Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Psikologi Islam, Vol.8 No.

2 (2021): 79-84 e-ISSN: 2549-9297


DOI: 10.47399/jpi.v8i2.123 p-ISSN: 1858-1161

Hubungan antara Pemaafan, Tawadhu, dan Kibr pada Mahasiswa


Achmad Sholeh, Luftiana RYW. Siswoyo, Rachmi A. Hayati,
Reshmawati Y. Effendi, Andhika Hernanto
Departemen Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia
*e-mail: zholeh.wei@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel pemaafan, tawadhu, dan kibr, serta mengetahui
bagaimana hubungan antar variabel tersebut. Alat ukur yang digunakan yaitu Heartland Forgiveness Scale
(HFS) yang dikembangkan oleh Thompson, Snyder, & Hoffman (2005), Tawadhu Scale (TwSc) yang
dikembangkan oleh Rusdi (2017) dan Kibr Scale (KSc) yang dikembangkan oleh Rusdi (2017). Berdasarkan
hasil dari uji korelasi diketahui bahwa pemaafan memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan kibr,
sedangkan dengan tawadhu justru tidak berhubungan. Kemudian, antara tawadhu dengan kibr juga tidak adanya
korelasi antar variabel tersebut. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa antara pemaafan dan kibr menunjukkan
korelasi paling baik. Sedangkan pemaafan dengan tawadhu dan tawadhu dengan kibr tidak terjadi korelasi antar
variabel.

Kata Kunci: pemaafan, tawadhu, kibr, mahasiswa

Artikel Diterima: Artikel Direvisi: Artikel Disetujui: Publikasi Online:


Tersedia Secara Daring Tersedia Secara Daring Tersedia Secara Daring Tersedia Secara Daring
pada 29 Juli 2022 pada 29 Juli 2022 pada 29 Juli 2022 pada 29 Juli 2022

The Relationship between Forgiveness, Tawadhu, and Kibr on Students


Abstract

This study aims to see the relationship between the variables forgiveness, tawadhu, and kibr, and to find out how
the relationship between these variables. The measuring instruments used are Heartland Forgiveness Scale
(HFS) developed by Thompson, Snyder, & Hoffman (2005), Tawadhu Scale (TwSc) developed by Rusdi (2017)
and Kibr Scale (KSc) developed by Rusdi (2017). Based on the results of the correlation test, it is known that
forgiveness has a significant negative relationship with kibr, while with tawadhu it is not related. Then, between
tawadhu and kibr there is also no correlation between these variables. So, it can be concluded that between
forgiveness and kibr shows the best correlation. While forgiveness with tawadhu and tawadhu with kibr there is
no correlation between variables.

Keywords: forgiveness, tawadhu, kibr, student

First Received: Revised: Accepted: Published:


Available Online on Available Online on Available Online on Available Online on
29 July 2022 29 July 2022 29 July 2022 29 July 2022

