Anda di halaman 1dari 8

Islam Menjaga dan Memuliakan Wanita

Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc


Di antara stigma negatif yang dialamatkan oleh Barat terhadap
ajaran Islam adalah, bahwa Islam tidak menghargai kedudukan
wanita, memasung kebebasannya, tidak adil dan menjadikannya
sebagai manusia kelas dua yang terkungkung dalam penguasaan
kaum laki-laki serta hidup dalam kehinaan. Wanita Islam pun
dicitrakan sebagai wanita terbelakang dan tersisihkan dari dinamika
kehidupan tanpa peran nyata di masyarakat. Oleh karena itu,
mereka menganggap, bahwa Islam adalah hambatan utama bagi
perjuangan kesetaraan gender.
Anehnya, sebagian kaum muslimin yang telah kehilangan jati dirinya
malah terpengaruh dengan pandangan-pandangan itu. Alih-alih
membantah, mereka malah menjadi bagian dari penyebar pemikiran
mereka. Dibawah kampanye emansipasi wanita dan kesetaraan
gender, mereka ingin agar kaum muslimah melepaskan nilai-nilai
harga diri mereka yang selama ini dijaga oleh Islam. Padahal
sejatinya islam memuliakan wanita dan menjaganya agar tetap
terhormat.
Wanita pra-Islam
Sebelum datang Islam, seluruh umat manusia memandang hina
kaum wanita. Jangankan memuliakannya, menganggapnya sebagai
manusia saja tidak. Orang-orang Yunani menganggap wanita
sebagai sarana kesenangan saja. Orang-orang Romawi
memberikan hak atas seorang ayah atau suami menjual anak
perempuan atau istrinya. Orang Arab memberikan hak atas seorang
anak untuk mewarisi istri ayahnya. Mereka tidak mendapat hak waris
dan tidak berhak memiliki harta benda. Hal itu juga terjadi di Persia,
Hidia dan negeri-negeri lainnya. (Lihat al Mar`ah, Qabla wa Ba’da al
Islâm, Maktabah Syamilah, Huqûq al Mar`ah fi al Islâm: 9-14)
Orang-orang Arab ketika itu pun biasa mengubur anak-anak
perempuan mereka hidup-hidup tanpa dosa dan kesalahan, hanya
karena ia seorang wanita! Allah berfirman tentang mereka,
ْ ْ ُ ُ َ َ َ ‫َ ُر‬
ْ ‫اْلُن ْ ََث َظ َرل َو‬
ْ‫ َي َت َو َارى م َّن الْ َق ْو ّم مّن‬. ‫ج ُه ُه ُم ْس َو ردا َو ُه َو َك ّظيم‬
ّ ‫ِإَوذا ب ِّش أحدهم ب‬
َ ُ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َ ‫ُر‬ ُ ‫ر‬ ُ ُ َ َْ ُ ََ ُ ُ ْ َُ َ ‫ُ ّ َ ُر‬
‫اب أل ساء ما َيكمون‬ ّ ‫سكه َع هون أم يدسه ّف الُت‬ ّ ‫سوء ما ب ِّش بّهّ أيم‬
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan
(kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya,
dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang
banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya.
Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan
ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?.
Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS.
An-Nahl [16]: 58)
Muhammad al Thâhir bin Asyûr mengatakan, “Mereka mengubur
anak-anak perempuan mereka, sebagian mereka langsung
menguburnya setelah hari kelahirannya, sebagian mereka
menguburnya setelah ia mampu berjalan dan berbicara. Yaitu ketika
anak-anak perempuan mereka sudah tidak bisa lagi disembunyikan.
Ini adalah diantara perbuatan terburuk orang-orang jahiliyyah.
Mereka terbiasa dengan perbuatan ini dan menganggap hal ini
sebagai hak seorang ayah, maka seluruh masyarakat tidak ada yang
mengingkarinya.” (al Tahrîr wa al Tanwîr: 14/185)
Wanita Pasca Islam
Kemudian cahaya Islam pun terbit menerangi kegelapan itu dengan
risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam, memerangi segala bentuk kezaliman dan menjamin setiap
hak manusia tanpa terkecuali. Islam memuliakan wanita dan
