Anda di halaman 1dari 44

Buku Pegangan Mahasiswa

KETERAMPILAN KLINIS DASAR (KKD)


SISTEM INTEGUMEN
Kode Modul SL532

Diberikan Pada
Mahasiswa Semester 5 Tahun Ajaran 2020/2021

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran
Universitas Sam
0 Ratulangi
Manado 2020
TIM MODUL SKILL LAB

Ketua
dr. Steward Keneddy Mengko, Sp.THT-KL(K)
Wakil
dr. Imelda Helena Martina Najoan, Sp.M
Sekertaris 1
dr. Nurdjannah Jane Niode, Sp.KK(K)
Sekertaris 2
dr. Nola Timor Sangirta Mallo, SH, M.Kes, Sp.F
Anggota
dr. Christi Diana Mambo, M.Sc
dr. Laya Meirensia Rares, Sp.M
Dr. dr. Olivia Claudia Pingkan Pelealu, Sp.THT-KL(K)
dr. Tara Sefanya Kairupan, M.Kes, Ph.D
dr. Edward Nangoy, MARS, Sp.FK
dr. James Fitzgerald Siwu, SH, M.Hum, DFM

1
TIM SUB-MODUL
KETERAMPILAN KLINIS DASAR (KKD) SISTEM INTEGUMEN

Ketua
dr. Nurdjannah Jane Niode, Sp.KK(K)
Sekretaris
dr. Tara Sefanya Kairupan, M.Kes, Ph.D
Anggota
Prof. dr. Hermie Meety Massje Tendean, Sp.OG(K)
dr. Suzanna Patricia Mongan, Sp.OG(K)
Prof. Dr. dr. John Johannes Ezwechiel Wantania, Sp.OG(K)
Prof. dr. Herry Evianus John Pandaleke, M.Sc., Sp.KK(K)
Prof. dr. Pieter Levinus Suling, M.Sc., Sp.KK(K)
dr. Marlyn Grace Kapantow, Sp.KK(K)
Dr. dr. Nelly Mayulu, M.Si
dr. Frelly Valentino Kuhon, M.Kes

DOSEN PAKAR

Prof. dr. Herry Evianus John Pandaleke, M.Sc., Sp.KK(K)


Prof. dr. Pieter Levinus Suling, M.Sc., Sp.KK(K)
dr. Marlyn Grace Kapantow, Sp.KK(K)
dr. Renate Tamara Kandou, Sp.KK(K)
dr. Nurdjannah Jane Niode, Sp.KK(K)
dr. Aryani Adji, Sp.KK
dr. Shienty Gaspersz, Sp.KK
dr. Oktavia Reymond Leomer Sondakh, Sp.KK
dr. Enricco Hendra Mamuaja, Sp.KK
dr. Tara Sefanya Kairupan. M.Kes., Ph.D

2
INSTRUKTUR
KETERAMPILAN KLINIS DASAR (KKD) SISTEM INTEGUMEN
dr. Djon Wongkar, M.Kes, AIFO
Dr. dr. Diana Christine Lalenoh, M.Kes, Sp.An, KNA, KAO
dr. Christi Diana Mambo, M.Sc
dr. Jimmy Franky Rumampuk, M.Kes, AIFO
dr. Herlina Ineke Surjane Wungouw, Ms.App.Sc, M.Med, AIFM
dr. Hedison Polii, M.Kes, AIFM
Dr. dr. Erwin Gidion Kristanto, SH, Sp.F
dr. Johannis Ferdi Mallo, SH, Sp.F
dr. Nola Timor Sangirta Mallo, SH, M.Kes, Sp.F
Dr. dr. Nelly Mayulu, M.Si
dr. Frelly Valentino Kuhon, M.Kes
dr. Laya Meirensia Rares, Sp.M
dr. Imelda Helena Martina Najoan, Sp.M
dr. Rillya Dianne Paulani Manoppo, Sp.M
dr. Bisuk Parningotan Sedli, Sp.PD
dr. Fona Dwiana Hermina Budiarso, M.Sc
dr. Marlyn Grace Kapantow, Sp.KK(K)
dr. Nurdjannah Jane Niode, Sp.KK(K)
Prof. dr. Herry Evianus John Pandaleke, M.Sc, Sp.KK(K)
Prof. dr. Pieter Levinus Suling, M.Sc, Sp.KK(K)
dr. Tara Sefanya Kairupan, M.Kes, Ph.D
dr. Linda Maya Tompodung, M.Pd.Ked
Dr. dr. Junita Maja P.S., Sp.S
dr. Sekplin Sekeon, Sp.S
Prof. Dr. dr. John Johannes Ezwchiel Wantania, Sp.OG(K)
Prof. dr. Hermie Meety Massje Tendean, Sp.OG(K)
dr. Suzanna Patricia Mongan, Sp.OG(K)
dr. Anastasia Mariane Lumentut, Sp.OG
dr. Magdalena Poppy Lintong, Sp.PA(K)
Dr. dr. Rocky Wilar, Sp.A(K)
CADANGAN:
dr. Firginia Pricilia Manoppo, M.Pd.Ked
dr. Timothy Sean Kairupan, Ph.D
dr. Alfred Setiono

3
LEMBAR PENGESAHAN

Buku Pegangan Modul Skill Lab Sub Modul Keterampilan Klinis Dasar (KKD) Sistem
Integumen telah disahkan untuk digunakan sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran di
semester 5 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Tahun Akademik 2020/2021.

Mengetahui,

Wakil Dekan Bidang Akademik Koordinator Program Studi

dr. Carla F. Kairupan, Ph.D dr. Herlina I. S. Wungouw, Ms.App.Sc., M.Med.Ed.


NIP. 196804111995032007 NIP. 196811091998022001

4
VISI DAN MISI

1. Visi dan Misi Fakultas Kedokteran


Visi
Membangun Fakultas Kedokteran Unsrat Menuju Fakultas Unggulan (Excellent
Faculty) di level Regional, Nasional, maupun Internasional, dalam hal
Pendidikan/Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat di Bidang Kesehatan &
Kedokteran.
Misi
1. Meningkatkan kualitas manajemen fakultas agar mempunyai tata kelola optimal
untuk menunjang kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang
berkelanjutan.
2. Menghasilkan sumber daya manusia yang UNGGUL, menguasai Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi Kedokteran, mampu berperan dalam meningkatkan kesehatan &
kualitas hidup bangsa, serta mampu bersaing secara global.
3. Mendorong hasil pendidikan dan penelitian yang mendukung daya saing bangsa.
4. Membangun kolaborasi kerjasama dan kemitraan yang efektif & efisien.
5. Meningkatkan kesejahteran segenap sivitas akademika yang bercirikan
profesionalitas.

2. Visi dan Misi Program Studi Pendidikan Dokter


Visi
Membangun PRODI Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Unsrat Menuju Program
Studi Unggulan (Excellent Study Program) di tahun 2019 pada level Internasional, yang
memiliki keunggulan dalam menyelenggarakan Tri Dharma Perguruan Tinggi
Misi
1. Meningkatkan kualitas manajemen PRODI pendidikan dokter tahap akademik agar
mempunyai tata kelola optimal untuk menunjang kegiatan pendidikan/pengajaran,
penelitian dan pengabdian masyarakat yang berkelanjutan.
2. Menyelengggarakan kegiatan pendidikan dan penelitian yang mendukung daya saing
bangsa.
3. Menghasilkan SDM yang profesional, unggul, menguasai Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Kedokteran (IPTEKDOK) yang bertaraf internasinal mampu berperan

5
dalam meningkatkan kesehatan & kualitas hidup bangsa, dapat bersaing secara
internasional, serta memiliki keunggulan spesifik.
4. Membangun kerjasama kemitraan dengan institusi kedokteran dan kesehatan baik
nasional maupun internasional yang efektif serta efisien
Tujuan
1. Mendidik mahasiswa melalui proses belajar mengajar dengan menyelesaikan satu
kurikulum pendidikan sehingga lulusan mempunyai cukup pengetahuan,
ketrampilan, dan perilaku untuk melakukan profesi kedokteran dalam satu standar
kompetensi kedokteran sesuai kebijakan umum pemerintah yang berdasarkan
Pancasila.
2. Mengembangkan institusi sebagai pusat penelitian IPTEKDOK yang bertaraf
nasional maupun internasional dan mengaplikasikan ilmu kedokteran untuk
kepentingan masyarakat
3. Tercapainya kolaborasi kerjasama dan kemitraan yang efektif dan efesien untuk
menunjang hasil pendidikan, penelitian, dan pengabdian yang maksimal
Sasaran
1. Meningkatnya mutu manajemen bagian akademik PRODI Fakultas Kedokteran
Unsrat
2. Penyelenggaraan sistem penjaminan mutu yang berkesinambungan
3. Peningkatan efisiensi dan produktifitas, serta iklim akademik yang kondusif
4. Meningkatnya mutu masukan, proses, dan luaran serta sumber daya akademik
5. Menambah pembelajaran “Kedokteran Pariwisata’ untuk menyokong keunggulan
spesifik
6. Peningkatan kolaborasi dan kerjasama.