79
Jurnal Psikologi Islam, Vol.8 No.1 (2021): 79-84

Pendahuluan Selain sifat-sifat baik yang sebagian


telah di sebutkan, terdapat juga sifat buruk
Mahasiswa terdiri dari 2 kata yaitu yang tidak bisa dipungkiri pasti ada pada
maha yang berarti besar, dan siswa yang setiap diri manusia salah satunya adalah sifat
berarti orang yang sedang melakukan sombong. Sombong secara syariat adalah
pembelajaran. Menurut Pemela (2013), menolak kebenaran dan merendahkan orang
mahasiswa adalah orang yang terdaftar lain. Menurut al-Tahānawī (Rusdi, Adya,
sebagai murid di perguruan tinggi, memiliki Utami, Yudhani, & Sukaryadi, 2017)
KTM, dan diakui oleh pemerintah serta mengatakan bahwa sombong merupakan
mampu mencari ilmu sendiri karena sudah kebodohan manusia dalam menempatkan
besar. Pemela (2013) mahasiswa tidak sama dirinya di atas posisi sebenarnya. Sombong
dengan siswa. Mahasiswa dituntut untuk lebih tidak Nampak dalam pakaian, dan
mandiri dan berbeda dengan yang bukan penampilan. Sombong sebenarnya ada di
mahasiswa, baik dalam lingkungan kampus dalam sikap. Yaitu, menolak kebenaran dan
ataupun diluar lingkungan. Mahasiswa merendahkan orang lain. Menolak kebenaran
merupakan individu yang berada dalam tahap merupakan bentu sombong intrinstik.
perkembangan dewasa dini. Masa ini Merendahkan orang lain merupakan bentuk
merupakan masa yang sangat rentan sombong ekstrinstik. al-Shahrī (Rusdi, Adya,
mengalami masalah, mahasiswa akan Utami, Yudhani, & Sukaryadi, 2017)
dihadapkan pada berbagai situasi-situasi baru mengemukakan sombong memiliki banyak
(Sholeh, 2017). objek, antara lain: Menyombongkan Ilmu,
Mahasiswa pada umumnya harus amal ibadah, keturunan, ketampanan atau
mempunyai sifat pemaafan dan tawadhu. kecantikan, harta, kekuatan, dan golongan
Tawadhu menurut al-Shaqāwī (Rusdi, Adya, atau kelompok.
Utami, Yudhani, & Sukaryadi, 2017) adalah Agama Islam menganjurkan pada
merendahkan diri dan berlaku lemah lembut. pemeluknya untuk tawadhu (Kerendahan
Menurutnya, tawadhu disertai dengan hati) dalam menjalin hubungan dengan Allah
keikhlasan mengharapkan rida Allah akan dan dengan sesama manusia. Kerendahhatian
mendongkraknya mendangi manusia yang juga dicontohkan oleh Nabi Muhammad
terpuji. Hal ini menunjukkan tidak boleh sebagai akhlak mulia yang harus dimiliki oleh
seseorang bertawadhu dengan niat lain, para pemeluk islam (Kusprayogi & Nashori,
kecuali ikhlas hanya pada Allah. Tawadhu 2016). Menurut Khalid (2006) dalam
harus disertai keikhlasan dan tanpanya, sama perspektif islam menyatakan bahwa
saja menghilangkan esensi dari tawadhu itu kerendahan hati (tawadhu) merupakan akhlak
sendiri. Sedangkan definisi pemafaan mulia kepada Allah dan manusia dengan
(forgiveness) menurut Snyder indikator taat dan merendahkan diri
(Raudatussalamah dan Susanti, 2014) sebagai dihadapan Allah, terbuka terhadap kebaikan
penyusunan transgresi yang dialami, dimana dan kebenaran, cinta dan kasih sayang pada
individu dihadapkan pada transgressor, sesama manusia tanpa membedakan status
transgresi, dan sekuel dari transgresi, sosial , dan kerendahhatian adalah lawan dari
sehingga terjadi transformasi terhadap efek sombong.
negatif menjadi netral atau positif. Sumber Sedangkan dalam pandangan barat
transgresi atau objek dari pemaafan bisa diri tawadhu dikenal dengan humility. Menurut
sendiri, orang lain atau situasi dimana Elliot (2010) humility (kerendahan hati)
pandangan seseorang berada pada kendali adalah kemampuan untuk mengakui
seseorang atau sesuatu misalnya kesalahan diri, ketidaksempurnaan,
penyakit,’takdir’ atau bencana alam. kesenjangan atau keterbatasan diri dan
Selanjutnya Snyder dan Thompson keterbukaan untuk menerima ide-ide baru,
(Raudatussalamah & Susanti, 2014) informasi, dan saran. Exline, dkk. (dalam
menjelaskan bahwa pemaafan merupakan Çardak, 2013) mendefinisikan humility atau
proses intrapersonal yang diarahkan pada diri kerendahan hati sebagai keinginan untuk tidak
sendiri, situasi dan orang lain.

