Anda di halaman 1dari 7

BAGAIMANA MENTAUHIDKAN NAMA-NAMA DAN

SIFAT-SIFAT ALLAH?
• Kedudukan Ilmu Tentang Tauhid Asma Wa Sifat Serta Referensinya
Imam Al-Lalikai Asy-Syafi'i (wafat tahun 418 H) rahimahullahu berkata: Sesungguhnya yang
paling wajib (dipelajari) oleh seorang hamba adalah ilmu tentang aqidah dan apa yang Allah
wajibkan atas mereka dari memahami tauhid dan sifat-sifat-Nya serta membenarkan para
rasul-rasul-Nya dengan dalil-dalil dan keyakinan serta berusaha menggapai jalan-jalannya
berdasarkan hujjah dan bukti yang nyata.
Dan hujjah yang paling agung dan terang benderang adalah:
1. Kitabullah (Al-Quran) yang haq dan jelas.
2. Hadits Rasulullah  dan ucapan para sahabat beliau yang mulia dan yang bertakwa.
3. Ijma' para salafush shalih.
Kemudian berpegang teguh dengannya serta konsisten diatasnya dan menjauhkan diri
dari bid'ah dan tidak mendengarkan bid'ah/penyimpangan (dai-dai) penyesat umat.1

• Makna Tauhid Asma’ Wa Sifat

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu berkata: Diantara iman kepada Allah juga adalah
mengimani (menetapkan) nama-nama-Nya yang Maha Indah dan sifat-sifat-Nya yang Maha
Tinggi yang tercantum dalam kitab-Nya yang mulia dan dalam hadits Rasulullah  yang
shahihah tanpa ditahrif (diselewengkan maknanya), tanpa dita’thil/diingkari, tanpa di
takyif/dibagaimanakan, dan tanpa ditamtsil/diserupakan (dengan makhluk). Bahkan wajib
untuk memahami nash-nash tentang nama-nama dan sifat-sifat-Nya sesuai zhahirnya tanpa
ditakyif dengan tetap mengimani makna mulia yang terkandung di dalamnya dari sifat-sifat
Allah yang wajib disifati dengannya yang sesuai dengan kebesaran-Nya dan tidak serupa
sama sekali dengan makhluk-Nya. Sebagaimana yang telah Allah firmankan:

ۡ ُ َّ َ ُ َ ۡ َ ۡ َ َ
ُ ‫ص‬
( ١١ ‫ري‬ ِ َ‫يع ٱۡل‬ ‫ وهو ٱلس ِم‬ٞۖ ‫) ليۡ َس ك ِمثلِهِۦ َشء‬
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Allah. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
(QS. Asy-Syûra: 11)
َ َ َ َ َ َ َ َّ َّ َ َ ۡ َ ۡ َّ ْ ُ ۡ َ َ َ
( ٧٤ ‫ٱّلِل َي ۡعل ُم َوأنتُ ۡم َل ت ۡعل ُمون‬ ِ ‫) فَل ت‬
‫ۡضبوا ِّلِلِ ٱۡلمثال َۚ إِن‬

1Syarhu Ushûl I'tiqâd Ahlissunnah Wal Jamâah 1/7 cetakan keenam tahun 1420 H Dar Thayyibah oleh Imam
Al-Lalikai rahimahullahu dengan Tahqiq Syaikh Dr. Ahmad Al-Ghamidi.