6
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas penyertaanNya sehingga
buku penuntun Skill Lab Keterampilan Klinis Dasar (KKD) Sistem Integumen ini dapat
selesai disusun. Modul ini diberikan kepada mahasiswa Program Pendidikan Profesi Dokter
(P3D). Modul ini difokuskan pada keterampilan pemeriksaan fisik, pemeriksaan tambahan,
terapi dan pencegahan. Hal ini perlu dikuasai oleh dokter pelayanan primer sehingga untuk
beberapa keterampilan diharapkan P3D mampu untuk melakukan secara mandiri sehingga
dapat dicapai suatu diagnosis.
Banyak pihak yang telah membantu dalam penyususnan modul ini. Oleh karena itu
tim penyusun modul mengucapkan banyak terima kasih atas segala masukan yang diberikan
sehingga modul ini bisa terselesaikan.
Sangat diharapkan bahwa modul ini dapat memberikan cukup bekal bagi para P3D
baik secara komprehensif maupun integratif. Untuk itu tim penyusun modul mengharapkan
agar buku ini dapat membantu para instruktur dan P3D dalam pelaksanaan pembelajaran
modul sehingga dapat berjalan dengan baik.
Tim penyusun modul menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam
penyusunan modul ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
demi penyempurnaan buku modul ini.

Manado, Oktober 2020


Tim Penyusun

7
DAFTAR ISI

TIM MODUL ...................................................................................................... 1


TIM SUB-MODUL ............................................................................................. 2
INSTRUKTUR .................................................................................................... 3
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. 4
VISI DAN MISI .................................................................................................. 5
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 7
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 8
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 9
BAB II TUJUAN PEMBELAJARAN ............................................................. 10
BAB III SASARAN PEMBELAJARAN .......................................................... 11
BAB IV LINGKUP BAHASAN ....................................................................... 12
Keterampilan Klinis Sistem Integumen sesuai SKDI 2012 ................ 12
Pemeriksaan Fisik ............................................................................... 13
1. Inspeksi Kulit ............................................................................... 13
2. Inspeksi Membran Mukosa .......................................................... 14
3. Inspeksi Kuku .............................................................................. 15
4. Palpasi Kulit ................................................................................ 16
Pemeriksaan Penunjang / Tambahan .................................................. 17
1. Pemeriksaan Dermografisme ....................................................... 17
2. Pemeriksaan Fenomena Tetesan Lilin, Koebner, dan tanda
Auspitz dan pada Psoriasis Vulgaris ............................................. 18
3. Pemeriksaan menggunakan Kalium Hidroksida .......................... 18
4. Pemeriksaan Basil Tahan Asam .................................................. 21
5. Pemeriksaan dengan Pewarnaan Gram ........................................ 25
6. Inspeksi Kulit dengan sinar Ultraviolet (Wood’s Lamp) ............. 28
7. Pemeriksaan Kusta (Penebalan Saraf & Sensibilitas) dan
Prevention of Disability (POD) ......................................................... 31
Checklist untuk latihan ketrampilan pemeriksaan integumen ............. 34
Referensi .............................................................................................. 35
BAB V STRATEGI PENGAJARAN .............................................................. 37
A. Sumber Pembelajaran .................................................................... 37
B. Metode dan Waktu ........................................................................ 37
C. Sumber Daya Manusia .................................................................. 38
BAB VI SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG ................................. 40
A. Sarana ............................................................................................ 40
B. Prasarana ....................................................................................... 40
BAB VII EVALUASI .......................................................................................... 41
A. Penilaian Formatif ......................................................................... 41
B. Penilaian Sumatif .......................................................................... 41
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan .............................................................................. 42
Lampiran 2. Tugas ............................................................................................... 43

8
BAB I
PENDAHULUAN

Pada buku standar kompetensi dokter Indonesia, terdapat tujuh area kompetensi yang
harus dikuasai oleh lulusan. Modul Skill Lab Keterampilan Klinis Dasar Sistem Integumen
dan Genital merupakan modul yang diberikan pada P3D yang terutama berkaitan dengan
area keterampilan klinis dalam hal ini keterampilan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
tambahan, terapi dan pencegahan khusus untuk sistem integumen.

Selain itu dalam latihan keterampilan klinik di modul ini, komunikasi dan sikap
profesional ikut berperan penting.

Pada modul ini juga P3D akan belajar dan memahami serta mempraktekkan
beberapa pemeriksaan sehubungan dengan sistem integumen.

9
BAB II
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah selesai mempelajari modul Sistem Kulit dan Integumen P3D diharapkan
mampu mengaplikasikan keterampilan pemeriksaan fisik, pemeriksaan tambahan, terapi,
dan pencegahan sehubungan dengan kelainan yang dikeluhkan pasien pada sistem
integumen.

10
BAB III
SASARAN PEMBELAJARAN

P3D diharapkan mampu :


1. Memahami dan melakukan pemeriksaan fisik integumen
2. Memahami dan melakukan pemeriksaan penunjang / tambahan pada sistem integumen
3. Memahami dan melakukan prinsip pemilihan terapi khusus kelainan sistem integumen
4. Memahami dan melakukan prinsip pencegahan kelainan sistem integumen

11
BAB IV
LINGKUP BAHASAN

Keterampilan Klinis Sistem Integumen sesuai SKDI 2012

Tingkat
No. Keterampilan
Keterampilan
PEMERIKSAAN FISIK
1 Inspeksi kulit dan Efloresensi 4A
2 Inspeksi membran mukosa 4A
3 Inspeksi kuku 4A
4 Palpasi kulit 4A
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
1 Pemeriksaan dermografisme 4A
2 Pemeriksaan fenomena tetesan lilin, Koebner dan tanda 3A
Auspitz
3 Penyiapan dan penilaian sediaan kalium hidroksida 4A
4 Penyiapan dan penilaian sediaan Basil Tahan Asam (BTA) 4A
5 Penyiapan dan penilaian sediaan Gram 4A
6 Pemeriksaan dengan sinar UVA (lampu Wood) 4A
7 Pemeriksaan Kusta dan POD 4A

12
PEMERIKSAAN FISIK

1. Inspeksi Kulit
Penderita bisa dalam posisi duduk dan bisa dalam posisi tidur, pemeriksaan dilakukan
dengan mata telanjang ataupun dapat dengan bantuan kaca pembesar (lup).
1. Lokasi : tempat dimana ada lesi
2. Distribusi :
a. Bilateral : mengenai kedua belah badan
b. Unilateral : mengenai sebelah badan
c. Simetrik : mengenai kedua belah badan yang sama
d. Soliter : hanya satu lesi
e. Herpetiformis : vesikel berkelompok
f. Konfluens : dua atau lebih lesi yang menjadi satu
g. Diskret : terpisah satu dengan yang lain
h. Regional : mengenai daerah tertentu badan
i. Generalisata : tersebar pada sebagian besar tubuh
j. Universal : seluruh atau hampir seluruh tubuh (90%-100%)
3. Bentuk/susunan :
a. Bentuk : khas (bentuk yang dapat dimisalkan, seperti: bulat, lonjong, seperti
ginjal, dll), dan tidak khas (tidak dapat dimisalkan)
b. Susunan :
• Liniar : seperti garis lurus
• Sirsinar/anular : seperti lingkaran
• Polisiklik : bentuk pinggir yang sambung menyambung membentuk
lingkaran.
• Korimbiformis : susunan seperti induk ayam yang dikelilingi anak-anaknya
4. Batas : tegas (diskret) dan tidak tegas (difus)
5. Ukuran :
a. Milier : sebesar kepala jarum pentul
b. Lentikular : sebesar biji jagung
c. Numular : sebesar uang logam dengan Ø 3 cm – 5 cm
d. Plakat : lebih besar dari numular
6. Efloresensi :
a. Primer :
• Makula : bercak pada kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata,
tanpa penonjolan atau cekungan.
• Papul : penonjolan di atas permukaan kulit, sikumskrip, Ø kecil dari 0,5
cm, bersisikan zat padat.
• Plak : papul datar, Ø lebih dari 1 cm
• Urtika : penonjolan yang disebabkan edema setempat yang timbul
mendadak dan hilang perlahan-lahan.
• Nodus : tonjolan berupa massa padat yang sirkumskrip, terletak dikutan
atau subkutan, dapat menonjol
• Vesikel : gelembung berisi cairan serum, memiliki atap dan dasar, Ø
13
kurang dari 0,5 cm.
• Bula : vesikel yang berukuran lebih besar.
• Pustul : vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap dibagian bawah
vesikel disebut hipopion.
• Kista : ruangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel.
b. Sekunder :
• Skuama : sisik berupa lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.
• Krusta : kerak, keropeng, yang menunjukan cairan badan yang mengering
• Erosi : lecet kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak
melampaui stratum basal, ditandai dengan keluarnya serum.
• Ekskoriasi : lecet kulit yang disebabkan kehilangan jaringan melewati stratum
basal (sampai ke stratum papilare), ditandai dengan keluarnya
darah selain serum.
• Ulkus : tukak, borok disebabkan hilangnya jaringan lebih dalam dari
ekskoriasi, memiliki tepi, dinding, dasar, dan isi.
• Likenifikasi : penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas.

