Anda di halaman 1dari 16

8.

ISLAM DAN IDENTITAS DIRI


(PSIKOLOGI)

Imron Baehaqi, Lc., MA


DEFINISI PSIKOLOGI
 Psikologi berasal dari Bahasa Yunani: "ψυχή" (Psychē yang
berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia/logos yang artinya ilmu. Jiwa
(soul, mind, spirit, nafs, suksma).
# ilmu jiwa, tasawuf akhlaki
 Psikologi adalah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan
yang mempelajari mengenai perilaku dan fungsi mental (jiwa)
manusia.
 Psikologi berusaha mempelajari peran fungsi mental dalam
perilaku individu maupun kelompok, selain juga mempelajari
tentang proses fisiologis dan neurobiologis yang mendasari
perilaku.
Madzhab Psikologi
 3 madzhab Psikologi:
1. Psikoanalisa (Sigmund Freud),
2. Behaviorisme (JB Watson, BF Skinner), dan
3. Humanisme (Abraham Maslow).
#Psikologi Islam adalah madzhab ke-4
 Jiwa manusia dalam psikologi Barat cenderung dipahami
secara parsial menurut penekanan masing-masing
madzhab.
DIRI MANUSIA
1. RUH
2. JIWA
3. JASAD/TUBUH

Di dalam diri manusia terdapat:


1. Kemampuan untuk membedakan dan memikir;
2. Unsur-unsur kemarahan, agresif, kesombongan,
keserakahan, berkuasa
3. Unsur-unsur syahwat, nafsu makan dan kelezatan
inderawi lainnya
INSTINK DAN JIWA 1

