Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Psikologi Islam, Vol.9 No.

1 (2022): 1-8 e-ISSN: 2549-9297


DOI: 10.47399/jpi.v9i1.127 p-ISSN: 1858-1161

Peran Ikhlas sebagai Salah Satu Faktor Pendukung Kesehatan Mental


Shafira Dhaisani Sutra1*, Farra Anisa Rahmania2
1
Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia
2
Magister Psikologi Profesi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia
*e-mail: shafira.sutra@students.uii.ac.id

Abstrak

Ikhlas merupakan salah satu topik kajian psikologi Islam yang memiliki kedudukan sangat tinggi dalam agama.
Hal ini dikarenakan ikhlas merupakan perintah terbesar Allah, salah satu syarat diterimanya amal ibadah, lawan
dari kesyirikan, dan pondasi dari berbagai akhlak mulia. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui
pengertian dan dampak positif ikhlas bagi kesehatan mental secara khusus dan utuh yang ditinjau dari perspektif
Islam sehingga diharapkan dapat mendorong semangat kaum muslimin untuk menerapkan, menjaga, dan
meningkatkan ibadah ikhlas serta menjadikannya sebagai hal yang prioritas dalam kehidupan. Penelitian ini
menggunakan metode narrative review yang mengacu pada metode penelitian, yaitu menjadikan Al-Qur’an dan
hadist, buku, dan jurnal yang dapat diakses melalui Google Scholar. Keterangan dalil, hasil penelitian, dan
tinjauan literatur pada sumber referensi menunjukkan bahwa ikhlas memiliki peranan yang penting dalam
mendukung kesehatan mental seseorang. Kesimpulannya, penelitian ini diharapkan dapat memperluas khazanah
psikologi Islam serta mendeskripsikan gambaran kelebihan ikhlas sebagai salah satu faktor pendukung kesehatan
mental.

Kata Kunci: ikhlas, kesehatan mental, psikologi islam

Artikel Diterima: Artikel Direvisi: Artikel Disetujui: Publikasi Online:


Tersedia Secara Daring Tersedia Secara Daring Tersedia Secara Daring Tersedia Secara Daring
pada 29 Juli 2022 pada 29 Juli 2022 pada 29 Juli 2022 pada 29 Juli 2022

The Role of Ikhlas as One of the Supporting Factors for Mental Health
Abstract

Ikhlas is one of the topics of Islamic psychology studies which had a very high position in religion.
This is because sincerity is the greatest commandment of Allah, one of the conditions for the
acceptance of acts of worship, the opposite of shirk, and the foundation of various noble characters.
The purpose of this paper is to find out the meaning and positive impact of sincerity on mental health
specifically and completely from an Islamic perspective so that it is expected to encourage the spirit of
Muslims to implement, maintain, and improve sincere worship and make it a priority in life. This study
uses a narrative review method that refers to Islamic research methods, namely using the Qur'an and
hadith as the main reference sources, the books of science experts and related journals on Google
Scholar. Information on the arguments, research results and a review of the literature on reference
sources show that sincerity has an important role in supporting one's mental health. Information on
the arguments, research results and a review of the literature on reference sources show that sincerity
has an important role in supporting one's mental health. In conclusion, this research is expected to
expand the treasures of Islamic psychology and describe the picture of the advantages of sincerity as
one of the supporting factors for mental health.

Keywords: ikhlas, mental health, islamic psychology

First Received: Revised: Accepted: Published:


Available Online on Available Online on Available Online on Available Online on
29 July 2022 29 July 2022 29 July 2022 29 July 2022

