Tugas Assesment 1
Tugas Assesment 1
Oleh :
1. Nur Alizah (AJ27834123133)
2. Nur Dian Safitri (AJ27834123134)
3. Nur Ifana Indriati (AJ27834123134)
4. Peni Febrian Irawati (AJ27834123136)
5. Petrisia Wae Nena (AJ27834123137)
6. Putri Sahri Meinar (AJ27834123138)
7. Rizky Dewi Prabandari (AJ27834123139)
8. Rosayunda Fatimah Yasin (AJ27834123140)
9. Saifatusy Syarifah (AJ27834123141)
10. Salisirawati (AJ27834123142)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
TUGAS 1
REVIEW PMK NO. 34 TENTANG AKREDITASI LABORATORIUM
KESEHATAN SECARA UMUM
1
A. Penyelenggaraan Akreditasi I
1. Setiap Puskesmas, Klinik, Laboratorium Kesehatan, UTD, TPMD, dan
TPMDG wajib dilakukan Akreditasi.
2. Akreditasi dilakukan paling lambat setelah Puskesmas, Klinik,
Laboratorium Kesehatan, UTD, TPMD, dan TPMDG beroperasi 2 (dua)
tahun sejak memperoleh perizinan berusaha untuk pertama kali.
3. Setiap Puskesmas, Klinik, Laboratorium Kesehatan, UTD, TPMD, dan
TPMDG yang telah terakreditasi wajib dilakukan Akreditasi kembali
secara berkala setiap 5 (lima) tahun.
4. Akreditasi dilakukan sesuai dengan Standar Akreditasi.
5. Standar Akreditasi disusun oleh Menteri dengan melibatkan
kementerian/lembaga dan/atau pihak terkait.
6. Standar Akreditasi oleh Menteri.
B. Penyelenggara Akreditasi II
1. Menteri menyelenggarakan Akreditasi dengan melibatkan Pemerintah
Daerah dan pemangku kepentingan terkait.
2. Dalam rangka menyelenggarakan Akreditasi, Menteri menetapkan
lembaga penyelenggara Akreditasi yang telah memenuhi persyaratan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.
3. Lembaga penyelenggara Akreditasi bertugas membantu Menteri dalam
melaksanakan survei Akreditasi.
4. Lembaga penyelenggara Akreditasi melaksanakan tugas bersifat mandiri.
5. Lembaga penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri harus
mampu mengakreditasi Puskesmas, Klinik, Laboratorium Kesehatan,
UTD, TPMD, dan TPMDG.
6. Untuk dapat ditetapkan oleh Menteri, lembaga penyelenggara Akreditasi
harus mengajukan permohonan penetapan kepada Direktur Jenderal.
7. Permohonan penetapan disampaikan dengan melampirkan persyaratan :
a. Salinan/fotokopi dokumen badan hukum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
2
b. Dokumen struktur organisasi dan tata kelola lembaga penyelenggara
Akreditasi
c. Dokumen program pelatihan surveyor
d. Surat pernyataan komitmen terakreditasi oleh lembaga
pengakreditasi lembaga penyelenggara Akreditasi nasional dan/atau
internasional secara berkala, paling lambat 5 (lima) tahun sejak
ditetapkan.
8. Direktur Jenderal melakukan verifikasi terhadap pemenuhan persyaratan
dengan hasil berupa :
a. Memenuhi persyaratan,
b. Tidak memenuhi persyaratan.
9. Dalam hal hasil verifikasi berupa memenuhi persyaratan, Direktur
Jenderal memberikan rekomendasi penetapan lembaga penyelenggara
Akreditasi kepada Menteri paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak
permohonan penetapan diterima.
10. Menteri menetapkan lembaga penyelenggara Akreditasi berdasarkan
rekomendasi Direktur Jenderal
11. Masa tugas lembaga penyelenggara Akreditasi ditetapkan oleh Menteri.
12. Dalam hal hasil verifikasi berupa tidak memenuhi persyaratan, Direktur
Jenderal mengembalikan permohonan penetapan kepada lembaga
penyelenggara Akreditasi disertai dengan alasan pengembalian.
13. Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme penetapan dan persyaratan
lembaga penyelenggara Akreditasi diatur dalam pedoman teknis yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
3
b. Rekomendasi status Akreditasi Puskesmas, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, UTD, TPMD, dan TPMDG.
3. Melaporkan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal atas penyelenggaraan
Akreditasi secara berkala setiap 1 (satu) tahun sekali dan/atau sewaktu-waktu
sesuai dengan kebutuhan;
4. Terakreditasi oleh lembaga pengakreditasi lembaga penyelenggara Akreditasi
nasional dan/atau internasional secara berkala, paling lambat 5 (lima) tahun
sejak ditetapkan, yang dibuktikan dengan dokumen telah terakreditasi.
Lembaga penyelenggara Akreditasi dalam melaksanakan kewajiban survey
harus memiliki tim surveior. Tim surverior Laboratorium Kesehatan an UTD
terdiri atas :
1. Bidang manajemen pelayanan kesehatan
2. Bidang teknis pelayanan Laboratorium Kesehatan dan UTD
4
a. Tenaga medis, atau tenaga kesehatan dengan pendidikan paling rendah
Strata Dua (S2) bidang kesehatan dengan latar belakang Strata Satu (S1)
bidang kesehatan
b. Mempunyai pengalaman :
1) Pengelolaan Laboratorium Kesehatan atau UTD
2) Mengelolah program mutu dan Akreditasi Laboratorium Kesehatan,
UTD, atau fasilitas pelayanan kesehatan lain paling singkat 3 (tiga)
tahun.
2. Bidang teknis pelayanan
a. Tenaga medis dengan pendidikan paling rendah pendidikan profesi
dokter spesialis di bidang laboratorium, atau tenaga kesehatan dengan
pendidikan Strata Satu (S1)/Diploma Empat (D IV) terkait Laboratorium
Kesehatan atau UTD.
b. Mempunyai pengalaman bekerja di Laboratorium Kesehatan atau UTD
sebagai pengelola teknis Laboratorium Kesehatan atau UTD paling
singkat 3 (tiga) tahun.
C. Kegiatan Akreditasi
1. Kegiatan Akreditasi terdiri atas tahapan :
a. Persiapan Akreditasi
b. Pelaksanaan Akreditasi
c. Pasca Akreditasi
2. Kegiatan Akreditasi harus dilaksanakan secara berkesinambungan.
D. Persiapan Akreditasi
Persiapan Akreditasi dilakukan oleh Puskesmas, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, UTD, TPMD, dan TPMDG untuk pemenuhan Standar Akreditasi
dalam rangka survei Akreditasi atau Akreditasi kembali.