80
Hubungan antara Pemaafan, Tawadhu, dan Kibr pada Mahasiswa (Achmad Sholeh, Luftiana RYW. Siswoyo, Rachmi A. Hayati, Reshmawati Y.
Effendi, Andhika Hernanto)

membela diri secara akurat, termasuk (Raudatussalamah & Susanti, 2014)


kekuatan dan keterbatasan. Hareli & Weiner Forgiveness adalah suatu perasaan damai
(dalam, Çardak, 2013) menyatakan bahwa yang muncul sebagai pengurang rasa sakit
kerendahan hati merupakan kebalikan dari secara pribadi, bertanggung jawab terhadap
kesombongan dan kebanggaan. Kebalikan apa yang dirasakan, dan menjadi pelaku
dari kesia-siaan, membual, harga diri, bukan korban dalam apa yang kita ceritakan.
swasembada, kepercayaan diri yang Forgiveness merupakan pengalaman penuh
berlebihan, penghinaan dan kebencian. damai dalam peristiwa yang ada. Forgiveness
Berdasarkan pemaparan diatas kerendahan tidak bisa merubah masa lalu, tetapi akan
hati dapat disimpulkan kemampuan seseorang merubah masa depan.
dalam mengakui keterbatasan Sombong secara syariat adalah
ketidaksempurnaan seseorang, terbuka menolak kebenaran dan merendahkan orang
terhadap gagasan dan saran baru, serta lain. Menurut al-Tahānawī (Rusdi, Adya,
mencintai dan menghormati orang lain. Utami, Yudhani, & Sukaryadi, 2017)
Kata tawadhu berasal dari kata kerja mengatakan bahwa sombong merupakan
lampau (fi’il madhi) yakni yang berarti kebodohan manusia dalam menempatkan
menaruh atau meletakkan sesuatu. Kata dirinya di atas posisi sebenarnya. Sombong
tawadhu secara etimologis berarti orang yang sebenarnya ada di dalam sikap. Yaitu,
merasa dirinya memiliki sejumlah kekurangan menolak kebenaran dan merendahkan orang
karena kesempurnaan hanya milik Allah lain. Menolak kebenaran merupakan bentu
semata (Rusdi, Adya, Utami, Yudhani, & sombong intrinstik. Merendahkan orang lain
Sukaryadi, 2017). Tawadhu’ adalah rendah merupakan bentuk sombong ekstrinstik.
hati, tidak sombong, lawan dari kata sombong Sombong memiliki banyak objek, antara lain:
atau takabur. Yaitu perilaku yang selalu Menyombongkan Ilmu, amal ibadah,
menghargai keberadaan orang lain, perilaku keturunan, ketampanan atau kecantikan, harta,
yang suka memulyakan orang lain, perilaku kekuatan, dan golongan atau kelompok (al-
yang selalu suka mendahulukan kepentingan Shahrī dalam Rusdi, Adya, Utami, Yudhani,
orang lain, perilaku yang selalu suka & Sukaryadi, 2017)
menghargai pendapat orang lain (Ilyas dalam Dari sifat-sifat yang telah disebutkan
Rusdi, Adya, Utami, Yudhani, & Sukaryadi, diatas, peneliti ingin melihat seberapa besar
2017)). Dan bersikap tenang, sederhana, dan hubungan antara sifat tawadhu, pemaafan dan
sungguh-sungguh menjauhi perbuatan sombong yang ada pada diri Mahasiswa di
takkabur, ataupun sum’ah ingin diketahui Indonesia.
orang lain amal kebaikan kita. Pengertian
yang lebih dalam adalah kalau kita memiliki Metode Pengumpulan Data
nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang Metode pengumpulan data dalam
lainnya. Orang yang tawadhu’ adalah orang penelitian ini menggunakan angket dengan
yang menyadari bahwa semua kenikmatan tiga skala yaitu, skala pemaafan, skala
yang didapatnya berasal dari Allah SWT. tawadhu, dan skala kibr. Skala pemaafan
Di samping sifat tawadhu, adapula menggunakan Heartland Forgiveness Scale
pemafaan (forgiveness), menurut McCullough (HFS) yang dikembangkan oleh Thompson,
(Raudatussalamah & Susanti, 2014) Snyder, & Hoffman (2005) terdiri dari 18
menjelaskan bahwa pemaafan merupakan aitem, 9 aitem favorable dan 9 aitem
seperangkat motivasi untuk mengubah unfavorable. Skala pemaafan ini terdiri dari 3
seseorang untuk tidak membalas dendam dan subscale yaitu forgiveness of self, forgiveness
meredakan dorongan untuk memelihara of others, dan forgiveness of situations.
kebencian terhadap pihak yang menyakiti Kedua, skala tawadhu menggunakan
serta meningkatkan dorongan untuk konsiliasi Tawadhu Scale (TwSc) yang dikembangkan
hubungan dengan pihak yang menyakiti. oleh Rusdi (2017) terdiri dari 12 aitem
Tidak jauh berbeda dengan definisi yang favorable. Skala tawadhu ini memiliki dua
diungkapkan oleh Luskin, F. dimensi yaitu kepada Allah dan kepada