 Abdurrahman ibn Jauzi dalam al-Thib al-Ruhani


(kesehatan jiwa) mengatakan: instink yang dilekatkan
pada tubuh manusia adalah untuk diambil manfaatnya,
seperti mengambil manfaat dari makan dan menghindari
berlebih-lebihan, sebab akan merusak. Dsb
 Instink harus disederhanakan, dididik dan ditingkatkan
kualitasnya.
 Asal-usul kepribadian adalah sehat dan baik, yang tidak
baik adalah insidentil. pendidikan sejak dini
INSTINK DAN JIWA 2
 al-Ghazali: setiap anak dapat menerima yang baik dan
buruk dan tetapi tidak dapat membedakannya.
 Pribadi itu sederhana. Ia akan dipengaruhi millieunya. 
dituntun, dilatih, dan dididik.
 Hereditas tidak dapat dinafikan. Ia akan berpengaruh
dalam hidup manusid. Bibit apel tidak dapat menjadi
kurma.
 Ibnu Khaldun: semua jenis hewan sama dengan
manusia dalam segi kehewanannya, hanya manusia
berbeda dari hewan dari segi pikiran, dan dari pemikiran
inilah lahir ilmu pengetahuan dan industrialisasi.
KONSEP JIWA
 Sabda Nabi SAW: Kullu mauludin yuladu alal
fitrah, wainnama abawahu yuhaidanihi au
yunasiranihi au yumajisanihi
 FITRAH
 Jiwa terkait dengan spirit terdalam psikologi
Barat cenderung simplifikasi dan melihat jiwa
sebagai “materi”. # Freud, Skinner, Rogers, dll.
 Peak experiences: Abraham Maslow
 Kritik Malik Badri dan Krisis manusia modern
Kedudukan Jiwa Manusia
 Persoalan jiwa (psykhe) merupakan persoalan yang esensial
dalam hidup manusia. Karena jiwa menjadi ukuran eksistensi
hidup seorang manusia.
 Menurut Sokrates, jiwa adalah intisari kepribadian manusia,
sebab jiwa bukan sekedar nafas semata, melainkan asas
hidup manusia dalam arti yang lebih mendalam. Jiwa
merupakan hakekat kedirian manusia yang mewujud
sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Hanya melalui
perwujudan jiwa yang baik, manusia disebut baik. Tingkah
laku manusia hanya akan disebut baik, jika dengan itu ia
berusaha supaya manusia menurut intisarinya dijadikan
sebaik mungkin.
 Menurut Plato, jiwa digambarkan laksana sebuah
kereta yang bersasis (fungsi rasional), yang ditarik
oleh dua kuda bersayap, yaitu kuda kebenaran,
yang lari ke atas, ke dunia idea, dan kuda keinginan
atau nafsu, yang lari ke bawah, ke dunia gejala
(materi). Dalam tarik menarik itu akhirnya nafsulah
yang menang, sehingga kereta itu jatuh ke dunia
gejala dan jiwa dipenjarakan. Untuk melepaskan
jiwa dari penjaranya, orang harus berusaha
mendapatkan pengetahuan, yang menjadikan
orang dapat melihat idea-idea, melihat ke atas.
MANUSIA SEBAGAI SISTEM
 Nafs dengan berbagai derivasinya disebut
sebanyak 303 kali. Nafs digunakan al-Qur'an
untuk menyebut totalitas manusia (QS. al-
Maidah [5]: 32 dan Yasin [36]: 54), sisi dalam
(jiwa) manusia dan sebagai penggerak tingkah
laku (QS. al-Ra'd [13]: 11). Jika tubuh manusia
mempunyai sistem, demikian jiwa manusia.
Sistem nafsani terdiri dari elemen-elemen:
qalb, 'aql, ruh, bashirah dan fitrah dengan
fungsi masing-masing sebagai subsistem
(Mubarok, 2001: 6)
NAFS & HAWA’
 Nafs –bentuk jamaknya nufus dan anfus—mempunyai arti,
antara lain: jiwa (soul), pribadi (person), diri (self), hidup (life),
hati (heart) dan pikiran (mind).
 Ibn Sina dan Ibn Miskawaih menyebut manusia sebagai al-
nafs al-nathiqah (jiwa atau pribadi yang berakal).
 Namun demikian, nafs dalam al-Qur'an juga digunakan dalam
arti nafsu, yaitu dorongan-dorongan kepada keinginan
rendah yang menjurus kepada hal-hal yang negatif (QS. Yusuf
[12]:53).
 Dalam al-Qur'an terdapat dua kata yang sama-sama diartikan
"nafsu", yaitu al-nafs itu sendiri dan hawa' (jamaknya ahwa')
yang mengandung arti: hasrat (desire), tingkah (caprice), hawa
nafsu (Arab: hawa' al-nafs= keinginan/dorongan pribadi) atau
kecenderungan pribadi untuk bersikap (inclination). Kata ini
tercantum dalam al-Qur'an sebanyak 17 kali.
NAFS SEMPURNA
 Nafs diciptakan Allah secara sempurna (al-Syams
[91]: 7-10), tetapi ia harus tetap dijaga kesuciannya,
sebab ia bisa rusak jika dikotori dengan perbuatan
maksiat (durhaka dan melanggar perintah Allah).
 Kualitas nafs tiap orang berbeda-beda sesuai
dengan bagaimana usaha manjaganya dari hawa
(QS. al-Nazi'at [79]: 40-41), yakni dari
kecenderungannya untuk memenuhi syahwat,
karena menuruti dorongan syahwat itu merupakan
tingkah laku hewan yang dengan itu manusia telah
menyia-nyiakan potensi akal yang menandai
keistemewa-annya (al-Maraghi, vol. x, 1985: 168-
69).
JENIS JIWA: Menurut al-Qur’an

1. Jiwa MutmainnahQS. al-Fajr (89): 27-29


2. Jiwa Zakiyah  QS. Al-Kahfi (18): 74
3. Jiwa Lawwamah QS. al-Qiyamah (75): 2
4. Jiwa Amarah QS. Yusuf (12): 53
Jiwa yang Tenang