Kegiatan persiapan Akreditasi yang dimaksud terdiri atas :
1. Pengisian penilaian mandiri (self assessment)
2. Penyusunan program peningkatan mutu
3. Penetapan dan pengukuran indikator mutu
5
4. Pelaporan insiden keselamatan pasien
Pimpinan Puskesmas, Klinik, Laboratorium Kesehatan, UTD, TPMD,
dan TPMDG mengirimkan permohonan usulan untuk dilakukan survei
Akreditasi kepada lembaga penyelenggara Akreditasi melalui sistem
informasi mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Kementerian
Kesehatan.
Dalam rangka pemerataan pelaksanaan Akreditasi dan beban kerja
lembaga penyelenggara Akreditasi, Menteri melakukan distribusi terhadap
permohonan usulan untuk dilakukan survei Akreditasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15.
E. Pelaksanaan Akreditasi
Pelaksanaan Akreditasi meliputi :
1. Survei
a. Survei sebagaimana yang dimaksud merupakan kegiatan untuk
mengamati, menilai, dan mengukur pencapaian dan cara penerapan
Standar Akreditasi.
b. Survei dilakukan oleh tim surveior yang berasal dari lembaga
penyelenggara Akreditasi
c. Pelaksanaan survei dilakukan melalui kunjungan lapangan.
d. Selain melakukan kunjungan lapangan, pelaksanaan survei dapat
dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
2. Penetapan status Akreditasi
a. Penetapan status Akreditasi sebagaimana dilakukan oleh Direktur
Jenderal berdasarkan rekomendasi penetapan status Akreditasi dari
lembaga penyelenggaraan Akrediasi
b. Penetapan status Akreditasi dilakukan melalui penerbitan sertifikan
Akreditasi elektronik yang diberikan kepada UTP, TPMD, dan
TPMDG
c. Sertifikat Akreditasi elektronik berlaku untuk jangka waktu 5 tahun
6
d. Puskesmas, klinik, Laboratorium Kesehatan, UTD, TPMD, dan
TPMDG yang telah mendapatkan status Akreditasi dapat
mencantumkan status Akreditasi di bawah atau di belakang nama
masing-masing Puskesmas, Klinik, Laboratorium Kesehatan, UTD,
TPMD, dan TPMDG dengan huruf lebih kecil.
e. Jika dalam penetapan dinyatakan tidak terakreditasi, maka
Laboratorium yang bersangkutan dapat dilakukan survei remedial
dan penetapan status Akreditasi berdasarkan hasil survei remedial.
f. Survei remedial dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan sampai
dengan 6 bulan sejak penetapan status Akreditasi oleh Direktur
Jenderal melalui teknologi dan komunikasi.
g. Ketentuan mengenai survei dan penetapan status Akreditasi berlaku
secara mutatis mutandis terhadap survei remedial dan penetapan
status Akrediasi berdasarkan hasil survei remedial.
F. Pasca Akreditasi
1. Kegiatan pasca Akreditasi dilakukan Puskesmas, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, UTD, TPMD, dan TPMDG setelah mendapatkan penetapan
status Akreditasi.
2. Penetapan status Akreditasi menyatakan Puskesmas, Klinik,
Laboratorium Kesehatan, UTD, TPMD, dan TPMDG telah terakreditasi.
3. Kegiatan pasca Akreditasi dilakukan dengan membuat dan
menyampaikan PPS kepada lembaga penyelenggaraan Akreditasi, Dinas
Kesehatan daerah Kabupaten/Kota, dan Dinas Kesehatan Daerah
Provinsi berdasarkaan rekomendasi perbaikan hasil survei dari
Kementerian Kesehatan, dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
4. PPS digunakan sebai bahan pelaksanaan monitoring dan evaluasi
Akreditasi oleh lembata penyelenggara Akreditasi, Dinas Kesehaatan
Daerah Kabupaten/Kota, dan Dinas Kesehtan Daerah Provinsi.
7
terhadap penyelenggaraan Akreditasi. Validasi dilaksanakan oleh Direktur
Jenderal, dilakukan secara :
1. Rutin
Validasi secara rutin dilakukan terhadap beberapa hasil penetapan
Akreditasi secara acak.
2. Sewaktu-waktu jika diperlukan
a. Terjadi tindakan yang membahayakan di Puskesmas, Klinik,
Laboratorium Kesehatan, UTD, TPMD, dan TPMDG
b. Adanya hasil penilaian yang memiliki karakteristik yang berbedaa
secara signifikan dari hasil penilaian yang lainnya.
G. Penyelenggaraan Akreditasi
1. Penyelenggaraan Akreditasi yang efektif dan efesien dilaksanakan
melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, meliputi :
a. Pengusulan survei
b. Penjadwalan survei
c. Pelaporan hasil survei
d. Verifikasi laporan hasil survei
e. Pemberian rekomendasi status akreditasi
f. Penetapan status akreditasi
g. Penerbitan elektronik sertifikat, dan
h. Kegiatan lain dalam penyelenggaraan akreditasi
2. Teknologi informasi dan komunikasi yang dimanfaatkan dalam
penyelenggaraan Akreditasi dikembangkan oleh Menteri.
3. Selain teknologi informasi dan komunikasi, lembaga penyelenggara
Akreditasi dapat mengembangkan pemanfaatan teknologi dan informasi
dalam penyelenggaraan Akreditasi untuk kebutuhan internal lembaga
penyelenggara Akreditasi.
4. Pemanfaatan teknologi informasi dan komuniksi dalam penyelenggaraan
Akreditasi harus memperhatikan prinsip satu data Indonesia dan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
8
Puskesmas, Klinik, Laboratorium Kesehatan, UTD, TPMD, dan TPMDG
harus melakukan Akreditasi kembali untuk perpanjangan Akreditasi sebelum
masa berlaku status Akreditasi berakhir. Perpanjang Akreditasi kepada lembaga
penyelenggara Akreditasi paling lambat 3 bulan sebelum masa berlaku Akreditasi
berakhir.
9
TUGAS 2
REVIEW KEMENKES HK. 01. 07. 2022 TENTANG STANDART
AKREDITASI LABORATORIUM KESEHATAN
A. Latar Belakang
Laboratorium kesehatan merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang
berasal dari manusia dan/atau bahan bukan berasal dari manusia untuk
penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor
resiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan perseorangan dan/atau
masyarakat.
Oleh karena itu laboratorium kesehatan harus memenuhi standar, agar
dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan dapat
dipertanggungjawabkan. Salah satu cara menilai mutu pelayanan
laboratorium kesehatan yakni melalui proses akreditasi.
10
Standar 1: Ketepatan identifikasi
Menggunakan paling sedikit 2 (dua) dari 4 (empat)
identitas, yaitu nama pasien/sampel/pengguna layanan,
tanggal lahir, nomor registrasi, nomor induk
kependudukan.
