatan
terlalu pemurah. Selayaknya bagi kita ditengah-tengah tidak
kikir dan tidak terlalu pemurah. Dalam Islam seorang muslim
berkonsumsi didasarkan pertimbangan berikut:
a. Manusia tidak kuasa sepenuhnya mengatur secara rinci
permasalahan ekonomi masyarakat atau negara.
b. Dalam konsep Islam, kebutuhan yang membntuk pola
konsumsi seseorang muslim dan dalam memenuhi
kebutuhan seorang muslim tidak akan melakukan
konsumsi secara berlebihan.
c. Perilaku konsumsi seorang muslim diatur perannya
sebagai makhluk social maka harus ada sikap menghormati
dan menghargai.

44 | B r i g h t y ’ 1 9
5. Permintaan Barang Dalam Keadaan Darurat.
Darurat didefinisikan suatu yang mengancam keselamatan
jiwa. Sifat darurat itu sementara sementara permintaan harampun
hanya bersifat sementara. Misalnya, dalam keadaan darurat
semisal jatuhnya pesawat terbang, permintaan daging bangkai
hanya berlaku pada keadaan darurat itu. Tidak dapat dinilai bila
telah lima hari tidak makan, permintaan daging bangkai satu kilo,
sedangkan jika empat hari sejumlah tiga perempat kilo. Dalam
ilmu ekonomi, hal ini tidak memenuhi satu dari tiga aksioma atau
postulat yang menjadi dasar teori utility function. Jadi, dalam
keadaan darurat mengkonsumsi juga tidak boleh berlebihan.

6. Teori Permintaan Konvensional.


Konsep permintaan adalah hubungan antara jumlah barang
yang diminta dengan harga pada berbagai tingkat harga. Hokum
permintaan menerangkan bahwa dalam keadaan dimana hal lain
tetap saat harga naik maka permintaan akan suatu barang akan
berkurang sebaliknya, apabila harga turun, permintaan akan suatu
barang akan meningkat. Pada dasarnya ada tiga dasar yang
mempengaruhi permintaan diatas yaitu:
a. Pengaruh penghasilan.
Apabila suatu harga barang naik, dengan uang yang sama,
orang akan mengurangi jmlah barang yang akan dibeli,
sebalinya, jika harga barang turun dengan anggaran yang

45 | B r i g h t y ’ 1 9
sama, orang tersebut bisa lebih banyak membeli banyak
barang.
b. Pengaruh subtitusi.
Jika harga suatu barang naik, orang itu akan mencari barang
lain yang harganya lebih murah tetapi fungsinya sama.
c. Penghargaan subjektif.
Tinggi rendahnya harga yang bersedia dibayar konsumen
untuk barang tertentu mencerminkan kegunaan atau
kepuasan dari barang tersebut. Semakin banyak dari suatu
macam barang yang dimiliki, semakin rendah penghargaan
dari barang tersebut.
7. Perbedaan Teori Permintaan Islam Dan Konvensional.
Definisi dan factor-faktor yang mempengaruhi permintaan
konvensional dan permintaan Islam mempunyai kesamaan.
Namun ada perbedaan mendasar antara keduanya yaitu:
a. Perbedaan utama antara keduanya adalah sumber hokum dan
Batasan syariat dalam teori permintaan Islam. Islam
berprinsip sebagai pedoman hidup yang langsung dibimbing
oleh Allah. Sedangkan ekonomi konvensional berfokus pada
keuntungan dan materialisme. Dan sumber hokum mereka
adalah akal mereka sendiri.
b. Permintaan dalam Islam menilai suatu komoditi tidak
semuanya bisa untuk dikonsumsi atau digunakan dibedakan
antara yang halal dan yang haram. Sedangkan dalam

46 | B r i g h t y ’ 1 9
permintaan konvensional tidak membedakan anatara yang
halal dan yang haram.
c. Dalam permintaan Islam menekankan pada kebutuhan.
Sedangkan pada permintaan konvensional menekankan pada
nilai kepuasan.
d. Permintaan dalam Islam untuk mendapat kesejahteraan atau
kemenangan akhirat sedangkan dalam permintaan
konvensional tidak ada.

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DALAM


ISLAM.
1. Keinginan atau selera masyarakat terhadap jenis barang berbeda-
beda dan seri ng berubah-ubahketika masyarakat telah memiliki
selera terhadap suatu barang, hal ini akan mempengaruhi jumlah
permitaan terhadap barang tersebut.
2. Jumlah peminat terhadap suatu barang. Jiak jumlah masyarakat
yang menginginkan suatu barang semakin banyak, harga barang
tersebut akan semakin meningkat.
3. Kualitas pembeli, tingkat pendapatan adalah salah satu ciri kualitas
pembeli yang baik.
4. Lemah dan kuatnya kebutuhan akan suatu barang.
5. Cara pembayaran yang digunakan ansurang atau tunai.
6. Besarnya transaksi.

47 | B r i g h t y ’ 1 9
6

TEORI PENAWARAN ISLAM

(Liza Raudhatil Hasanah, Himayatussyarofatil F., Malihatul


Maulidiyah)

A. PENDAHULUAN
Teori penawaran pada ekonomi Islam sebenarnya
merupakan kelanjutan dari pembahasan tentang teori permintaan
dalam ekonomi Islam. Telah dibahas pada bab-bab sebelumya
tidak ada perusahaan yang bersedia berproduksi ketika tingakt
harga yang berlaku lebih keci; dari pada biaya variabel rat-rata.
Jadi, setiap perusahaan hanya akan berproduksi jika harga yang
berlaku lebih tinggi daripada biaya variabel.

48 | B r i g h t y ’ 1 9
Seperti halnya pada permintaan dalam Islam yang
diturunkan dari fungsi konsumsi, maka teori penawaran Islam
pada hakikatnya adalah derivasi dari perilaku individu-individu
perusahaan dalam analisis biayanya. Pada dasarnya terdapat garis
harga yang tak terbatas jumlahnya di atas titik perpotongan antara
kurva biaya marginal dengan kurva biaya rata-rata, dan dari
sinilah kita dapat menemukan beberapa kuantitas yang dapat
ditawarkan pada setiap tingkatan harga.

B. TEORI PENAWARAN ISLAM


Menurut Winardi (1991), penawaran adalah jumlah
produk tertentu yang para penjual bersedia untuk menjualnya
pada pasar tertentu pada saat tertentu.1 Menurut Lipsey, dkk
(1991) makin tinggi harga suatu produk, makin besar jumlah
produk yang ditawarkan, dengan catatan faktor yang lain sama
(ceteris paribus).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penawaran adalah jumlah
barang ataupun jasa yang tersedia dan dapat ditawarkan oleh
produsen kepada konsumen pada setiap tingkat harga tertentu dan
selama periode waktu tertentu.
Harga suatu barang adalah faktor yang paling penting
untuk menentukan penawaran barang. Oleh karenanya, teori
penawaran (supply) selalu memfokuskan perhatiannya terhadap

1
Yogi, Ekonomi Manajerial, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 7.
49 | B r i g h t y ’ 1 9
hubungan antara tingkat harga dengan jumlah barang yang
ditawarkan. Ibn khaldun berpendapat tentang penawaran, bila
penduduk kota memiliki makanan berlebih dari yang mereka
butuhkan akibatnya harga makanan menjadi murah, tapi di kota
kecil, bahan makanan sedikit, maka harga bahan makanan akan
tinggi. Ketika barang-barang yang tersedia sedikit, maka harga
akan naik.
Namun bila jarak antar kota dekat dan aman akan banyak
barang yang diimpor sehingga ketersediaan barang akan
melimpah, sehingga harga akan turun.2 Keinginan para penjual
dalam menawarkan harganya pada berbagai tingkat harga
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Harga barang itu sendiri dan harga barang lain/subtitusi


Jika harga barang naik maka penawaran akan meningkat.
Dan jika harga barang rendah maka penawaran akan
menurun.
2. Biaya produksi
Biaya adalah yang dikeluarkan untuk memproduksi
barang dan jasa. Mencangkup biaya tenaga kerja, bahan
baku, sewa gedung dan lain-lain. Dalam prinsip akuntansi,
biaya adalah semua item yang masuk dalam neraca rugi laba.
3. Tingkat teknologi yang digunakan

2
Rozalinda, Ekonomi Islam:Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2015) ed.1 cet.2 hal. 71-72.
50 | B r i g h t y ’ 1 9
Tingkat teknologi memegang peranan penting dalam
menentukan banyaknya jumlah barang yang dapat
ditawarkan. Kenaikan produksi dan perkembangan ekonomi
yang pesat di berbagai negara terutama disebabkan oleh
penggunaan teknologi yang semakin modern.

4. Jumlah penjual
Jumlah penjual memiliki pengaruh besar terhadap
penawaran. Makin banyak jumlah penjual yang mampu
menjual pada tingkat harga tertentu maka makin tinggi
penawaran.
5. Kondisi alam
Kondisi alam juga mempengaruhi penawaran. Karena jika
terjadi bencana alam, maka akan mengakibatkan penawaran
barang-barang tertentu akan berkurang khususnya barang-
barang hasil pertanian.

C. FAKTOR PENAWARAN DALAM ISLAM


a. Mashlahah
Pengaruh mashlahah terhadap penawaran pada dasarnya akan
tergantung pada tingkat keimanan dari produsen. Jika jumlah
mashlahah yang terkandung dallam barang yang diproduksi
semkakin meningkat, produsenn muslim akan memperbanyak
jumlah produksinya.
b. Keuntungan

51 | B r i g h t y ’ 1 9
Keuntungan merupakan bagian dari mashlahah karena dapat
mangakumulasi modal yang pada akhirnya dapat digunakan
untuk berbagai aktivitas lainya dengan kata lain. Keuntungan
akan menjadi tambahan modal untuk memperoleh mashlahah
lebih besar lagi untuk mencapai falah. Faktor-faktor yang
mempegaruhi keuntungan antara lain:
1) Harga barang
Jika harga turun, produsen akan cendrung mengurangi
penawaran sebab tingkat keuntungan yang diperoleh juga
akan turun.
2) Biaya produksi
Jika biaya turun, ceteris paribus maka keuntungan
prodosen/penjual akanmeningkat yang seterusnya akan
mendorongnya untuk meningkat jumlah pasokan pasar
sebaliknya.
3) Harga input produksi
Kenaikan haarga input produksi berpengaruh negatif
terhadap penawaran yaitu akan mendorong produsen
untuk mengurangi jumlah penawaran, demikian
sebaliknya.
4) Teknologi produksi
Kenaikan teknologi dapat menurunkan biaya produksi
sehingga meningkatkan keuntungan produsen.

52 | B r i g h t y ’ 1 9
D. PENGARUH ZAKAT TERHADAP PENAWARAN
Kewajiban zakat mengikat bagi seorang pengusaha
muslim, maka sedini mungkin ia akan mengalokasikan sejumlah
dananya untuk digunakan membayar zakat.3 Sehingga melalui
zakat tersebut akan menjadikan suatu tanggung jawab bagi umat
Islam untuk tolong menolong. Dalam kewajiban zakat
terkandung unsur moral, sosial dan ekonomi. Dalam bidang
ekonomi, zakat mencegah terjadinya penumpukan kekayaan pada
seseorang dan mewajibkan orang kaya untuk mendistribusikan
harta kekayaannya pada orang miskin.
Zakat yang dikenakan kepada hasil produksi adalah zakat
perniagaan. Pengenaan zakat perniagaan memberikan pengaruh
yang berbeda dibandingkan dengan pengenaan pajak penjualan.
Dalam konsep Islam, zakat perniagaan dikenakan bila
terpenuhinya dua hal: nisab (batas minimal harta yang menjadi
objek zakat, yaitu setara 96 gram emas) dan haul (batas minimal
waktu harta tersebut dimiliki yaitu satu tahun).