81
Jurnal Psikologi Islam, Vol.8 No.1 (2021): 79-84

manusia. Ketiga, skala kibr menggunakan kibr, sedangkan dengan tawadhu justru tidak
Kibr Scale (KSc) yang dikembangkan oleh berhubungan. Kemudian antara tawadhu
Rusdi (2017) terdiri dari 10 aitem favorable. dengan kibr juga tidak adanya korelasi antar
Skala kibr (sombong) memiliki dua variabel tersebut.
komponen, yaitu menolak kebenaran (batr al- Hasil ini menjadi menarik untuk di
haqq) dan merendahkan manusia (ghamt al- bahas. Nashori (2014) mendefinisikan
nȃs). pemaafan dengan kesediaan untuk
Subjek dalam penelitian ini adalah meninggalkan hal-hal tidak menyenangkan
mahasiswa tersebar di Indonesia, sebanyak yang bersumber dari hubungan interpersonal
132 orang yang terdiri dari 22 subjek laki-laki dengan menumbuhkan dan mengembangkan
dan 110 subjek perempuan. Metode perasaan, pikiran dan hubungan yang lebih
pengambilan sampel dalam penelitian ini positif dengan orang yang telah melakukan
menggunakan teknik convenience sampling perbuatan tidak menyenangkan. Pemaafan
yaitu, pengambilan sampel dengan cara merupakan kemampuan seseorang untuk
termudah dengan siapa saja yang bisa Mengubah perasaan negative atau tidak
ditemui. menyenangkan yang dirasakan akibat pelaku,
Penelitian ini tidak akan merujuk pada tindakan, peristiwa dan situasi yang
konsep sebab akibat, jenis penelitian korelasi dialaminya menjadi perasaan positif dengan
tidak berlaku kausalitas di dalamnya. menerima dan mengambangkan menjadi rasa
Penelitian ini hanya akan mencari hubungan kasih, iba dan cinta.
ketiga varibel yaitu, pemaafan, tawadhu, dan Sebaliknya, sombong merupakan anak
kibr. Pada penelitian ini juga tidak akan dari sifat ujub yaitu, suatu sikap besar diri dan
dibedakan menjadi variabel dependen atau suka menganggap yang lain remeh, merasa
independen. Sehingga, penelitian ini dirinya besar, merasa dirinya pandai dan
bertujuan untuk melihat pola hubungan ketiga tinggi dalam segala hal, baik harta, pasangan,
variabel. dan kedudukan (Hawwa, 2006). Pernyataan di
atas sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa
Hasil dan Pembahasan pemaafan memiliki hubungan negatif yang
signifikan dengan sombong. Di mana terjadi
Berdasarkan dari hasil uji korelasi dari
korelasi yang negatif atau berlawanan pada
ketiga variable, pemaafan, tawadhu, dan kibr
antar kedua variabel. Secara teoritikal dan
maka diperoleh hasil sebagai berikut.
konstrak, hasil ini sesuai dengan teori-teori
Tabel 1 yang ada.
Uji Korelasi Spearman Rho Templeton (kusprayogi & Nashori,
2016) menyampaikan bahwa kerendahhatian
Variabel Kibr Tawadhu Forgiveness
Kibr 1 merupakan kebalikan dari arogansi. Namun
Tawadhu -0,085 1 hasil penelitian ini justru menunjukkan bahwa
Forgiveness -0,519** -0,040 1 tidak terdapat hubungan antar kedua variabel.
Hal ini serupa dengan variabel pemaaf dengan
Dari hasil data di atas diketahui bahwa tawadhu yang juga tidak berkorelasi.
pemaafan memiliki hubungan negatif yang Tawadhu’ adalah rendah hati, tidak sombong,
signifikan dengan kibr (sombong) dilihat dari lawan dari kata sombong atau takabur. Yaitu
nilai r = -0,519 dengan signifikansi p = 0,00. perilaku yang selalu menghargai keberadaan
Sedangkan, pemaafan tidak memiliki orang lain, perilaku yang suka memulyakan
hubungan dengan tawadhu, dilihat dari nilai r orang lain, perilaku yang selalu suka
= -0,040 yang justru berlawanan. Hal ini juga mendahulukan kepentingan orang lain,
sama antara tawadhu dengan kibr yang tidak perilaku yang selalu suka menghargai
memiliki hubungan, ditujukkan dari nilai r = - pendapat orang lain (Rusdi, Adya, Utami,
0,085. Berdasarkan hasil dari uji korelasi Yudhani, & Sukaryadi, 2017). Hubungan
diketahui bahwa pemaafan memiliki antar variabel diatas tidak sejalan denga teori
hubungan negatif yang signifikan dengan yang ada.