1
Jurnal Psikologi Islam, Vol.8 No.1 (2021): 1-8

Pendahuluan menikmati kehidupan sehari-hari dan


menghargai orang lain di sekitar. Menurut
Kesehatan mental dewasa kini menjadi hal
Kementerian Hukum dan HAM (2014)
yang sering diperbincangkan. Hal tersebut
Undang-undang No. 18 Tahun 2014 Pasal 1,
dapat kita lihat dari maraknya berbagai
kesehatan mental adalah kondisi di mana
platform dan promosi kesehatan mental di
seorang individu dapat berkembang secara
sosial media. Hal ini menunjukkan bahwa
fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
semakin banyak orang yang menyadari akan
individu tersebut menyadari kemampuan
pentingnya kesehatan mental bagi kehidupan.
sendiri, dapat mengatasi tekanan, bekerja
Namun, masih sedikit orang yang menjadikan
secara produktif, dan mampu memberikan
ajaran-ajaran Islam sebagai salah satu ikhtiar
kontribusi untuk komunitasnya. Menurut
untuk melestarikan kesehatan mental.
World Health Organization (2021) kesehatan
Padahal, ajaran yang ada pada Islam
mental adalah keadaan sejahtera di mana
merupakan ajaran yang sempurna dan
seseorang menyadari akan kemampuan yang
dipastikan membawa kebermanfaatan dan
dimilikinya, dapat mengatasi tekanan hidup
kebahagiaan bagi yang menerapkannya. Hal
yang normal, dapat produktif bekerja, dan
ini sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam
mampu berkontribusi dalam komunitasnya.
QS. Taha (20): 123-124 yang artinya, “Dia
Ditinjau dalam perspektif Islam, kesehatan
(Allah) berfirman, ‘Turunlah kamu berdua
mental didefinisikan sebagai kemampuan
dari surga bersama-sama, sebagian kamu
individu untuk mengelola kesesuaian fungsi-
menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Jika
fungsi kejiwaan dan mewujudkan
datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka
penyesuaian terhadap diri sendiri, orang lain,
(ketahuilah) barang siapa mengikuti
maupun lingkungan sekitarnya secara dinamis
petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak
berdasarkan Alquran dan hadis di mana
akan celaka. Dan barang siapa berpaling
berperan sebagai pedoman hidup yang
dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan
mengantarkan kepada kebahagiaan di dunia
menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami
serta akhirat (Ariadi, 2019).
akan mengumpulkannya pada hari Kiamat
Lebih lanjut, Hamid (2017)
dalam keadaan buta.’” dan QS. Al-Maidah
menjelaskan bahwa orang yang sehat mental
(5): 3 yang artinya, “Pada hari ini telah Aku
akan selalu merasakan keamanan dan
sempurnakan agamamu untukmu, dan telah
kebahagiaan di berbagai situasi. Hal ini
Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah
didukung oleh salah satu rumusan Zakiah
Aku ridai Islam sebagai agamamu.”
Daradjat (Fuad, 2016) mengenai pengertian
Menurut Fakhriyani (2019) kesehatan
kesehatan mental, yaitu terwujudnya
mental adalah suatu keadaan di mana
keharmonisan hakiki pada fungsi-fungsi jiwa,
memungkinkan adanya perkembangan pada
mampu menghadapi berbagai problematika
seluruh aspek perkembangan seseorang, baik
yang normal terjadi, serta terlepas dari
secara fisik, intelektual maupun emosional
kegelisahan dan konflik batin. Adapun ciri-
yang optimal serta selaras dengan
ciri sehat mental menurut Wright dan Taylor
perkembangan orang lain sehingga mampu
(Zulkarnain & Fatimah, 2019) adalah bahagia
untuk berinteraksi dengan lingkungan
dan terhindar dari ketidakbahagiaan, dapat
sekitarnya. Menurut Kementerian Kesehatan
memuaskan kebutuhannya secara efisien,
RI (2021) kesehatan mental yang baik adalah
terhindar dari kecemasan, kurang dari rasa
suatu keadaan di mana batin seseorang dalam
berdosa, perkembangan berjalan dengan
keadaan tenang dan tentram sehingga dapat
normal, mampu beradaptasi dengan