2. Inspeksi Membran Mukosa


Lesi dari membran mukosa mulut dapat dilihat dari tabel berikut ini
Deskripsi lesi Kemungkinan penyebab
Ulkus tidak nyeri Karsinoma sel skuamosa
Ulkus kecil bulat multiple yang nyeri Aphthous stomatitis (pertimbangkan: autoimmune
processes, stress, systemic lupus erythematosus, vitamin B12
deficiency, inflammatory bowel disease, atau Behçet's
syndrome)
Ulkus dengan tepi yang tidak teratur Systemic lupus erythematosus, pemphigus, penyakit
karena virus
Vesikel yang nyeri unilateral Herpes zoster
Vesikel yang tersebar yang disertai Herpes simplex
nyeri serta pustul
Ulkus yang nyeri di posterior dari Coxsackie A virus (herpangina)
faring
Bula mukosa Pemphigus, pemphigoid, erythema multiforme, lichen
planus
Nodul merah Malignancy, pyogenic granuloma
Titik putih Measles, Coxsackie A-16, ECHO 9 virus
Plak putih dengan ulserasi Paling sering disebabkan oleh iritasi kronis – khususnya
(leukoplakia) karena tembakau; curiga karsinoma sel skuamosa
Lapisan putih dengan dasar Kandidiasis oral
kemerahan
Garis ireguler pada mukosa bukalis Linea alba, disebabkan oleh trauma minor
posterior
Bercak putih berenda pada pipi bagian Lichen planus
dalam (Wickham's sign)

14
Bercak gelap pada daerah dasar gigi Pigmentasi dental amalgam
yg berdekatan
Pigmentasi dengan ulserasi Malignant melanoma
Pigmentasi pada gigi depan yang Gingiva dari perokok
berdekatan
Bercak merah kecil dengan titik biru Cacar air
putih di tengah (Koplik's sign)

3. Inspeksi Kuku
Kuku merupakan salah satu dermal appendages yang mengandung lapisan tanduk yang
terdapat pada ujung-ujung jari tangan dan kaki, gunanya selain membantu jari-jari untuk
memegang juga digunakan sebagai cermin kecantikan. Lempeng kuku terbentuk dari sel-sel
keratin yang mempunyai dua sisi, satu sisi berhubungan dengan udara luar dan sisi lainnya
tidak.

Bagian dari kuku.

Melalui pemeriksaan klinis, sangatlah mungkin untuk mengidentifikasi daerah mana dari
bagian kuku yang terkena proses penyakit. Mengenal tanda kuku yang spesifik sangatlah
penting dimengerti dan mendiagnosa distrofi kuku.

Kelainan kuku dibagi menjadi tiga bagian :


I. Dermatosis yang menyebabkan kelainan kuku
II. Penyakit kuku
III. Perubahan warna kuku

15
Tanda kelainan kuku

4. Palpasi Kulit
Penderita bisa dalam posisi duduk dan bisa posisi tidur.

Pemeriksa menggunakan jari telunjuk tangan kanan yang ditekankan pada permukaan lesi.
Kemudian jari tersebut diangkat, tampak permukaan lesi berwarna pucat sesaat, kemudian
warna lesi kembali ke warna semula (merah/eritem). Atau dapat juga dilakukan dengan
tekhnik diaskopi dengan cara menggunakan gelas objek. Gelas objek dipegang dengan jari-
jari tangan kanan kemudian ditekankan pada permukaan lesi. Tampak lesi berwarna pucat
waktu penekanan dengan gelas objek.Dan waktu gelas objek diangkat, warna lesi kembali
seperti semula (merah/eritem)

16
PEMERIKSAAN PENUNJANG / TAMBAHAN

1. Pemeriksaan Dermografisme
Dermografisme secara harafiah berarti tulisan pada kulit. Kelainan ini dimasukkan dalam
kelompok urtikaria sehingga sering juga disebut urtikaria dermografisme. Dermografisme
terjadi akibat adanya sentuhan fisik atau mekanik pada kulit yang awalnya akan
menghasilkan garis merah (dilatasi kapiler), diikuti dengan refleks akson berupa eritema
luas (dilatasi arteri) dan formasi bengkak linear (transudasi cairan/edema); proses ini disebut
dengan triple response dari Lewis. Dermografisme ini ditemukan pada 2-5% populasi, pada
beberapa orang disertai dengan rasa gatal (dermografisme simtomatik).

Pemeriksaan Fisik
Gatal dan bengkak dapat terjadi di seluruh tubuh, namun kulit kepala dan genital jarang
terlibat. Meskipun jarang terlibat, dyspareunia dan vulvodinia pernah ditemukan pada pasien
dengan dermografisme simtomatik. Bentuk jarang dermografisme sebagai berikut:
• Dermografisme merah: gesekan berulang menyebabkan nbengkak kecil dengan pungta,
sering pada batang tubuh daripada ekstremitas; bentuk ini kemungkinan berhubungan
dengan dermatitis seboroik.
• Dermografisme folikular: papul urtikaria, diskret, folikular, bersifat sementara, terjadi di
atas lesi eritema
• Dermografisme kolinergik: garis eritema besar bersamaan dengan edema berpungta
seperti pada urtikaria kolinergik (edema lebih kecil daripada urtikaria klasik dan
dikelilingi oleh area besar makula eritema), dapat ditemukan purpura pada kasus berat;
bentuk ini dapat dihubungkan dengan urtikaria kolinergik.
• Dermografisme tertunda: terjadi sekitar 3-8 jam setelah respon dermografik langsung.
Edema yang dalam, nyeri, rasa terbakar yang timbul pada lokasi yang sama, berlangsung
sampai 48 jam, tidak mempan dengan terapi konvensional dan sangat berhubungan
dengan urtikaria akibat tekanan.
• Dermografisme rangsangan dingin
• Dermografisme akibat olahraga
• Dermografisme familial: kemungkinan diturunkan secara dominan autosomal

Dermografisme

17
2. Pemeriksaan Fenomena Tetesan Lilin, Koebner, dan tanda Auspitz dan pada
Psoriasis Vulgaris
Pemeriksaan fenomena tetasan lilin, Koebner, dan tanda Auspitz ini dilakukan untuk
menunjang diagnosis psoriasis vulgaris. Untuk melakukan pemeriksaan khusus ini
dibutuhkan object glass sebagai alat bantu untuk melakukan penggoresan pada skuama.

a. Fenomena Tetesan Lilin


Penggoresan yang dilakukan pada skuama akan menghasilkan goresan berwarna putih
pada skuama, seperti lilin yang digores. Hal ini disebabkan oleh perubahan indeks bias.
Fenomena ini merupakan patognomonik untuk psoriasis vulgaris.

b. Fenomena Koebner (isomorfik)


Apabila kulit yang normal diberikan trauma atau digaruk, maka dalam 7-14 hari akan
timbul lesi baru yang sama dengan lesi lama (dalam hal ini lesi psoriasis berupa plak
eritema dengan skuama berlapis). Fenomena ini tidak khas untuk psoriasis karena dapat
ditemukan pada beberapa kelainan kulit, seperti liken planus, liken nitidus, pitiriasis rubra
pilaris, dan penyakit Darier.

c. Tanda Auspitz
Apabila skuama digoreskan sampai terangkat dan mencapai kulit akan tampak bintik-
bintik perdarahan. Hal ini disebabkan karena elongasi lapisan papila dermis masuk ke
epidermis (papilomatosis). Tanda ini merupakan patognomonik untuk psoriasis vulgaris.

3. Pemeriksaan menggunakan Kalium Hidroksida


• Pemeriksaan Kalium Hidroksida (KOH) merupakan pemeriksaan penunjang pada
penyakit jamur kulit.
• Prinsip larutan KOH adalah melarutkan keratin kulit, kuku atau rambut.
• Jenis larutan KOH yang dipakai : KOH 10 % (untuk kulit), KOH 20 % (untuk rambut
dan kuku), KOH 10% dengan campuran tinta Parker super-chrome blue black (untuk
lesi kulit yang diduga pitriasis versikolor)
• Tujuan pemeriksaan KOH : menemukan adanya hifa atau spora.
• Pemeriksaan KOH ini dapat dilakukan oleh : dokter, perawat atau teknisi laboratorium.