11
Standar 2 : Koordinasi dengan pihak terkait atau pemangku
kepentingan, menentukan jenis dan lingkup pelayanan laboratorium
kesehatan sesuai kebutuhan pelanggan yang meliputi:
1) Pemeriksaan laboratorium kesehatan yang akan
dilakukan;
2) Kemudahan akses layanan;
3) Sistem rujukan;
4) Ketepatan waktu pemeriksaan;
5) Kebutuhan konsultasi; dan
6) Kebutuhan lainnya.
Standar 2.1 : Perencanaan ketersediaan sumber daya yang
dibutuhkan, membuat perencanaan berdasarkan data dan Analisis
kebutuhan serta menjamin ketersediaan sumber daya yang
dibutuhkan dengan mengutamakan mutu dan keselamatan yang
meliputi:
1) Sarana dan prasarana;
2) Alat, reagen, dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP);
3) SDM;
4) Anggaran; dan
5) Sistem informasi laboratorium kesehatan.
Standar 2.2 : Perjanjian kerja sama
Standar 2.2.1 : Kontrak kerja sama dengan pihak ketiga.
Standar 2.2.2 : Evaluasi terhadap perjanjian kerja sama
Standar 2.3 : Pelayanan Point Of Care Test (POCT)
12
Standar 4.2 : Kriteria pemeriksaan laboratorium Kesehatan yang
bermutu, Terdapat kebijakan yang berisi tentang penetapan kriteria
pemeriksaan laboratorium kesehatan yang bermutu mencakup:
1) Metode pemeriksaan;
2) Kinerja alat;
3) Pemantapan Mutu Internal;
4) Pemantapan Mutu Eksternal;
5) Kualitas spesimen; dan
6) Pelaporan hasil.
Aktivitas kinerja dan quality control dievaluasi oleh pimpinan
laboratorium kesehatan sesuai dengan standar keberterimaan dan
melakukan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi.
Standar 4.3 : Pengembangan sistem mutu, Indikator mutu teknis
mempertimbangkan:
1) Upaya peningkatan keselamatan dan pengendalian infeksi
laboratorium kesehatan.
2) Pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu eksternal.
3) Proses pra analitik: identifikasi, pengambilan sampel,
pelabelan.
4) Proses analitik: pemeriksaan dan lain-lain.
5) Paska analitik: pelaporan hasil dan waktu tunggu
penyerahan hasil.
Sedangkan indikator mutu manajemen mempertimbangkan:
1) Hasil survei kepuasan pelanggan;
2) Kesesuaian pelayanan yang diberikan dengan kebutuhan
pelanggan;
3) Ketersediaan peralatan yang tersedia dibandingkan dengan
kebutuhan pelayanan;
4) Masukan petugas;
5) Pengelolaan keuangan; dan
6) Insiden keselamatan pasien.
13
6) Penerapan pedoman praktik baru atau teknologi
baru.
14
Standar 1.1.1 : Dokumen Kompetensi SDM
1) Tenaga medis dan tenaga kesehatan harus
memiliki ijazah, STR dan surat izin untuk
menjalankan praktek profesional sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2) Tenaga non kesehatan harus memiliki ijazah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Standar 1.2 : Kualifikasi dan keahlian
koordinator/penanggungjawab laboratorium kesehatan
Standar 2 : Program orientasi bagi SDM
Standar 2.1 : Program pelatihan dan Pendidikan berkelanjutan
bagi setiap SDM laboratorium kesehatan
Standar 3 : Pemantauan, penilaian, evaluasi terhadap kinerja
dan kompetensi SDM laboratorium kesehatan
Standar 3.1 : Dokumen data kepegawaian SDM laboratorium
kesehatan
Standar 4 : Program kesehatan dan keselamatan kerja SDM
laboratorium kesehatan
15
Standar 3 : Program pengelolaan prasarana
Standar 3.1 : Pemantauan, pemeliharaan dan perbaikan
prasarana
Standar 3.2 : Prasarana yang bersifat kritis dan ketersediaan
sumber alternatif
Standar 4 : Alat dan bahan untuk proses pemeriksaan
Standar 4.1 : Uji fungsi, inspeksi, pemeliharaan, kalibrasi
Standar 4.1.1 : Riwayat penggunaan peralatan
Standar 4.2 : Pengelolaan komputer dan perangkat lunak
Standar 4.3 : Prosedur penggunaan dan evaluasi reagen
Standar 4.4 : Dokumentasikan reagen dan pemasangan label
Standar 5 : Program keamanan dan keselamatan fasilitas
Standar 6 : Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Standar 6.1 : Program pengendalian dan pengelolaan B3 dan
limbah
Standar 6.2 : Prosedur pengendalian dan pencegahan infeksi
Standar 7 : Program pengamanan dalam keadaan darurat,
untuk mengidentifikasi serta menganalisis masalah yang berpeluang
untuk dilakukan perbaikan serta mencegah Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD).
Standar 7.1 : Sistem pemadam kebakaran
16
diambil secara acak oleh supervisor atau
penanggung jawab laboratorium kesehatan;
dan
d) Hasil pemeriksaan laboratorium kesehatan
oleh salah satu petugas diulang kembali
oleh petugas lain dan hasilnya
dibandingkan.
2) Laboratorium kesehatan melakukan evaluasi
dan tindak lanjut terhadap hasil uji serta
didokumentasikan. Dokumen disimpan paling
singkat 3 (tiga) tahun
Standar 1.2 : Pengelolaan hasil pemeriksaan dengan lebih dari 1
(satu) alat
Standar 1.3 : Validasi dan Verifikasi alat, metode dan perangkat
lunak
Standar 1.4 : Validasi sistem pemantauan internal atau
elektronik
Standar 1.5 : Kalibrasi alat dan uji fungsi alat
Standar 1.6 : Pemantapan mutu internal (PMI)
Standar 1.7 : Tindakan perbaikan jika ditemukan
ketidaksesuaian hasil PMI
17
Standar 5 : Pemantapan Mutu Internal (PMI) untuk
pemeriksaan bakteriologi, mikobakteriologi, dan mikologi
Standar 5.1 : Verifikasi uji sensitivitas antimikroba,
antimikobakterium, dan anti jamur
Standar 5.2 : Pemantapan Mutu Internal (PMI) untuk pewarnaan
Standar 5.3 : Pemantapan Mutu Internal (PMI) pada
pemeriksaan mikrobiologi molekuler
18
TUGAS 3
REVIEW PMK NO. 43 TENTANG GOOD LABORATORIUM PRACTICE
BAB I
ORGANISASI DAN MANAJEMEN
A. Organisasi
1. Komponen organisasi
a. Struktur organisasi
1) Jabatan structural
a) Kepala
b) Bidang/seksi-seksi
c) Tata usaha/administrasi
2) Jabatan fungsional
b. Tata kerja
2. Proses perorganisasian
a. Pengembangan Struktur Yang Baik–Tata Kerja
1) Penentuan fungsi-fungsi yang perlu dilaksanakan dengan jenis
perkerjaan yang perlu dicapai.