E. KURVA PENAWARAN JANGKA PENDEK


Di setiap harga yang diatas P1 berapapun penjualan yang
dilakukan produsen harganya selalu melebihi AVC dengan ini
produsen memiliki laba ekonomis positif. Dimana grafik MC dan
AVC sama ini akan terjadi titik potong yang dinamakan titik

3
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Ekonisia, 2007), hal. 211.
53 | B r i g h t y ’ 1 9
impas jangka pendek (short-run break-even point). Di titik impas
jangka pendek ini produsen tidak mendapat laba yang ekonomis,
tetapi hanya mencapai tingkat BEP saja. Jadi bisa dikatakan
bahwa titik impas akan beroperasi bila harga di atas AVC. Ketika
produsen ingin mengoptimalkan keuntungannya maka produsen
akan memproduksi ketika MC=MR, yang di asumsikan pasar
bersifat persaingan sempurna maka harga berfungsi sebagai MR.

F. MARGINAL COST DAN KURVA PENAWARAN


Dalam jangka pendek, perusahaan akan memaksimalkan
labanya dengan memilih jumlah output dimana harga sama
dengan marginal cost. Selama tingkat harga tersebut lebih besar
daripada nilai minimal biaya variabel rata-rata (AVC). Jika kedua
keadaan tersebut terpenuhi, maka itulah kurva penawaran.104
Kurva penawaran bersifat naik dari kiri bawah ke kanan atas
disebabkan karena adanya hubungan yang positif diantara harga
dan jumlah barang yang ditawarkan, yitu makin tinggi harga,
makin banyak jumlah yang ditawarkan.

54 | B r i g h t y ’ 1 9
7

TEORI KONSUMSI DALAM ISLAM


(Faiq Julia Iqna’a dan Moh. Farhani)

Konsumsi dalam ekonomi Islam adalah upaya untuk memenihi


kebutuhan jasmani dan rohani sehingga mampu memaksimalkan fungsi
kemanusiaan sebagai hamba Allah SWT4. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa prinsip dasar konsumsi adalah “saya akan
mengkonsumsi apa saja dan jumlah berapapun selama :
• Anggaran saya memadai
• Saya memperoleh kepuasan yang maksimum

A. PENGERTIAN KONSUMSI
Secara umum konsumsi didefinisikan sebagai penggunaan barang
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam ekonomi Islam
konsumsi juga memiliki pengertian yang hampir sama, tapi ada

4
Prof Dr Veithzal Rivai Zainal, S.E Dkk, Ekonomi Mikro Islam. Hal 246
55 | B r i g h t y ’ 1 9
perbedaan yang melingkupinya. Perbedaan yang mendasar adalah
tujuan pencapaian dari konsumsi dan cara pencapaiannya yang harus
memenuhi Kaidah Syariah Islam.
Landasan Teori Konsumsi :
ِ ‫وكلو‬
)88(َ‫اَِماَرزقكمَاّللَحللَطيِباَوات قواَاّللَال ِذيَأن تمَبِ ِهَمؤِمنون‬

“dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah
telas rezekikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu
beriman kepada -Nya” (Q.S Al-Maidah 5: 88)

B. TUJUAN KONSUMSI DALAM ISLAM


Tujuan utama konsumsi bagi seorang muslim adalah sebagai
sarana penolong untuk beribadah kepada Allah. Sesungguhnya
konsumsi selalu didasari niat untuk meningkatkan stamina dalam
ketaatan pengabdian kepada Allah, sehingga menjadikan konsumsi
juga bernilai ibadah. Sebab hal-hal yang mubah bisa menjadi ibadah
jika disertai niat pendekatan diri (taqarrub) kepada Allah, dalam hal
ini dimaksudkan untuk menambah potensi mengabdi kepada-Nya.
Dalam ekonomi Islam, konsumsi dinilai sebagai sarana wajib yang
tidak bisa diabaikan oleh seorang muslim untuk merealisasikan tujuan
dalam penciptaan manusia, yaitu mengabdi sepenuhnya hanya kepada
Allah untuk mencapai falah.
Falah adalah kehidupan yang mulia dan sejahtera di dunia dan
akhirat. Falah dapat terwujud apabila kebutuhan-kebutuhan hidup
manusia terpenuhi secara seimbang. Tercukupinya kebutuhan

56 | B r i g h t y ’ 1 9
masyarakat akan memberikan dampak yang disebut mashlahah.
Mashlahah adalah segela bentuk keadaan, baik material maupun non
material yang mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai
makhluk yang paling mulia.
Kandungan mashlahah terdiri atas manfaat dan berkah. Dalam
konsumsi, seorang konsumen akan mempertimbangkan manfaat dan
berkah yang dihasilkan dari kegiatan konsumsinya. Konsumen akan
merasakan adanya manfaat dalam konsumsi ketika kebutuhannya
terpenuhi. Berkah akan diperoleh ketika ia mengkonsumsi barang dan
jasa yang dihalalkan oleh syariat Islam5

C. TEORI KONSUMSI ISLAM


Islam mengajarkan pola konsumsi yang berorientasikan akhirat
demi meratanya kesejahteraan manusia. Membelanjakan harta untuk
membantu perekonomian masyarakat miskin merupakan keharusan.6
Konsumsi dalam perspektif ekonomi Islam dapat digambarkan
sebagai berikut:7

5
Adiwarman A.Karim. Ekonomi Mikro Islam. (Jakarta. 2007) hal. 64
6
Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqashid Al-Syari‟ah, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014 h. 176
7
Ibid., h. 179
57 | B r i g h t y ’ 1 9
58 | B r i g h t y ’ 1 9
D. FINAL SPENDING DAN KONSUMSI UNTUK AKHIRAT
Final spending adalah konsumsi dan infak seorang muslim, yaitu
konsumsi yang berorientasikan duniawi untuk menjaga berbagai
macam kebutuhan dlaruriyat. Lebih jauh lagi maksud dari konsumsi
itu sendiri adalah penjagaan dalam eksistensi agama (al-din),
kehidupan (al-nafs), akal (al-aql), keturunan (al-nasl), dan juga harta
benda (al-mal). Kelima hal ini dikenal dengan suatu konsep tentang
al-khulliyat al-khamsah. Adapun infak merupakan representasi dari
kebutuhan seseorang yang berorientasi kepada akhirat, untuk menjaga
al-khulliyat al khamsah orang lain yang berpendapatan rendah demi
terciptanya keadilan dan kesejahteraan. Selain itu, infak juga
merupakan tabungan pahala disisi Allah, yang ketika frekuensi
kegiatannya naik maka akan menaikkan keberkahan dalam harta
seseorang.8

E. IMPLEMENTASI TEORI KOMSUMSI ISLAMI.


1. Korelasi Positif Antara Hidup Sederhana dan Tingkat
Kesejahteraan.
Didalam ekonomi mikro, kita mengenal istilah budget
constrain (batas anggaran). Dimana seseorang mempunyai batas
anggaran minimal dalam membelanjakan hartanya. Segala
keinginan pasti ada konstrain yang membatasinya, tentu Batasan

8
Ika Yunia Fauzia dan Abdul kadir Riyadi, Prinsip dasar..., h. 174
59 | B r i g h t y ’ 1 9
ini akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan usaha yang
dikeluarkan untuk mendapatkan konstrain yang tinggi. Semangat
hidup sederhana akan sangat membantu seorang konsumen
muslim untuk mencukupkan diri kepada hal-hal yang tidak
berlebihan. Dengan gaya hidup seperti itu maka seseorang akan
merasa puas dengan apa yang ada bahkan dapat menyisihkan sisa
anggarannya untuk di tabung (reserve). Sehingga pola hidup yang
konsumtif dapat diganti dengan pola investasi yang dapat
meningkatkan kesejahteraan dalam hal materi.
2. Konsumsi Halal dan Thoyyib.
Dengan Tingkat Kesehatan Masyarakat Lazim dipahami
dalam teori ekonomi, bahwa peningkatan permintaan suatu
produk akan berpengaruh terhadap peningkatan usaha penyedia
(Supply Side) produk tersebut. Dalam Islam bahwa halal itu jelas
begitu juga dengan haram. Setiap yang diharamkan oleh Allah
pasti mengandung mudharat/kerusakan bagi manusia itu sendiri
begitu juga sebaliknya. Contoh, sebagian besar ulama
mengharamkan rokok disebabkan oleh banyaknya mudharat yang
timbul akibat merokok, minuman keras yang dapat merusak otak
dan jaringanjaringan fital manusia, berjudi yang dapat
menyebabka penzoliman/merugikan salah satu pihak, atau lain
sebagainya. Oleh sebab itu pentingnya kesadaran masyarakat
untuk menghindari produk-produk yang haram dapat
meningkatkan kesejahteraan kesehatanmasyarakat yang jangka

60 | B r i g h t y ’ 1 9
panjangnya dapat melahirkan generasigenerasi yang sehat secara
jasmani maupun rohani. Begitu juga dengan supply produk halal
yang akan terus meningkat, disebabkan oleh kesadaran
masyarakat akan konsumsi produk halal dan thoyyib sehingga
permintaan akan produk tersebut pun meningkat.
3. Kedermawanan Akan Melahirkan Produktivitas Ekonomi.
Islam sangat memuliakan orang yang dermawan dan
melaknat sikap kikir. Prilaku dermawan adalah prilaku mulia
yang sangat didorong oleh Islam. Banyak dalil Al-Qur’an dan
Hadits yang memotivasi manusia untuk menyuburkan prilaku
kedermawanan dalam kehidupan. Kedermawanan juga dapat
menggairahkan aktivitas ekonomi, dikarenakan orang yang
mempunyai daya beli (Purchasing Power) akan mensuply orang-
orang yang tidak mempunyai daya beli, dengan itu ekonomipun
akan bergerak kearah yang positif.9

F. PENGERTIAN PERILAKU KONSUMEN.


Dalam memahami perilaku konsumen menurut Enggel,
Blackwell dan Miniard (1995) pemahaman terhadap perilaku
konsumen mencakup pemahaman terhadap tindakan yang langsung
dilakukan konsumen dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan

9
Abu Bakar Al Baihaqi, Ahmad Ibn Husain, Syu‟ab al Iman, Riyadh, Maktabahal
Haromaini.
61 | B r i g h t y ’ 1 9
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang
mendahului dan mengikuti tindakan tersebut.10

• Model Perilaku Konsumen


Pada masa-masa yang lalu, para pemasar dapat memahami para
konsumen melalui pengalaman sehari-hari kepada mereka. Namun,
pertumbuhan dalam ukuran perusahaan dan pasar telah menjauhkan
banyak manajer pemasaran dari kontak langsung dari para pelanggan.
Para manajer harus semakin tergantung kepada riset konsumen untuk
memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kunci berikut
tentang setiap pasar:
• Siapa yang membentuk pasar? Penduduk (Occupants)

• Apa yang dibeli pasar? Objek (Objects)

• Mengapa pasar membeli? Tujuan (Objectives)

• Siapa yang ikut serta dalam pembelian? Organisasi


(Organization)

• Bagaimana pasar membeli? Operasi (Operations)

• Kapan pasar membeli? Peristiwa (Occasions)

• Dimana pasar membeli? Tempat Penjualan (Outlets)

10
Tatik Suryani, Perilaku Konsumen: Implikasi pada Strategi Pemasaran,
Yogjakarta: Graha Ilmu, 2012, h. 5-6
62 | B r i g h t y ’ 1 9
8

MEKANISME PASAR DALAM ISLAM

(Lailatus Syarifah, Kholilah, Nur Miswatul Yulianti)

Pasar adalah mekanisme pertukaran barang dan jasa secara


alamiah. Banyak faktor yang mempengaruhi harga pasar yang kemudia
membentuk permintaan dan penawaran barang atau jasa. Baik barang
yang diproduksi ataupun penentuan harga. Penententuan harga dalam
pandangan Islam ini harus secara sukarela yang mana hal tersebuat dapat
tercapai dengan bertemunya penjual dan pembelidengan menentukan
harga meninjau dari kekuatan permintaan dan penawaran. Terkadang
pula harga dapat tertetapkan berdasaarkan pertimbangan dari produsen
dan konsumen membeli barang berdasarkan pertimbangan kualitas.

