Anda di halaman 1dari 18

INTEGRAL FUNGSI VEKTOR

DAN INTEGRAL GARIS

Pengantar
Konsep integral tentu dan tak tentu untuk fungsi vektor dirancang dengan memanfaatkan
sebanyak mungkin informasi dari integral tentu dan tak tentu dari fungsi real. Sebelum
konsep penting ini dibahas, kita ingat kembali bahwa integral tentu untuk fungsi real
diperkenalkan sebagai limit jumlah Riemann. Sedangkan integral tak tentunya diperkenalkan
sebagai kebalikan dari diferensial.

Untuk membahas konsep integral tentu, misalkan fungsi x=f (t ) terdefinisi pada selang
tertutup [ a , b ] dan ∆=( a=t 0 <t 1<t 2 <…<t i−1< t i <…< t n =b ) suatu partisi untuk [ a , b ] dengan

panjang ‖∆‖=1≤ i ≤n( t i−t i−1) . Misalkan pula c i ∈ [ t i−1 , t i ] , i=1,2 ,… , n dan I suatu bilangan real.
maks

Fungsi f dikatakan terintegralkan Riemann pada [a,b] jika

| |
n
∀ ε >0 ∃ δ >0 ∋‖∆‖< δ → ∑ f ( c 1 ) ∆ t 1 −I < ε untuk setiap partisi ∆ dengan ‖∆‖< δ dan untuk
i =1

sebarang pemilihan c i ∈ [ t i−1 , t i ] , i=1,2 ,… , n . Syarat keterintegralan Riemann pada definisi di


n
lim ¿¿
atas seringkali ditulis ‖∆‖→ 0∑ f ( c 1 ) ∆ t 1 ada.
i=1

Selanjutnya, integral tentu dari fungsi f pada [ a , b ] (dikenal juga sebagai integral Riemann
b n
dari fungsi f pada [ a , b ]) ditulis dengan lambang I =∫ f ( t ) dt=‖∆‖→0∑ f ( c 1 ) ∆ t 1 ¿ bila limit ini
lim ¿

a i=1

ada.

Integral tak tentu dari fungsi real didefinisikan sebagai invers dari diferensial atau anti
diferensial yang merupakan suatu bentuk yang paling umum dari anti turunan. Kita
mengatakan bahwa ∫ f ( t ) dt =g ( t )+C pada suatu selang D jika g ' ( t )=f ( t ) ∀ t ∈ D. Fungsi g
merupakan suatu anti turunan dari fungsi f pada selang D , sedangkan bentuk yang paling
umum dari anti turunan ini, yaitu y=g ( t ) +C , C konstanta sebarang dinamakan anti
diferensial dari fungsi f pada selang D .

2|Page
Konsep integral tentu dan tak tentu dari fungsi vektor dirancang dengan cara serupa dengan
integral tentu dan tak tentu dari fungsi real, demikian juga berbagai sifat dan rumusnya.

Integral Fungsi Vektor


Konstruksi integral tentu untuk fungsi vektor diberikan dalam definisi berikut.
Definisi 1.5.1
Misalkan fungsi vektor X =F ( t )=f 1 ( t ) e1 +…+ f n ( t ) e n terdefinisi pada selang tertutup [ a , b ]
maks
dan ∆ suatu partisi untuk selang [ a , b ] dengan panjang partisi ‖∆‖=1≤ i ≤n( t i−t i−1) . Misalkan

pula c i ∈ [ t i−1 , t i ] , i=1,2 ,… , n dan I suatu vektor di n


R.

‖∑ ‖
n
∀ ε >0 ∃ δ >0 ∋‖∆‖< δ → F ( c 1 ) ∆ t 1−I <ε untuk setiap partisi ∆ dengan ‖∆‖< δ dan untuk
i=1

sebarang pemilihan c i ∈ [ t i−1 , t i ] , i=1,2 ,… , n .