2) Pembagian pekerjaan yang perlu menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil yang dapat dilaksanakan oleh satu orang.
3) Perkiraan kebutuhan sumber daya manusia (jumlah dan
kualifikasi).
4) Perkiraan kebutuhan sarana (peralatan, bahan dan ruang).
5) Pengelompokan dan atau pengoordinasian fungsi-fungsi
termasuk sumber daya manusia dan sarana yang ada ke dalam
struktur organisasi
b. Gambaran Hubungan Yang Baik–Interaksi
1) Penugasan pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas
tertentu (tanggung jawab) dan keputusan yang tepat untuk
melakukan upaya dalam melaksanakan tugas tertentu
(wewenang).
19
2) Penugasan kegiatan pekerjaan yang spesifik (jabatan
fungsional).
3) Gambaran penugasan ditulis dalam uraian tugas,
alur/mekanisme kerja
B. Manajemen
Setiap laboratorium harus memiliki visi dan misi, informasi dan alur
pelayanan, persyaratan unsur-unsur manajemen, tenaga, manajemen mutu,
komunikasi yang baik, Pendidikan atau pelatihan (diklat) yang diperuntukkan
bagi pegawainya.
BAB II
RUANGAN DAN FASILITAS PENUNJANG
A. Ruangan
Ruangan laboratorium harus mempunyai tata ruang yang baik,
memperoleh sinar matahari/cahaya dalam jumlah yang cukup, dan mempunyai
konstruksi yang sesuai dengan persyaratan umum yang dijadikan pedoman
pelaksanaan.
B. Fasilitas Penunjang
1. tersedia WC pasien dan petugas yang terpisah, jumlah sesuai dengan
kebutuhan
2. penampungan/pengolahan limbah laboratorium
3. keselamatan dan keamanan kerja
4. ventilasi
5. penerangan harus cukup
6. air bersih, mengalir, dan jernih
7. listrik
8. tersedia ruang makan yang terpisah dari ruang pemeriksaan laboratorium
20
BAB III
PERALATAN LABORATORIUM
A. Dasar Pemilihan
Untuk memilih peralatan laboratorium harus ada hal yang harus
diperhatikan seperti menyesuaikan dengan kebutuhan, fasilitas yang tersedia,
tenaga yang ada, reagen yang dibutuhkan, system alat, pemasok atau vendor,
nilai ekonomis dan harus terdaftar.
21
E. Kalibrasi Alat
Kalibrasi peralatan sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang terpercaya menjamin penampilan hasil
pemeriksaan.
BAB IV
BAHAN LABORATORIUM
A. Macam Jenis
1. Reagen
Reagen adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk
mendeteksi, mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain.
a. Menurut tingkat kemurniannya reagen/zat kimia dibagi menjadi:
1) Reagen Tingkat Analitis (Analytical Reagent/AR)
2) Zat Kimia Tingkat Lain
Zat kimia lain tersedia dalam tingkatan dan penggunaan yang
berbeda, yaitu:
a) tingkat kemurnian kimiawi (chemically pure grade).
b) tingkat praktis (practical grade).
c) ingkat komersial (commercial grade).
d) tingkat teknis (technical grade)
b. Menurut cara pembuatannya, dibagi menjadi:
1) reagen buatan sendiri
2) reagen jadi (komersial)
2. Bahan Standar
22
Bahan standar adalah zat-zat yang konsentrasi atau kemurniannya diketahui
dan diperoleh dengan cara penimbangan. Ada 2 macam standar, yaitu:
a. Bahan standar Primer
Bahan standar primer merupakan zat termurni dalam kelasnya, yang
menjadi standar untuk semua zat lain.
b. Bahan Standar sekunder
Bahan standar sekunder merupakan zat-zat yang konsentrasi dan
kemurniannya ditetapkan melalui analisis dengan perbandingan
terhadap bahan standar primer.
3. Bahan Kontrol
Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau
ketepatan suatu pemeriksaan di laboratorium, atau untuk mengawasi
kualitas hasil pemeriksaan sehari-hari. Bahan kontrol dapat dibedakan
berdasarkan:
a. sumber bahan control
b. bentuk bahan control
c. cara Pembuatan
1) Bahan kontrol yang dibuat dari serum disebut juga serum kumpulan
(pooled sera).
2) Bahan kontrol yang dibuat dari bahan kimia murni sering disebut
sebagai larutan spikes
3) Bahan kontrol yang dibuat dari lisat, disebut juga hemolisat
4) Kuman kontrol yang dibuat dari strain murni kuman
Adapun macam bahan kontrol yang dibeli dalam bentuk sudah jadi
(komersial) adalah:
23
Untuk dapat digunakan sebagai bahan kontrol suatu pemeriksaan, bahan
tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
24
3) Enrichment exclusive media
4) Exclusive media
5) Media universal
6) Selective media
7) Media identifikasi
d. Cara Pembuatan
1) Media buatan sendiri
a) dari bahan dasar
b) dari media dehidrasi (dehydrated)
2) Media jadi (komersial)
B. Dasar Pemilihan
Pada umumnya untuk memilih bahan laboratorium yang akan
dipergunakan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. kebutuhan.
2. produksi pabrik yang telah dikenal dan mempunyai sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi.
3. deskripsi lengkap dari bahan atau produk
4. mempunyai masa kadaluarsa yang Panjang
5. volume atau isi kemasan
6. digunakan untuk pemakaian ulang atau sekali pakai
7. mudah diperoleh di pasaran
8. besarnya biaya tiap satuan (nilai ekonomis)
9. pemasok/vendor
10. kelancaran dan kesinambungan pengadaan
11. pelayanan purna jual
12. terdaftar sebagai bahan laboratorium dan alat kesehatan di Kementerian
Kesehatan
C. Pengadaan
Pengadaan bahan laboratorium harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
25
1. Tingkat persediaan
2. Perkiraan jumlah kebutuhan
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan (delivery time)
D. Penyimpanan
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat
dengan mempertimbangkan:
1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :
a. Pertama masuk -pertama keluar (FIFO-first in-first out), yaitu bahwa
barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih
dahulu.
b. Masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu (FEFO-first expired first out).
2. Tempat penyimpanan
3. Suhu/kelembaban
4. Sirkulasi udara
5. Incompatibility/bahan kimia yang tidak boleh bercampur
BAB V
SPESIMEN
A. Macam
Specimen yang dapat dilakukan pemeriksaan ada yang berasal dari
manusia seperti darah, urin, tinja, dahak, pus, sperma, swab, secret, cairan dan
masih banyak lagi. Selain itu, ada beberapa specimen yang bukan berasal daru
manusia seperti sisa makanan, sisa bahan toksikologi, air, udara, makanan,
minuman, dan usap benda.