Upah minum dan pajak merupakan kebijakan pemerintah untuk


mengendalikan perekonomian terutaman dalam mengatur kebijakan
mekanisme dalam pasar. Semisal dalam, pabrik sandal menghasilkan 50
pasang sandal dan menetapkan harga penjualan sebesar Rp. 40.000.
63 | B r i g h t y ’ 1 9
Karena kualitas penjualan tidak sesuai dengan ekspektasi, harga sandal
pun dikurangi menjadi Rp.. 25.000. ternyata permintaan sandalpun laris
dan 50 pasanh sandal pun terjual dengan cepat. Dari sanalah terjadi
mekanisme pasar terkait konsumen mampu untuk membeli dan produsen
bersedia untuk menjual.

Dalam perspektif Islam pasar yangberkembang di Indonesia baik


pasar tradisional maupun modern yang tertuju pada uapaya
pemaksimalan untuk mencari keuntungan besar untuk pihak sendiri tanpa
memikirkan lingkungan sekitar. Dalam pandangan Islam system kurang
tepat, sebab konsep ekonomi Islam ini tertuju pada konsep kemanfaatan
meluas pada setiap kegiatan ekonomi yang mengacu pada kemaslahatan
dan menjunjung tinggi asas-asas keadilan.

Kekuatan pasar dalam ekonomi Islam dibagi menjadi dua yaitu


permintaan dan penawaran : Permintaan merupakan salah satu elemen
yang menggerakkan pasar, istilah yang digunakan oleh Ibnu Taimiyah
untuk menunjukkan permintaan ini adalah keinginan. Keinginan yang
yang dimaksud ini muncul pada konsumen sesungguhnya merupakan
sesuatu yang kompleks, dapat dikatakan berasal dari Allah. Namun, pada
dasarnya ada faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ini, yaitu:
harga barang yang bersangkutan, pendapatan konsumen, ketersediaan
barang dan harga barang lain yang terkait, selera konsumen, ekspektasi
(pengharapan), maslahah (tujuan dalam mengonsumsi barang).
Permintaan ini menunjukkan hubungan antara harga dan jumlah barang
yang diminta
64 | B r i g h t y ’ 1 9
Selanjutnya Penawaran menurut Ibnu Taimiyah adalah kekuatan
penting dalam pasar sebagai ketersediaan barang yang ada di pasar (stok
barang). Menurutnya penawaran bisa dari impor dan produksi lokal
sehingga kegiatan ini dilakukan oleh produsen maupun penjual. Dalam
pencapaian masalah penawaran sendiri dibutuhkan keimanan yang ada
pada diri produsen, apabila jumlah masalah yang terkandung dalam
barang yang di produksi maka akan meningkatkan jumlah produksinya.
Selain itu sebagai faktor dari penawaran sendiri tercermin dari
keuntungan yang didapat dan menjadi unsur keuntungan ini adalah harga
barang dan biaya produksi. Harga barang ini mempunyai pengaruh
kepada nilai keadilan, sebab dengan harga yang tidak adil akan
menurunkan di pasar yang akan berdampak buruk pada mekanismne
pasar.

Misalnya kita menaikkan harga suatu barang dengan keinginan


kita sendiri untuk keuntungan yang besar kepada diri sendiri tidak
memperhatikan harga barang yang sewajarnya. Sedangkan untuk biaya
produksi yang menyesuaikan harga merupakan hal yang wajar terjadi
apabila mengalami kenaikan dengan situasi dan konsisi yang ada
misalnya saat Ramadhan atau menjelang idul fitri barang akan naik
semua itu wajar karena permintaan barang yang banyak sedangkan
ketersediaan barang sedikit.

Dalam perekonomian pedagang dilarang melakukan penimbunan


barang dan penyimpanan barang dengan tujuan spekulasi. Spekulasi
disini ialah pendekatan investasi yang dilakukan oleh produsen atau
65 | B r i g h t y ’ 1 9
investor yang menjual barang atau saham untuk mendapat keuntungan
yang cepat. Disinilah produsen mendapat keuntungan diatas keuntungan
normal. Penimbunan yang dilakukan akan dapat mempengaruhi ekonomi
dan berbahaya bagi moral sebab mengakibabtkan kerugian bagi pihak
lain. Larangan penimbunan ini terdapat pada sabda Nabi Muhammad
SAW bersabda “tidak melakukan ihtikar kecuali bagi orang yang
bersalah (berdosa)”

Etika perdagangan atau ekonomi Islam menganjurkan untuk


mencari rezeki secara baik dan seimbang dengan berpedoman kepada al-
Qur’an dan Hadis. Dalam kedua sumber hukum Islam ini diatur prinsip-
prinsip dasar ekonomi umat, antara lain memuat aturan etika berekonomi
secara Islami. Aturan itu tersirat dalam prinsip perdagangan yang
berdasarkan kepada tauhid. Tawaran prinsip tersebut menghendaki
pertanggungjawaban kepada Allah. Maka landasan perdagangan untuk
memperoleh harta didasarkan pada prinsip keadilan dan kesucian,
memperhatikan asal muasal kepemilikan harta, zatnya, cara dan proses
memperolehnya, tujuan dan dampak penggunaannya.

Dalam hal lain terjadi kasus rekayasa pasar dalam permintaan hal
ini terjadi Ketika produsen memberikan permintaan yang seolah-olah ada
banyak permintaan terhadap suatu barang, sehingga harga barang
menjadi naik. Hal ini berdampak terhadap penjual akan menyuruh orang
lain memuji barngnya agar konsumen tertarik untuk membeli padahal
orang lain itu tidak bermaksud untuk membeli tetapi ia bermaksud
menipu orang lain agar benar-benar membeli. Disanalah alasan mengapa
66 | B r i g h t y ’ 1 9
kegiatan transaksi ini diharamkan, karena dapat merugikan pihak lain
yang tertipu. Unsur tipuan disini tidak disahkan dalam transaksi apapun.
Karena bertentangan dengan adanya tujuan ekonomi.

Contah lain pula kegiatan ta’sir atau disebut penetapan harga.


Pemerintah ataupun yang memiliki otoritas ekonomi tidak memliki hak
dan wewenang untuk menetapkan dan menentukan harga tetap pada
suatu komoditas, kecuali pemerintah telah menyediakan pada para
pedagang jumlah yang cukup untuk dijual dengan menggunakan harga
yang ditentukan biarkan saja harga terbentuk sendirinya di pasar, atau
melihat dan mendapatkan kezaliman- kezaliman di dalam sebuah pasar
yang mengakibatkan rusaknya mekanisme pasar yang sehat. Ketetapan
ini menilik dari tanggapan Nabi Muhammad SAW. Pada saat rasulullah
SAW didatangi oleh seorang sahabatnya untuk meminta penetapan harga
yang tetap.Rasulullah SAW menyatakan penolakannya. Beliau bersabda:
"Fluktuasi harga (turun-naik) itu adalah perbuatan Allah, sesungguhnya
saya ingin berjumpa dengan-Nya, dan saya tidak melakukan kezaliman
pada seorang yang bisa dituntut dari saya"(HR. Abu Dawud)

Salah satu ajaran Islam yang penting untuk menegakkan keadilan


dan menghapuskan eksploitasi dalam transaksi bisnis adalah dengan
melarang adanya riba. Riba secara etimologis berarti pertambahan.
Secara terminoligi syar'i Riba ialah, penambahan tanpa adanya 'iwadh.
Secara teknis, maknanya mengacu kepada premi yang harus dibayar si
peminjam kepada pemberi pinjaman bersama dengan pinjaman pokok
yang disyaratkan sejak awal. Penambahan dari pokok itu disyaratkan
67 | B r i g h t y ’ 1 9
karena adanya nasi'ah (penangguhan). jual beli gharar ialah suatu jual beli
yang mengandung ketidak-jelasan atau ketidakpastian. Gharar dapat
berupa suatu akad yang mengandung unsur penipuan karena tidak adanya
kepastian, baik mengenai ada atau tidaknya objek akad, besar kecilnya
jumlah, dan penyerahan akad tersebut. Contoh jual beli sapi yang masih
di dalam kandungan induk sapi. Nah itu dilarang dalam ajaran Islam
karena terjadi ketidak jelasan.

Keseimbangan pasar yaitu menggambarkan situasi di mana


semua kekuatan yang ada di pasar, baik permintaan maupun penawaran
berada dalam keadaan yang seimbang dan mencapai titik (equilibrium)
sehingga setiap variable yang terbentuk di pasar yaitu harga dan kuantitas
sudah tidak lagi berubah. Proses terjadinya keseimbangan pasar berawal
dari mana saja baik dari segi permintaan atau penawaran.

Setelah membaca dan memahami penjelasan diatas, jadi bisa di


pahami Konsep makanisme pasar dalam Islam dapat dirujuk kepada
hadits Rasululllah SAW. Dengan demikian, Islam jauh mendahului Barat
dalam merumuskan konsep mekanisme pasar. Konsep mekanisme pasar
dalam Islam selanjutnya dikembangkan secara ilmiah oleh ulama
sepanjang sejarah, mulai dari Abu Yusuf, Al-Ghazali, Ibnu Taymiyah,
Ibnu Khaldun, dsb. Para ulama tersebut telah membahas konsep
mekanisme pasar secara konprehensif. Mereka telah membahas kekuatan
permintaan dan penawaran. Kajian mereka juga telah sampai pada faktar-
faktor yang mempengaruhi pasar. Dalam ekonomi Islam harga
ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Jika terjadi distorsi
68 | B r i g h t y ’ 1 9
pasar maka pemerintah boleh intervensi pasar. Namun, ekonomi Islam
menentang adanya intervensi pemerintah dengan peraturan yang
berlebihan saat kekuatan pasar secara bebas bekerja untuk menentukan
harga yang kompetitif. Biarkan saja harga terbentuk sendiri oleh
mekanisme pasar.