2
Peran Ikhlas sebagai Salah Satu Faktor Pendukung Kesehatan Mental (Shafira Dhaisani Sutra, Farra Anisa Rahmania)

lingkungannya, memiliki otonomi dan harga dikerjakan dengan tujuan untuk dilihat oleh
diri, mampu menjalin hubungan emosional orang lain agar mendapatkan kedudukan dan
dengan orang lain, dan dapat melakukan ketenaran. Sementara itu, definisi sum’ah
kontak dengan realita. adalah perbuatan yang dilakukan agar
Berdasarkan kumpulan definisi dan didengar oleh orang lain (Muzayyanah, 2011).
ciri-ciri kesehatan mental yang telah Tauhid dan ikhlas merupakan perintah
dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa Allah yang paling tinggi. Hal ini sebagaimana
sehat mental tidak hanya sekadar sehat secara firman Allah Ta’ala dalam QS. Az-Zariyat
fisik dan mental tetapi juga sehat secara (51): 56 yang artinya “Dan Aku tidak
spiritual di mana tidak jauh dari menciptakan jin dan manusia kecuali untuk
keberfungsian diri, kebahagiaan, dan beribadah kepada-Ku.” Pada ayat tersebut,
ketenangan hati. Padahal jika ditinjau melalui Allah menjelaskan tujuan dari diciptakannya
perspektif Islam, kebahagiaan dan ketenangan jin dan manusia, yaitu untuk
hati yang hakiki hanya dapat diraih ketika mempersembahkan segala bentuk peribadatan
seseorang mentauhidkan Allah Subhanahu wa kepada Allah saja. Allah Ta’ala juga
Ta’ala. Al-Utsaimi (2019) menjelaskan bahwa berfirman dalam QS. Gafir (40): 14 yang
tauhid, yaitu mengesakan (mengikhlaskan) artinya, “Maka sembahlah Allah dengan tulus
Allah dalam ibadah. ikhlas beragama kepada-Nya, meskipun
Di samping ikhlas berperan penting orang-orang kafir tidak menyukai(nya).” dan
terhadap indikator kesehatan mental, ikhlas QS. Az-Zumar (39): 11 yang artinya,
juga merupakan salah satu topik kajian “Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku
psikologi Islam yang memiliki kedudukan diperintahkan agar menyembah Allah dengan
sangat tinggi dalam agama. Hal ini penuh ketaatan kepada-Nya dalam
dikarenakan ikhlas merupakan perintah (menjalankan) agama.”
terbesar Allah, salah satu syarat diterimanya Selanjutnya, ikhlas menjadi salah satu
amal ibadah, lawan dari kesyirikan, dan syarat diterimanya ibadah. Hal ini
pondasi dari berbagai akhlak mulia. Ikhlas dikarenakan ibadah tidak akan diterima
merupakan perintah terbesar Allah karena kecuali dengan dua syarat, yaitu ikhlas dan
Allah menciptakan jin dan manusia untuk mengikuti tuntutan Rasulullah
mengesakan-Nya dalam peribadatan. Konsep Shallallahu’alihi wa Sallam secara murni
mengesakan Allah ini disebut sebagai tauhid (Abuzaid, 2018). Berdasarkan sabda
di mana tauhid tidak bisa terlepas dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam yang
keikhlasan, yaitu mengerjakan segala sesuatu artinya, “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla
semata-mata hanya untuk mengharap tidak menerima suatu amal kecuali jika
keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala (Ihsan dikerjakan murni karena-Nya dan mengharap
& Ihsan, 2019) Perbedannya adalah orang wajah-Nya (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i
yang tidak bertauhid dikatakan telah dengan sanad yang jayyid/bagus)”. Rasulullah
melakukan syirik besar yang dapat Shallallahu’alaihi wa Sallam juga bersabda
mengeluarkan seseorang dari Islam yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak
sedangkan orang yang tidak ikhlas bisa terjadi memandang kepada rupa kalian, juga tidak
pada muslim di mana tidak sampai kepada harta kalian tetapi Dia melihat kepada
mengeluarkan seseorang dari Islam tetapi hati dan amal kalian (HR. Muslim no. 2564)”
masuk dalam tingkatan syirik kecil, yaitu serta “Sesungguhnya amal itu tergantung
riya’ dan sum’ah. Riya’ menurut Al-Ghazali niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan
(Zulfikar, 2018) adalah perbuatan yang sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya

3
Jurnal Psikologi Islam, Vol.8 No.1 (2021): 1-8

kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya menukil firman Allah Ta’ala yang artinya,
kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang “Aku adalah Dzat yang paling tidak
siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena membutuhkan sesuatu. Barang siapa
wanita yang hendak dinikahinya, maka mengerjakan amalan dengan menyekutukan
hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah (HR. Aku di dalamnya, niscaya Aku tinggalkan dia
Bukhari & Muslim)”. bersama dengan amalan syiriknya itu (HR.
Berdasarkan hadist-hadist tersebut Muslim no. 7666)”.
dapat kita lihat bahwa ikhlas memegang Seseorang yang ikhlas akan berusaha
peranan yang sangat penting sebagai salah untuk mengerjakan amalannya sebaik
satu syarat sah diterimanya ibadah. Tanpa mungkin karena tahu bahwa amalan tersebut
ikhlas sebaik dan sebanyak apapun ibadah dipersembahkan untuk Tuhannya. Sulman dan
yang dikerjakan tidak akan diterima bahkan Hamzah (2019) menjelaskan bahwa orang
bisa menjadi kemaksiatan karena yang ikhlas akan konsisten dalam perilakunya
mempersembahkan ibadah yang dilakukannya bahkan apabila kebaikan perilakunya dipuji
kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. atau tidak dipuji atau justru dicaci maka
Selain itu, ikhlas juga merupakan hatinya akan tetap tenang karena hanya
lawan dari dosa terbesar, yaitu kesyirikan. mengharapkan penilaian dari Allah
Allah mengancam barang siapa yang Subhanahu wa Ta’ala. Ikhlas menjadi faktor
meninggal dalam keadaaan menyekutukan penting agar bisa berakhlak mulia karena
Allah maka Allah tidak akan mengampuni ikhlas akan memberikan dorongan kepada
dosanya. Hal ini sebagaimana firman Allah seseorang untuk senantiasa berbuat kebajikan
Ta’ala dalam QS. An-Nisa (4): 48 yang demi mengharapkan ridha Allah, mematuhi
artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan perintah-Nya, dan mengharapkan balasan
mengampuni (dosa) karena kenikmatan di akhirat kelak.
mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia Berdasarkan penjelasan diatas adapun
mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) tujuan dari penelitian ini adalah memaparkan
itu bagi siapa yang Dia kehendaki. pengertian ikhlas, mengetahui manfaat ikhlas
Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka bagi kesehatan mental yang telah dijelaskan
sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.” di dalam Al-Qur’an atau hadist, dan
dan QS. Luqman (34): 13, “…sesungguhnya memberikan kontribusi pada bidang psikologi
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar Islam dengan menemukan ikhlas sebagai
kezaliman yang besar.” salah satu faktor pendukung kesehatan
Al-Jauziyyah (2018) menjelaskan mental.
bahwa seseorang yang beribadah kepada
Allah tanpa ikhlas hakikatnya belum Metode
melaksanakan perintah-Nya. Hal ini Desain penelitian ini menggunakan
sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam QS. metode narrative review yang mengacu pada
Al-Bayyinah (98): 5 yang artinya, “Padahal metode penelitian Islam, yaitu menjadikan
mereka hanya diperintah menyembah Allah Al-Qur’an dan hadist sebagai sumber
dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata referensi utama. Susunan pengerjaan
karena (menjalankan) agama, dan juga agar narrative review (Putro dkk., 2021), yaitu
melaksanakan salat dan menunaikan zakat; penentuan topik, penelusuran literatur
dan yang demikian itulah agama yang lurus berdasarkan database artikel terkait, seleksi
(benar).” dan dalam sebuah hadist qudsi literatur, analisis dan kesimpulan. Pada tulisan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam

4
Peran Ikhlas sebagai Salah Satu Faktor Pendukung Kesehatan Mental (Shafira Dhaisani Sutra, Farra Anisa Rahmania)

ini, penulis mendeskripsikan, melaporkan, terdapat tulus, rela, dan ridha. Seseorang akan
dan menemukan bidang studi baru mengenai menjalani kehidupan dengan kebahagiaan dan
ikhlas sebagai salah satu faktor pendukung kesedihan. Pada penelitian Rochanah (2019)
kesehatan mental. menjelaskan bahwa peran menumbuhkan
Rujukan penafsiran dan penjelasan keikhlasan penting dalam membantu
dari kedua sumber referensi utama, penulis kesembuhan subjek penelitiannya yang
menggunakan aplikasi tafsir “Qur’an mengalami skizofrenia. Selanjutnya, menurut
Tadabbur” dan buku karya para ahli ilmu Siregar (2020) hubungan yang didasari ikhlas
agama (ulama salaf, ulama akhir, dan asatidz) dalam konseling Islami akan dapat
untuk menghindari adanya interpretasi menciptakan kesejukan dihati para klien.
pribadi. Selain itu, penulis juga menggunakan Berdasarkan temuan tersebut dapat
buku psikologi baik perspektif Islam maupun disimpulkan bahwa ikhlas dapat membantu
umum serta artikel dalam jurnal yang seseorang untuk menjaga kesehatan mental,
didapatkan melalui Google Scholar untuk berhubungan dengan kesehatan mental, dan
mendapatkan penjelasan konsep ikhlas secara diperlukan dalam intervensi gangguan mental.
komprehensif. Ditinjau dari perspektif Islam, secara
bahasa ikhlas artinya mengosongkan sesuatu
Hasil dan Pembahasan dan membebaskannya dari zat yang dapat
mengotorinya (Taufiqurrahman, 2019)
Pada penelitian yang dilakukan oleh
sedangkan secara istilah syari’at ikhlas yaitu
Nabila dkk. (2021) menemukan bahwa
segala sesuatu yang dikerjakan semata-mata
keikhlasan dan kebahagiaan memiliki hasil
hanya mengharap keridhaan Allah ‘Azza wa
nilai r = 0.265 dan nilai p = 0.001 (p < 0.05).
Jalla (Ihsan & Ihsan, 2019). Definisi serupa
Nilai tersebut menunjukkan bahwa ikhlas
dijelaskan oleh Al-Utsaimin (2019) bahwa
memiliki hubungan yang positif dengan
ikhlas adalah melaksanakan ibadah dengan
kebahagiaan. Kemudian, pada penelitian
mengharap ridha Allah dan hanya
Gisya dkk. (2021) menemukan hasil yang
mempersembahkan ibadahnya kepada Allah.
signifikan antara ikhlas dan profesionalisme
Allah adalah Dzat Yang Maha
dengan nilai p = 0,023 (p < 0.05). Nilai p
Bijaksana. Segala sesuatu yang Allah
tersebut menunjukkan bahwa terdapat
perintahkan pasti membawa kebermanfaatan
pengaruh signifikan antara ikhlas terhadap
dan kebaikan. Baik kita mengetahui hikmah
profesionalisme pada subjek penelitian.
tersebut atau tidak. Termasuk di dalamnya
Selain itu, penelitian Nurhalimah dan Aditoni
adalah perintah ikhlas. Hasil penelitian yang
(2021) menjelaskan bahwa pada tahap
dilakukan oleh Nabila dkk. (2021)
kecemasan hingga mengganggu kesehatan
menunjukkan bahwa ikhlas memiliki
mental manusia diperlukan usaha untuk ikhlas
hubungan yang positif dengan kebahagiaan.
dalam rangka menerima keadaan. Hal ini
Apabila ditinjau melalui dalil maka akan
menjelaskan bahwa ikhlas dapat membantu
selaras sebagaimana firman Allah Ta’ala
seseorang yang mengalami gangguan
dalam QS. Al-Fath (48): 18 yang artinya,
kesehatan mental untuk menerima keadaan
“Sungguh, Allah telah merdihai orang-orang
dan mencoba untuk menjalani kehidupan
mukmin ketika mereka berjanji setia
dengan lebih baik.
kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia
Kemudian, dalam agama Islam
mengetahui apa yang ada dalam hati mereka,
mengajarkan untuk ikhlas dalam menjalani
lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka
kehidupan. Didalam sebuah sikap ikhlas
dalam memberi balasan dengan kemenangan