B. Persiapan
Ada beberapa persiapan yang harus disiapkan sebelum pengambilan specimen :
1. Persiapan pasien secara umum
a. Persiapan pasien untuk pengambilan spesimen pada keadaan basal
b. Menghindari obat-obatan sebelum spesimen diambil
26
c. Menghindari aktifitas fisik/olah raga sebelum spesimen diambil
d. Memperhatikan posisi tubuh
e. Memperhatikan variasi diurnal (perubahan kadar analit sepanjang hari)
2. Faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan)
a. Diet
b. Obat-obatan
c. Merokok
d. Alcohol
e. Aktivitas fisik
f. Ketinggian/altitude
g. Demam
h. Trauma
i. Variasi circadian rythme
j. Umur
k. Ras
l. Jenis kelamin
m. Kehamilan
3. Pemberian penjelasan pada pasien sebelum pengambilan spesimen,
mengenai prosedur yang akan dilakukan, dan meminta persetujuan pasien.
Untuk pemeriksaan tertentu harus tertulis dalam bentuk informed concern.
C. Pengambilan
Pada pengambilan sampel, ada hal-hal yang harus diperhatikan seperti
peralatan yang digunakan, wadah, antikoagulan atau pengawet, waktu, lokasi,
volume, dan Teknik pengambilan.
D. Pemberian Identitas
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang
penting, baik pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan
pemeriksaan, pendaftaran, pengisian label wadah specimen.
27
E. Pengolahan
Pengolahan pada masing-masing sampel berbeda-beda tergantung
dengan jenis sampel dan kebutuhan pemeriksaannya.
BAB VI
METODE PEMERIKSAAN
A. Dasar Pemilihan
1. Tujuan pemeriksaan
a. Sensitivitas
b. Spesifisitas
2. Kecepatan hasil pemeriksaan yang diinginkan
3. Rekomendasi resmi
B. Evaluasi
28
Metode yang telah digunakan perlu dikaji ulang secara periodik
mengingat
1. llmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan dari waktu ke
waktu.
2. Untuk memastikan bahwa metode tersebut masih tetap memiliki makna
klinis sebagaimana dibutuhkan.
BAB VII
MUTU LABORATORIUM
A. Bakuan Mutu
Demi menjamin tercapainya dan terpeliharanya mutu dari waktu ke
waktu, diperlukan bakuan mutu berupa standar/bakuan yang tertulis yang dapat
dijadikan pedoman kerja bagi tenaga pelaksana
B. Klasifikasi
1. Normatif
Pedoman Mutu/Kebijakan Mutu yang memuat segala kebijakan dalam
hal mutu yang berlaku dalam lingkungan laboratorium bersangkutan.
2. Tingkat Menengah
Prosedur Operasi Baku/Standard Operating Procedure/ Prosedur
Tetap, yang memuat langkah-langkah utama dalam mengerjakan suatu
aktivitas.
3. Teknis
Petunjuk Teknis/lnstruksi Kerja, yang mengatur bagaimana segala
langkah teknis harus dilakukan.
4. Dokumen Pendukung
Dokumen pendukung adalah setiap informasi, termasuk pernyataan
kebijakan, buku teks, spesifikasi, tabel kalibrasi, rentang acuan biologis dan
sumbernya, grafik, poster, catatan, memoranda, perangkat lunak, gambar,
rencana dan dokumen eksternal seperti peraturan dan standar.
29
C. Prinsip Dalam Membakukan Aktivitas Laboratorium
1. Pada dasarnya setiap aktivitas yang ada dalam laboratorium, harus
memiliki pedoman baku yang mendukungnya, dari sistem mutu (normatif,
kebijakan) secara keseluruhan.
2. Pembakuan dibuat berjenjang berdasarkan jenjang aktivitas yang ada dalam
laboratorium.
Bakuan yang berkedudukan berbeda sebaiknya diberi nama berbeda.
Misalnya:
a. bakuan pada jenjang tertinggi dapat disebut sebagai panduan mutu
b. bakuan pada jenjang berikutnya disebut prosedur tetap, dan pada
jenjang paling teknis disebut sebagai petunjuk kerja
3. Setiap prosedur dibuat oleh pejabat/staf yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan prosedur bersangkutan
4. Prosedur disusun bersama staf yang ikut terlibat dalam proses tersebut
5. Bakuan harus mengandung komponen yang menjamin bahwa bakuan
tersebut telah benar dan selalu digunakan di tempat yang tepat oleh orang
yang tepat.
6. Prosedur baku yang dibuat harus mampu menjawab pertanyaan
7. Tiap prosedur baku harus didukung oleh dokumen (formulir) yang dalam
aktivitas sehari-hari membuktikan bahwa prosedur tersebut memang ditaati.
8. Prosedur baku perlu ditempatkan di dekat orang yang mengerjakan
sehingga tiap saat dapat dijadikan pegangan pada saat bekerja
9. Tiap bakuan harus didokumentasi dengan baik.
10. Setiap kali terjadi perubahan pada prosedur kerja, Prosedur Tetap atau
Petunjuk Teknis terkait juga harus mengalami penyesuaian.
D. Panduan Mutu
30
Panduan Mutu adalah dokumen yang menjelaskan seluruh sistem
manajemen mutu dan struktur dokumentasi (pedoman, prosedur, instruksi
kerja, dll) yang digunakan dalam sistem manajemen mutu.
31
G. Pemantapan Mutu
1. Pemantapan mutu internal
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara
terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian
error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
2. Pemantapan mutu eksternal
Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan
secara periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan
untuk memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang
pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan kegiatan Pemantapan Mutu
Eksternal dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional.
H. Verifikasi
Verifikasi merupakan tindakan pencegahan terjadinya kesalahan dalam
melakukan kegiatan laboratorium mulai dari tahap pra analitik sampai dengan
melakukan pencegahan ulang setiap tindakan/proses pemeriksaan.
Adapun verifikasi yang harus dilakukan sebagai berikut:
1. Tahap pra analitik
a. Formulir permintaan pemeriksaan
b. Persiapan pasien
c. Pengambilan dan penerimaan specimen
d. Penanganan specimen
e. Persiapan sampel untuk Analisa
2. Tahap analitik
a. Persiapan reagen/media
b. Pipetasi reagen dan sampel
c. Inkubasi
d. Pemeriksaan
e. Pembacaan hasil
3. Tahap pasca analitik
Pelaporan hasil
32
I. Audit
Audit adalah proses menilai atau memeriksa kembali secara kritis
berbagai kegiatan yang dilaksanakan di dalam laboratorium.
J. Validasi Hasil
Validasi hasil pemeriksaan merupakan upaya untuk memantapkan kualitas
hasil pemeriksaan yang telah diperoleh melalui pemeriksaan ulang oleh
laboratorium rujukan.