menjaganya. Perhatikan Allah berfirman tentang bagaimana
seharusnya memperlakukan kaum wanita dalam ayat berikut:
ُ َ ْ َ ‫َ َ رُ َ رَ َ َ ُ َ َ ُر َ ُ ْ َ ْ َ ُ ر َ َ َ ْ َ َ َ ْ ُ ُ ُ َر‬
‫يا أيها اَلّين آمنوا ل َيّل لكم أن ت ّرثوا الن ّساء كرها ول تعضلوهن ِلّ ذهبوا‬
ْ َ ْ ْ ُ َ َ ْ َ ْ َ َ‫َ َ ْ ُ ُ ر‬
‫وف فإّن‬ َ ‫ر‬
ّ ‫ِشوهن بّالمع ُر‬ َ َ َ َ
ُ ّ ‫حشة مبينة وَع‬ ‫ر‬ َ ُ ّ ‫ا‬‫ف‬ ‫ب‬ َ
‫ّني‬ ‫ت‬ ‫أ‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ل‬ ‫إ‬ َ‫ب َب ْع ّض ما آتيت ُموه ر‬
‫ن‬
ّ ّ ّ ّ
َ ْ َ ُ َ ‫َ ْ ُ ُ ُ َر َ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ ر‬
‫ك ّرهتموهن فعَس أن تكرهوا شيئا ويجعل اَلل فّيهّ خْيا كث ّْيا‬
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai
wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan
mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang
telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan
pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara
patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An
Nisa [4]: 19)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sering mengingatkan
dengan sabda-sabdanya agar umat Islam menghargai dan
memuliakan kaum wanita. Di antara sabdanya:
ْ‫ا ّْس َت ْو ُصوا بالنر َساءّ َخْيا‬
ّ ّ
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para
wanita.” (HR Muslim: 3729)
ْ َ ْ ُ ُْ َ َََ ْ َ ْ ُ ُْ َ ْ ُ ُْ َ
‫خْيكم خْيكم ْلهلّهّ وأنا خْيكم ْله ّل‬
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan
aku adalah yang paling baik terhadap istriku.” (HR Tirmidzi,
dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam “ash-shahihah”: 285)
Dr. Abdul Qadir Syaibah berkata, “Begitulah kemudian dalam
undang-undang Islam, wanita dihormati, tidak boleh diwariskan,
tidak halal ditahan dengan paksa, kaum laki-laki diperintah untuk
berbuat baik kepada mereka, para suami dituntut untuk
memperlakukan mereka dengan makruf serta sabar dengan akhlak
mereka.” (Huqûq al Mar`ah fi al Islâm: 10-11)
Wanita adalah Karunia, Bukan Musibah
Setelah sebelumnya orang-orang jahiliyah memandang wanita
sebagai musibah, Islam memandang bahwa wanita adalah karunia
Allah. Bersamanya kaum laki-laki akan mendapat ketenangan, lahir
maupun batinnya. Darinya akan muncul energi positif yang sangat
bermanfaat berupa rasa cinta, kasih sayang dan motivasi hidup.
Laki-laki dan wanita menjadi satu entitas dalam bingkai rumah
tangga. Kedunya saling membantu dalam mewujudkan hidup yang
nyaman dan penuh kebahagian, mendidik dan membimbing
generasi manusia yang akan datang. Islam memuliakan wanita dan
menjadikannya karunia, bukan musibah.
Allah berfirman,
ُ ‫ك ُنوا إ ََلْ َها َو َج َع َل بَيْ َن‬
ْ‫كم‬ ُ ْ َ َ ْ َ ْ ُ َُْ ْ ْ ُ َ ََ َ ْ َ َ ْ َ
ّ ‫سكم أزواجا ل ّتس‬ ّ ‫ومّن آياتّهّ أن خلق لكم مّن أنف‬
َ ُ ‫َ ْ َ َ َ َر‬ َ َ َ َ ‫َ َ َر َ َ ْ َ َر‬
‫مودة ورْحة إّن ّف ذل ّك َليات ل ّقوم يتفكرون‬
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al
Rûm [30]: 21)
َ‫ك ْم بَنّني‬ُ ‫ك ْم م ّْن أَ ْز َواج‬
ُ َ‫ك ْم أَ ْز َواجا َو َج َع َل ل‬
ُ ‫ك ْم م ّْن َأنْ ُفس‬ ُ َ‫اَلل َج َع َل ل‬
ُ َ‫َو ر‬
ّ ّ
ْ‫اَللّ ُهم‬َ‫ون َوبن ْع َمت ر‬ َ ُ ُْ َْ َ َ َ ‫ر‬ َ ‫ر‬ َ ْ ُ ََ َ َ َ َ َ َ
ّ ّّ ‫ات أفبّاْلا ّط ّل يؤمّن‬ ّ ‫وحفدة ورزقكم مّن الطي ّب‬
َ ُْ
‫يَكف ُرون‬
“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-
cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah
mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat
Allah?.” (QS. An Nahl [16]:72)
َ‫ك ْم َو َأنْ ُت ْم ْلّ َاس ل َ ُه رن‬
ُ َ‫ُه َرن ْلّ َاس ل‬