82
Hubungan antara Pemaafan, Tawadhu, dan Kibr pada Mahasiswa (Achmad Sholeh, Luftiana RYW. Siswoyo, Rachmi A. Hayati, Reshmawati Y.
Effendi, Andhika Hernanto)

Banyak faktor yang menyebabkan Boonyarit, I., Chuawanlee, W., Macaskill, A.,
tidak terjadinya korelasi antar variabel. & Supparerkchaisakul, N. (2013). A
Seperti tidak normalnya sebaran data pada Psychometric Analysis of the
variel pemaaf dan tawadhu. Kemudian,
Workplace Forgiveness Scale.
Menurut Widhiarso (dalam Rohma, 2013),
karena adanya aitem yang bersifat normatif Europe's Journal of Psychology,
atau sosial disirabel, sehingga responden doi:10.5964/ejop.v9i2.551.
cenderung menyetujui jawaban dalam aitem. Bugay, A., & Demir, A. (2010). A Turkish
Menurut Azwar (dalam Rohma, 2013), selain version of Heartland Forgiveness
aitem yang bersifat normatif dimungkinkan Scale . Procedia Social and
karena operasional yang kurang tepat. Behavioral Sciences, 1927-1931.
Menurut Azwar (Sholeh, 2017) kejelasan
doi:10.1016/j.sbspro.2010.07.390.
konsep mengenai atribut yang hendak diukur
memungkinkan perumusan indikator- Çardak, M. (2013). The relationship between
indikator perilaku yang menunjukkan adanya forgiveness and humility: A case study
atribut yang saling berhubungan dan terukur. for university students . Academic
Kurang mengoperasionalisasikan konsep Journals Educational Research and
teoritik dapat melahirkan aitem yang kurang Reviews, 425-430.
valid. Dalam penelitian peneliti mengadaptasi Elliott, J. C. (2010). Humility: Development
alat ukur pemaafan dari barat yang
and analysis of a scale. Retrieved
dikembangkan oleh (Thompson, Snyder, &
Hoffman, 2005), alat ukur yang peneliti from University of Tennessee,
gunakan besar kemungkinan terjadi bias, Knoxville:
seperti faktor keadaan lingkunan, situasi dan http://trace.tennessee.edu/utk_graddiss
juga budaya. /795
Khalid, A. (2006). Semua Akhlak Nabi. Solo:
Simpulan
Aqwam.
Berdasarkan hasil penelitian hubungan Hawwa, S. (2006). Kajian Lengkap
antara pemaafan, tawadhu, dan kibr pada Penyesuaian Jiwa. Takziyatun Nafs,
mahasiswa, maka diperoleh kesimpulan
Intisari Ihya Ulummuddin. Jakarta:
bahwa antara pemaafan dan kibr
menunjukkan korelasi paling baik. Sedangkan Pena Pundi Aksara.