‖∆‖→ 0∑ F ( c 1 ) ∆ t 1 ada.
lim ¿¿
Syarat keterintegralan Riemann pada definisi di atas seringkali ditulis
i=1

Selanjutnya integral dari fungsi vektor F pada [ a , b ] atau integtal Riemann dari fungsi vektor
b n
F pada [ a , b ] ditulis dengan lambang I =∫ F ( t ) dt=‖ ∆‖ →0∑ F ( c 1) ∆t 1 ¿ bila limit ini ada.
lim ¿

a i=1

Seperti pada konsep limit fungsi vektor yang dapat dituliskan sebagai limit dari komponen
vektornya yang berbentuk fungsi real, kita juga mempunyai hasil yang serupa untuk integral
fungsi vektor. Dalam hal ini fungsi vektor F terintegralkan pada [ a , b ] jika dan hanya jika
setiap komponennya terintegralkan pada selang itu. Hasil ini kita nyatakan dalam rumus
b

berikut.∫ F ( t ) dt
a

Teorema 1.5.1
Misalkan fungsi vektor X =F ( t )=f 1 ( t ) e1 +…+ f n ( t ) e n terdefinisi pada selang tertutup [ a , b ].
Maka fungsi F terintegralkan pada [ a , b ] ↔ fungsi f 1 terintegralkan pada [ a , b ], i=1 , … , n.
Integral tentu dari fungsi F dalam bentuk komponennya adalah

3|Page
( ) (∫ )
b b b

∫ F ( t ) dt = ∫ f 1 ( t ) dt e 1+ …+¿ f n 1 alambentuk komponennyaadala h kut . terintegralkan padaselang itu .hasil tuk integral fungsi vektor . ( t ) dt e n ¿
a a a

.
Sekarang kita akan berkenalan dengan konsep integral tak tentu dari fungsi vektor. Anti
turunan dari fungsi vektor F pada selang terbuka I didefinisikan sebagai fungsi vektor G
yang memenuhi G ' ( t ) =F ( t ) ∀ t ∈ I .

Seperti halnya dengan fungsi real, kita mempunyai bentuk yang paling umum dari anti
turunan ini yaitu X =G (t ) +C , C vektor konstan di Rn . Bentuk ini dinamakan anti diferensial
dari fungsi F pada selang I . Integral tak tentu dari fungsi vektor F pada selang terbuka I
didefinisikan sebagai anti diferensial dari fungsi F pada I dan ditulis dengan lambang ∫ ❑.
Dengan demikian lambang ∫ F ( t ) d t =G ( t )+ C berarti bahwa G ' ( t ) =F ( t ) pada selang
I =D F ∩ D C. Seperti pada integral tentu, integral tak tentu dapat dinyatakan pa;am bentuk
komponen fungsi vektornya yang merupakan fungsi real.

Rumus-rumus Integral Fungsi Vektor


Berdasarkan kenyataan bahwa integral fungsi vektor dapat ditulis sebagai integral dari
komponennya yang berbentuk integral dari fungsi real, kita mempunyai berbagai sifat penting
dari integral fungsi vektor. Hasilnya kita nyatakan dalam rumus berikut.

Teorema 1.5.2
1. Jika fungsi vektor F kontinu pada [ a , b ], maka fungsi vektor F terintegralkan pada [ a , b ].
2. Jika fungsi vektor F danG terintegralkan pada [ a , b ], p dan q konstanta real, maka fungsi
vektor p F+q G juga terintegralkan pada [a,b] dan
b b b

∫ ( p F ( t ) +q G ( t ) ) dt = p ∫ F ( t ) dt+q ∫ G ( t ) dt
a a a

Bukti :

Pilih partisi Pn yang membagi [ a , b ] menjadi n subselang yang sama panjang.

∫ ( pF (t )+qG(t )) dt
Jelas a

4|Page
n
¿ lim ∑ [ pF ( s i ) +qG ( si ) ] ∙ ∆i t
n→ i=1

n n
¿ lim ∑ p ∙ F ( si ) ∙ ∆i t+ lim ∑ q ∙ G ( s i ) ∙ ∆ i t
n→ i=1 n→ i=1

n n
¿ lim p ∑ F ( s i ) ∙ ∆ i t +lim q ∑ G ( s i) ∙ ∆i t
n→ i=1 n→ i=1

n n
¿ p ∙ lim ∑ F ( si ) ∙ ∆i t+ q ∙ lim ∑ G ( s i ) ∙ ∆ i t
n→ i=1 n→ i=1

b b b

∫ ( pF (t )+qG(t )) dt= p ∫ F (t ) dt+ q ∫ G(t )


a a a

Jadi

3. Jika fungsi vektor F terintegralkan pada [a,b] dan c ∈ [ a , b ], maka


b c b

∫ F ( t ) dt=∫ F ( t ) dt +∫ F ( t ) dt
a a c

Bukti:

Kasus a< c< b:

Bangun partisi Pn sehingga c suatu ujung sub selang

Tulis m: banyak sub selang pada [a,c]

p: banyak sub selang pada [c,b]

Jelas

b n

∫ F ( t ) dt=lim
n→ ∞
∑ f ( si ) . ∆¿ ¿
a i=1

m p
¿ lim ∑ f ( si ) . ∆ i t+ lim ∑ f ( si ) . ∆ i x
n → ∞ i=1 p →∞ i=m+1

5|Page
Tulis U k =s m+ kdan ∆ k z =∆m +k t

Jadi
b m c b

∫ f ( t ) dt =m→
lim ∑ f ( t i ) . ∆i t+ lim f ( Uk ) ∆ k z=∫ f ( t ) dt +∫ f ( t ) dt
∞ p→∞
a i=1 a c

4. Teorema dasar kalkulus pertama


Misalkan fungsi vektor F kontinu pada [ a , b ]. Jika x ∈ [ a , b ] dan fungsi vektor G
x
didefinisikan oleh G ( x ) =∫ F ( x ) dt , a ≤ x ≤ b maka fungsi vektor G terdiferensialkan pada
a

[ a , b ] dengan G' (x)=F ( x ) ∀ x ∈ [ a ,b ]

Bukti Teorema Dasar Kalkulus 1

Dipunyai teorema dasar Kalkulus Satu

Jika g kontinu pada [a,b], maka ∫ g ( t ) dt , x ϵ [ a , b ]


a

Mempunyai turunan pada selang [a,b] dengan

'
G ( x )=g ( x ) ∀ x ∈[a , b ]

Bukti :

Ambil sembarang x ∈[a , b] dan h>0 sehingga x=h<b.

G ( x +h )−G( x)
G' ( x )=lim
h →0 h

[∫ ]
x +h x
1
¿ lim g ( t ) dt−∫ g ( t ) dt
h→0 h a a

[∫ ]
x +h a
1
¿ lim g ( t ) dt+∫ g ( t ) dt
h→0 h a x

x+h
1
¿ lim
h→0 h
∫ g ( t ) dt
x

6|Page
1
¿ lim . g ( c ) . h untuk suatu c dengan x ≤ c ≤ x +h
h→0 h

¿ lim g (c)
h→0

¿ lim g ( x +θ h ) , 0 ≤θ ≤ 1
h→0

(
¿ g lim ( x +θ h )
h→0 )
¿ g ( x) .

5. Teorema dasar kalkulus kedua


Jika fungsi vektor G kontinu pada [ a , b ] dan terdapat fungsi vektos F yang memenuhi
b b
F ' ( t )=G ( t ) ∀ t ∈ [ a , b ], maka ∫ G ( t ) dt=∫ F ' (t ) dt=F ( b )−F ( a )
a a

Bukti Teorema dasar kalkulus kedua

Bangun partisi Pn untuk [ a , b ].

Jelas F’(t) kontinu pada [ t i−1 , t i ] .

Pilih si=¿¿ [ t i−1, t i ]

b n
Jelas ∫ F (t )dt=lim ∑ F ' ( s i ) ∙ ∆i t
'

a n → i=1

n
¿ lim ∑ F ( s i ) ∙ ∆ i t
'

n→ i=1

n
¿ lim ∑ F ( t i) −F ( t i−1 )
n→ i=1

¿ lim ¿
n→

¿ lim [ F ( t n )−F ( t 0 ) ]
n→

¿ lim [ F ( b )−F ( a ) ]
n→

7|Page
¿ F ( b )−F( a).

b b

Jadi ∫ G ( t )=¿∫ F ' ( t ) dt=F ( b )−F (a)¿


a a

6. Jika fungsi vektor F di Rn terintegralkan pada [ a , b ] dan C suatu vektor di Rn, maka
perkalian scalar C.F juga terintegralkan pada [a,b] dan memenuhi
b b
C ∫ F ( t ) dt=∫ C . F ( t ) dt
a a