K. Akreditasi
1. Definisi
Akreditasi laboratoratorium adalah suatu pengakuan yang diberikan
oleh Kementerian Kesehatan kepada laboratorium kesehatan yang telah
memenuhi standar yang telah ditentukan.
2. Tujuan akreditasi
a. Tujuan umum
Memacu laboratorium untuk memenuhi standar, sehingga dapat
memberikan pelayanan yang bermutu dan dapat dipertanggung
jawabkan.
b. Tujuan khusus
1) Memberikan pengakuan kepada laboratorium yang telah mencapai
tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
2) Memberikan jaminan kepada petugas laboratorium kesehatan
bahwa semua fasilitas, tenaga dan lingkungan yang diperlukan telah
memenuhi standar, sehingga dapat mendukung pelayanan
laboratorium yang baik.
3) Memberikan jaminan dan kepuasan kepada pelanggan dan
masyarakat bahwa pelayanan yang diberikan oleh laboratorium
kesehatan telah diselenggarakan dengan baik.
3. Manfaat akreditasi
33
a. Bagi masyarakat.
b. Bagi laboratorium
c. Bagi asuransi
d. Bagi perusahaan
e. Bagi pemilik
f. Bagi pegawai/petugas
g. Bagi pemerintah
4. Cakupan
Akreditasi ini mencakup laboratorium yang mandiri yang
diselenggarakan oleh pemerintah pusat, daerah, BUMN, BUMD maupun
yang diselenggarakan oleh swasta.
BAB VIII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
A. Pedoman Umum
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) laboratorium merupakan bagian
dari pengelolaan laboratorium secara keseluruhan.
1. Petugas/Tim K3 Laboratorium
2. Kesehatan Petugas Laboratorium
Untuk menjamin kesehatan para petugas laboratorium harus dilakukan hal-
hal sebagai berikut:
a. Pemeriksaan foto toraks setiap tahun bagi petugas yang bekerja dengan
bahan yang diduga mengandung bakteri tuberkulosis, sedangkan bagi
petugas lainnya, foto toraks dilakukan setiap 3 tahun.
b. Pemberian imunisasi
c. Perlindungan terhadap sinar Ultra Violet
34
d. Pemantauan kesehatan
3. Sarana dan prasarana K3 laboratorium umum yang perlu disiapkan
4. Pengamanan pada keadaan darurat
5. Memperhatikan tindakan pencegahan
6. Disinfeksi, Sterilisasi dan Dekontaminasi
7. Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh.
8. Pengelolaan specimen
35
g. Bahan kimia yang reaktif terhadap asam
h. Gas bertekanan
i. Bahan radioaktif
2. Bahan kimia yang tidak boleh tercampur
3. Efek toksin bahan kimia
4. Gas bertekanan dan gas dalam bentuk cair
5. Penyimpanan bahan kimia
F. Infeksi Mikroorganisme
Mikroorganisme dan laboratorium dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Klasifikasi mikroorganisme, dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu:
1. Kelompok risiko satu
Kelompok ini merupakan kelompok yang tidak menimbulkan resiko atau
resiko sangat rendah baik pada individu maupun pada masyarakat.
2. Kelompok risiko dua
Kelompok ini merupakan kelompok yang mempunyai resiko sedang pada
individu dan resiko rendah pada masyarakat.
3. Kelompok risiko tiga
36
Kelompok ini merupakan kelompokyang mempunyai risiko tinggi pada
individu dan risiko rendah pada masyarakat.
4. Kelompok risiko empat
Kelompok ini merupakan kelompok yang mempunyai resiko tinggi baik
pada individu maupun pada masyarakat.
H. Penanganan Limbah
1. Sumber, sifat dan bentuk limbah
Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber:
a. bahan baku yang sudah kadaluarsa;
b. bahan habis pakai (misalnya medium perbenihan yang tidak terpakai);
c. produk proses di dalam laboratorium (misalnya sisa spesimen);
d. produk upaya penanganan limbah (misalnya jarum suntik sekali pakai
setelah diotoklaf).
Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah yang
digolongkan menjadi:
a. Buangan bahan berbahaya dan beracun
b. Limbah infektif;
c. Limbah radioaktif;
d. Limbah umum
Bentuk limbah yang dihasilkan dapat berupa:
a. Limbah cair
b. Limbah padat
c. Limbah gas
37
2. Penanganan dan penampungan
a. Penanganan
Prinsip pengelolaan limbah adalah pemisahan dan pengurangan
volume. Jenis limbah harus diidentifikasi dan dipilah-pilah dan
mengurangi keseluruhan volume limbah secara berkesinambungan.
Memilah dan mengurangi volume limbah klinis sebagai syarat
keamanan yang penting untuk petugas pembuangan sampah, petugas
emergensi, dan masyarakat.
b. Penampungan
Harus diperhatikan sarana penampungan limbah harus memadai,
diletakkan pada tempat yang pas, aman dan hygienis. Pemadatan adalah
cara yang efisien dalam penyimpanan limbah yang bisa dibuang dengan
landfill, namun pemadatan tidak boleh dilakukan untuk limbah
infeksius dan limbah benda tajam
c. Pemisahan limbah
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan
dibuang adalah dengan cara menggunakan kantong berkode (umumnya
menggunakan kode warna).
d. Standarisasi kantong dan kontainer pembuangan limbah.
3. Pengolahan limbah
BAB IX
PENCATATAN DAN PELAPORAN
A. Pencatatan
Pencatatan kegiatan laboratorium dilakukan sesuai dengan jenis
kegiatannya. Ada 4 jenis pencatatan, yaitu:
1. Pencatatan kegiatan pelayanan
2. Pencatatan keuangan
3. Pencatatan logistik
4. Pencatatan kepegawaian
38
5. Pencatatan kegiatan lainnya, seperti pemantapan mutu internal, keamanan
laboratorium dan lain-lain
Pencatatan kegiatan pelayanan dapat dilakukan dengan membuat buku
sebagai berikut:
1. Buku register penerimaan spesimen terdapat di loket berisi data pasien
(nama umur, alamat, jenis kelamin dll) dan jenis pemeriksaan.
2. Buku register besar/induk berisi data-data pasien secara lengkap serta hasil
pemeriksaan spesimen;
3. Buku register/catatan kerja harian tiap tenaga
4. Buku register pemeriksaan rujukan.
5. Buku ekspedisi dari ruangan/rujukan.
6. Buku komunikasi pertukaran petugas (shift).
7. Buku register perawatan/kerusakan.
8. Buku stok alat, reagen.
9. Buku catatan kalibrasi.
10. Buku absensi.
B. Pelaporan
1. Laporan kegiatan rutin harian/bulanan/triwulan/tahunan
2. Laporan khusus (misalnya KLB, HIV, NAPZA dll)
3. Laporan hasil pemeriksaan
C. Penyimpanan Dokumen
Setiap laboratorium harus menyimpan dokumen-dokumen tersebut di bawah
ini:
1. Surat permintaan pemeriksaan laboratorium
2. Hasil pemeriksaan laboratorium
3. Surat permintaan dan hasil rujukan
Prinsip penyimpanan dokumen:
1. Semua dokumen yang disimpan harus asli dan harus ada bukti verifikasi
pada dokumen dengan tanda tangan oleh penanggungjawab/supervisor
laboratorium (hard copy).