Peralatan :
1. Sarung tangan
2. Kapas alkohol
3. Object glass
4. Cover glass
5. Bisturi nomor 20
6. Pinset
7. Lampu spirtus
8. Selotip transparan

18
• Cara pengambilan sampel :
➢ Kulit :
✓ Bersihkan kulit yang akan dikerok dengan kapas alkohol 70 % untuk
menghilangkan lemak, debu dan kotoran lainnya.
✓ Sampel diambil dan dipilih dari bagian lesi yang aktif, yaitu daerah pinggir lesi.
Keroklah dengan skapel dengan arah dari atas ke bawah (cara memegang skapel
o
harus miring membentuk sudut 45 keatas).
✓ Letakkan hasil kerokan kulit (skuama) diatas object glass.
✓ Beri keterangan pada preparat (nama dan lokasi pengambilam sampel)
➢ Kuku :
✓ Bersihkan kuku yang sakit dengan kapas alkohol 70% untuk menghilangkan
lemak,debu dan kotoran lainnya.
✓ Sampel yang diambil adalah masa detritus dari bawah kuku yang rusak atau dari
bahan kuku yang rusak.
✓ Keroklah bagian bawah kuku yang rusak atau pada permukaan kuku yang rusak
, bila perlu guntinglah kuku yang rusak tersebut.
✓ Letakkan hasil kerokan kuku atau hasil guntingan kuku diatas object glass.
✓ Beri keterangan pada preparat (nama dan lokasi pengambilan sampel)
➢ Rambut :
✓ Rambut yang sakit dicabut sampai akarnya dengan pinset.
✓ Letakan rambut tersebut diatas object glass.
✓ Beri keterangan pada preparat (nama dan lokasi pengambilan sampel)

Pembuatan sediaan
• Teteskan 1 -2 tetes larutan KOH diatas kerokan kulit / kerokan kuku / rambut yang ada
di atas object glass yang berisi sediaan yang hendak diperiksa.
• Tutup dengan cover glass.
• Diamkan selama 15 menit untuk melarutkan jaringan atau untuk mempercepat proses ini,
dapat dilakukan pemanasan sediaan di atas api kecil.
• Bila dilakukan pemanasan, panaskan dengan hati-hati, dengan melewatkan preparat
beberapa kali (biasanya 2-4 x) diatas api lampu spirtus. Pada saat mulai keluar uap
(timbul gelembung pertama) dari preparat, pemanasan di hentikan. Bila terjadi penguapan
maka akan terbentuk Kristal KOH, sehingga tujuan yang diinginkan.
• Khusus untuk pemeriksaan Pitiriasis versikolor, dapat digunakan selotip transparan
untuk pengambilan sediaan. caranya adalah penempelan–pelepasan (stripping) berulang
selotip transparan di atas lesi yang akan diperiksa, setelah itu teteskan larutan KOH 10%
dengan campuran tinta parker super-chrome blue black diatas object glass yang sudah
disiapkan, kemudian tempelkan selotip transparan tadi diatas object glass tersebut. Untuk
preparat dengan selotip transparan tidak boleh dilakukan pemanasan di api.
• Preparat siap diperiksa dengan mikroskop.

19
Pemeriksaan sediaan
Menggunakan lensa objektif 10x kemudian pembesaran 40x, cari apakah ada hifa dan dan
spora yang tampak.

Bidang
batas sel

HIFA

• Spora adalah alat reproduksi dari jamur. Spora tampak seperti bola-bola kecil 2 dan
memiliki indeks bias yang berbeda dengan sekitarnya.

SPORA

20
• Pada sediaan kulit dan kuku yang dicari adalah adanya hifa panjang bersepta dan spora.
Gambar reparat sediaan dari kulit

Hifa panjang bersepta

SPORA

Gambar preparat sediaan dari kuku

4. Pemeriksaan Basil Tahan Asam


Pewarnaan Ziehl Neelsen ini dikenal juga dengan nama pemeriksaan Basil Tahan Asam
(BTA). Merupakan pemeriksaan penunjang pada penyakit kusta, yang diperiksa pada
pemeriksaan ini adalah skin smear.

Skin smear
Definisi :
Skin smear adalah pemeriksaan di mana sampel bahan diambil dari potongan tipis kulit dan
kemudian dipulas untuk mengidentifikasi M. leprae yang merupakan basil tahan asam
(BTA).
Kegunaan :
• Mengkonfirmasi diagnosis lepra multibasiler dari hasil skin smear positif pada penderita
yang dicurigai.
• Membantu mendiagnosis kekambuhan pada penderita multibasiler yang sebelumnya
telah selesai diobati.
• Membantu mengklasifikasikan penderita baru. Catatan:
o Pengambilan skin smear merupakan prosedur yang invasif.
o Cucilah tangan, pakai sarung tangan dan gunakan peralatan yang telah disterilkan
termasuk mata pisau baru untuk setiap pasien.
o Jangan melakukan pengambilan skin smear apabila tidak dibutuhkan.

21
Persiapan pengambilan skin smear :

• Tempatkan semua perlengkapan yang di butuhkan di atas meja


• Siapkan juga: label untuk pemberian nama di preparat

Skin smear harus di ambil hanya dari dua tempat, yaitu:


1. Salah satu cuping telinga
2. Salah satu lesi kulit.
• Jangan pilih lesi yang ada pada wajah
• Biasanya diambil pada lesi di lengan dekat daerah siku, paha, dan punggung bagian
bawah
• Pilih lesi yang nampaknya paling aktif “Aktif” maksudnya : lesi yang bentuk menonjol
dan warnanya kemerahan, atau dapat juga berupa lesi yang paling terakhir timbul
• Jika lesi berupa makula atau plak, sebaiknya diambil skin smear dari sebelah dalam
4
tepi lesi
• Jika lesi yang ada bentuknya annular (seperti cincin), sebaiknya skin smear diambil
dari pinggiran lesi yang agak meninggi

Catatan :
• Jika tidak dijumpai lesi kulit yang sesuai, dapat diambil skin smear kedua dari cuping
telinga satunya, atau dari tempat yang sebelumnya tercatat ada lesi aktif atau dari
tempat yang hasil skin smear sebelumnya positif.
• Jika hanya terdapat satu lesi kulit, dua skin smear dapat di ambil pada tepi lesi yang
saling bersebrangan.
• Pada penderita yang di curigai dengan lesi Pausibasiler (PB), skin smear harus diambil
pada minimal 3 lokasi, antara lain pada salah satu cuping telinga dan pada 2 lesi yang
dicurigai.
• Nasal smear dari mukosa hidung seharusnya dibuat, karena dapat di temukan hasil
positif walaupun tidak ditemukan lesi kulit yang dicurigai.
• Total 3 skin smear dari: cuping telinga, lesi yang paling aktif dan dari mukosa hidung
sudah cukup untuk sebagian besar kasus.

22
Cara mengambil skin smear
• Cuci tangan (1) dan kenakan sarung tangan.
• Ambil preparat mikroskop yang baru, bersih dan tidak lecet.
Tulis keterangan pada preparat (2). Keterangan berupa
identitas penderita dan lokasi asal skin smear.
• Bersihkan kulit pada tempat pengambilan dengan kapas
alkohol. Biarkan mengering sendiri.
• Nyalakan lampu spiritus.
• Pasang mata pisau baru pada gagang skalpel. Apabila Anda
meletakkan skalpel, pastikan mata pisau tidak menyentuh
apapun.
• Cubit kulit dengan kuat antara jempol dan telunjuk Anda,
pertahankan tekanan cubitan untuk mencegah keluarnya darah.
• Buat sayatan pada kulit sepanjang sekitar 5 mm dan sedalam
sekitar 2 mm (3). Tetaplah mencubit agar sayatan tidak
berdarah. Apabila terdapat darah, bersihkan dengan kapas.
• Belokkan skalpel 900 dan tahan pada sudut yang tepat
terhadap irisan. Kerok bagian dalam irisan sekali atau dua kali
menggunakan sisi skalpel untuk mengambil serpihan dan
cairan jaringan. Spesimen yang diambil tidak boleh terdapat
darah karena dapat mengganggu pewarnaan dan intepretasi.
• Lepaskan cubitan dan apabila terdapat darah, bersihkan
dengan kapas.
• Usapkan bahan hasil kerokan pada preparat, di sisi yang sama
dengan keterangan preparat. Sebarkan merata menggunakan
bagian datar skalpel sehingga terbentuk lingkaran dengan
diameter 8 mm (gambar 4)
• Gosok skalpel dengan kapas alkohol. Gerakkan mata pisau
melewati api spiritus selama 3 sampai 4 detik. Kemudian
biarkan mendingin tanpa menyentuh apapun.
• Ulangi langkah-langkah di atas untuk tempat pengambilan
kedua. Usapkan skin smear kedua di sebelah skin smear yang
pertama, tapi jangan sampai bersentuhan.
• Buang mata pisau dengan hati-hati.
• Balut luka dan ucapkan terima kasih pada pasien.
• Biarkan preparat mengering selama 15 menit pada suhu
kamar, namun jangan sampai terkena sinar matahari
langsung.
• Fiksasi skin smear dengan menggerakkan preparat pelan-
pelan melewati api spiritus dengan sisi skin smear menghadap
ke atas sebanyak 3 kali (gambar 5). Jangan sampai terlalu
panas. Preparat tidak boleh menjadi terlalu panas untuk
dipegang.

23
Pewarnaan dengan Carbol Fuchsin
• Tetesi keseluruhan preparat dengan larutan carbol fuchsin 1% (1).
• Panaskan preparat pelan-pelan dengan cara meletakkan lampu spiritus di bawahnya
sampai timbul uap dari carbol fuchsin (2). Ulangi proses ini 3 kali dalam jangka waktu 5
menit. Pastikan zat pewarna tidak mendidih. Apabila pewarna mengering, tambahkan
reagen lagi dan panaskan kembali.
• Cuci pelan-pelan pada air ledeng mengalir (3). Bilas sampai tumpahan air menjadi tidak
berwarna, namun skin smear tetap berwarna merah gelap.
• Tetesi dengan asam-alkohol 1% selama 10 detik (4). Terdapat cara alternatif yaitu
dengan meneteskan asam sulfat 5% selama 10 menit.
• Bilas pelan-pelan dengan air (5)
• Tetesi dengan methylene blue 0,2% selama 1 menit (6).
• Bilas dengan air (7), dan biarkan preparat mengering pada rak pengeringan pada posisi
miring dengan sisi yang mengandung skin smear menghadap ke bawah (8).
• Preparat siap dibaca.