1
Janganlah kalian membuat perumpamaan-perumpamaan terhadap Allah. Sesungguhnya
Allah mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui. (QS. An-Nahl: 74)
Inilah aqidah ahlussunnah wal jamaah dari kalangan para sahabat Rasulullah  dan yang
mengikuti mereka dengan baik. Dan inilah yang dinukil oleh Imam Abul Hasan Al-Asy’ari
rahimahullahu dalam kitab beliau Al-Maqâlât ‘An Ashâbi Al-Hadîts Wa Ahli As-Sunnah2 dan
juga dinukil oleh ahli ilmu dan iman.
- Imam Al-Auza’i rahimahullahu berkata: Imam Az-Zuhri dan Makhul rahimahumallahu
ditanya tentang ayat-ayat sifat, maka mereka berdua menjawab: Pahamilah sesuai dengan
zhahirnya.
- Al-Walid bin Muslim rahimahullahu berkata: Imam Malik, Al-Auza’i, Al-Laits bin Sa’ad dan
Sufyan Ats-Tsauri rahimahumullahu ditanya tentang nash-nash sifat Allah, maka mereka
semua menjawab: Pahamilah sesuai zhahirnya tanpa ditakyif.
- Imam Al-Auza’i rahimahullahu berkata: Kami dan para tabi’in sepakat mengatakan bahwa
Allah ada di atas ‘Arsy dan kami mengimani apa yang ada di dalam As-Sunnah/hadits
tentang sifat-sifat Allah.
- Rabi’ah bin Abi Abdirrahman -gurunya Imam Malik- rahimahumallahu pernah ditanya
tentang sifat istiwa’ (ketinggian Allah di atas ‘Arsy) maka beliau menjawab: (Makna)
istiwa’ tidaklah tidak diketahui (sudah dipahami), adapun bagaimananya tidak diketahui.
Dari Allahlah risalah (Islam) ini dan tugas Rasul adalah menyampaikan dengan terang
benderang serta tugas kita adalah membenarkan.
- Imam Malik rahimahullahu ketika ditanya juga tentang hal diatas, maka beliau menjawab:
Makna Istiwa’ sudah dimaklumi, bagaimananya tidak diketahui, mengimaninya itu wajib
dan bertanya tentangnya itu bid’ah. Kemudian beliau berkata kepada yang bertanya:
Tidaklah aku melihatmu kecuali orang yang buruk/sesat. Dan beliau pun mengusirnya. 3
Dan ini juga merupakan aqidah dan manhaj Imam Asy-Syafi’i, murid-murid beliau dan para
senior ulama madzhab Asy-Syafi’i rahimahumullahu.
• Aqidah Imam Asy-Syafi’i dan Murid-murid Beliau Serta Para Ulama Madzhab Syafi’i
Tentang Tauhid Asma’ wa Sifat:

1. Imam Asy-Syafi’i (wafat tahun 204 H) rahimahullahu berkata: Dan tidaklah orang-orang
yang menyifati Allah itu sampai kepada hakikat keagungan-Nya sebagaimana yang Dia
sifatkan diri-Nya dan lebih dari apa yang disifatkan oleh makhluk-Nya. Aku memuji Allah
dengan pujian yang layak bagi kemuliaan wajah-Nya serta keagungan kedudukan-Nya.4
Beliau juga berkata: Aqidah yang aku pegang erat dan aku melihat para ahli hadits yang
aku menimba ilmu dari mereka semisal Sufyan dan Malik dan selain keduanya yang juga
berpegang teguh dengannya yaitu mengikrarkan dua kalimat syahadat dan bahwasanya

2 InsyaAllah akan dilampirkan di makalah ini terjemahan aqidah beliau tersebut.


3 Al-Aqîdah Ash-Shahîhah hal. 8-9 oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu.
4 Ar-Risâlah hal.153 oleh Imam Asy-Syafi’i cetakan tahun 1437 H/2016 M Darul Hadits – Kairo Mesir.

2
Allah ada diatas ‘Arsy-Nya, diatas langit-Nya. Dia dekat dengan hamba-Nya sesuai
kehendak-Nya. Dan bahwasanya Allah turun ke langit dunia sesuai kehendak-Nya.5
Dan aqidah imam Asy-Syafi’i ini sudah masyhur di kalangan para ulama, seperti yang
dinukil oleh Imam Ash-Shabuni rahimahullahu.

Imam Ash-Shabuni Asy-Syafi’i (wafat tahun 449 H) berkata: Imam kami yaitu Abu
Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i radhiyallahu ‘anhu dalam kitabnya yang luas6
dalam pembahasan memerdekakan budak beriman dalam kaffarah dan bahwasanya
budak yang tidak beriman tidak sah dijadikan kaffarah, (beliau) berhujjah dengan hadits
Mu’awiyah bin Al-Hakam yang ingin memerdekakan budak perempuannya yang hitam
untuk kaffarah. Maka beliau pun bertanya kepada Rasulullah  tentang hal tersebut.
Rasulullah  pun menguji sang budak seraya berkata: Siapa aku? Maka sang budak
mengisyaratkan kepada beliau dan ke atas langit, maksudnya bahwa engkau adalah utusan
Allah yang ada di atas langit. Rasul  bersabda: Merdekakan dia, karena dia adalah wanita
mukminah. Rasulullah  memvonis sang budak sebagai seorang muslimah dan
mukminah karena dia mengikrarkan bahwa rabbnya ada di atas langit dan dia tahu bahwa
rabbnya tersifati dengan sifat ketinggian.

Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu berhujjah dengan hadits tersebut ketika membantah


pendapat yang membolehkan memerdekakan budak yang tidak beriman dalam masalah
kaffarah, karena keyakinan beliau bahwa Allah di atas makhluk-Nya, di atas langit yang
ketujuh , di atas ‘Arsy-Nya sebagaimana ini adalah aqidah kaum muslimin ahlussunnah
wal jamaah (yang asli dan sejati) dari kalangan salaf maupun khalaf. Beliau tidak akan
berkata (berkeyakinan) jika beliau tidak meriwayatkan hadits yang shahih 7.
2. Imam Al-Humaidi (murid Imam Asy-Syafi’i yang wafat pada tahun 219 H) berkata: Kita
mengikrarkan/membenarkan apa yang dikatakan oleh Al-Quran dan Hadits, seperti
firman Allah:

5 Ijtimâ’Juyûsy Al-Islâmiyyah hal. 165 oleh Imam Ibnu Al-Qayyim dengan tahqiq Dr. ‘Awwad Abdullah Al-Mu’tiq
cetakan kedua 1415 H/1995 M Maktabah Ar-Rusyd – Riyadh.
6 Lihat kitab Al-Umm 7/204-205 cetakan pertama tahun 1420 H/2000 M maktab Al-Islami – Beirut, Imam Asy-

Syafi’i rahimahullahu berkata: Aku lebih suka untuk tidak memerdekakan kecuali budak wanita yang baligh
dan beriman. Apabila dia bukan yang beriman kemudian dia menyifatkan (mengikrarkan) keislaman, maka itu
sah. Mengabarkan kepada kami Malik dari Hilal bin Usamah, dari Atha’ bin Yasar dari Mu’awiyah bin Al-Hakam
 bahwa dia berkata: Aku mendatangi Rasulullah  dan aku berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku
memiliki seorang budak wanita yang mengembala kambingku. Ketika aku mendatanginya aku mendapati ada
kambing yang hilang, lalu aku bertanya kepadanya dan dia menjawab: Kambing tersebut dimakan serigala. Aku
pun marah -sebagai manusia- aku pun menempeleng wajahnya. Apakah aku memerdekakannya? Rasulullah 
pun bertanya kepada sang budak wanita: Dimana Allah? Maka dia menjawab: Di atas langit. Rasul bertanya
lagi: Siapakah aku?, Dia menjawab: Engkau adalah utusan Allah. Rasul bersabda: Merdekakan dia….(Redaksi
hadits seperti ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahîhnya kitab Al-Masâjid wa mawâdhi’u ash-
shalâh bab tahrîm al-kalâm fi ash-shalâh no. 537)
7 Ahli bid’ah berusaha sekuat tenaga untuk melemahkan hadits tersebut karena tidak sesuai dengan aqidah

mereka yang batil, padahal hadits tersebut ada dalam Shahîh Muslim dan dishahihkan juga oleh Imam Asy-
Syafi’i dan para pakar ahli hadits. Itulah salah satu ciri khas ahli bid’ah sepajang zaman. Na’udzubillahi min
dzalika.

3
ٓ َ َ َ
( َۚ ‫ان يُنف ُِق ك ۡيف يَشا ُء‬َ َ ُ ۡ َ ُ َ َ ۡ َ ْ ُ َ َ ْ ُ ُ َ ۡ ۡ َ ۡ َّ ُ َ ُ ۡ َ َّ ُ َ ُ ُ ۡ ِ َ‫) َو َقال‬
ِ ‫ت ٱۡلَهود يد ٱّلِلِ مغلولة َۚ غلت أيدِيهِم ولعِنوا بِما قال ْۘوا بل يداه مبسوطت‬
Orang-orang Yahudi mengatakan tangan Allah terbelenggu. Tangan merekalah yang
terbelenggu dan mereka dilaknat karena ucapan mereka. Bahkan kedua tangan Allah
terbentang, Dia memberi sesuai kehendak-Nya. (QS. Al-Mâidah: 64)

ُۢ ُ َٰ‫ٱلس َمَٰ َو َٰ ُت َم ۡطو َّي‬


( ‫ت بِيَ ِمينِهَِۚۦ‬ َّ ‫) َو‬
ِ
Dan langit dilipat dengan tangan kanan-Nya. (QS. Az-Zumar: 67)
Dan yang semisal dengannya di dalam Al-Quran dan hadits. Kita tidak boleh
menambahinya, tidak boleh mentafsirkannya (dengan tafsir yang batil), dan kita berhenti
kemana Al-Quran dan As-Sunnah berhenti.