39
2. Berkas laboratorium disimpan selama 5 tahun. Untuk kasus-kasus khusus
dipertimbangkan tersendiri.
3. Berkas anak-anak harus disimpan hingga batas usia tertentu sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4. Berkas laboratorium dengan kelainan jiwa disimpan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
5. Untuk memudahkan penelusuran pada kasus-kasus tertentu misalnya
dipakai sebagai barang bukti. Salinan atau berkas hasil yang dilaporkan
harus disimpan sedemikian sehingga mudah ditemukan kembali.
D. Pemusnahan Dokumen
Sebelum dimusnahkan, ambil informasi-informasi yang utama terlebih
dahulu. Pada pelaksanaan pemusnahan harus ada berita acara sesuai prosedur
yang berlaku, yang berisi:
1. Tanggal, bulan dan tahun pemusnahan;
2. Penanggungjawab/otorisasi pemusnahan dokumen.
E. Pengendalian Dokumen
1. Maksud dari pengendalian dokumen
Laboratorium harus menetapkan, mendokumentasikan dan memelihara
prosedur untuk mengendalikan semua dokumen dan informasi (dari sumber
internal dan eksternal) yang merupakan bagian dokumentasi mutunya.
Salinan dari tiap dokumen terkendali ini harus diarsipkan untuk acuan di
kemudian hari. Pimpinan laboratorium harus menetapkan masa
penyimpanan.
2. Cara pengendalian dokumen
a. Semua dokumen yang diberikan kepada petugas laboratorium sebagai
bagian dari sistem manajemen mutu telah dikaji ulang dan disetujui oleh
petugas yang berwenang sebelum diterbitkan (sistem otorisasi dokumen
yang berlaku).
40
b. Setiap saat tersedia daftar terbaru yang mencantumkan semua dokumen
yang berlaku, revisi terbaru yang sah berikut penyebarannya (disebut
juga catatan pengendalian dokumen).
c. Hanya dokumen versi terbaru yang disediakan untuk penggunaan aktif
pada tempat di mana dokumen itu digunakan.
d. Dokumen secara berkala dikaji ulang, direvisi apabila perlu, dan disetujui
oleh petugas berwenang.
e. Protokol permintaan, sampel primer, pengambilan dan penanganan
sampel laboratorium.
f. Pengesahan hasil.
g. Pengendalian mutu internal dan eksternal.
h. Sistem Informasi Laboratorium.
i. Pelaporan hasil.
j. Upaya perbaikan dan penanganan keluhan.
k. Komunikasi dan interaksi lain dengan pasien, petugas kesehatan,
laboratorium rujukan dan pemasok.
l. Audit internal.
m. Etika.
3. Penandan pada dokumen
4. Pengkajian terhadap kontrak layanan laboratorium
41
TUGAS 4
INSTRUMENT SURVEI AKREDITASI LABORATORIUM KESEHATAN
42
Standar 3.2 : Prosedur pelaporan hasil kritis
4. Standar 4 : Program peningkatan mutu pelayanan laboratorium
kesehatan.
Standar 4.1 : Pemantauan terhadap pelaksanaan program peningkatan
mutu
Standar 4.2 : Kriteria pemeriksaan laboratorium Kesehatan yang
bermutu.
Standar 4.3 : Pengembangan sistem mutu
5. Standar 5 : Pengumpulan dan analisis data
6. Standar 6 : Validasi data
7. Standar 7 : Tindakan perbaikan untuk meningkatkan keamanan dan
keselamatan
8. Standar 8 : Manajemen risiko
9. Standar 9 : Pemantauan dan peningkatan mutu
43
5. Standar 5 : Prosedur Penyimpanan dan pemeliharaan dokumen,
spesimen, sampel, slide, jaringan, dan blok
44
Standar 4.3 : Prosedur penggunaan dan evaluasi reagen
Standar 4.4 : Dokumentasikan reagen dan pemasangan label
5. Standar 5 : Program keamanan dan keselamatan fasilitas
6. Standar 6 : Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Standar 6.1 : Program pengendalian dan pengelolaan B3 dan limbah
Standar 6.2 : Prosedur pengendalian dan pencegahan infeksi
7. Standar 7 : Program pengamanan dalam keadaan darurat
Standar 7.1 : Sistem pemadam kebakaran
45
4. Standar 4 : Pemantapan mutu internal untuk pemeriksaan kimia klinis,
hematologi, hemotasis, dan PointOf-Care Test (POCT).
Standar 4.1 : Pemantapan Mutu Internal (PMI) untuk pemeriksaan
secara kuantitatif.
Standar 4.2 : Pemantapan Mutu Internal (PMI) untuk pemeriksaan
apus darah tepi dan hitung jenis.
5. Standar 5 : Pemantapan Mutu Internal (PMI) untuk pemeriksaan
bakteriologi, mikobakteriologi, dan mikologi
Standar 5.1 : Verifikasi uji sensitivitas antimikroba,
antimikobakterium, dan anti jamur
Standar 5.2 : Pemantapan Mutu Internal (PMI) untuk pewarnaan
Standar 5.3 : Pemantapan Mutu Internal (PMI) pada pemeriksaan
mikrobiologi molekuler
6. Standar 6 : Bahan, peralatan dan metode yang digunakan pada
pemeriksaan parasitologi
7. Standar 7 : Pemantapan Mutu Internal (PMI) untuk pemeriksaan
identifikasi virus
8. Standar 8 : Pemantapan Mutu Internal (PMI) untuk pemeriksaan
urinalisis mikroskopis klinis
9. Standar 9 : Penggunaan kontrol pada pemeriksaan serologi
10. Standar 10 : Pemeriksaan molekuler
Standar 10.1 : Validasi spesimen
Standar 10.2 : Penetapan batas rentang nilai kontrol, nilai rujukan, dan
batasan pelaporan
Standar 10.3 : Pemantapan Mutu Internal (PMI) pemeriksaan patologi
molecular
Standar 10.4 : Prosedur dan pelaporan hasil pemeriksaan molecular
11. Standar 11 : Pemantapan Mutu Internal (PMI) untuk semua parameter
pemeriksaan air
12. Standar 12 : Pemantapan Mutu Internal (PMI) untuk semua parameter
pemeriksaan makanan.
46
13. Standar 13 : Pemantapan Mutu Internal (PMI) untuk semua parameter
pemeriksaan kualitas udara.
47
TUGAS 5
MUTU LABORATORIUM
48
Kebutuhan mutu air berbeda-beda tergantung tujuan penggunaannya.