Pembacaan skin smear


• Beri setetes minyak imersi pada skin smear.
• Letakkan preparat pada mikroskop dengan sisi yang mengandung skin smear menghadap
ke atas dan label keterangan preparat di sebelah kiri.
• Fokuskan gambar menggunakan lensa obyektif 10x.
• Pindahkan ke lensa obyektif 100x. Lensa akan menyentuh minyak imersi (apabila perlu,
putar sekrup pengarah kasar untuk memastikan lensa sedikit menyentuh minyak).
• Buka penuh diagfragma dan naikkan kondensor pada posisi tertinggi.
• Fokuskan dengan tepat menggunakan sekrup pengarah halus.
• Cari apakah terdapat basil tahan asam (BTA), yang akan terlihat sebagai batang-batang
merah dengan latar belakang biru.
• Bentuknya utuh mungkin lurus atau melengkung dan warna merahnya dapat terdistribusi
rata dengan panjang kuman 4 kali lebarnya (basil solid) atau batang terputus (basil
fragmentasi) dan butiran (granular). Bentuk basil solid adalah kuman hidup, sedang basil
fragmentasi atau granular merupakan bentuk mati.
• Gumpalan beberapa basil disebut globi.

24
• Adanya basil solid menunjukkan kemungkinan terdapatnya organisme viable (hidup)
seperti pada kasus yang baru dan belum diobati atau pada kekambuhan.
• Pemeriksaan dapat dilakukan pada beberapa lapang pandang.
• Jika ditemukan basil tahan asam (BTA) dapat dikatakan hasil skin smear adalah positif.
• Jika tidak ditemukan basil tahan asam (BTA) dapat dikatakan hasil skin smear adalah
negatif.
• Pemeriksaan 100 lapang pandang biasanya dilakukan oleh seorang petugas laboratorium
(sudah ahli dalam melakukan pemeriksaan tersebut).

Gambar preparat skin smear pada mikroskop dengan pembesaran lensa objektif
100x

5. Pemeriksaan dengan Pewarnaan Gram


Pewarnaan adalah teknik pelengkap yang digunakan untuk meningkatkan kejelasan gambar
mikroskopik. Pewarnaan gram banyak digunakan untuk mengklasifikasikan bakteri
berdasarkan karakteristik morfologinya. Klasifikasi yang paling mendasar dari bakteri ini
terbagi menjadi dua kelompok besar, yakni positif gram dan negatif, berdasarkan sifat kimia
dan fisik dinding sel. Selain itu dengan pewarnaan gram, bakteri dapat diklasifikasikan
menjadi kokus atau basil, dan kokus lebih lanjut dapat dikelompokkan menjadi diplokokus,
stafilokokus dan streptokokus berdasarkan tampilannya pada Gram. Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang
mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan
bakteri Klebsiella pneumoniae. Diagnosis pasti spesies bakteri memerlukan kultur tetapi
pewarnaan Gram memberikan petunjuk awal yang baik dari sifat infeksi.

Spesimen
Semua jenis spesimen dan kultur laboratorium dapat diberikan pewarnaan gram, seperti
misalnya spesimen dari kulit, mukosa saluran nafas, cairan serebrospinalis, luka atau abses,
darah, urin, genital, sendi.

Prinsip
Pewarnaan gram terdiri atas 6 langkah utama yaitu mempersiapkan hapusan (smear)
spesimen, fiksasi dengan pemanasan, pewarnaan menggunakan ungu gentian yang akan
mewarnai semua menjadi biru, penggunaan mordant (larutan iodin), peluntur zat pewarna
dengan menggunakan alkohol etil 96% / etanol, pemberian safranin.

25
Reagen
Terdapat empat reagen yang dibutuhkan dalam pewarnaan gram yaitu:
a. Zat pewarna utama (ungu gentian)
b. Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk memperkuat ikatan zat
pewarna utama dalam sel.
c. Pencuci / peluntur zat pewarna (alkohol etil 96% / etanol) yaitu pelarut organik yang
digunakan untuk melunturkan zat pewarna utama.
d. Zat pewarna kedua / cat pembanding (safranin).

Cara Pembuatan
1. Lakukan fiksasi dengan cara melewatkan di atas nyala api. Proses fiksasi dilakukan
supaya spesimen benar-benar melekat pada gelas objek sehingga tidak akan terhapus saat
dilakukan pencucian. Yang perlu diperhatikan dalam proses fiksasi adalah permukaan
yang mengandung spesimen dijaga agar tidak terkena nyala api. Apabila spesimen yang
diambil adalah kulit yang kering, tambahkan 1 tetes NaCl 0,9% untuk mempermudah
fiksasi. Lakukan fiksasi dengan cara melewatkan diatas nyala api hingga cairan NaCl
mengering.

2. Tetesi gelas objek dengan ungu gentian dan biarkan selama 1


menit.

3. Cuci dengan air mengalir dan tiriskan. Pencucian dengan air


bertujuan untuk mengurangi kelebihan ungu gentian.

4. Teteskan larutan iodin dan biarkan selama 1 menit sehingga


terbentuk suatu kompleks antara ungu gentian dan iodin.

5. Cuci kembali dengan air mengalir.

6. Rendam / tetes dengan alkohol etil 96% / etanol hingga warna


ungu memudar (Gambar 5).

7. Cuci kembali dengan air mengalir.

8. Teteskan safranin dan biarkan selama 30 detik hingga 1 menit


(Gambar 6).

9. Cuci dengan air mengalir dan keringkan (Gambar 7).

10. Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x objektif


dan 10x okuler.

26
Pemberian ungu gentian pada bakteri gram positif akan meninggalkan warna ungu.
Perbedaan respon terhadap mekanisme pewarnaan gram pada bakteri didasarkan pada
struktur dan komposisi dinding sel bakteri. Bakteri positif gram mengandung protein dan
negatif gram mengandung lemak dalam persentasi lebih tinggi dan dinding selnya tipis.
Pemberian alkohol etil 96% (etanol) pada pewarnaan gram menyebabkan lipid terekstraksi
sehingga memperbesar permeabilitas dinding sel. Safranin masuk ke dalam sel dan
menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri negatif gram. Pada bakteri positif
gram dinding sel mengalami dehidrasi setelah ditetes / direndam alkohol, pori – pori
mengkerut, daya permeabilitas dinding sel dan membran menurun dan safranin tidak dapat
masuk, sehingga sel tetap berwarna ungu.

Perbedaan mendasar antara bakteri positif dan negatif gram adalah pada komponen dinding
selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma
organisme positif gram, sedangkan penyingkiran lemak dari dinding sel organisme negatif
gram melalui pencucian alkohol memungkinkan warna ungu hilang dari sel. Bakteri positif
gram (gambar 8) memiliki membran tunggal yang dilapisi peptidoglikan tebal (25-50nm)
sedangkan bakteri negatif gram (gambar 9) memiliki lapisan peptidoglikogen yang tipis (1-
3 nm). Pewarnaan gram merupakan metode penyaringan yang murah dan nyaman untuk
diagnosis infeksi dan keganasan.

Meskipun pewarnaan gram digunakan untuk deteksi dan membedakan bakteri, tetapi
mikroorganisme lainnya dapat dilihat pada hapusan pewarnaan gram, yang paling sering
tampak adalah ragi (yeast) dan jamur (gambar10). Seperti misalnya Clostridium, ragi dapat
terwarnai sebagai organisme gram positif atau gram negatif. Pada umumnya ragi memiliki
ukuran 10–20 kali lebih besar dari bakteri sehingga membedakannya tidaklah sulit.
Presipitat (endapan) dari ungu gentian dapat dibedakan dari ragi karena presipitat berdekatan
dengan artefak ungu lainnya dalam berbagai ukuran dan bentuk, dan presipitat berwarna
homogen ungu tua sedangkan ragi seringkali berbintik–bintik.

Perbedaan lainnya adalah presipitat berbentuk bulat sempurna tetapi ragi umumnya
berbentuk oval.

27
6. Inspeksi Kulit dengan sinar Ultraviolet (Wood’s Lamp)
Lampu Wood atau yang disebut juga long-wave UV radiation (UVR) atau cahaya hitam
secara umum terdiri dari cahaya merkuri tekanan tinggi. Filter ini bersifat radioopaque
terhadap semua cahaya antara 320-400 nm dengan puncak pada 365 nm.

Gambaran fluoresens jaringan akan muncul pada saat cahaya Wood's (UV) diabsorbsi
dengan radiasi gelombang panjang yang dapat dilihat. Radiasi dari lampu Wood biasanya
rendah yaitu < 1 mw/cm2.

Fluoresens kulit normal biasanya redup terdiri dari gambaran elastin, asam amino aromatik
dan prekursor atau produk dari melanin .