“Mereka (istri-istri) adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah


pakaian bagi mereka.” (QS. Al Baqarah [2]: 187)
Hak dan Kedudukan Wanita
Sebagaimana laki-laki, hak-hak wanita juga terjamin dalam Islam.
Pada dasarnya, segala yang menjadi hak laki-laki, ia pun menjadi
hak wanita. Agamanya, hartanya, kehormatannya, akalnya dan
jiwanya terjamin dan dilindungi oleh syariat Islam sebagaimana
kaum laki-laki. Inilah bukti bahwa islam memuliakan wanita.
Diantara contoh yang terdapat dalam al Qur`an adalah: wanita
memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam beribadah dan
mendapat pahala:
َ ُ ُ َْ َ َ َُ ْ ُ َُ َ َُْ َْ َ َ ْ َ ‫ر‬ َ َ ََْْ ْ ََ
‫ات مّن ذكر أو أنَث وهو مؤمّن فأولئّك يدخلون‬
ّ ‫اِل‬ّ ‫ومن يعمل مّن الص‬
َ َ ُ َ ْ ُ َ َ َ َ‫ْ َ ر‬
‫اْلنة ول يظلمون نقّْيا‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki
maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu
masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau
sedikitpun.” (QS. An Nisâ [4]: 124)
Wanita juga memiliki hak untuk dilibatkan dalam bermusyawarah
dalam soal penyusuan:
َ ‫اور فَ ََل ُج َن‬
َ‫اح َعلَيْهما‬ َ ََ ْ َ
ُ ‫ادا ف َّصال َع ْن تَ َراض مّنْ ُه َما َوت َ َش‬
ّ ‫فإّن أر‬
“Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan
kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa
atas keduanya.” (QS. Al Baqarah [2]: 233)
Wanita berhak mengadukan permasalahannya kepada hakim:
ُ َ‫اَلل ي َ ْس َم ُع ََت‬
َ‫او َر ُكما‬ َ‫ك ف َز ْوج َها َوت َ ْش َتِك إ ََل ر‬
ُ َ‫اَللّ َو ر‬ َ ُ َ ُ ‫َ ْ َ َ رَ ُ َ ْ َ َر‬
ّ ّ ّ ّ ‫قد س ّمع اَلل قول ال ِّت ُتادّل‬
َ َ‫إ َرن ر‬
‫اَلل َس ّميع بَ ّصْي‬ ّ
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang
mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan
mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal
jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar
lagi Maha Melihat.” (QS. Al Mujâdilah [58]: 1)
Dan di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, diriwayatkan
beberapa kasus pengaduan wanita kepadanya.
Wanita adalah partner laki-laki dalam peran beramar makruf nahi
munkar dan ibadat yang lainnya:
َ َ ْ َََْ ُ ْ َ ْ َ ُ َُْ ْ َ ُ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ ُ َ ْ ُْ َ َ ُ ْ ُْ َ
‫وف وينهون ع ّن‬ ّ ‫والمؤمّنون والمؤمّنات بعضهم أو َّلَاء بعض يأمرون بّالمعر‬
ُ َ ‫ْي‬
ُ‫ْح ُهم‬ َ َ ُ ُ َ ُ َ َ َ َ‫ْ ُ ْ َ َ ُ ُ َ رَ َ َ َ ُ ْ ُ َ رَ َ َ َ ُ ُ َ ر‬
ْ َ ‫ك َس‬
ّ ‫المنك ّر ويقّيمون الصَلة ويؤتون الزَكة وي ّطيعون اَلل ورسوَل أولئ‬
َ َ‫اَلل إ َرن ر‬
‫اَلل َع ّزيز َحكّيم‬ ُ َ‫ر‬
ّ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.
Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang
munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada
Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al
Taubah [9]: 71)
Allah juga berfirman tentang hak wanita:
َ َ ُ َ ‫َ ر َ َ َ ْ َر َ َ َ َ ر‬ ُ ْ َ ْ ‫َ َ ْ َر‬ َ‫َ َ ُ َر ْ ُ ر‬
‫ّلرجا ّل علي ّهن درجة واَلل ع ّزيز حكّيم‬
ّ ‫وف ول‬
ّ ‫ولهن مّثل اَلّي علي ّهن بّالمعر‬
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi laki-laki,
mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Baqarah [2]: 228)
Ibnu Katsir berkata, “Maksud ayat ini adalah bahwa wanita memiliki
hak atas laki-laki, sebagaimana laki-laki atas mereka. Maka,
hendaknya masing-masing dari keduanya menunaikan hak yang
lainnya dengan cara yang makruf.” (Tafsîr al Qur`ân al Adzîm: 1/609)
Muhammad al Thâhir bin ‘Asyûr berkata, “Ayat ini adalah deklarasi
dan sanjungan atas hak-hak wanita.” (al Tahrîr wa al Tanwîr: 2/399)
Mutiara Yang Harus Dijaga
Selain menjamin hak-hak wanita, Islam pun menjaga kaum wanita
dari segala hal yang dapat menodai kehormatannya, menjatuhkan
wibawa dan merendahkan martabatnya. Bagai mutiara yang mahal
harganya, Islam menempatkannya sebagai makhluk yang mulia
yang harus dijaga. Atas dasar inilah kemudian sejumlah aturan
ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dan agar berikutnya,
kaum wanita dapat menjalankan peran strategisnya sebagai
pendidik umat generasi mendatang.
Muhammad Thâhir ‘Asyûr rahimahullah berkata, “Agama Islam
sangat memperhatikan kebaikan urusan wanita. Bagaimana tidak,
karena wanita adalah setengah dari jenis manusia, pendidik pertama
dalam pendidikan jiwa sebelum yang lainnya, pendidikan yang
berorientasi pada akal agar ia tidak terpengaruh dengan segala
pengaruh buruk, dan juga hati agar ia tidak dimasuki pengaruh
setan…
Islam adalah agama syariat dan aturan. Oleh karena itu ia datang
untuk memperbaiki kondisi kaum wanita, mengangkat derajatnya,
agar umat Islam (dengan perannya) memiliki kesiapan untuk
mencapai kemajuan dan memimpin dunia.” (al Tahrîr wa al Tanwîr:
2/400-401)
Di antara aturan yang khusus bagi wanita adalah aturan dalam
pakaian yang menutupi seluruh tubuh wanita. Aturan ini berbeda
dengan kaum laki-laki. Allah memerintahkan demikian agar mereka
dapat selamat dari mata-mata khianat kaum laki-laki dan tidak
menjadi fitnah bagi mereka.
ْ‫ّني َعلَيْه رَن مّن‬
َ ‫ني يُ ْدن‬ َ َ ْ َ ْ ُ ‫َ َ رُ َ رَ ُر‬
َ ّ ‫ك َوبَ َنات َّك َون َّساءّ ال ْ ُم ْؤ ّمن‬
ّ ‫ج‬ّ ‫يا أيها ال ّب قل ّْلزوا‬
َ ُ َ ُ َ‫َر َ َ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ ر‬ َ َ
‫حيما‬
ّ ‫جَلبّيب ّ ّهن ذل ّك أدَن أن يعرفن فَل يؤذين وَكن اَلل غفورا ر‬
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnyake seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al Ahzâb [33]: 59)
Wanita pun diperintah oleh Allah untuk menjaga kehormatan mereka
di hadapan laki-laki yang bukan suaminya dengan cara tidak
bercampur baur dengan mereka, lebih banyak tinggal di rumah,
menjaga pandangan, tidak memakai wangi-wangian saat keluar
rumah, tidak merendahkan suara dan lain-lain.
َ ُ ْ َ‫َ َ ْ َ ُ ُ ُ َر َ َ َ َ َر ْ َ َ َ ُر َ ْ َ ر‬
‫وقرن ّف بيوت ّكن ول تبجن تبج اْلاهّلّيةّ اْلول‬
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang
dahulu.” (QS. Al Ahzâb [33]: 33)