5
Jurnal Psikologi Islam, Vol.8 No.1 (2021): 1-8

yang dekat”. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa menjawab, ‘Demi kemuliaan-Mu, pasti aku
yang dimaksud dengan “Dia mengetahui apa akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali
yang ada dalam hati mereka” adalah hamba-hambaMu yang selalu ikhlas.” Tafsir
ketulusan hati, kesungguhan dalam menepati Al-Muyassar menjelaskan ayat ini bahwa
janji, kepatuhan, dan ketaatan (Al-Utsaimin, Allah tidak memberikan setan jalan atas
2019). Iqbal Dirham (Mishbahuddin & hamba-hamba-Nya yang ikhlas karena Allah
Yunus, 2021) menjelaskan bahwa bahagia telah memberi penjagaan terhadap orang-
diawali dari ketenangan hati dalam menerima orang yang ikhlas. Oleh karena itu, orang
suatu keadaan serta menyikapi atau memberi yang ikhlas akan terjaga dari tipu daya setan
tanggapan terhadap keadaan tersebut dengan di mana salah satunya adalah sifat kemalasan
bersikap tenang sedangkan salah satu hal sehingga dapat lebih melakukan
yang dapat membuat hati tenang adalah pengembangan diri terhadap kemampuan
dengan ikhlas. Ihsan dan Ihsan (2019) juga personal.
menjelaskan bahwa keikhlasan dapat
menjadikan seseorang merasakan ketenangan Simpulan
hidup tanpa diliputi oleh ketakutan. Hal ini Hasil penelitian dan pembahasan
dikarenakan tidak memikirkan komentar menunjukkan bahwa ikhlas memiliki peranan
orang lain atas perilaku apa yang yang penting terhadap kesehatan mental. Hal
diperbuatnya tetapi melakukan segala ini dikarenakan ikhlas dapat meningkatkan
sesuatunya hanya untuk mengharapkan kompetensi diri dan sebab dari kebahagiaan
keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasa serta ketenangan hati sebagaimana yang telah
tenang dari keikhlasan menjadikan hati hidup dijelaskan dalam Al Qur’an dan hadist.
dan bercahaya sehingga seseorang yang Namun, sumber referensi dari hasil penelitian
mengorbankan keinginannya demi masih sangat terbatas sehingga belum bisa
mengharapkan keridhaan Allah semata akan memaparkan dampak positif ikhlas pada
senantiasa diliputi rasa aman karena telah indikator kesehatan mental lainnya yang telah
memasrahkan keinginannya kepada Dzat dijelaskan dalam dalil.
yang Maha Kuat.
Kemudian, pada penelitian yang Saran
dilakukan oleh Gisya dkk. (2021) Berdasarkan kesimpulan yang telah
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diperoleh maka ikhlas menjadi salah satu
signifikan antara ikhlas terhadap faktor pendukung kesehatan mental. Namun,
profesionalisme guru pondok Pesantren Darul penelitian terkait ikhlas masih jarang dikaji.
Hijrah Putri Martapura. Muzayyanah (2011) Hendaknya dengan dipaparkannya berbagai
mendefinisikan profesionalisme guru sebagai urgensi dan kelebihan ikhlas dapat
perpaduan kemampuan personal, keilmuan, mendorong para akademisi untuk menjadikan
teknologi, sosial, dan spiritual yang secara ikhlas sebagai topik studi dan penelitian.
kaffah membentuk kompetensi standar profesi Terutama sebagai seorang muslim dapat lebih
guru di mana mencakup penguasaan terhadap semangat untuk melakukan penelitian dengan
materi, pemahaman peserta didik, metode psikologi Islam yang masih belum
pembelajaran yang mendidik, pengembangan banyak dilakukan. Padahal Islam sendiri
pribadi, dan profesionalitas. Hal ini apabila merupakan sumber ilmu yang dapat
ditinjau melalui dalil maka akan selaras memberikan banyak kontribusi positif
sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam QS.
Shad (38):82-83 yang artinya, “(Iblis)