7. Jika fungsi vektor F dan fungsi real ‖F‖ terintegralkan pada [ a , b ], maka

‖ ‖
b b

∫ F ( t ) dt ≤ ∫‖F ( t )‖ dt
a a

Rumus 6
Misalkan F ( t )=f 1 ( t ) e1 +…+ f n (t )e n dan C=c 1 e1 +…+ c n e n maka

((∫ ) ( ))
b b b

C . ∫ F ( t ) dt= ( c 1 e 1 +…+c n e n ) . f 1 (t ) dt e 1+ …+ ∫ f n ( t ) dt e n
a a a

b b
¿ c 1∫ f 1 (t ) dt + …+¿ c n∫ f n ( t ) dt ¿
a a

b b
¿ ∫ ( c 1 f 1 ( t ) +…+ c n f n (t) ) dt=∫ C . F (t ) dt
a a

Terbukti.
Rumus 7
b
Misalkan C=∫ F ( t ) dt . Jika C=0 maka rumus 6 berlaku trivial. Jika C ≠ 0 maka dengan
a

menggunakan sifat perkalian skalar dua vektor, rumus 6 dan ketaksamaan Cauchy-Schwarz
diperoleh
b b b b b
‖C‖ =C .C=C .∫ F (t ) dt =∫ C . F ( t ) dt ≤∫‖C . F (t )‖ dt ≤∫ ‖C‖‖F (t )‖dt=‖C‖∫‖F (t )‖ dt
2

a a a a a

Selanjutnya dari C ≠ 0 diperoleh ‖C‖>0 ; ini mengakibatkan

‖∫ ‖ ∫‖
b b
‖C‖= F ( t ) dt ≤ F (t)‖dt
a a

Terbukti.

8|Page
Integral Garis
Integral garis merupakan bentuk generalisasi dari integral tentu dengan selang [ a , b ]. Bentuk
b

paling sederhana dari integral garis adalah ∫ f ( x ) dx dimana daerah pengintegralannya berupa
a

garis lurus pada interval [ a , b ]. Jika daerah pengintegralan ini kita ubah dengan mengganti

himpunan [ a , b ] dengan kurva C pada bidang xy , integral yang dihasilkan adalah ∫ f ( x , y ) ds


C

yang kita sebut integral garis/integral kurva.

Andaikan C merupakan suatu kurva mulus yang dipartisis menjadi n busur-busur pendek
s1 , s 2 , … , s n. Misalkan titik Pk berada pada busur sk sedangkan ∆ s k adalah panjang busur sk .
Selanjutnya dibentuk Jumlah Riemann sebagai berikut
n

∑ f ( Pk ) ∆ sk
k =1

Sehingga dalam kasus ∆ → 0, ∆=maks { ∆ s k }


❑ n

∫ f ds=lim ∑ f ( P k ) ∆ sk
∆ → 0 k=1
C

Disebut integral garis.


Kita dapat menyatakan integral garis tersebut dengan parameter t dengan menggunakan

√ 2
ds= [ x ' ( t ) ] + [ y ' ( t ) ] dt
Sehingga
❑ b

∫ f ( x , y ) ds=∫ f ( x ) f ( y ) √ [ x ' ( t ) ] + [ y ' ( t ) ] dt


2

C a

Untuk ruang berdimensi tiga


❑ b

∫ f ( x , y , z ) ds=∫ f ( x ) f ( y ) f ( z ) √ [ x ' ( t ) ] + [ y ' ( t ) ]+ [ z ' ( t ) ] dt .


2

C a

9|Page
Soal Tugas Awal Kelompok 5

1. Tentukanlah ∫ ( e−5 t i+t 2 et +1 j ) dt .


3

( )
1 2
1 t t
2. Hitunglah ∫ 1+ t 2
i+
1+ t 2
j+
1+t 2
k dt .
0

π
4
3. Hitunglah ∫ ( sin t i+sin 2 t sect j−cos 8 t k ) dt .
0

π
4. Hitunglah ∫ x y ds dengan C ditentukan oleh persamaan x=cos t dan ¿ sin t , 0 ≤ t ≤
2

C 2
.