Semua syariat ini ditetapkan oleh Allah dalam rangka menjaga dan
memuliakan kaum wanita, sekaligus menjamin tatanan kehidupan
yang baik dan bersih dari prilaku menyimpang yang muncul akibat
hancurnya sekat-sekat pergaulan antara kaum laki-laki dan wanita.
Merebaknya perzinahan dan terjadinya pelecehan seksual adalah
diantara fenomena yang diakibatkan karena kaum wanita tidak
menjaga aturan Allah diatas dan kaum laki-laki sebagai pemimpin
dan penanggungjawab mereka lalai dalam menerapkan hukum-
hukum Allah atas kaum wanita.
Penutup
Akhirnya, dengan keterbatasan ilmu dan kata, penulis merasa
bahwa apa yang dipaparkan dalam tulisan ini masih jauh dari
sempurna. Namun mudah-mudahan paling tidak dapat sedikit
menjawab keragu-raguan yang mungkin hinggap pada benak
sebagian kaum muslimin tentang pandangan Islam terhadap wanita,
disebabkan karena merebaknya opini keliru yang disebarkan oleh
orang-orang yang tidak menginginkan syariat Islam tegak menopang
sendi-sendi kehidupan umat manusia. Yakinilah bahwa islam
memuliakan wanita dan menjaganya agar tetap terhormat.
Wallâhu a’alam bish-shawâb wa shallallâhu ‘alâ nabiyyinâ
Muhammad.

Anda mungkin juga menyukai