6
Peran Ikhlas sebagai Salah Satu Faktor Pendukung Kesehatan Mental (Shafira Dhaisani Sutra, Farra Anisa Rahmania)

terhadap kesehatan dan pemberdayaan https://promkes.kemkes.go.id/pengertia


manusia. n-kesehatan-mental
Mishbahuddin, H., & Yunus, H. M. (2021).
Daftar Pustaka Rahasia Kebahagiaan Hakiki: Sinergi
Al-Jauziyyah, I. Q. (2018). Ad-daa’ wa ad- Positif Sehat Fisik dan Nonfisik.
dawaa’. Jakarta: Pustaka Imam Asy- Bogor: Dandelion Publisher.
Syafi’i. Muzayyanah. (2011). Implementasi strategi
Al-Utsaimin, M. S. (2019). Syarah pembelajaran index card match dalam
Tsalatsatul Ushul. Edisi Terjemahan. upaya meningkatkan motivasi belajar
Solo: Al-Qowam. siswa pada materi akhlaq tercela kelas
Abuzaid, B. B. A. (2018). Hilyah Thalibil vii di MTS Muallimin Muallimat
Ilmi. Solo: Al-Qowam. Rembang. Skripsi, tidak
Ariadi P. (2019). Kesehatan mental dalam dipublikasikan. UIN Walisongo.
perspektif Islam. Syifa’ Medical Jurnal Nabila A., Putri, N. A., Nafisah, S., &
Kedokteran dan Kesehatan, 3(2), 118. Nashori, F. (2021). Sincerity and
Fakhriyani, D. V. (2019). Kesehatan Mental. happiness of students in Yogyakarta:
Duta Media Publishing. Keikhlasan dan kebahagiaan
Fuad, I. (2016). Menjaga kesehatan mental mahasiswa di Yogyakarta. Proceeding
perspektif Al-Qur’an dan Inter-Islamic University Conference
hadits. Journal An-Nafs: Kajian Psychology Arctic Sincerity, 1(1), 1-10.
Penelitian Psikologi, 1(1), 31-50. Nurhalimah, N., & Aditoni, A. (2021).
Gisya G., Mubarak, M., & Komalasari, S. Urgensi quantum ikhlas untuk
(2021). Ikhlas dan spiritualitas kerja kesehatan mental di masa pandemi
terhadap profesionalisme guru pada Covid-19. Islamic Counseling: Jurnal
guru pondok pesantren. Jurnal Al- Bimbingan dan Konseling Islam, 5(2),
Husna, 1(3), 248-265. 205-
http://dx.doi.org/10.18592/jah.v1i3.419 222. http://dx.doi.org/10.29240/jbk.v5i
7 2.3243
Hamid, A. (2017). Editorial healthy tadulako Putro, H. E. E., Afifah, H. N., Ria, N., &
journal. Jurnal Kesehatan Tadulako, Sulistiyowati, L. (2021). Narrative
3(1), 1-14. review konseling kelompok strategi
Ihsan, A. A. A., & Ihsan, U. (2019). mind mapping berbasis mindmaple lite:
Ensiklopedi Akhlak Salaf. Jakarta: PT Untuk meningkatkan self regulation.
Pustaka Imam Asy-Syafi’i. Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling
Kementerian Hukum dan HAM. (2014). dan Dakwah Islam, 18(1), 68-80.
Undang-undang Republik Indonesia https://doi.org/10.14421/hisbah.2021.1
Nomor 18 Tahun 2014 Tentang 81-06
Kesehatan Jiwa. Rochanah, R. (2019). Agama sebagai upaya
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/ars mengembalikan kesehatan mental
ip/ln/2014/uu18-2014bt.pdf santri penderita skizofrenia (studi kasus
Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi di Pondok Pesantren Darus Syifa
Kesehatan dan Pemberdayaan Wedung Demak). Jurnal
Masyarakat. (2021). Pengertian Penelitian, 13(2), 375-
Kesehatan Mental. 400. http://dx.doi.org/10.21043/jp.v13i
2.6035

7
Jurnal Psikologi Islam, Vol.8 No.1 (2021): 1-8

Siregar, R. (2020). Pendekatan-pendekatan


Islam untuk mencapai kesehatan
mental. Jurnal Al-Irsyad: Jurnal
Bimbingan Konseling Islam, 2(2), 251-
264.
Sulman, S., & Hamzah, N. A. (2019). Ikhlas
dalam beribadah sesuai tuntunan Al-
Qur’an dan hadist. Jurnal Ushuluddin
Adab dan Dakwah, 2(1), 65-73.
Taufiqurrahman. (2019). Ikhlas dalam
perspektif Alquran. Eduprof Islam
Education Journal, 1(2), 94–118.
https://doi.org/10.47453/eduprof.v1i2.2
3
World Health Organization. Mental Health:
Strengthening Our Response. (2021).
https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/mental-health-
strengthening-our-response
Zulfikar, E. (2018). Interpretasi makna riya
‘dalam Al-Qur’an: Studi kritis perilaku
riya ‘dalam kehidupan sehari-hari. Al-
Bayan: Jurnal Studi Ilmu Al-Qur'an
dan Tafsir, 3(2), 143-157.
https://doi.org/10.15575/al-
bayan.v3i2.3832
Zulkarnain, Z., & Fatimah, S. (2019).
Kesehatan mental dan kebahagiaan:
Tinjauan psikologi Islam. Mawa'izh:
Jurnal Dakwah dan Pengembangan
Sosial Kemanusiaan, 10(1), 18-38.
https://doi.org/10.32923/maw.v10i1.71
5

Anda mungkin juga menyukai