10 | P a g e
Penyelesaian:
1. Komponen i
−1
∫ e−5 t dt= 5
∫ e−5 t d (−5 t )
1 −5 t
¿− e +C 1 .
5

Komponen j
1
∫ t 2 et +1 dt = 3 ∫ e t +1 d ( t3 +1 )
3 3

et +1
¿ + C2 .
3

Jadi,

( ) ( )
3
t +1
−1 −5 t e
∫ ( e−5 t i+t 2 et +1 ) j dt=
3

e +C1 i+ +C 2 j.
5 3

2. Strategi:
Misal:
t=tan y
t
2
dt=sec y dy
2 2 y
1+t =1+tan y
1
2
¿ sec y
Komponen i
1 1 2
1 sec y dy
∫ 1+t 2
dt=∫
sec 2 y
0 0

1
¿ ∫ y dy
0

1
¿ [ y ]0
¿ 1.

Komponen j
1 1 2
∫ 1+tt 2 =∫ tan ysec
. sec y dy
2
y
0 0

11 | P a g e
1
¿ ∫ tan y dy
0

1
sin y
¿∫ dy
0 cos y
1
d ( cos y )
¿−∫
0 cos y
1
¿−[ ln ( cos y ) ] 0
¿−ln ( cos 1 ).

Komponen k
1 2 1 2 2
t tan y . sec y dy
∫ 1+t 2 ∫
=
sec y
2
0 0

1
¿ ∫ tan y dy
2

1
¿ ∫ ( sec y−1 ) dy
2

1 1
¿ ∫ sec y dy−∫ dy
2

0 0

1 1
¿ [ tan y ] −[ y ] 0 0

¿ tan ( 1 )−1.

Jadi

( )
1 2
1 t t
∫ 1+ t
2
i+
1+ t
2
j+
1+t
2
k dt =i−ln ( cos 1 ) j + ( tan ( 1 ) −1 ) k .
0

Cara lain
1
2
Komponen x = x(t) = 1+t

[ ]
1 1

∫ x (t ) dt = ∫ 1+t1 2 dt = π
tan−1 1 − tan−1 0 = −0=
4
π
4
0 0

t
2
Komponen y = y(t) = 1+t

12 | P a g e
[ ]
1 1 1
1 d ( 1+t 2 ) 1
1
t 1
∫ y ( t ) dt = ∫ 1+t 2 dt = ∫
2 0 1+t
= ln|1+t 2| = ln 2
2 0 2
2
0 0

2
t
2
Komponen z = z(t) = 1+t

1 1 2 1 1 1
(1+t 2 )−1 2
∫ z ( t ) dt = ∫ t 2 dt = ∫ 2 dt = ∫ 1+t 2 dt−∫ dt 2
0 0 1+t 0 1+t 0 1+t 0 1+t
1
1 π
¿ ∫ dt−[ tan−1 t ]0 = t ]10 − tan−1 (t )]10 = 1−
0
4

Jadi,

[ ]
1


0
1
1 +t 2
i +
t
1+t 2
j +
t2
1+t 2
π 1
( ) ( ) π
k dt = i + ln 2 j + 1− k
4 2 4

π
4

∫ [ ( sin t ) i + ( cos t ) j + ( tan t ) k ] dt


0

π
4
3. ∫ ( sin t i+sin 2 t . sec t j−cos 8 t k ) dt
0

Komponen i
π
4 π

∫ sin t dt =−[ cos t ] 4


0
0

¿− ( √22 −1)
2−√ 2
¿ .
2

Komponen k

13 | P a g e
π
4 π
−1
−∫ cos 8 t k dt= [ sin 8t ] 04 =0.
0 8

Komponen j
π π
4 4

∫ sin 2 t . sec t dt=∫ 2. sincost . tcos t dt


0 0

π
4

¿ ∫ 2 sin t dt
0

π
¿−[ 2cos t ] 4
0

¿−( √ 2−2 )
¿ 2− √ 2.
Jadi
π
4

∫ ( sin t i+sin 2 t sect j−cos 8 t k ) dt =


0
( 2−2√ 2 )i+( 2−√2) k .