Dan kita mengatakan:

َ َ ُ َ ۡ َّ
ۡ ‫لَع ٱلۡ َع ۡر ِش‬
َٰ ‫ٱستَ َو‬
(٥ ‫ى‬ ‫) ٱلرحمَٰن‬
Allah yang Maha Pemurah tinggi di atas ‘Arsy. (QS. Thâha: 5).
Barangsiapa yang meyakini selain ini, maka dia adalah seorang mu’aththil (yang
mengingkari) dan termasuk pengikut kelompok Jahmiyah”. 8
3. Imam Al-Muzani (murid Imam Asy-Syafi’i yang wafat pada tahun 264 H) berkata: Dia
tinggi di atas ‘Arsy (dengan Dzat-Nya yang mulia). Dan Dia dekat dengan makhluk-Nya
dengan ilmu-Nya. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu dan Dia mentakdirkan segala sesuatu
sesuai dengan ilmu-Nya. Dan Dia Maha Dermawan lagi Maha Mengampuni.

ُّ ‫خآئنَ َة ۡٱۡلَ ۡع ُُي َو َما ُُتِۡف‬


ُ ‫ٱلص ُد‬
( ١٩ ‫ور‬ َ ََُۡ
ِ ِ ِ ‫) يعلم‬
Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.
(QS. Ghâfir: 19)
Maha suci sifat-Nya dari menyerupai sifat makhluk-makhluk-Nya.9
4. Imam Abu Sa’id Ad-Darimi (wafat tahun 280 H) berkata (ketika membantah pengikut
kelompok Jahmiyah): Adapun ucapanmu bahwa Allah tidak menyifati diri-Nya di suatu
tempat, maka jika engkau membaca Al-Quran dan engkau memahami sedikit dari bahasa
Arab, maka engkau akan mengetahui bahwa dirimu itu telah berdusta atas nama Allah.
Hal ini dikarenakan Allah menyifati bahwa dirinya ada di suatu tempat. Dia menyebutkan
bahwa dirinya di atas ‘Arsy dan ‘Arsy itu di atas langit. Hal ini telah diketahui oleh
kebanyakan kaum wanita dan anak-anak, apalagi kaum laki-laki dewasa. Allah berfirman:

8 Ushûlussunnah oleh Imam Al-Humaidi hal. 56 cetakan Maktabah Ar-Rusyd 2001 dengan tahqiq, takhrij, dan
ta’liq Syaikh Abdullah bin Sulaiman Al-Ghufaili.
9 Syarhu As-Sunnah hal. 75 oleh Imam Al-Muzani cetakan Maktabah Al-Ghuraba’ Al-Atsariyah 1995 M/1415 H

dengan tahqiq Jamaal ‘Azzuun.

4
َ َ ُ َ ۡ َّ
ۡ ‫لَع ٱلۡ َع ۡر ِش‬
َٰ ‫ٱستَ َو‬
(٥ ‫ى‬ ‫) ٱلرحمَٰن‬
Allah yang Maha Pemurah tinggi di atas ‘Arsy. (QS. Thâha: 5).10
5. Imam Ibnu Khuzaimah (wafat tahun 311 H) berkata: Allah menetapkan bagi diri-Nya sifat
wajah yang Dia sifati dengan kemuliaan dan kekekalan serta Dia nafikan darinya
kebinasaan. Kami dan semua para ulama kami dari Hijaz, Tihamah, Yaman, Irak, Syam,
dan Mesir (menyatakan) bahwa madzhab kami adalah menetapkan bagi Allah apa yang
telah ditetapkan bagi diri-Nya dan kami mengikarkan dengan lisan-lisan kami hal
tersebut serta membenarkan dengan hati-hati kami tanpa menyerupakan wajah-Nya
dengan wajah salah satu dari makhluk.
Beliau juga berkata: Bab penjelasan bahwa Allah di atas langit, sebagaimana yang telah
Allah kabarkan kepada kita di dalam kitab suci-Nya dan lewat lisan Rasul-Nya ‘alaihi as-
salam. Dan sebagaimana yang telah dipahami oleh fitrah kaum muslimin baik dari
kalangan ulama maupun yang awam, yang merdeka maupun budak, yang laki maupun
yang perempuan, yang baligh maupun anak-anak. Dan setiap yang berdoa kepada Allah
jalla wa ‘ala, maka dia mengangkat kepalanya ke atas langit dan menegadahkan kedua
tangannya kepada Allah, ke atas bukan ke bawah. 11
6. Imam Abu Bakar Al-Ismaa’ili (wafat tahun 371 H) berkata: Para imam-imam ahli hadits
meyakini bahwa Allah diseru dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan disifati
dengan sifat-sifat-Nya yang Dia namakan dan sifatkan diri-Nya dengannya dan yang
disifatkan oleh Nabi-Nya . Dia menciptakan Adam dengan tangan-Nya dan kedua
tangan-Nya terbentang, Dia memberi sesuai dengan kehendak-Nya, tanpa diketahui
bagaimananya. Dan bahwasanya Allah tinggi di atas ‘Arsy tanpa (kita ketahui)
bagaimananya, karena Allah hanya mengabarkan bahwa Dia istiwa’/tinggi di atas ‘Arsy,
namun Dia tidak mengabarkan kepada kita bagaimana istiwa’-Nya.12
7. Imam Al-Lalika’i (wafat tahun 418 H) berkata: Dalil-dalil dari Al-Quran dan As-Sunnah
tentang wajibnya mengenal Allah dan sifat-sifat-Nya berdasarkan dalil naqli bukan dalil
aqli. Inilah madzhab Ahlussunnah wal Jamaah.
Beliau juga berkata: Bab tentang riwayat-riwayat yang berkaitan dengan firman Allah:

َ َ ُ َ ۡ َّ
ۡ ‫لَع ٱلۡ َع ۡر ِش‬
َٰ ‫ٱستَ َو‬
(٥ ‫ى‬ ‫) ٱلرحمَٰن‬
Allah yang Maha Pemurah tinggi di atas ‘Arsy.” (QS. Thâha: 5). Dan bahwasanya Allah ada
di atas ‘Arsy-Nya di atas langit.13

10 Naqdu Al-Imâm Abi Sa’îd Utsmân bin Sa’îd ‘ala Al-Marrisi Al-Jahmi Al-‘Anîd 1/444 cetakan pertama Maktabah
Ar-Rusyd dan Syarikah Ar-Riyadh 1998 M/1418 H.
11 Kitâb At-Tauhîd hal. 10-11 dan 110 oleh Imam Ibnu Khuzaimah cetakan Darul Kutub ‘Ilmiyah Beirut Lebanon

1978 M/1398 H dengan ta’liq Muhammad Khalil Harras.


12 I’tiqâd Aimmah Ahli Al-Hadîts hal. 35 oleh Imam Abu Bakar Al-Isma’ili cetakan pertama Darul Fath 1995

M/1416 H dengan tahqiq Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al-Khumayyis.


13 Syarhu Ushûl I’tiqâd Ahlissunnah wal Jamâah 1/216, 220 dan 2/429 oleh Imam Al-Lalika’i cetakan Dar At-

Thayyibah 1420 H dengan tahqiq Dr. Ahmad bin Sa’ad Al-Ghamidi.

5
8. Imam Ash-Shabuni (wafat tahun 449 H) berkata: Ashabul hadits -semoga Allah menjaga
yang masih hidup dari mereka dan merahmati yang telah meninggal dunia- bersaksi akan
keesaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad . Mereka mengenal Allah lewat sifat-sifat-
Nya yang telah dijelaskan oleh wahyu-Nya dan kitab yang diturunkan-Nya atau yang
disampaikan oleh Rasul-Nya dalam hadits-hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh
para perawi terpercaya. Mereka menetapkan apa yang ditetapkan oleh Allah dalam kitab-
Nya dan yang ditetapkan oleh Rasul-Nya. Dan mereka tidak meyakini adanya
penyerupaan sifat Allah terhadap sifat makhluk-Nya. Mereka mengatakan bahwa Allah
menciptakan Adam dengan kedua tangan-Nya sebagaimana yang telah dijelaskan di
dalam firman-Nya:

َّ َ َ ُ ۡ َ َ َ َ ُ ۡ َ َ َ َ َ َ َ ُ ۡ ََٰٓ َ َ
( ٞۖ‫) قال يإِبلِيس ما منعك أن تسجد ل ِما خلقت بِيدي‬
Allah berkata: Wahai Iblis apa yang menghalangimu untuk sujud kepada (Adam) yang Aku
ciptakan dengan kedua tangan-Ku. (QS. Shâd: 75)
Mereka tidak menyelewengkan (makna) firman Allah dari yang sebenarnya seperti
menyelewengkan makna kedua tangan dengan kedua nikmat atau dua kekuatan
sebagaimana kelakuan kelompok mu’tazilah dan Jahmiyah -semoga Allah membinasakan
mereka-. Dan mereka tidak mentakyif kedua tangan Allah atau menyerupakannya dengan
tangan makhluk seperti kelakuan kelompok musyabbihah -semoga Allah mencampakkan
mereka-. Allah melindungi ahlussunnah dari tahrif, tasybih, dan takyif. Dan Allah
menganugerahkan kepada mereka pemahaman (yang benar) hingga mereka berjalan di
atas jalan tauhid dan tanzih (mensucikan). Dan mereka meninggalkan ucapan ta’thil dan
tasybih serta mengikuti firman Allah:
ۡ ُ َّ َ ُ َ ۡ َ ۡ َ َ
ُ ‫ص‬
( ١١ ‫ري‬ ِ َ‫يع ٱۡل‬ ‫ وهو ٱلس ِم‬ٞۖ ‫) ليۡ َس ك ِمثلِهِۦ َشء‬
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. (QS. Asy-Syûra: 11)
Beliau juga berkata: Ahlul Hadits berkeyakinan dan bersaksi bahwa Allah subhanahu wa
ta’ala di atas langit yang ketujuh di atas ‘Arsy-Nya. Sebagaimana yang dikabarkan oleh Al-
Quran dalam surat Yunus:

َ َ ۡ َۡ َُ َۡۡ ََ َ ۡ َّ ُ َّ َ َّ َ َ ۡ َ َٰ َ َٰ َ َّ َ َ َ َّ ُ َّ ُ ُ َّ َ َّ
‫ِيع‬ َ ُ
ٍ ‫ ما مِن شف‬ٞۖ ‫ش يدب ِر ٱۡلمر‬ َٰ َ
ِۖ ِ ‫ت وٱۡلۡرض ِِف سِتةِ أيامٖ ثم ٱستوى لَع ٱلعر‬ ِ ‫ٱّلِل ٱَّلِي خلق ٱلسمو‬ ‫) إِن ربكم‬
َ َّ َ َ َ َ َ ُ ُ ُ ۡ َ ۡ ُ ُّ َ ُ َّ ُ ُ َٰ َ ۡ َّ
( ٣ ‫وهَۚ أفَل تذك ُرون‬ ‫إَِل مِ ُۢن َب ۡع ِد إِذنِهَِۚۦ ذلِكم ٱّلِل ربكم فٱعبد‬
Sesungguhnya Rabb kalian adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa kemudian Dia tinggi di atas arsy. Dia mengatur segala urusan, tidak ada

6
seorang pun yang bisa memberi syafaat kecuali setelah izin-Nya. Demikianlah Allah Rabb
kalian maka ibadahilah Dia, tidakkah kalian ingat?!. (QS. Yûnus: 3).14
9. Imam Al-Ashbahani (wafat 535 H) berkata: Ali bin Umar Al-Harbi menyebutkan dalam
kitab As-Sunnah….beliau berkata: Diantara aqidah kami bahwa Allah memiliki ‘Arsy dan
Dia di atas ‘Arsy. 15
10. Imam At-Tibrizi (wafat 740 H) berkata dalam qasidahnya:
Allah tinggi di atas langit dan Dia bersama kita dimana saja kita berada
Tanpa kita ketahui bagaimananya bukan seperti yang terlintas dalam (benak) ahli
bid’ah.16

14 Aqîdah As-Salaf Ashâbi Al-Hadîts hal. 160-164 dan 175-176 oleh Imam Ash-Shabuni dengan tahqiq Syaikh Dr.
Nashir Al-Judai’ cetakan kedua tahun 1419 H/1998 M Dar Al-‘Ashimah.
15 Al-Hujjah fi Bayân Al-Mahajjah 1/265-266 oleh Imam Al-Ashbahani cetakan Dar Ar-Rayah 1999 M/1419 H

dengan tahqiq Syaikh Muhammad bin Rabi’ Al-Madkhali.


16 Syarhu Al-Qasîdah Al-‘Ajluniyah Fi Al-Aqîdah As-Salafiyah hal. 173 oleh Imam At-Tibrizi cetakan Markaz Al-

Albani 2018 M/1439 H dengan ta’liq dan syarah Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi rahimahullahu.

Anda mungkin juga menyukai