Teknik pemeriksaan lampu Wood


Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum penggunaan lampu Wood untuk menghindari
kesalahan interpretasi yaitu:
1. Lampu Wood secara ideal harus dipanaskan terlebih dahulu selama 1 menit.
2. Ruangan pemeriksaan dalam keadaan gelap total.
3. Pemeriksa sebelumnya beradaptasi dengan keadaan gelap supaya dapat melihat kontras
dengan jelas.
4. Cahaya berada 4 - 5 cm dari lesi.
5. Hal-hal yang yang perlu dihindari sebelum pemeriksaan yaitu : mencuci lokasi lesi
dengan sabun karena dapat memberikan false negative dilusi pigmen, penggunaan topikal
ointment termasuk petrolatum karena dapat memberikan fluoresens keunguan, asam
salisilik dengan fluoresens hijau dll.

28
Indikasi pemeriksaan lampu Wood
1. Infeksi jamur superfisial
Tinea kapitis
Prinsip pemeriksaan lampu Wood pada tinea kapitis bahwa beberapa golongan dermatofit
memberikan fluoresens di bawah sinar UV yaitu efek dari pteridin, terutama golongan
Microsporum genus. Golongan Trichophyton kecuali T. schoenleinii biasanya non
fluoresens.

Pitiriasis Versikolor
Malassezia furfur memberikan fluoresens putih kekuningan atau orange-tembaga.

2. Infeksi bakteri
Pseudomonas
Pseudomonas memproduksi pigmen pioverdin atau fluoresein dengan gambaran
fluoresens hijau Fluoresens terdeteksi pada infeksi bakterial ±105/cm2. Lampu Wood
dapat mendeteksi infeksi dini pseudomonas infection luka bakar, pemfigus, toxic
epidermal necrolysis and Stevens-Johnson syndrome.

Eritrasma
Corynebacterium minutissimum penyebab eritrasma menunjukkan fluoresens merah bata
yang dihasilkan oleh koproporfirin III.

29
Akne vulgaris
Koproporfirin salah satu jenis porfirin yang diproduksi propionibacterium acnes
penyebab akne vulgaris dapat memberikan fluoresens merah jingga.

3. Gangguan pigmen
Hipopigmentasi dan depigmentasi
Vitiligo
Lesi hipopigmen atau depigmen ditandai dengan berkurang atau hilangnya melanin,
sehingga luoresens yang terlihat adalah autofluoresens kolagen yaitu biru cerah. Lampu
Wood dapat membantu membedakan vitiligo dengan keadaan lain seperti pitiriasis alba,
lepra dan hipopigmentasi post inflamasi.

Hiperpigmentasi
Melasma

Dengan lampu Wood klasifikasi melasma dibagi kedalam 4 tipe yaitu: epidermal, dermal,
campuran dan tidak terdeteksi dengan lampu Wood. Selain itu dengan lampu Wood dapat
ditetntukan prognostik dan terapi melasma.

Porfiria
Dengan lampu Wood dapat mendeteksi ekskresi porfirin di gigi, urine, feses, darah dan
cairan bula.

30
7. Pemeriksaan Kusta (Penebalan Saraf & Sensibilitas) dan Prevention of Disability (POD)
PEMERIKSAAN SARAF TEPI PADA MH
No Prosedur
1 Salam, Perkenalkan diri.
Verbal consent: menerangkan kepada pasien mengenai tujuan pemeriksaan, prosedur
pemeriksaan dan hal-hal yang mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman
2 Pasien dipersilahkan duduk
3 Pemeriksa mencuci tangan. mengeringkan dengan handuk
4 Pemeriksaan N. Aurikularis magnus
• Pemeriksa berada sisi kanan penderita
• Pasien diminta memalingkan wajah ke sisi yang akan diperiksa, dengan
memandang ke arah bahu.
• Inspeksi apakah terlihat pembesaran N. Aurikularis magnus
• Bila tidak terlihat lakukan palpasi : menggunakan tiga jari menelusuri sisi leher
bagian atas dari arah craniolateral ke caudomedial. (menyilang m.
Sternocleidomastoideus)
• Raba apakah ada penebalan/pembesaran (seperti kawat)
• Beri sedikit tekanan (lihat ekspresi pasien terasa kesakitan atau tidak)
• Catat pada charting
• Lakukan Pemeriksaan N. Aurikularis magnus di sisi yang lain dengan prosedur yang
sama (bandingkan simetris atau tidak), catat pada charting
5 Pemeriksaan N. Ulnaris
• Pemeriksa berada di sisi kanan penderita
• Tangan kanan pemeriksa memegang lengan kanan bawah penderita dengan siku sedikit
ditekuk sehingga lengan pasien rileks.
• Dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri mencari sambil meraba N. Ulnaris
di dalam suklus nervi ulnaris yaitu lekukan diantara tonjolan tulang siku (olecranon)
dan tonjolan kecil di bagian medial(epicondilus medialis)
• Beri sedikit tekanan ringan pada N. Ulnaris sambil digulirkan dan menelusuri ke atas
dengan halus.
• Raba apakah ada penebalan/pembesaran, lihat mimik pasien terasa kesakitan atau
tidak, catat pada charting
• Lakukan Pemeriksaan N. Ulnaris di sisi yang lain dengan prosedur yang sama
(bandingkan simetris atau tidak), catat pada charting
6 Pemeriksaan N. Peroneous comunis / Poplitea lateralis
• Pasien diminta duduk dengan relaks di tempat tidur dengan posisi kaki menjuntai.
Pemeriksa berdiri berhadapan dengan penderita
• Bila pasien menggunakan celana panjang: diminta menggulung celananya.
• Tangan kanan memeriksa kaki kiri pasien dan tangan kiri memeriksa kaki kanan pasien
• Letakkan jari telunjuk dan jari tengah pada pertengahan betis pasien bagian luar.
• Pelan-pelan meraba ke atas sampai menemukan tonjolan tulang caput fibula,
setelah menemukan jari pemeriksa meraba n. Peroneous kurang lebih 1 cm ke arah
belakang

31
• Dengan tekanan ringan saraf digulirkan ke kanan dan ke kiri.
• Raba apakah ada penebalan/pembesaran, lihat mimik pasien terasa kesakitan atau tidak
• Bandingkan simetris atau tidak. Catat pada charting
7 Pemeriksaan N. Tibialis posterior
• Pasien diminta duduk dengan relaksdi tempat tidur dengan posisi kaki menjuntai.
Pemeriksa berdiri berhadapan dengan penderita
• Tangan kanan memeriksa kaki kanan pasien dan tangan kiri memeriksa kaki kiri
pasien (tangan pemeriksa menyilang)
• Meraba N. Tibialis psoterior di bagian belakang bawah dari mata kaki sebelah
dalam (malleolus medialis)
• Dengan tekanan ringan saraf digulirkan.
• Raba apakah ada penebalan/pembesaran, lihat mimik pasien terasa kesakitan atau tidak
• Bandingkan simetris atau tidak. Catat pada charting
8 Mengucapkan terima kasih pada pasien dan menjelaskan hasil dan pemeriksaan lainnya
yang akan dilakukan

32
PEMERIKSAAN SENSIBILITAS MH
No Prosedur
1 Persiapan
Verbal consent: menerangkan kepada pasien mengenai tujuan pemeriksaan, prosedur
pemeriksaan dan hal-hal yang mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman
2 Pasien dipersilahkan duduk, pemeriksa menyiapkan alat + pencahayaan
3 Pemeriksa mencuci tangan, mengeringkan dengan handuk
4 Tes Raba
• Pemeriksa menggunakan kapas yang diruncingkan ujungnya.
• Menjelaskan dan memperagakan yang akan pemeriksaan yang akan dilakukan
• Pemeriksa menyapukan ujung kapas pada kulit normal pasien
• Pasien diminta untuk menyebutkan apakah terasa sentuhan tersebut
• Pasien diminta menutup mata atau memalingkan wajah ke arah berlawanan
• Secara acak bergantian pemeriksa meyapukan ujung kapas pada lesi dan kulit normal
• Pasien diminta mengatakan bila merasakan sentuhannya atau tidak
• Catat pada charting
5 Tes Rasa Nyeri (Tajam Tumpul)
• Pemeriksa menggunakan benda berujung tajam dan tumpul
• Menjelaskan dan memperagakan yang akan pemeriksaan yang akan dilakukan
• Pemeriksa menusukkan bagian tajam dan tumpul pada kulit normal pasien
• Pasien diminta untuk menyebutkan apakah terasa tajam atau tumpul
• Pasien diminta menutup mata atau memalingkan wajah ke arah berlawanan
• Secara acak bergantian pemeriksa menusukkan bagian benda berujung tajam dan tumpul
pada lesi dan kulit normal
• Pasien diminta mengatakan bila merasakan tajam atau tumpul
• Catat pada charting
6 Tes Suhu (Panas Dingin)
• Pemeriksa menggunakan tabung reaksi yang diisi air hangat suhu 40 derajat celsius dan air
dingin suhu 20 derajat Celsius.
• Menjelaskan dan memperagakan yang akan pemeriksaan yang akan dilakukan
• Pemeriksa menyentuhkan tabung panas dan dingin bergantian pada kulit normal pasien
• Pasien diminta untuk menyebutkan apakah panas atau dingin
• Pasien diminta menutup mata atau malingkan wajah ke arah berlawanan
• Secara acak bergantian pemeriksa menyentuhan tabung reaksi panas dan dingin secara
acak bergantian pada lesi dan kulit normal
• Pasien diminta mengatakan terasa panas atau dingin
• Catat pada charting
7 Mengucapkan terima kasih pada pasien dan menjelaskan hasil dan pemeriksaan lainnya yang
akan dilakukan