14 | P a g e
dx dy
4. Dari persamaan kurva diperoleh =−sin t dan =cos t , maka
dt dt
π
❑ 2

∫ x 2 y ds=∫ ( cos t )2 ( sin t ) √ ( sint )2 + ( cos t )2 dt


C 0

π
2

¿−∫ cos2 t sin t dt


0

1
¿− .
3

Integral Fungsi Vektor dan Integral Garis page | 15


Soal Tugas Akhir Kelompok 5

( )
1 1 t−1
1. Hitunglah ∫ t √ t+1 i+ j+ k dt .
√ (t +1 )2 +4 ( t+ 1 )2

π
2
2. Tentukan ∫ ( ( tan 3 t sec4 t ) i+( sin 4 t cos 3 t ) j−cos 4 t k ) dt .
0

3. Jika fungsi vektor F memenuhi F(t)” = tA + B ; A,B tetap dan A ¿ 0, tentukan


F(t) jika F(0) = 0 dan F’(0) = C.

4. Tentukan fungsi vektor F yang kontinu pada ( 0 ,+ ∞ ) dan memenuhi


x
1
F ( x )=x e A+ ∫ F ( t ) dt , x> 0 ;A vektor tetap, A≠ 0.
x
x 1

❑ ❑

5. Hitunglah ∫ ( xy − y ) dx dan ∫ ( xy − y ) dy dimana C adalah kurva


C C

F ( t )=t i+t 2 j dengan 0 ≤ t ≤ 1.

Integral Fungsi Vektor dan Integral Garis page | 16


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)

Mata Kuliah : Kalkulus Lanjut 1


Semester : 3(tiga)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

A. Standar Kompetensi
Memahami konsep integral fungsi vektor dan integral garis serta
penggunaannya dalam menyelesaikan soal.
B. Kompetensi Dasar
Menggunakan konsep integral fungsi vektor dan integral garis dalam
menyelesaikan soal.
C. Indikator
Mahasiswa dapat menggunakan konsep integral fungsi vektor dan integral
garis dalam menyelesaikan soal.
D. Kemampuan Prasyarat
1. Mahasiswa memahami konsep integral tak tentu dan integral tentu pada
fungsi real.
2. Mahasiswa memahami konsep fungsi vektor.
E. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menyelesaikan soal dengan menggunakan konsep integral
fungsi vektor dan integral garis.
F. Materi Ajar
1. Pengantar integral tak tentu dan integral tentu pada fungsi real.
2. Integral fungsi vektor.
3. Rumus-rumus integral fungsi vektor.
4. Integral garis.
G. Metode Pembelajaran
1. Ceramah.
2. Diskusi soal.
3. Latihan soal.

Integral Fungsi Vektor dan Integral Garis page | 17


H. Kegiatan Pembelajaran
No Kegiatan Waktu Metode
1. Kegiatan awal/Pendahuluan 10’ Presentasi
 Perkenalan anggota kelompok
presentasi.
 Penyampaian materi pembelajaran
oleh ketua kelompok.
 Apersepsi integral tak tentu dan
integral tentu pada fungi real
dengan materi pada halaman 2
makalah.
2. Kegiatan Inti 40’ Presentasi,
 Kelompok presentasi menjelaskan diskusi, tanya
konsep integral tak tentu dan jawab.
integral tentu pada fungsi vektor.
 Kelompok presentasi menjelaskan
rumus-rumus pada integral fungsi
vektor.
 Kelompok presentasi menjelaskan
konsep integral garis.
 Pemberian contoh soal.
3. Penutup 10’ Diskusi, tanya
 Pembahasan tugas awal. jawab.
 Pemberian latihan soal kepada
mahasiswa.
 Pembagian tugas akhir.
I. Penilaian
Penilaian tugas awal dan akhir.
J. Sumber belajar
Buku Kalkulus Lanjut 1

Integral Fungsi Vektor dan Integral Garis page | 18


Daftar Pustaka

Dale Verberg, Edwin J. Purcell, Steven E. Rigdon. 2004. Kalkulus. Jilid 2. Edisi
kedelapan. Jakarta:Penerbit Erlangga

K. Martono. 1992. Kalkulis Lanjut 1. Bandung:Institut Teknologi Bandung

Purcell, Edwin J. dan Varberg Dale. 1987. Kalkulus dan Geometri Analitis. Jilid
2. Edisi kelima. Bandung:Penerbit Erlangga

Sugiman. 2003. Kalkulus Lanjut. Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta

www.google.com

Integral Fungsi Vektor dan Integral Garis page | 19

Anda mungkin juga menyukai