ْ ﴾٢٧﴿ ُ‫ط َمئِنَّ ُة‬


ُِ ‫ار ِج ِعً ُ ِإلَىُ ُ َر ِب‬
ُ‫ّك‬ ْ ‫س ُ ْال ُم‬
ُُ ‫ ٌَاأٌََّت ُ َها النَّ ْف‬
ًُ‫﴾ فَا ْد ُخ ِلً ُ ِف‬٢٨﴿ ُ‫ضٌَّة‬ ِ ‫اضٌَةُ ُ َّم ْر‬ ِ ‫َر‬
Artinya: “Hai jiwa yang ﴾ ٣ٓ ﴿ ً
tenang. ‫ت‬
ِ َّ‫ ْد ُخ ِلًُ َجن‬kepada
Kembalilah ‫ا‬ ‫و‬
َ ﴾ ٢٩ ﴿
Tuhanmu‫ي‬ ‫د‬
ِ ‫ا‬ َ ‫ب‬
dengan ‫ع‬
ِ hati
yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-
hamba-Ku,

Jiwa yang Bersih

ُ‫ت‬َ ‫غ ََلماُفَقَتَلَهُُقَا َلُأَقَت َ ْل‬ َ ‫ فَان‬


ُ ُ‫طلَقَاُ َحتَّىُ ِإذَاُلَ ِقٌَا‬
ُ‫شٌْئا‬َ ُ‫ت‬ َ ْ‫ُجئ‬ ِ ‫نَ ْفساُزَ ِكٌَّةُ ِبغٌَ ِْرُنَ ْف ٍسُلَّقَ ْد‬
Artinya: Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala
dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata:
﴾ ٧٤ ﴿
keduanya ‫ا‬ ‫ر‬ ْ
‫ك‬ ُّ ‫ن‬
berjumpa

"Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh
orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar".
Jiwa yang Menyesal

﴾٢﴿ ‫ َو ََلُأ ُ ْق ِس ُمُ ِبالنَّ ْف ِسُاللَّ َّوا َم ُِة‬


Artinya: Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya
sendiri).

Jiwa yang Jahat

ُ‫وء‬
ِ ‫س‬ ُّ ‫ارةٌُ ِبال‬‫م‬ َ
َ َّ َ َ
‫َُل‬ ‫س‬ ْ
‫ف‬ َّ ‫ن‬ ‫ُال‬‫ن‬َّ ‫إ‬
ِ ً
ُ ‫س‬ِ ْ
‫ف‬ َ ‫ن‬ُُ
‫ئ‬ ‫ر‬ ُ
ّ ِ َ ‫ َو َماُأ‬
‫ب‬
ٌ ُ‫غف‬
ُ‫ور‬ َ ًُّ‫ُر ِب‬ َ ‫ِإ ََّلُ َم‬
َ ‫اُر ِح َمُ َر ِبًُّ ِإ َّن‬
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
﴾٥٣﴿ ‫ ِحٌ ٌُم‬kecuali
‫َّر‬
nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Pengampun lagi Maha Penyanyang.
Jiwa Bertanggung Jawab
1. QS. At-Takwir (81): 14 “alimat nafsum ma akhdorot” [maka
tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah
dikerjakannya].
2. QS. Infithaar (82): 5 “alimat nafsum ma koddamat wa
akhorot” [maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang
telah dikerjakan dan yang dilalaikannya].
3. QS. al-Mu’min (40): 17 “alyauma kullu nafsim bima kasabat,
la dzulmal yaum, inna Allaha sariul hisab” [Pada hari ini tiap-
tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya.
Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah
amat cepat hisabnya].
4. QS. Az-Zumar (39): 70 “wawuffiyat kullu nafsim ma amilat,
wahuwa a’lamu bima yaf’alun” [Dan disempurnakan bagi
tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan
Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan].

Anda mungkin juga menyukai