69 | B r i g h t y ’ 1 9
9

TEORI PRODUKSI DALAM ISLAM


(Moh. Taufiq dan Nur Syamsi)

A. PENDAHULUAN.
Produksi adalah aktivitas menciptakan manfaat di masa kini dan
mendatang, produksi juga merupakan proses transformasi input
menjadi output, sehingga segala jenis input yang masuk ke dalam
proses produksi untuk menghasilkan output disebut juga faktor
produksi. Islam menggambarkan kegiatan produksi sebagai sesuatu
yang sangatlah indah, banyak dari ayat-ayatsuci Al Quran yang
menjelaskan mengenai pentingnya kegiatan produksi dan Allah SWT
menyediakan fasilitas yang luar biasa banyaknya. Beberapa ahli
ekonomi Islam memberikan definisi yang berbeda mengenai
pengertian produksi, meskipun substansinya adalah sama. Berikut
adalah beberapa pengertian produksi menurut para ekonom muslim

70 | B r i g h t y ’ 1 9
kontemporer.

a. Kahf (1992), kegiatan produksi dalam perspektif Islam sebagai


usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik
materialnya, tetapi jugamoralitas, sebagai sarana untuk mencapai
tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam Islam, yaitu
kebahagiaan dunia dan akhirat.

b. Mannan (1992), menekankan pentingnya motif altruism


(altruism) bagi produsen Islami sehingga ia menyikapi dengan
hati-hati konsep pareto optimality dan given demand hypothesis
yang banyak dijadikan sebagai konsep dasar produksi dalam
ekonomi konvensional.

c. Rahman (1995), menekankan pentingnya keadilan dan


kemerataan produksi (distribusi produksi secara merata).

d. Al Haq (1996), bahwa tujuan dari produksi adalah memenuhi


kebutuhan barang dan jasa yang merupakan fardhu kifayah,
yaitu kebutuhan yang bagi banyak orang pemenuhannya
bersifat wajib.

e. Siddiqi (1992), kegiatan produksi sebagai penyediaan barang


dan jasa dengan memperhatikan nilai keadilan dan kebajikan/
kemanfaatan (mashlahah) bagi masyarakat. Dalam
pandangannya, sepanjang produsen telah bertindak adildan
membawa kebajikan bagi masyarakat maka ia telah bertindak
Islami.
71 | B r i g h t y ’ 1 9
Menurut M.A. Mannan, perilaku produksi tidak hanya
menyandarkan pada kondisi permintaan pasar, melainkan juga
berdasarkan pertimbangan kemaslahatan. Pendapat ini didukung oleh
M.M. Metwally yang menyatakan bahwa fungsi kepuasan tidak
hanya dipengaruhi oleh variabel tingkat keuntungan, tapi juga oleh
veriabel pengeluaran yang bersifat charity dan good deeds, sehingga
fungsi utilitas pengusaha muslim adalah: Umax = U (F,G) dimana F
adalah tingkat keuntungan dan G adalah tingkat pengeluaran untuk
good deeds/charity.
Menurut Metwally pengeluaran perusahaan untuk good
deeds/charity akan meningkatkan permintaan terhadap produk
perusahaan, karena akan menghasilkan efek angka pengganda
(multiplier effect) terhadap kenaikan kemampuan beli masyarakat.
Kenaikan tersebut pada gilirannya akan meningkatkan permintaan
terhadap produk perusahaan.

B. TUJUAN, PRINSIP, DAN KAIDAH PRODUKSI DALAM


ISLAM
1. Tujuan Produksi Dalam Islam.
Dalam Islam memproduksi sesuatu bukanlah sekadar
untuk dikonsumsi sendiri atau dijual ke pasar. Dua motivasi
tersebut belumlah cukup, Islam pada prinsipnya menekankan
kegiatan produksi yang tidak hanya berhenti pada fungsi

72 | B r i g h t y ’ 1 9
ekonominya saja tetapi juga harus bisa sejalan dengan fungsi
sosial, sehingga untuk mencapai fungsi sosial kegiatan produksi
harus mencapai surplus. Hal ini sesuai dengan kutipan surat Al
Hadid 57:7 yang artinya, “berimanlah kamu kepada Allah dan
Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah
telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang
beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari
hartanya memperoleh pahala yang besar.”
Melalui konsep tersebut, kegiatan produksi harus
bergerak di atas dua garis optimalisasi. Tingkat optimal pertama
adalah mengupayakan berfungsinya sumber daya insani ke arah
pencapaian kondisi full employment, dimana semua orang bekerja
dan menghasilkan suatu karya kecuali mereka yang udzur syar’i
seperti sakit dan lumpuh. Optimalisasi yang kedua adalah
memproduksi kebutuhan primer (dharuriyyat), sekunder
(hajiyyat) dan tersier (tahsiniyyat) secara proporsional, sehingga
tidak saja harus halal tetapi juga harus baik dan bermanfaat
(thayyib). Berbeda dengan ekonomi konvensional yang
mengedepankan memaksimalkan kuntungan dan kepuasan
(maximization profit and utility), tujuan yang ingin dicapai oleh
kegiatan produksi dalam perspektif Islam adalah kecukupan
setiap individu, swasembada ekonomi umat dan kontribusi untuk
mencukupi kebutuhan umat dan bangsa lain.
Pendapat lain yang mejelaskan mengenai tujuan produksi

73 | B r i g h t y ’ 1 9
dalam perspektifIslam adalah menyediakan barang dan jasa yang
memberikan mashlahah maksimum bagi konsumen. Secara lebih
spesifik, tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan
kemashlahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk,
diantaranya adalah:

a. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan moderat

b. Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya

c. Menyiapkan persediaan barang dan jasa di masa depan

d. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada


Allah.
2. Prinsip Produksi Dalam Islam
Prinsip produksi pada sistem konvensional adalah
bagaimana produksi dapat berjalan sehingga mampu mencapai
tingkat yang paling maksimum dan efisiensi dengan:

a. Memaksimalkan output dengan menggunakan input tetap

b. Meminimalkan penggunaan input untuk mencapai tingkat


output yang sama.

Prinsip-prinsip produksi pada perspektif ekonomi Islam


tidak jauh berbeda dengan sistem konvensional yang
membedakannya adalah nilai (value) yang terkandung di
dalamnya. Islam menambahkan beberapa poin nilai

74 | B r i g h t y ’ 1 9
berdasarkan Al- Qur’an dan Hadist Rasulullah SAW dimana
Islam memberikan arahan mengenai prinsip-prinsip produksi
sebagai berikut, yaitu:

a. Tugas manusia di bumi adalah sebagi khalifah Allah SWT


yakni manusia ditugasi untuk memakmurkan bumi dengan
ilmu dan amalnya.

b. Islam selalu mendorong kemajuan di bidang produksi,


menurut Yusuf Qordhawi, Islam membuka lebar
penggunaan metode ilmiah yang didasarkan atas
penelitian, eksperimen, dan perhitungan. Akan tetapi Islam
tidak membenarkan penuhanan terhadap hasil karya ilmu
pengetahuan dalam arti melepaskan diri dari Al-Qur’an dan
al-Hadist.

c. Teknik produksi diserahkan kepada keinginan dan


kemampuan manusia, sesuai dengan sabda Nabi yaitu:
“kalian lebih mengatahui urusan dunia kalian”

d. Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya


agama Islam menyukai kemudahan, menghindari
kemudharatan dan memaksimalkan manfaat. Dalam Islam
tidak terdapat ajaran yang memerintahkan membiarkan
segala urusan berjalan dalam kesulitannya, karena berdalih
dengan ketetapan dan ketentuan Allah, atau karena tawakal
kepada-Nya, sebagaimana keyakinan yang terdapat di

75 | B r i g h t y ’ 1 9
dalam agama-agama selain Islam. Tawakal dan sabar
adalah konsep penyerahan hasil kepada Allah SWT,
sebagai pemilik hak prerogative yang menentukan segala
sesuatu setelah segala usaha dan persyaratan dipenuhi
dengan optimal.

3.Kaidah Berproduksi Dalam Islam


Islam menuntun manusia sebagai khalifah Allah untuk
memakmurkan bumi yang Allah ciptakan untuk dikelola dengan
ilmu dan amalan baik. Melalui tuntunan kaidah tersebutlah
manusia dituntut untuk melakukan sesuatu berdasarkan al-Quran
dan al-Hadist, salah satunya adalah kaidah dalam berproduksi.
Kaidah-kaidah dalam berproduksi antara lain adalah:

a. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan


produksi

b. Mencegah kerusakan di muka bumi, termasuk membatasi


polusi, memelihara keserasian, dan ketersediaan sumber daya
alam. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
individu dan masyarakat serta mencapai kemakmuran.
Kebutuhan yang harus dipenuhi harus berdasarkan prioritas
yang ditetapkan agama, yakni terkait dengan kebutuhan
untuk tegaknya akidah/ agama, terpeliharanya nyawa, akal
dan keturunan, serta memakmurkan material.

c. Produksi dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan


76 | B r i g h t y ’ 1 9
kemandirian umat. Untuk itu hendaknya umat memiliki
berbagai kemampuan, keahlian, dan prasarana yang
memungkinkan terpenuhinya kebutuhan pengembangan
peradaban, dimana dalam kaitannya tersebut para ahli fiqih
memandang bahwa pengembangan di bidang ilmu, industri,
perdagangan, keuangan merupakan fardhu kifayah, yang
dengannya manusia bias melaksanakan urusan agama dan
dunianya.

d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik kualitas


spiritual maupun mental dan fisik. Kualitas spiritual terkait
dengan kesadaran rohaniahnya,kualitas mental terkait dengan
etos kerja, intelektual, kreatifitas, sedangkan fisik berkaitan
dengan kesehatan, efisiensi, dan sebagainya.

e. Faktor-faktor produksi dalam pandangan Islam. Produksi


yang baik dan berhasil adalah produksi yang menggunakan
faktor-faktor produksi guna menghasilkan barang sebanyak-
banyaknya dengan kualitas semanfaat mungkin. Menurut
M.A. Mannan dan Afzalurrahman faktor produksi terdiri atas
alam, tenaga kerja, modal dan manajemen (organisasi).

1. Alam (Tanah).

Ekonom klasik menganggap tanah sebagai suatu faktor


produksi penting mencakup semua sumber daya alam yang
digunakan dalam proses produksi. Menurut Afzalurrahman,

77 | B r i g h t y ’ 1 9
tanah termasuk segala sesuatu yang terdapat di permukaan
bumi, seperti gunung, hutan; di bawah permukaan bumi
dalam bentu bahan galian/tambang dan kekayaan laut; dan
di atas permuakaan bumi, seperti: hujan, angin, keadaan
iklim, geografi, dan sebagainya. Selanjutnya afzalurrahman
menjelaskan bahwa tidak diragukan lagi faktor produksi yang
paling penting adalah permukaan tanah yang di atasnya kita
dapat berjalan, mendirikan rumah, perusahaan, serta
melakukan apa saja menurut kehendak kita.

M.A. Mannan menjelaskan bahwa Islam tidak menyetujui


definisi ilmu ekonomi modern, Islam mengakui tanah sebagai
faktor produksi yang diciptakannya manfaat yang dapat
memaksimalkan kesejahteraan ekonomi rakyat. Dimana
kesejahteraan itu memperhatikan prinsip-prinsip dasar etika
ekonomi.

Al-Qur’an dan sunnah banyak menekankan


pembudidayaan tanah secara baik, antara lain adalah tentang
perlunya mengubah tanah kosong menjadi kebun- kebun
dengan mengadakan pengaturan, pengairan, dan
menanaminya dengan tanaman yang baik. Dengan demikian
tanah kosong diperkenankan untuk digarap orang lain
bahkan dianjurkan orang yang mampu sebaiknya
meminjamkan tanahnya tanpa sewa kepada orang yang
miskin. Jadi Islam mengakui pemilikan tanah, bukan
78 | B r i g h t y ’ 1 9
penggarapnya.

Jika tanah yang mengandung hara yang dibutuhkan


tanaman, maka tanah tersebut dapat ditanami tumbuhan
secara subur. Ketersedian air juga dapat menjaga kesuburan
tanah. Islam sangat mementingkan pengairan guna
meningkatkan produksi pertanian. Dalam Islam, seseorang
yang tanahnya dekat dengan saluran air maka ia berhak
mengairi ladangnya. Namun ia juga harus membiarkan air itu
mengalir ke lading-ladang lainnya bila kebutuhannya telah
terpenuhi.