33
Checklist untuk latihan ketrampilan pemeriksaan kulit dan integumen

No. KRITERIA FEEDBACK


1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
Meminta ijin atau persetujuan dan memberitahukan konsekuensi yang
akan dialami pasien, saat dilakukan pemeriksaan.
3. Pastikan semua alat yang diperlukan telah tersedia.
4. Cuci tangan dengan cairan antiseptik

34
Referensi
1. Garg A, Levin NA, Bernhard JD. Structure of Skin Lesions and Fundamentals of
Clinical Diagnosis. Dalam: Wolf K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell
DJ, editor. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine, edisi ke-7. New York: McGraw
Hill, 2008: 23-39.
2. Topazian, RG. Goldberg, MH. Hupp, JR. 1994. Oral and Maxillofacial Infection:
Odontogenic Infections and Deep Fascial Space Infections of Dental Origin. 3rd edition.
Chapter 6. Philadelphia: WB Sounders Co.
3. Grimm V, Mempel M, Ring J, Abeck D. Congenital symptomatic dermographism as
the first symptom of mastocytosis. Br J Dermatol. Nov 2000;143(5):1109.
4. Taskapan O, Harmanyeri Y. Evaluation of patients with symptomatic dermographism.
J Eur Acad Dermatol Venereol. Jan 2006;20(1):58-62.
5. Wallengren J, Isaksson A. Urticarial Dermographism: Clinical features and response to
psychosocial stress. Acta Derm Venereol. 2007;87:493-8.
6. Wu JJ, Huang DB, Murase JE, Weinstein GD. Dermographism secondary to trauma
from a coral reef. J Eur Acad Dermatol Venereol. Nov 2006;20:1337-8.
7. Tosti A, Piraccini BM. Biology of nails and nail disorders. In: Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine; 7th Edition, New York: Mc. Graw Hill Inc. 2008. 3; 15; 87; 778-781
8. Soepardiman L. Kelainan kuku. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu penyakit
kulit dan kelamin; edisi 5, Jakarta, Indonesia: Fakultas kedokteran universitas bagian
ilmu penyakit kulit dan kelamin. 2007. 2; 43; 312-313
9. Rich P. Biology of nail. In: Jean L. Jorizzo, Joseph L. editors. Bolognia Dermatology.
3rd edition. St. Louis: Mosby. ISBN 1-4160-2999-0. Spain. 2008(1):68:fig.68.9
10. Gupta LK, Singhi MK. Wood’s lamp. IJDVL 2004;70:131-5
11. Niamtu J. digitaly processed ultraviolet images: a convenient, affordable, reproducible
means of illustrating ultraviolet clinical examination. Dermatol surg 2001;27:1039-42.
12. Wood's Lamp Examination General Information. Diunduh dari:
http://www.djj.state.ga.us/Policies/DJJPolicies/Chapter11/Attachments/DJJ11.30Atta
chmentG.pdf
13. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perhimpunan Dokter
Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI), 2011.
14. Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi
kelima. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2015.
15. Siti Aisah Boediardja. Panduan Praktis Morfologi dan Terminologi Penyakit Kulit.
Badan Penerbit FKUI. Jakarta. 2011..
16. Jonathan Brostoff, Prof. Michael Radcliffe, Dr. in Allergy
Skin Test. http://www.allergyclinic.co.uk/tests_skin.htm
17. Penemuan Penderita dalam Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta.
Departemen Kesehatan RI Dirjen P2L. 2007 : 30 – 36.
18. Budimulja U. Mikosis. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin,edisi ke-6, Jakarta, Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2010 : 2 ; 11 ; 89 – 109.

35
19. Siregar R.S. Penyakit Jamur Kulit,edisi ke-2, Jakarta, Penerbit buku kedokteran EGC.
2004 : 1 ; 1 – 7, 2 ; 8 – 11.
20. KOH test . Wikipedia.Available from : http://en.wikipedia.org/wiki/KOH_test
21. Gronen G, Sounderson P,Ji Baohong. Bagaimana melakukan pemeriksaan skin smear
pada lepra. International Federation of Anti-Leprosy Association (ILLEP);United
Kingdom.2003.Available from : http://www.ilep.org.uk
22. Leprosy : Skin Smear & Bacilloscopy. Associazione Italiana Amici di Raoul Follereau
(AIFO); Italy.2004.Available from : http://www.aifo.it
23. Shahee R. Bacteriology, Classification,and Diagnosis of Leprosy. Indian Journal for the
Practising; India. 2005Available from : http://www.indmedica.com
24. Paustian – Tiki Wiki CMS Groupware. Appendix B: staining techniques. [Last
modification: 2011 Feb] [Cited 2013 January] [about 5 p]. Available from:
http://inst.bact.wisc.edu/324prep/Appendix+B%3A+Staining+Techniques
25. Junkins Alan. Introducing to Diagnostic Microbilogy. Dalam: Mukherjee, Kanai L,
Gosh, Swarajit, editor. Medical Laboratory Technology Procedur Manual for Routine
Diagnostic Tests; volume ke- 2. New Delhi: Tata McGraw Hill, 2010 : 498-95.

36
BAB V
STRATEGI PENGAJARAN

A. Sumber Pembelajaran
1. Buku-buku:
1) Buku referensi (daftar referensi terlampir di BAB IV)
2) Kamus kedokteran
3) Buku Pegangan Mahasiswa
4) Handouts
2. Video penuntun
3. VCD, Website
4. Narasumber

B. Metode dan Waktu


1. Strategi Pengajaran
• P3D terlebih dahulu mempelajari buku pegangan / panduan yang diberikan.
• Penjelasan disertai peragaan oleh dosen pakar dibantu video penuntun.
• Instruktur menilai keterampilan klinik yang dilakukan berdasarkan check-list
yang ada serta memberikan umpan balik kepada peserta didik.
2. Metode Pengajaran
• Orientasi: tahap untuk mendapatkan ilmu mengenai ruang lingkup
pemeriksaan fisik, pemeriksaan tambahan, terapi serta pencegahan dibagian
kulit. P3D diharapkan telah mempelajari buku oegangan yang telah diberikan
• Pelatihan / peragaan: dosen pakar dan instruktur akan memperagakan
kepada peserta didik mengenai pemeriksaan fisik, pemeriksaan tambahan,
terapi serta pencegahan terkait sistem integumen. Peserta didik melakukan
sendiri skill lab yang telah dilatih dengan instruktur mengawasi dan
mengoreksi apabila ada kekeliruan yang dilakukan oleh P3D tersebut.
• Umpan balik: diberikan langsung oleh instruktur mengenai performa
peserta didik pada waktu peserta melaksanakan skill lab.

37
3. Skill Laboratory
• Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi kulit & efloresensi (4A)
2. Inspeksi membran mukosa (4A)
3. Inspeksi kuku (4A)
4. Palpasi kulit (4A)
• Pemeriksaan Tambahan
5. Pemeriksaan dermografisme (4A)
6. Pemeriksaan psoriasis (3A)
7. Penyiapan dan penilaian sediaan kalium hidroksida (4A)
8. Penyiapan dan penilaian pemeriksaan BTA (4A)
9. Penyiapan dan penilaian sediaan gram (4A)
10. Pemeriksaan dengan sinar UVA (lampu Wood) (4A)
11. Pemeriksaan Kusta dan POD (4A)
4. Tugas P3D
• Mengikuti penjelasan oleh tim penyusun modul
• Mengikuti kegiatan skill lab didampingi instruktur
• Melakukan sendiri beberapa ketrampilan terapeutik
• Membuat laporan tentang kegiatan skill lab

C. Sumber Daya Manusia

1. Tim Modul / Penanggung Jawab Pelaksanaan Kegiatan Modul Skill lab 3


Nomor
No. Nama Tugas
Telepon
1 dr. Steward Keneddy Mengko, Sp.THT-KL(K) 081330373857 Ketua
2 dr. Imelda Helena Martina Najoan, Sp.M 081356265000 Wakil Ketua
3 dr. Nurdjannah Jane Niode, Sp.KK(K) 081340859989 Sekertaris 1
4 dr. Nola Timor Sangirta Mallo, SH, M.Kes, Sp.F 085342333337 Sekertaris 2
4 dr. Christi Diana Mambo, M.Sc 081291730999 Anggota
5 dr. Laya Meirensia Rares, Sp.M 081356371699 Anggota
6 Dr. dr. Olivia Claudia Pingkan Pelealu, Sp.THT-KL(K) 081524691141 Anggota
7 dr. Tara Sefanya Kairupan, M.Kes, Ph.D 082188995976 Anggota
8 dr. Edward Nangoy, MARS, Sp.FK 081356438881 Anggota
9 dr. James Fitzgerald Siwu, SH, M.Hum, DFM 081356000886 Anggota