Pemeriksaan/ uji kualitas air berbeda-beda sesuai dengan jenis airnya:
1) Air suling, pemeriksaan yang dilakukan meliputi:
a) Pemeriksaan fisik
b) Pemeriksaan keasaman kebasaan
c) Pemeriksaan ammonium
d) Pemeriksaan besi, tembaga, timbal
e) Pemeriksan kalsium
f) Pemeriksaan klorida
g) Pemeriksaan nitrat
h) Pemeriksaan sulfat
i) Pemeriksaan karbondioksida
j) Pemeriksaan zat teroksidasi
k) Pemeriksaan sisa penguapan
2) Air demineralisasi, sama seperti air suling namun ditambah:
a) Pemerikaan ammonia albuminoid
b) Pemeriksaan daya tahan listrik
3) Air bersih, mencakup pemeriksaan fisika, kimia dan mikrobiologi
49
g) Penyimpanan reagen mempunyai persyaratan khusus.
2) Reagen komersial
Hal yang harus diperhatikan:
a) Etiket/label wadah
b) Batas kadaluwarsa
c) Keadaan fisik
3) Uji kualitas media
Uji kualitas media mencakup aspeknya yang luas, baik media
buatan sendiri maupun media jadi, hal yang perlu diperhatikan dalam
penyimpanan media:
a) Sampel media dehidrasi (dehydrated media) ditimbang dan
ditambahkan kedala air suling dan bebas mineral, lalu di campur
untuk membuat suspense yang homogen kemudian dipanaskan
untuk melarutkan zat zat dalam medium.
b) Media dilarutkan kedalam wadah yang berukuran cukup dan
sterilisasi dengan autoclave
c) pH setiap batch media harus diperiksa dengan pH meter setelah
media dibiarkan dingin sampai suhu kamar.
d) Media dapat dituang kedalam tabung atau cawanpetri dalam
ruangan atau dibawah aliran udara laminar (laminar flow)
Kualitas media harus diperiksa dahulu sebelum media
digunakan, macam-macam cara untuk menguji mutu media yang
telah dibuat, yaitu:
Secara visual : dengan memperhatikan warna, kekeruhan dan
lain-lain, contoh (media gula-gula yang dilengkapi tabung durham
bila terlihat gelembung udara berarti sudah tidak dapat digunakan
lagi)
4) Uji kualitas kepekaan kuman
Pemeriksaan kepekaan kuman dengan metode cakram, dianjurkan
oleh WHO dengan menggunakan metoda modifikasi Kirby-Baurer
5) Pemeliharaan strain kuman
Dapat diperoleh dari:
50
a) Isolasi dari specimen klinik
b) Koleksi kultur kuman yang resmi
c) Komersial
d) Laboratorium rujukan
Ada 2 macam cara pemeliharaan stain kuman, antara lain:
a) Pemeliharaan jangka pendek : dapat dilakukan sehari-hari,
dibedakan atas beberapa cara berdasarkan jenis kumannya:
1. Rapid growing organism (untuk kuman yang cepat tumbuh)
2. Streptococcus
3. Meningococcus dan Haemophilus
4. Gonococcus
b) Pemeliharaan jangka Panjang : mempunyai batas waktu antara
beberapa bulan sampai beberapa tahun. Metode-metode ini dapat
dilakukan dengan menggunakan:
1. Gliserol -20°C
2. Mineral oil pada suhu kamar
3. Biakan tusukan pada suhu kamar
4. Bahan tusukan media CTA (Crystine Trypticase Agar) untuk
Neisseria dan Streptococcus)
5. Media cooked meat untuk kuman anaerob
51
8) Pemeriksaan selalu dilakukan dengan mengikutsertakan beberapa
serum control
9) Jika memungkinkan, nyatakan kekuatan serum control dalam IU per
ml
10) Setiap batch pemeriksaan serologis harus diikitu control spesitifitas,
sensitifitas dan titrasi)
11) Titer seluruh serum control harus dicatat
Bermacam-macam uji kualitas reagen:
1) Uji biokimia
2) Uji fisik-kimia
3) Uji aglutinasi
4) Uji titrasi
5) Uji kemurnian
6) Uji Binatang percobaan
Bermacam-macam uji antibody:
1) Uji aglutinasi
2) Uji titrasi
3) Uji dengan berbagai antigen atau larutan NaCl 0,9 %
52
c) Akurasi dan presisi adalah independent sau dengan yang lainnya,
metode yang baik adalah yang mempunyai akurasi dan presisi yang
baik.
d) Daftar dari batas minimum presisi (CV maksimum) beberapa
pemeriksaan dilihat pada tabel ini:
PARAMETER CV MAKSIMUM
Bilirubin Total 7
Kolesterol 6
Kreatinin 6
Glukosa 5
Protein Total 3
Albumin 6
Ureum 8
Asam Urat 5
Trigliserida 7
GOL 7
GPT 7
YGT 7
LDH 7
Fosfatase Alkali 7
Fosfatase Asam 11
Kalinesterase 7
Kreatinin Kinase (CK) 8
Natrium 7
Kalium 2,7
Klorida 2
Kalsium 3,3
phosfor anorganik 5
magnesium 4
besi 7
2) Jenis kesalahan
53
Dalam proses analisis dikenal 3 jenis kesalahan yaitu
a) Inharet random error (kesalahan oleh limitasi metodik
pemeriksaan)
b) Systemic shift (kesalahan sistemati) atau terus menerus dalam
pola yang sama
c) Random error (kesalahan acak_ atau dengan pola yang titdak
tetap.
3) Bahan control
Dalam penggunaannya bahan control harus diperlakukan sama
dengan bahan pemeriksaan specimen, tanpa perlakuakn khusus baik
pada alat, metode pemeriksaan, reagen maupun tenaga pemeriksanya.
Prosedur pada periode control ini tergantung dari bidang
pemeriksaannya.
H. Limitasi
Didalam pemantapan mutu baik intra laboratorium maupun ektra
laboratorium disepakati suatu asumsi bahwa kondisi bahan control sama
dengan bahan dari penderita. Dikenal asumsi lain dalam pemantapan
mutu laboratorium, yaitu bila terjadi hasil pemeriksaan bahan control
berarti variasi yang sama terjadi juga pada pemeriksaan bahan penderita
untuk batch yang sama.
54
untuk berbagai bidang pemeriksaan dan diselenggarakan pada bergabagai
tingkatan, yaitu:
1) Tingkat nasional/pusat
2) Tingkat regional
3) Tingkat provinsi/wilayah
Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi suatu
laboratorium sebab dari hasil evaluasi yang diperolehnya dapat menunjukan
performance laboratorium yang bersangkutan. Setiap nilai yang diterima
penyelenggara dicatat dan di evaluasi untuk mencari penyebab-penyebab dan
mengambil Langkah-langkah perbaikan.
55