Tanah sebagai salah satu faktor produksi dalam Islam


dipergunakan dan dikembangkan (dikelola) guna menambah
produksi. Namun Islam juga memberi batasan kepemilikan
selama maksimal tiga tahun tanpa pemanfaatan tanah.
Penggunaan tanah untuk aktifitas produksi ini dengan syarat
hak miliknya merupakan tugas sosial dan khilafat dari Allah
atas milik-Nya dalam penggunaannya.

Menurut Thahir Abdul Muhsin Sulaiman, dalam


pemanfaatan alam perlu disadari bahwasanya tanah memiliki
dua karakteristik, yaitu:
a. Tanah sebagai sumber daya alam, dan
b. Tanah sebagai sumber daya alam yang dapat habis dalam
Islam, generasi kini dan masa yang akan datang memilki
hak yang sama tas sumber daya alam. Maka dari itu,
79 | B r i g h t y ’ 1 9
janganlah menyalahgunakan pemanfaatan sumber daya
alam agar tidak menimbulkan bahaya bagi generasi
mendatang.

Berdasarkan hal tersebut di atas, M.A. Mannan


melontarkan kebijakan pedoman dalam mengelola tanah
sebagai sumber daya, yaitu:
a. Pembangunan pertanian pada Negara muslim dapat
ditingkatkan melalui metode penanaman intensif dan
ekstensif jika dilengkapi dengan suatu pendidikan moral
berdasarkan ajaran Islam
b. Pengahasilan yang diperoleh dari penggunaan sumber
daya yang dapat habis harus lebih digunakan untuk
pembangunan lembaga-lembaga sosial (seperti universitas,
rumah sakit) dan untuk infrastrutur fisik daripada konsumsi
sekarang ini.
c. Sewa ekonomis murni tidak boleh lebih digunakan
untuk memenuhi tingkat pengeluaran konsumsi sekarang ini

2. Tenaga Kerja.

Faktor tenaga kerja dalam aktivitas produksi merupakan


upaya yang dilakukan manusia, baik berupa kerja pikiran
maupun berupa kerja jasmani atau kerja pikir sekaligus
jasmani dalam rangka menghasilkan barang dan jasa
ekonomi yang dibutuhkan masyarakat. Menurut
Afzalurrahman, tenaga kerja adalah segala usaha dan ikhtiar
80 | B r i g h t y ’ 1 9
yang dilakukan oleh anggota badan atau pikiran untuk
mendapat imbalan yang pantas. Termasuk semua jenis kerja
yang dilakukanfisik maupun pikiran. Selanjutnya
Afzalurrahman menjelaskan tenaga kerja sebagai salah satu
faktor produksi mempunyai arti yang besar, karena semua
kekayaan alam tidak berguna bila tidak dieksploitasi oleh
manusia dan diolah olehburuh.

Adam Smith mengatakan bahwa tenaga kerja adalah satu-


satunya faktor produksi. Secara umum para ahli ekonomi
berpendapat kerja adalah produsen satu-satunya dan tenaga
kerjalah pangkal produktifitas dari semua faktor produksi.
Alam tidak bisa menghasilkan apa-apa tanpa tenaga kerja.

Islam mengangkat nilai tenaga kerja dan menyuruh orang


bekerja untuk mencapai penghidupan yang layak dan
menghasilkan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan
manusia, maupun amal yang bersifat ibadah semata-mata
karena Allah. Tenaga kerja dalam Islam, tidak pernah
terpisahkan dari kehidupan moral dan sosial, karena kode
dan tingkah laku pekerja dan majikan berakar pada syariat.
Mereka yang mempekerjakan buruh mempunyai tanggung
jawab moral dan sosial. Tenaga kerja tidak diperbolehkan
melakukan pekerjaan yang tidak diinginkan syari’at. Pekerja
dan majikan juga tidak boleh saling memeras.

Menurut M.A. Mannan, dalam Islam buruh digunakan


81 | B r i g h t y ’ 1 9
dalam arti yang lebih luas namun lebih terbatas. Lebih luas
karena hanya memandang pada penggunaan jasa buruh di
luar batas-batas pertimbangan keuangan. Terbatas dalam arti
bahwa seorang pekerja tidak secara mutlak bebas untuk
berbuat apa saja yang dikehendakinya dengan tenaga
kerjanya itu.

3. Modal

Menurut Ahmad Ibrahim, modal adalah kekayaan yang


memberikan penghasilan kepada pemiliknya, atau
kekayaan yang menghasilkan suatu hasil yang akan
digunakan untuk menghasilkan suatu kekayaan lainnya.
Afzalurrahman menyatakan bahwa modal merupakan hasil
kerja apabila pendapatan melebihi pengeluaran, sehingga
faktor utama pengumpulan modal adalah peningkatan
pendapatan. Sedangkan menurut Adam Smith, modal terbagi
dalam dua aspek, yaitu:

a. Modal produksi, yaitu modal yang menghasilkan barang-


barang sehingga dapat langsung dikonsumsi atau dipakai
dalam produksi

b. Modal individu (modal keuntungan), yaitu modal yang


memberikan hasil kepada pemiliknya setelah modal itu
dipergunakan orang lain dengan menarik keuntungan.

Menurut sistem ekonomi kapitalis, modal bisa dimiliki


82 | B r i g h t y ’ 1 9
tiap individu maupun umum, sedang dalam sistem ekonomi
sosialis adalah hak milik semua orang. Dalam Islam, modal
(sebagai hak milik) adalah amanah dari Allah yang wajib
dikelola secara baik. Manusia hanya diamanahi Allah untuk
mengelola harta (modal) sehingga berkembang. Islam
memiliki terapi terhadap perlakuan modal sebagai salah satu
faktor produksi, yaitu:

a. Islam melarang penimbunan dan menyuruh


membelanjakannya, dan menyuruh segera memutar harta
yang belum produktif, jangan sampai termakan oleh
zakat
b. Islam mengijinkan hak milik atas modal, dan
mengajarkan untuk berusahadengan cara-cara lain agar
modal tidak berpusat hanya pada beberapa tangan saja
c. Islam mengharamkan peminjaman modal dengan cara
menarik bunga
d. Islam mengharamkan penguasaan dan pemilikan modal
selain dengan cara-cara yang diizinkan secara syariah,
seperti: kerja, hasil akad jual-beli, hasil pemberian,
wasiat, dan waris
e. Islam mewajibkan zakat atas harta simpanan atau harta
produktif dalam bentuk dagang tiap tahunnya
f. Tidak boleh menggunakan modal dalam produksi secara
boros

83 | B r i g h t y ’ 1 9
Sistem ekonomi Islam yang bebas bunga tidak
memperkenankan memainkan pengaruhnya yang merugikan
pekerja, produksi, dan distribusi. Sehingga dalam ekonomi
Islam, modal memiliki tempat yang khusus. Dalam hal ini
kita cenderung menganggap modal sebagai sarana produksi
yang menghasilkan tidak sebagai faktor produksi pokok,
melainkan sebagai suatuperwujudan tanah dan tenaga kerja
sesudahnya.

Berdasarkan hal tersebut, Islam menyetujui dua


pembentukan modal yang berlawanan yaitu konsumsi
sekarang yang berkurang dan konsumsi mendatang yang
bertambah. Dengan demikian memungkinkan modal
memainkan peranan yang sesungguhnya dalamproses
produksi.

4. Manajemen (Organisasi).

Manajemen merupakan naungan segala unsur produksi


dalam suatu usaha produksi, baik industri, pertanian,
perdagangan, dengan tujuan agar mendapatkan laba secara
terus-menerus dengan memfungsikan dan menyususn unsur-
unsurtersebut serta menentukan ukuran seperlunya dari tiap
unsur itu dalam perusahaan.Manajemen adalah upaya sejak
mulai timbulnya ide usaha dan barang apa yang ingin
diproduksi, berapa dan kualitasnya bagaimana dalam angan-
angan si manajer. Afzalurrahman menyatakan bahwa dalam
84 | B r i g h t y ’ 1 9
industri modern, organisasi memainkan peranan yang sangat
berarti dan dianggap sebagai faktor produksi yang paling
penting.

Islam menyuruh melakukan manajemen dan


mengharuskan manajer mengikuti jalan keadilan dan
menjauhi jalan yang membahayakan mayarakat. Maka dari
itu dilarang memproduksi barang dan jasa yang haram.
Namun Islam memperbolehkan mengambil keuntungan
dengan menekannkan manajemen, perhitungan dan mencari
keuntungan berdasarkan asas sama-sama mengalamiuntung
dan rugi.

Menurut M.A. Mannan, ciri-ciri khusus organisasi Islam,


yaitu:

a. Ekonomi Islam pada hakekatnya lebih berdasarkan ekuiti


daripada pinjaman. Para manajer cenderung mengelola
perusahaan dengan pandangan untuk membagi deviden
kepada para pemegang saham atau berbagi keuntungan
diantara mitra usaha

b. Pengertian keuntungan biasa mempunyai arti yang lebih luas


dalam kerangka ekonomi Islam karena tidak dikenalkan
bunga pada modal. Modal manusia yang diberikan manajer
harus diintegrasikan dengan modal berbentuk uang. Sehingga
terjadi perpaduan penanaman modal dan usahawan dimana

85 | B r i g h t y ’ 1 9
keuntungan menjadi urusan bersama

c. Sifat terpadu organisasi ini menuntut integritas moral,


ketepatan, dan kejujuran dalam akuntansi mungkin lebih
dibutuhkan daripada organisasi secular manapun, yang para
pemilik modalnya mungkin bukan merupakan bagian mdari
manajemen. Islam menekankan kejujuran, ketepatan,
kesungguhan dalam urusan perdagangan karena mengurangi
biaya penyediaan(supervisi) dan pengawasan.

d. Faktor manusia dalam produksi dan strategi uasaha


barangkali mempunyai signifikansi lebih diakui
dibandingkan dengan strategi manajemen.

86 | B r i g h t y ’ 1 9
10

Penetapan Harga dalam Islam

(Rifa Sabila Yunia Rismawati, Nur Diana Imani, Khalisatul Abidah,


Ma’rifatus Sholehah)

A. PENGERTIAN HARGA

Harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan
jumlah uang yang dikeluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan
sejumlah kombinasidan barang atau jasa berikut pelayananya. Menurut
Sayyid Sabiq harga adalah apa yang sama-sama disetujui oleh kedua
belah pihak yang berintraksi baik itu harga lebih besar, leih kecil atau
sama. Harga adalah unsur penting dalam menentukan pendapatan
perusahaan, karna pendapatan perusahaan atau total revenue ( TR) adalah
hasil kali dari harga (p) dengan kuantitas yang terjual, tinggi rendahnya
harga akan mempengaruhi jumlah dengan barang yang dijual dengen
demikian berapa pentingnya membuat kebijakan harga. Menurut Henry
Faizal Noor harga adalah biaya tambahan, margin atau merk-up biaya
(cost plus pricing) sedangkan harga jual adalah jumlah dari biaya- biaya
ditambah keuntungan (cost plus pricing) penetapan harga jual didasarkan

87 | B r i g h t y ’ 1 9
pada besarnya biaya yang dikeluarkan ditambah keuntungan yang
dikehendaki produsen.