38
2. Tim Sub-modul / Penanggung Jawab Pelaksanaan Kegiatan Sub-modul KKD Sistem
Integumen
Nomor
No. Nama Tugas
Telepon
1 dr. Nurdjannah Jane Niode, Sp.KK(K) 081340859989 Ketua
2 dr. Tara Sefanya Kairupan, M.Kes, Ph.D 082188995976 Sekertaris
3 Prof. dr. Hermie Meety Massje Tendean, Sp.OG(K) 082348107777 Anggota
4 dr. Suzanna Patricia Mongan, Sp.OG(K) 081343241818 Anggota
4 Prof. Dr. dr. John Johannes Ezwechiel Wantania, Sp.OG(K) 085225230321 Anggota
5 Prof. dr. Herry Evianus John Pandaleke, M.Sc., Sp.KK(K) 081399147909 Anggota
6 Prof. dr. Pieter Levinus Suling, M.Sc., Sp.KK(K) 0811430817 Anggota
7 dr. Marlyn Grace Kapantow, Sp.KK(K) 08124302030 Anggota
8 Dr. dr. Nelly Mayulu, M.Si 082193753516 Anggota
9 dr. Frelly Valentino Kuhon, M.Kes 085299986875 Anggota

2. Instruktur
No. Nama Nomor Telepon
1 dr. Djon Wongkar, M.Kes, AIFO 081340250870
2 Dr. dr. Diana Christine Lalenoh, M.Kes, Sp.An, KNA, KAO 081340601366
3 dr. Christi Diana Mambo, M.Sc 081291730999
4 dr. Jimmy Franky Rumampuk, M.Kes, AIFO 0811439093
5 dr. Herlina Ineke Surjane Wungouw, Ms.App.Sc, M.Med, AIFM 085240488633
6 dr. Hedison Polii, M.Kes, AIFM 081244446100
7 Dr. dr. Erwin Gidion Kristanto, SH, Sp.F 081513982277
8 dr. Johannis Ferdi Mallo, SH, Sp.F 081251111112
9 dr. Nola Timor Sangirta Mallo, SH, M.Kes, Sp.F 085342333337
10 Dr. dr. Nelly Mayulu, M.Si 082193753516
11 dr. Frelly Valentino Kuhon, M.Kes 085299986875
12 dr. Laya Meirensia Rares, Sp.M 081356371699
13 dr. Imelda Helena Martina Najoan, Sp.M 081356265000
14 dr. Rillya Dianne Paulani Manoppo, Sp.M 08114349110
15 dr. Bisuk Parningotan Sedli, Sp.PD 085298501815
16 dr. Fona Dwiana Hermina Budiarso, M.Sc 081340220033
17 dr. Marlyn Grace Kapantow, Sp.KK(K) 08124302030
18 dr. Nurdjannah Jane Niode, Sp.KK(K) 081340859989
19 Prof. dr. Herry Evianus John Pandaleke, M.Sc, Sp.KK(K) 081399147909
20 Prof. dr. Pieter Levinus Suling, M.Sc, Sp.KK(K) 0811430817
21 dr. Tara Sefanya Kairupan, M.Kes, Ph.D 082188995976
22 dr. Linda Maya Tompodung, M.Pd.Ked 085341696994
23 Dr. dr. Junita Maja P.S., Sp.S 081356762511
24 dr. Sekplin Sekeon, Sp.S 081244058656
25 Prof. Dr. dr. John Johannes Ezwchiel Wantania, Sp.OG(K) 085225230321
26 Prof. dr. Hermie Meety Massje Tendean, Sp.OG(K) 082348107777
27 dr. Suzanna Patricia Mongan, Sp.OG(K) 081343241818
28 dr. Anastasia Mariane Lumentut, Sp.OG 081340777975
29 dr. Magdalena Poppy Lintong, Sp.PA(K) 08124401384
30 Dr. dr. Rocky Wilar, Sp.A(K) 0811435252
CADANGAN:
31 dr. Firginia Pricilia Manoppo, M.Pd.Ked 0811431714
32 dr. Timothy Sean Kairupan, Ph.D 08114340990
33 dr. Alfred Setiono 081340011984

39
BAB VI
SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG

A. Sarana
• Buku pegangan P3D
• Buku pegangan instruktur
• Metode tatap muka
- Lup
- Alat dan bahan untuk pemeriksaan tambahan (pemeriksaan dermografisme,
psoriasis, Gram, KOH, BTA, lampu Wood, dan pemeriksaan Kusta dan POD)
• Metode pembelajaran jarak jauh (PJJ):
- Video penuntun, gambar efloresensi
- Komputer/laptop/smartphone, headset, webcam, speaker
- Aplikasi/platform e-learning seperti googleclassroom, googlemeet, zoom
meeting, dan sebagainya.

B. Prasarana
• Metode tatap muka:
- 14 ruangan skills lab dengan kapasitas @ 20 orang
• Metode PJJ:
- Jaringan internet

40
BAB VII
EVALUASI

A. Penilaian Formatif
Instruktur menilai kehadiran, keterampilan klinik yang dilakukan berdasarkan check-list
yang ada serta memberikan umpan balik kepada peserta didik.

B. Penilaian Sumatif
Ujian OSCE yang akan dilaksanakan pada akhir semester.
Untuk dapat mengikuti ujian ini, peserta harus memenuhi syarat yaitu, mengikuti
kegiatan dengan jumlah kehadiran 100%.

41
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan

HARI / TANGGAL / JAM MATERI PAKAR


Jumat / 13 November 2020
09.00 – 10.00 Penjelasan modul pada mahasiswa oleh Tim
Modul dr. Nurdjannah J. Niode,
Uraian tugas Sp.KK(K), FINSDV, FAADV
Tim Modul KKD Integumen
10.00 – 10.30 Pre-test
dr. Reymond Sondakh, Sp.KK /
10.30 – 12.00 Anatomi dan Fisiologi Sistem Integumen
dr. Enricco Mamuaja, Sp.KK
12.00 – 13.00 ISTIRAHAT
13.00 – 15.00 Inspeksi kulit dan efloresensi dr. Tara S. Kairupan, M.Kes,
Inspeksi membran mukosa dan kuku Ph.D / Tim Pakar KKD
Palpasi kulit Integumen
15.00 – selesai Breakout room (Googlemeet) – absensi,
Instruktur Kelas
pengecekan tugas
Senin / 16 November 2020
09.00 – 12.00 Pemeriksaan dermografisme, fenomena
tetesan lilin, tanda Koebner, tanda Auspitz
Penyiapan dan penilaian sediaan kalium dr. Shienty Gaspersz, Sp.KK /
hidroksida (KOH) dan Gram Tim Pakar KKD Integumen
Pemeriksaan dengan sinar UVA (lampu
Wood)
12.00 – 13.00 ISTIRAHAT
13.00 – selesai Breakout room - absensi, pengecekan tugas Instruktur Kelas
Selasa / 17 November 2020
09.00 – 12.00 Pemeriksaan kusta
dr. Renate T. Kandou, Sp.KK(K),
Penyiapan dan penilaian sediaan basil tahan
FINSDV, FAADV /
asam (BTA)
Tim Pakar KKD Integumen
Prevention of Disability (POD)
12.00 – 13.00 ISTIRAHAT
13.00 – selesai Breakout room - absensi, pengecekan tugas Instruktur Kelas
Rabu / 18 November 2020
09.00 – 10.30 Kapita Selekta dr. Grace M. Kapantow,
Sp.KK(K), FINSDV, FAADV /
Tim Pakar KKD Integumen
10.30 – selesai Breakout room - absensi, pengecekan tugas Instruktur Kelas
12.00 – 13.00 ISTIRAHAT
Rekapitulasi tugas akhir dan penilaian Instruktur Kelas
13.00 – 15.00
Umpan balik Tim Pakar KKD Integumen
15.00 - selesai Post-test

42
Lampiran 2. Tugas

A. Tugas Harian:
Pertemuan ke-1:
Membuat resume materi mengenai:
1. Inspeksi kulit dan efloresensi
2. Inspeksi membran mukosa dan kuku
3. Palpasi kulit

Pertemuan ke-2:
Membuat resume materi mengenai:
1. Pemeriksaan dermografisme
2. Fenomena tetesan lilin, tanda Koebner, tanda Auspitz
3. Penyiapan dan penilaian sediaan kalium hidroksida (KOH) dan Gram
4. Pemeriksaan dengan sinar UVA (lampu Wood)

Pertemuan ke-3:
Membuat resume materi mengenai:
1. Pemeriksaan kusta
2. Penyiapan dan penilaian sediaan basil tahan asam (BTA)
3. Prevention of Disability (POD)
Pertemuan ke-4:
Membuat resume materi kapita selekta.

B. Tugas Akhir
Membuat video demonstrasi praktik skill lab sesuai materi yang ditentukan, antara lain:
1. Inspeksi kulit dan efloresensi
2. Pemeriksaan sensibilitas MH
3. Pemeriksaan saraf tepi MH
4. Pemeriksaan slit skin smear MH
5. Pemeriksaan prevention of disability (POD) MH

43

Anda mungkin juga menyukai