pemaaf dengan tawadhu dan tawadhu dengan Pamela, Y. (2013). Apa Itu Mahasiswa?
kibr tidak terjadi korelasi antar variabel. untuk [Diakses pada 27 November 2017 pukul
penelitian selanjutnya dengan mengambil 22.10]
variabel yang sama disarankan untuk meneliti https://www.kompasiana.com/yonapem
dengan menambah data dan memperhatikan ela/apa-
sebaran data.
itumahasiswa_552b6ed96ea834d449
Daftar Pustaka 8b45b0
Raudatussalamah dan Susanti, R. (2014).
Ashton, M. C., & Lee, K. (2007). Empirical,
Pemafaan (Forgiveness) Dan
Theoretical, and Practical Advantages
Psychological Wellbeing Pada
of the HEXACO Model of Personality
Narapidana Wanita. Jurnal Marwah.
Structure. Personality and Social
13(2), 219-234.
Psychology Review, 150-166.
Rusdi, A. (2017). Kibr Scale. Fakultas
Badan Pusat Satistik [Diakses pada 27
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
November 2017 pukul 22.17]
Universitas Islam Indonesia.
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/
Unpublished.
view/id/1840

83
Jurnal Psikologi Islam, Vol.8 No.1 (2021): 79-84

Rusdi, A. (2017). Skala Tawadhu (TwSc).


Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
Budaya Universitas Islam Indonesia.
Unpublished.
Rusdi, A., Adya, A., Utami, E. S., Yudhani,
E., & Sukaryadi, Y. (2017).
SOMBONG, TAWADUK DAN
SELF-EFFICACY: Studi pada Siswa
SMA Islam di Yogyakarta. Faculty of
Psychology and Socio-Cultural
Science, Universitas Islam Indonesia
and College of Shari’ah and Islamic
Studies, Umm Al-Qura University.
Unpublished.
Setiawan, D. (2017). Data Terkini, Jumlah
Penduduk Indonesia Lebih Dari 262
Juta Jiwa. [Diakses pada 27 November
2017 pukul 22.13]
http://jateng.tribunnews.com/2017/08/0
2/data-terkini-jumlah-penduduk-
indonesia-lebih-dari-262-juta-jiwa.
Sholeh, A. (2017). The Relationship among
Hedonistic Lifestyle, Life Satisfaction,
and Happiness on College Students.
International Journal of Social
Science and Humanity, 604-607. doi:
10.18178/ijssh.2017.7.9.892.
Rohma, N. H. (2013). Hubungan Antara
Kepusan Hidup Remaja Dengan
Bersyukur Pada Siswa Smait Abu
Bakar Boarding School Yogyakarta.
Emphaty Jurnal Fakultas Psikologi.
Thompson, L. Y., Snyder, C. R., & Hoffman,
L. (2005). Heartland Forgiveness
Scale. Faculty Publications,
Department of Psychology, 425.

84

Anda mungkin juga menyukai