Harga dalam ekonomi termasuk salah satu unsur bauran


pemasaran yang menghasilkan pendapatan. Harga dimaksudkan untuk
mengkomunikasikan posisi nilai produk yang dibuat produsen. Besar
kecilnya volume penjualan dan laba yang diperoleh perusahan terhadap
produknya. Harga adalah salah satu unsur bauran pemasaran yang
menghasilkan pendapatan, unsur-unsur lainnya menghasilkan biaya.
Harga adalah unsur program pemasaran yang paling mudah disesuaikan;
ciri-ciri produk, saluran bahkan promosi membutuhkan lebih banyak
waktu. Harga juga mengkomunikasikan posisi nilai yang dimaksudkan
perusahaan tersebut kepada pasar tentang produk atau mereknya. Sebagai
produk yang dirancang dan dipasarkan dengan baik, dapat menentukan
premium harga dan mendapatkan laba besar. Harga dalam bahasa inggris
dikenal dengan price, sedangkan dalam bahasa arab berasala dari kata
tsaman atau si‟ru yakni nilai sesuatu dan harga yang terjadi atas dasar
suka sama suka (an-taradin) pemakaian kata tsaman lebih umum daripada
qimah yang menunjukan harga ril yang telah diseopakati. Sedangkan
si‟ru adalah harga ditetapkan untuk barang dagangan. Harga adalah
perwujudan nilai suatu barang atau jasa dalam satuan uang.

Teori harga atau price theory adalah teori yang menjelaskan


bagaimana harga barang di pasar terbentuk. Pada dasarnya harga suatu
barang ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran atas barang
tersebut, sedangkan permintaan dan penawaran atas suatu barang
88 | B r i g h t y ’ 1 9
ditentukan oleh banyka factor. Kekuatan permintaan dan penawaran
membentuk harga. Harga juga salah satu aspek penting dalam kegiatan
marketing mix, penentuan harga menjadi sangat penting untuk
diperhatikan, mengingat harga sangat menentukan laku tidaknya produk
dan jasa perbankan. Salah dalam menentukan harga akan berakibat fatal
terhadap produk yang ditawarkan. Bagi perbankan terutama bank yang
berprinsip konvensional, harga adalah bunga, biaya administrasi, biaya
provisi dan komisi, biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran, dan
biaya lainnya. Sedangkan harga bagi Bank yang berdasarkan prinsip
Syariah adalah bagi hasil.

Kesalahan dalam menentukan harga dapat menimbulkan berbagai


konsekuensi dan dampaknya bejangkau jauh, tindakan penentuan harga
yang melanggar etika dapat menyebabkan pelaku usaha tidak disukai
pembeli. Bahkan para pembeli dapat melakukan suatu reaksi yang dapat
menjatuhkan nama baik penjual, apabila kewenangan harga tidak berada
pada pelaku usaha melainkan berada pada kewajiban pemerintah, maka
penentuan harga yang tidak diinginkan oleh para pembeli (dalam hal ini
sebagian masyarakat) bisa mengakibatkan suatu reaksi penolakan oleh
banyak orang atau sebagian kalangan , reaksi penolakan itu bisa
diekspresikan dalam berbagai tindakan yang kadang-kadang mengarah
kepada tindakan anarkis atau kekerasan yang melanggar norma hukum.

Senarnya banyak masalah yang dikaitakan dengan harga, diawali


dari hal- hal yang sederhana yang dimengerti oleh kita. Dalam teori
ekonomi dikatakan harga( price), nilai ( value), dan manfaat( utylity)
89 | B r i g h t y ’ 1 9
merupakan konsep yang saling berkaitan. Harga yang kita kenal sehari-
hari adalah nilai yang disebut dalam rupiah dan sen atau medium lainya
sebagai alat tukar. Masalah-masalah praktis yang berhubungan dengan
harga dengan definisi harga secara sederhana akan timbul pada waktu
kita menyebutkan harga satu kilo buah apel atau harga sebuah meja.
Harga adalah angka- angka suatu rumus atau suatu persetujuan mengenai
berapa biaya yang dikeluarkan. Sedangkan penetapan harga adalah
bagaimana suatu perusahaan mentranformasikan manfaat yang tersedia
kepada konsumen menjadi keuntungan yang bisa didapatkanya.
Penetapan harga berbeda-beda yang dianggap ideal yang bergantung
pada pengetahuan harga yang berbeda pula dari sumber yang berbeda
termasuk persepsi.

B. TUJUAN PENETAPAN HARGA

Penentuan harga oleh suatu Lembaga dimaksudkan untuk berbagai


tujuan yang hendak dicapai. Secara umum tujuan penentuan harga adalah
sebagai berikut:

1. Berorientasi Pada Laba Asumsi.


Teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap
perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba
paling tinggi. Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimisasi laba.
Dalam era persaingan global yang kondisinya sangat kompleks
dan banyak variabel yang berpengaruh terhadap daya saing setiap
90 | B r i g h t y ’ 1 9
perusahaan. Maksimisasi laba sangat sulit dicapai, karena sukar
sekali untuk dapat memperkirakan secara akurat jumlah
penjualan yang dapat dicapai pada tingkat harga tertentu. Dengan
demikian,tidak mungkin suatu perusahaan dapat mengetahui
secara pasti tingkat harga yang dapat menghasilkan laba
maksimum.
2. Berorientasi Pada Volume.
Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan
yang menetapkan hargaharga berdasarkan tujuan yang
berorientasi pada volume tertentu atau yang biasa dikenal dengan
istilah volume pricing objectives. Harga ditetapkan sedemikian
rupa agar dapat mencapai target volume penjualan (dalam ton,
kg, unit, m3, dan lain-lain), nilai penjualan (Rp) atau pangsa
pasar (absolut maupun relatif). Tujuan ini banyak diterapkan oleh
perusahaan penerbangan, lembaga pendidikan, perusahaan tour
and travel, pengusaha bioskop dan pemilik bisnis pertunjukan
lainnya, serta penyelenggaraan seminar-seminar.
3. Berorientasi Pada Citra Citra (Image)
Suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi
penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi
untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius.
Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk
citra nilai tertentu (image of value), misalnya dengan
memberikan jaminan bahwa harganya merupakan harga yang

91 | B r i g h t y ’ 1 9
terendah di suatu wilayah tertentu. Pada hakikatnya, baik
penetapan harga tinggi maupun rendah bertujuan untuk
meningkatkan persepsi konsumen terhadap keseluruhan bauran
produk yang ditawarkan perusahaan.
4. Stabilisasi Harga Dalam Pasar Yang Konsumennya Sangat
Sensitif Terhadap Harga,.
Bila suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para
pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi
seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga
dalam industri-industri tertentu yang produknya sangat
terstandarisasi (misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi
dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk
mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu
perusahaan dan harga pemimpin industry (industry leader).

C. METODE PENETAPAN HARGA

Penetapkan harga, terdapat berbagai macam metode. Metode


mana yang digunakan, tergantung kepada tujuan penetapan harga
yang ingin dicapai. Penetapan harga biasanya dilakukan dengan
menambah persentase di atas nilai atau besarnya biaya produksi bagi
usaha manufaktur, dan di atas modal atas barang dagangan bagi usaha
dagang. Sedangkan dalam usaha jasa, penetapan harga biasanya
dilakukan dengan memperhitungkan biaya yang dikeluarkan dan
pengorbanan tenaga dan waktu dalam memberikan layanan kepada
92 | B r i g h t y ’ 1 9
pengguna jasa. Menurut Fandy Tjiptono, metode penetapan harga
dikelompokkan menjadi empat macam berdasarkan basisnya, yaitu
berbasis permintaan, biaya, laba, dan persaingan.

1. Penetapan Harga Berbasis Permintaan.


Metode ini lebih menekankan faktor-faktor yang
mempengaruhi selera dan preferensi pelanggan daripada
faktorfaktor biaya, laba dan persaingan. Permintaan pelanggan
sendiri didasarkan pada berbagai pertimbangan, di antaranya
yaitu; kemampuan para pelanggan untuk membeli (daya beli),
kemauan pelanggan untuk membeli, posisi suatu produk dalam
gaya hidup pelanggan, manfaat yang diberikan produk tersebut
kepada pelanggan, harga produk-produk substitusi, pasar
potensial bagi produk tersebut, sifat persaingan non-harga,
perilaku konsumen secara umum, segmen-segmen dalam pasar.
Adapun metode penetapan harga berbasis permintaan terdiri dari;
skimming pricing, penetration pricing, prestige pricing, price
lining pricing, odd-even pricing, demand-backward pricing, dan
bundle pricing.
2. Penetapan Harga Berbasis Biaya.
Metode ini faktor penentu harga yang utama adalah aspek
penawaran atau biaya, bukan aspek permintaan. Harga ditentukan
berdasarkan biaya produksi dan pemasaran yang ditambah
dengan jumlah tertentu sehingga dapat menutupi biayabiaya
langsung, biaya overhead, dan laba. Termasuk dalam metode ini

93 | B r i g h t y ’ 1 9
adalah :standard markup pricing, cost plus percentage of cost
pricing, cost plus fixed fee pricing dan experience curve pricing.
3. Penetapan Harga Berbasis Laba.
Metode ini berusaha menyeimbangkan pendapatan dan
biaya dalam penetapan harganya. Upaya ini dapat dilakukan atas
dasar target volume laba spesifik atau dinyatakan dalam bentuk
persentase terhadap penjualan atau investasi. Termasuk dalam
metode ini: target profit pricing, target return on sales pricing dan
target return on investment pricing.
4. Penetapan Harga Berbasis Persaingan.
Selain berdasarkan pada pertimbangan biaya, permintaan,
atau laba, harga juga dapat ditetapkan atas dasar persaingan, yaitu
apa yang dilakukan pesaing. Metode penetapan harga berbasis
persaingan terdiri atas empat macam, yaitu customary pricing,
above, at, or below market pricing, loss leader pricing, dan sealed
bid pricing.

D. PENETAPAN HARGA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Islam sangat konsen pada masalah keseimbangan harga, terutama


pada bagaimana peran Negara dalam mewujudkan kestabilan harga
dan bagaimana mengatasi masalah ketidakstabilan harga. Para ulama
berbeda pendapat mengenai boleh tidaknya Negara menetapkan
harga. Sebagian ulama menolak peran Negara untuk menetapkan
harga, sebagian ulama lain membenarkan Negara untuk menetapkan
harga.
94 | B r i g h t y ’ 1 9
Hukum asal yaitu tidak ada penetapan harga (al-tas’ir), dan ini
merupakan kesepakatan para ahli fikih. Imam Hambali dan Imam
Syafi‟i melarang untuk menetapkan harga karena akan menyusahkan
masyarakat sedangkan Imam Maliki dan Hanafi memperbolehkan
penetapan harga untuk barang-barang sekunder.

Mekanisme penentuan harga dalam Islam sesuai dengan


Maqashid al-Syariah, yaitu merealisasikan kemaslahatan dan
menghindari kerusakan di antara manusia. Seandainya Rasulullah
saat itu langsung menetapkan harga, maka akan kontradiktif dengan
mekanisme pasar. Akan tetapi pada situasi tertentu, dengan dalih
Maqashid al-Syariah, penentuan harga menjadi suatu keharusan
dengan alasan menegakkan kemaslahatan manusia dengan
memerangi distorsi pasar (memerangi mafsadah atau kerusakan yang
terjadi di lapangan

Dalam konsep Islam, yang paling prinsip adalah harga ditentukan


oleh keseimbangan permintaan dan penawaran. Keseimbangan ini
terjadi bila antara penjual dan pembeli bersikap saling merelakan.
Kerelaan ini ditentukan oleh penjual dan pembeli dan pembeli dalam
mempertahankan barang tersebut. Jadi, harga ditentukan oleh
kemampuan penjual untuk menyediakan barang yang ditawarkan
kepada pembeli, dan kemampuan pembeli untuk mendapatkan harga
barang tersebut dari penjual. Akan tetapi apabila para pedagang
sudah menaikkan harga di atas batas kewajaran, mereka itu telah
berbuat zalim dan sangat membahayakan umat manusia, maka
95 | B r i g h t y ’ 1 9
seorang penguasa (Pemerintah) harus campur tangan dalam
menangani persoalan tersebut dengan cara menetapkan harga standar.
Dengan maksud untuk melindungi hak-hak milik orang lain,
mencegah terjadinya penimbunan barang dan menghindari dari
kecurangan para pedagang. Inilah yang pernah dilakukan oleh
Khalifah Umar bin Khattab.

F. PENUTUP
Harga merupakan salah satu unsur bauran pemasaran yang
menghasilkan pendapatan, unsur-unsur lainnya menghasilkan biaya.
Harga adalah unsur program pemasaran yang paling mudah
disesuaikan; ciri-ciri produk, saluran bahkan promosi membutuhkan
lebih banyak waktu. Harga juga mengkomunikasikan posisi nilai
yang dimaksudkan perusahaan tersebut kepada pasar tentang produk
atau mereknya. Sebagai produk yang dirancang dan dipasarkan
dengan baik, dapat menentukan premium harga dan mendapatkan
laba besar. Dalam teori harga ada beberapa hal yang harus dipelajari
untuk memahami secara keseluruhan, yaitu di antaranya: Tujuan
penetapan harga, metode penetapan harga Hukum asal harta yaitu
tidak ada penetapan harga (al-tas’ir), dan ini merupakan kesepakatan
para ahli fikih. Imam Hambali dan Imam Syafi‟i melarang untuk
menetapkan harga karena akan menyusahkan masyarakat sedangkan
Imam Maliki dan Hanafi memperbolehkan penetapan harga untuk
barang-barang sekunder. Mekanisme penentuan harga dalam Islam
96 | B r i g h t y ’ 1 9
sesuai dengan Maqashid al-Syariah, yaitu merealisasikan
kemaslahatan dan menghindari kerusakan di antara manusia.

97 | B r i g h t y ’ 1 9
11

EFISIENSI ALOKASI DAN DISTRIBUSI


PENDAPATAN
(Lutfillah dan Andi El-Sari)

Distribusi pendapatan merupakan aspek terpenting karena


berkaitan dengan bagaimana individu dapat mengalokasikan sumber
daya secara efisien. Sumber daya yang efisien akan tercipta manakala
individu dapat mencapai titik kepuasan maksimal, dengan seadil-adilnya
tanpa menzalimi individu yang lainnya. Dalam Islam terdapat berbagai
nilai dan norma-norma yang harus diperhatikan dalam hal pengalokasian
maupun pendistribusian pendapatan. Nilai dan norma-norma inilah yang
menjadikan berbeda dengan konvensonal. Islam memang mengenal
adanya kepemilikan individu yang mana dengan kepemilikan tersebut
individu bebas memanfaatkannya, namun harus digaris bawahi terkait
kebebasan kepemilikan, dimana dalam kekayaan yang menjadi milik
individu bukan merupakan suatu kepemilikan yang mutlak, karena dalam

98 | B r i g h t y ’ 1 9
Al-Qur’an sendiri menjelaskan bahwa setiap harta yang kita miliki
terdapat hak-hak orang lain termasuk hak orang miskin.
Jadi pada intinya sebelum mengalokasikan dan mendistribusikan
sumber daya yang dimiliki terlebih dahulu mempertimbangkan dan
memikirkan kemaslahatan umat dan bukan self interest. Demikian halnya
dalam pembahasan pada bab selanjutnya akan diuraikan mengenai
pengalokasian secara efisiensi dan pendistribusian pendapatan dari
konsep ekonomi umum (konvesional), kemudian perbandingannya
dengan konsep efisiensi alokasi dan distribusi pendapatan menurut Islam.

A. KONSEP MORAL ISLAM DALAM SISTEM DISTRIBUSI


PENDAPATAN
Distribusi merupakan suatu usaha penyaluran barang dan jasa
dari konsumen kepada produsen sehingga penggunaannya sesuai
dengan yang dibutuhkan. Dengan kata lain distribusi merupakan
kegiatan ekonomi yang menjembatani antara produsen dengan
konsumen. Berkat distribusi barang dan jasa dapat sampai ke tangan
konsumen. Dengan demikian kegunaan dari barang dan jasa akan
lebih meningkat setelah dapat dikonsumsi.
Distribusi dalam Islam pada hakikatnya mempertemukan
kepentingan konsumen dan produsen dengan tujuan kemaslahatan

99 | B r i g h t y ’ 1 9
umat. Pelaku distribusi kini telah menjadi pelaku ekonomi dominan di
samping konsumen dan produsen.11
Distribusi dalam pandangan Islam didasarkan pada dua nilai
manusiawi yang sangat mendasar dan penting, yaitu nilai kebebasan
dan nilai keadilan. Pendapat ini didasarkan atas kenyataan bahwa
Allah sebagai pemilik mutlak kekayaan telah memberi amanat kepada
manusia untuk mengatur dan mengolah kekayaan disertai kewenangan
untuk memiliki kekayaan tersebut
Dr. Yusuf Qardhawi menjelaskan distribusi dalam ekonomi
kapitalis terfokus pada pasca produksi, yaitu pada konsekuensi proses
produksi bagi setiap proyek dalam bentuk uang ataupun nilai, lalu
hasil tersebut didistribusikan pada komponen-komponen produksi
yang berandil dalam memproduksinya.
Ada 4 bagian yang berkaitan dengan distribusi hasil produksi,
yaitu: (1) upah atau gaji untuk para pekerja; (2) keuntungan sebagai
imbalan modal yang dipinjam oleh pengelola proyek; (3) sewa tanah
yang digunakan untuk melaksanakan proyek itu dan (4) laba bagi para
manajer yang mengelola, dan mengurusi pelaksanaan proyek, dan
sebagai penanggungjawabnya.
Berikut ini beberapa konsep Islam yang terdapat di dalam Al-
Qur’an yang berkaitan dengan distribusi pendapatan:

11
Rokhmat Subagiyo, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta : Alim’s Publishing, 2016), hlm.
120
100 | B r i g h t y ’ 1 9
1. Kedudukan manusia yang berbeda antara satu dengan yang lain
merupakan kehendak Allah. Di dalam Al-Qur’an telah di jelaskan
dalam surat al-An’am (6) ayat 165.
2. Pemerintah dan masyarakat mempunyai peran penting untuk
mendistribusikan kekayaan kepada masyarakat. Hal tersebut juga
telah dijelaskan dalam QS. Adz Dzariyat ayat 19.
3. Islam menganjurkan untuk membagikan harta lewat zakat,
sedekah, infaq dan lainnya guna menjaga keharmonisan dalam
kehidupan sosial. Terdapat dalam QS. Al-Hasyr ayat 7.12

B. PERTUKARAN DAN KESEIMBANGAN KONSUMSI


ANTARINDIVIDU
Untuk memahami latar belakang dan sebab-sebab pertukaran
konsumsi antar indivu dan keseimbangan konsumsi keduanya, berikut
akan kita berikan asumsi yang cukup releven untuk mendukung
analisis. Asumsi tersebut adalah ada dua individu yang mengonsumsi
dan macam komoditas yang total penawarannya tetap. Pada gambar
11.1, panel (a) dan (b) adalah ruang konsumsi untuk masing-masing
idividu. Titik origin atau titik awal konsumsi individu A kita sebut OA
dan untuk individu B kita sebut saja dengan OB13
Untuk mempermudah pembahasan keseimbangan konsumsi
anatarindividu tersebut, maka kita gabungkan kedua ruang konsumsi

12
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2007), hlm. 157
13

101 | B r i g h t y ’ 1 9
indiviu 2 hingga 180o, maka kita akan mendapatkan sebuah kotak
yang berisikan ruang konsumsi untuk kedua individu. Dengan tidak
mengubah letak titik origin maka kita melihat bahwa titik origin (baik
OA maupun OB)maka semakin tinggi tingkat kepuasan konsumsi.
Kita asumsikan ada dua komoditi yang dikomsumsi oleh individu A
dan B, yaitu beras dan gandum. Jumlah komsumsi beras diilustrasikan
dengan garis horizontal (X) dan gandum dengan garis vertikal (Y). A
dan B adalah sama dengan total penawran beras (X). Demikian pula
untuk konsumsi gandum.
Dalam literatur kontemporer, kotak dari ruang konsumsi untuk
menganalisa pertukaran dua komoditi dari dua individu disebut
dengan Edgeworth box.4 Individu A maupun individu B akan
mengombinasikan kedua komoditas tersebut sesuai dengan prefensi
dan endwment yang dimiliki. Kita tuliskan saja konsumsi untuk
individu A adalah CA =(CAX, CAY), di mana CAX
mempresentasikan konsumsi poin keseimbangan konsumsinya kita
tuliskan CB=(CBX, CBY). Keadaan di mana CA dan CB adalaha
tingkat konsumsi yang fair maka hal inilah yang dimaksudkan dengan
alokasi. Alokasi untuk konsumsi komoditas X dan Y dibatasi oleh total
penawaran dari komoditas X dan Y:

102 | B r i g h t y ’ 1 9
C. EFISIENSI ALOKASI
Efisiensi alokasi sering disebut Pareto Efficient.Pareto adalah
Ekonom Itali yang menulis konsep ini. Suatu alokasi dikatakan Pareto
Efficient apabila barang-barang yang tidak dapat dialokasikan ulang
untuk membuat keadaan seseorang lebih baik tanpa membuat keadaan
orang lain lebih buruk. Dalam ekonomi konvensional keadaan ini
dikenal sebagai Efficient Allocation of Goods. Yaitu alokasi barang-
barang dikatakan efisien apabila tidak seorang pun dapat
meningkatkan utilitynya tanpa mengurangi utility orang lain. Situasi
semacam ini dianggap efisien, karena pada situasi lainnya masih
terdapat peluang untuk meningkatkan kegunaan seseorang tanpa
mengurangi kegunaan orang lain. Imam Ali KW. diriwayatkan pernah
mengatakan “Janganlah kesejahteraan salah seorang di antara kamu
meningkat namun pada saat yang sama kesejahteraan yang lain
menurun.”
Misal, Firman dan Ryan mempunyai 10 unit makanan dan 6
pakaian. Awalnya Firman memiliki 7 unit makanan dan 1 unit pakaian
sedangkan Ryan memiliki 3 unit makanan dan pakaian.Bagi Ryan, ia
bersedia memberikan 3 unit pakaian untuk mendapatkan 1 unit
makanan. Sedangkan bagi Firman, ia bersedia memberikan ½ unit
pakaian untuk mendapatkan 1 unit makanan. Karena Firman lebih
menyukai pakaian dari pada Ryan, maka keduanya dapat lebih tinggi
utilitynya dengan melakukan pertukaran. Selama MRS (marginal rate
of subtitusion) dari Firman dan Ryan berbeda, maka mereka akan terus

103 | B r i g h t y ’ 1 9
melakukan pertukaran karena keduanya dapat terus meningkatkan
utilitynya. Atau bisa dikatakan, selama MRS nya berbeda maka
alokasi belum dikatakan efisien. Alokasi yang efesien tercapai ketika
MRS setiap orang sama.

D. EFISIENSI DAN KEADILAN


Efisiensi adalah perbandingan antara input dan output, dimana
input digunakan setepat dan sebaik mungkin untuk memperoleh
output yang terbaik. Efisiensi alokasi menjelaskan bahwa bila semua
sumber daya yang ada habis teralokasi, maka akan mencapai alokasi
yang efisien. Tetapi tidak dapat dikatakan bahwa alokasi tersebut adil.
Para ekonom konvensional berbeda pendapat tentang distribusi yang
adil.
1. Konsep Egalitarian: Barang yang diterima pada setiap orang
dalam kelompok masyarakat jumlahnya sama.
2. Konsep Rawlsian: maksimalkan utility orang paling miskin (The
last well off person).
3. Konsep Utilitarian: maksimalkan total utility dari setiap orang
dalam kelompok masyarakat
4. Konsep Market Oriented : hasil pertukaran melalui mekanisme
pasar adalah yang paling adil

Dalam konsep ekonomi Islam, adil adalah “tidak menzalimi dan


tidak dizalimi”. Bisa jadi “sama rasa sama rata” tidak adil dalam

104 | B r i g h t y ’ 1 9
pandangan Islam karena tidak memberikan insentif bagi orang yang
bekerja keras. Tidak adil dalam pandangan Islam karena orang yang
endowment-nya tinggi mempunyai posisi tawar yang lebih kuat dari
pada yang endowment-nya kecil sehingga yang kuat dapat
mendzalimi yang lemah. Lebih dari sekedar efesinsi dan keadilan,
konsep ekonomi Islam juga mendorong pada upaya membesarkan
endowment (meningkatkan production possibility frontier) atau
dalam konteks ini membesarkan Edgeworth Box.
Oleh karena itu, konsep Islam adalah mendorong terjadinya
positive sum game. Misalnya utility Firman naik 5, utility Ryan naik
5, kenaikan total utility 10. Jadi bukan hanya mempersoalkan
bagaiaman “kue” akan akan dibagi secara adil namun bagaimana
“kue” yang akan dibagi bertambah besar
Sebagai pemuda hendaknya kita dapat memahami Ilmu efisiensi
alokasi dan sistem pendistribusian dalam sistem Islam agar kita tidak
hanya dapat keuntungan di dunia namun di akhirat kelak serta
kegunaan dari pendistribusian ini adalah menjaga keharmonisan
dalam kehidupan sosial.

105 | B r i g h t y ’ 1 9
12

EFEKTIVITAS, EKUITAS DAN EFISIENSI


DALAM EKONOMI KOMPETITIF ISLAMI
(Nurul Makkiyah, Dina Shofiatil Akmala dan Nur Nida Adila)

A. PENDAHULUAN
Pemisahan kepemilikan perusahaan dengan manajemen
perusahaan agar keuntungan yang didapat semaksimal mungkin
dengan biaya yang seefisien mungkin. Penggunaan dana dari
kepemilikan eksternal dan pengolahan oleh manajemen yang
professional diharapkan mampu memaksimalkan pertumbuhan
perusahaan di tengah persaingan lingkungan bisnis yang sangat
ketat. Delam perekonomian global, persaingan ekonomi semakin
kompetitif. Semua negara melakukan reformasi di bidang
ekonomi dengan mulai membuka diri terhadap perdagangan dan
penanaman modal di luar batas negaranya. Pasar modal adalah
106 | B r i g h t y ’ 1 9
salah satu lembaga yang mampu meningakatkan pertumbuhan
perekonomian di Indonesia sebagai sumber pembiayaan jangka
menengah dan panjang untuk menggerakkan dana masyarakat
demi pengembangan dunia usaha.
Di era industrialisasi yang semakin kompetitif, setiap
pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi dalam dunia
industeri akan selalu mengevaluasi dan menentukan langkah-
langkah yang harus ditempuh dan memberikan perhatian penuh
terhadap kualiatas tenaga kerja. Dengan tenaga kerja yang
berkualitas akan menghasilkan produk berkualitas yang bebas
dari kerusakan dan memiliki sejumlah keistimewaan yang
mampu meningkatkan kepuasan konsumen. Perusahaan tidak
akan pernah berhenti menghadapi permasalahan di dalam dan
luar perusahaan.

B. EFEKTIVITAS, EKUITAS, EFISIENSI DAN


PRODUKTIVITAS
Ekonomi kompetitif adalah suatu proses sosial yang
bersifat individu dan kelompok. Persaingan untuk mendapatkan
keuntungan tanpa menggunakan ancaman ataupun kekerasan
seperti kasus dua pemuda yang bersaing memperoleh perkerjaan
berupa persaingan antarindividu. Persaingan antarkelompok
dapat dilihat dari persaingan antara dua atau lebih perusahaan
untuk mendapatkan suatu proyek dari pemerintah. Persaingan

107 | B r i g h t y ’ 1 9
selalu ada di masyarakat dan berlangsung setiap hari. Salah
satunya adalah persaingan dalam bidang ekonomi. Persaingan di
bidang ekonomi atau ekonomi kompetitif timbul karena
terbatasnya alat pemuas kebutuhan dibandingkan dengan
kebutuhan manusia yang tidak terbatas.
1. Efektifitas Dalam Ekonomi Kompetitif.
Efektif adalah pencapaian atau pemilihan tujuan yang
tepat dari beberapa alternatif lainnya. Jika suatu kegiatan atau
perkerjaan bisa selesai dengan pemilihan cara-cara yang
sudah ditentukan berarti cara tersebut benar atau efektif.
Efektifitas adalah cara pencapaian tujuan secara tepat atau
memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian pilihan
cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.
Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran
keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah
ditentukan. Jika dikaitkan dengan ptoses produksi agar
menghasilkan barang yang bermanfaat.
2. Ekuitas Dalam Ekonomi Kompetitif
Teori ini dikenal dengan teori social reference group.
Teori ini dipelopori oleh Zakemik (1958) dan dikembangkan
oleh Adams (1963). Teori ini sering disebut teori keadilan
dengan memfokuskan pada perbandingan relatif antara input
dan output dari individu lainnya. Jika tingkat rasio
perbandingan seseorang menunjukkan keseimbangan

108 | B r i g h t y ’ 1 9
dengan rasio orang lain maka ia akan merasa puas. Prinsip
teori ini adalah seseorang akan merasa puas atau tidak puas
tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan (equity)
3. Efesien Dalam Ekonomi Kompetitf
Efesien adalah tepat atau sesuai untuk mengerjakan
(menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang
waktu, tenaga, biaya), mampu menjalankan tugas dengan
tepat dan cermat, berdaya guna, bertepat guna. Sedangkan
efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum
demi pencapaian hasil yang optimum.
Tindakan ekonomi (efisiensi) adalah tindakan
penghematan atau tindakan yang menggunakan prinsip
efisiensi, yaitu menggunakan input seperlunya untuk
mendapatkan output yang diinginkan. Secara umum efisiensi
adalah perilaku untuk pengendalian dari kemubadziran (dari
sisi produksi) dan ketamakan (dari sisi konsumsi) atau
menghindari hal-hal yang berlebuhan dan tidak perlu.
4. Produktivitas Dalam Ekonomi Kompetitif
Secara umum produktivitas merupakan istilah dalam
kegiatan produksi sebagai perbandingan antara luaran
(output) dengan masukan (input).
Menurut Herjanto, produktivitas merupakan suatu ukuran
yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur
dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal.

109 | B r i g h t y ’ 1 9
Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur
keberhasilan suatu industri atau UKM dalam menghasilkan
barang atau jasa. Sehingga semakin tinggi perbandingannya,
berarti semakin tinggi produk yang dihasilkan.
Dalam era persaingan yang sangat ketat, setiap individu
atau perusahaan harus senantiasa berupaya untuk
meningkatkan produktivitas jika tidak ingin tertinggal oleh
para pesaing. Dunia usaha yang kompetitif diperlukan dalam
mengantisipasi era globalisasi perekonomian. Ada empat
tahap dalam siklus yang saling terhubung dan tidak terputus
antara lain pengukuran, evaluasi, perencanaan, dan
peningkatan.
5. Ekonomi Kompetitif
Perusahaan tidak akan pernah berhenti menghadapi
permasalahan. Permasalahan di dalam menyangkut aspek
restrukturisasi organisasi perusahaan, akuisisi, merger, dan
aliansi strategik.
Dalam aspek yang lebih operasional menyangkut
manajemen finansial, produksi, pemasaran, manajemen
administrasi, dan manajemen sumber daya manusia.
Sementara itu masalah eksternal ditandai oleh aktivitas
ekonomi pasar yang sefemikian dinamisnya seperti tuntutan
pelanggan pansi pasar perusahaan lain, teknologi dan
pesaing. Dalam upaya mencapai keunggulan kompetitif,

110 | B r i g h t y ’ 1 9
perusahaan harus menghadapi tantangan serta tekanan-
tekanan internal dan eksternal itu.
Ada dua prinsip pokok yang perlu dimiliki perusahaan
untuk meraih keunggulan kompetitif, yaitu adanya nilai
pandang pelanggan dan keunikan produk yang dapat dilihat
dari berbagai sisi pandang.
6. Kesenjangan Efisiensi
Ada banyak definisi yang dipaparkan oleh para pemikir
muslim dalam menjelsakan keadilan Islam. Namun secara
garis besar, keadilan ekonomi dalam Islam bermakna
terciptanya kesejahteraan umum, terbukanya kesempatan
yang sama, dan keseimbangan dalam pembagian kekayaan
dan pendapatan. Dengan makna ini, dari satu sisi Islam
menekankan prinsip memerangi penimbunan harta dan
memberantas kemiskinan.
Dalam sistem ekonomi Islam, keadilan ekonomi bisa
diwujudkan melalui dua cara. Pertama, dengan memberi hak
kepada seluruh anggota masyarakat untuk memiliki
kehidupan insani yang layak dan terhormat. Kedua,
menerapkan aturan yang menyeimbangkan kekayaan dan
pendapatan.
7. Kesenjangan Dukungan
Kesenjangan di negara kita terlalu lebar antara masyarakat
perkotaan dan pedesaan. Apabila hal ini dibiarkan terus

111 | B r i g h t y ’ 1 9
terjadi, bukan hal mustahil masyarakat pelosok akan dilanda
sikap apatis, tidak berinisiatif, serta lemah motivasi.
Salah satu faktor timbulnya kesenjangan adalah bias
kebijakan. Dalam doktrin politik ekonomi Islam, pemusatan
dan penguasaan kekayaan mesti diurai dari industri dan
perusahaan besar melalui suatu kebijakan negara agar
tersebar secara merata kepada mereka yang tidak bernasib
baik. Terlalu besar dukungan kebijakan pada perekonomian
perkotaan, sementara minin dukungan pada perekonomian
pedesaan akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang
timpang. Di perkotaan ekonomi tumbuh, sementara di
pedesaan ekonomi stagnan. Akibatnya, pertumbuhan yang
terjadi adalah pertumbuhan semu yang tidak berkualitas.

C. KEPUASAN MARGINAL
Upaya memenuhi kepuasan melalui kebutuhan dalam
konsumsi yang Islami sebagai berikut:
1. Tauhid (Unity/ Kesatuan)
2. Adil
3. Kehendak Untuk Bebas
4. Amanah
5. Halal
6. Sederhana

112 | B r i g h t y ’ 1 9
113 | B r i g h t y ’ 1 9

Anda mungkin juga menyukai