Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asphalt concrete – wearing course (AC-WC) merupakan lapisan yang terletak


paling atas dan berfungsi sebagai lapisan aus yang langsung berhubungan dengan roda
kendaraan dimana campuran beton aspal tersebut terdiri dari agregat kasar, agregat
halus, agregat pengisi (filler) dan aspal sebagai bahan pengikat. Agregat merupakan
butir-butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral lain, baik berasal dari alam maupun
bahan buatan yang berbentuk mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil atau
fragmen-fragmen (Sukirman, 2003). Pada umumnya agregat yang digunakan pada
perkerasan merupakan agregat batu pecah yang didapat dari pengolahan industri
pemecah batu, ciri umum dari agregat ini memiliki permukaan yang kasar dan bersudut
sehingga memiliki daya lekat yang baik terhadap aspal. Adapun fungsi menempati
proporsi terbesar dalam campuran (75-80%) dari volume total campuran yang
memberikan kekuatan struktural terbesar, mengurangi susut pada perkerasan dan
mempengaruhi kualitas perkerasan. Namun penggunaan batu pecah sebagai agregat
untuk perkerasan pastilah membutuhkan biaya lebih akibat pengolahan dan
pengankutan kelokasi proyek dan kemungkinan kerusakan alam akibat penambangan
batu.

Disis lain peningkatan jumlah penduduk yang cukup pesat berbanding lurus
dengan jumlah konsumsi berbagai aspek, salah satunya adalah pelastik. Pelastik telah
menjadi hal yang berperan dalam kehidupan. PelasticsEurope.com mencatat konsumsi
pelastik didunia pada tahun 2010 mencapai angka 562,2 miliar pon atau setara dengan
255 miliar kilogram. Disisi lain penggunaan pelastik secara berlebih dapat merusak
alam dikarenakan pelastik merupakan benda yang sulit untuk terurai. Oleh sebab itu
perlu adanya langkah untuk pemanfaatan limbah pelastik tersebut dengan kebutuhan
skala tinggi, seperti infrastruktur jalan raya
Hasil penelitian terdahulu Anisa Noor Tajudin (2014) terkait penggunaan biji
limbah plastik HDPE dapat digunakan sebagai pengganti agregat serta meningkatkan
nilai stabilitas pada campura perkerasan aspal, dan campuran yang menggunakan biji
pelastik HDPE layak digunakan ditinjau dari aspek teknis, lingkungan, dan ekonomi.
Penelitian tersebut dilakukan pada campuran Asphalt Concrete – Binder Course (AC
– BC)

Pokok permasalahan yang akan didalami pada penelitian ini untuk mengetahui
perilaku serta karakteristik Marshall serta stabilitas dinamis pada campuran AC – WC
(Asphalt Concrete – Wearing Course) dengan penggunaan biji limbah pelastik
khusunya jenis High Density Polyethylene (HDPE) sebagai agregat pengganti

1.2 Rumusan Masalah

Penggunaan agregat pengganti berupa limbah pelastik HDPE pada campuran


(AC – WC ), apakah dapat memenuhi spesifikasi pada persyaratan Bina Marga.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisa persentase biji pelastik HDPE yang optimum sebagai pengganti agregat
batu pecah;
2. Analisa karakteristik perkerasan ditinjau dari persyaratan bahan dan campuran.

1.4 Manfaaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain:

1. Penelitian ini dapat memberikan data mengenai kulaitas perkerasan ditinjau


terhadap sifat Marshall dengan penggunaan limbah pelastik HDPE sebagai
agregat pengganti;
2. Setelah diperoleh karakteristik campuran aspal dengan penggunaan limbah
pelastik HDPE, sehingga menjadi jawaban untuk menanggunalangi penipisan
sumber daya agregat serta penanggulangan limbah pelastik HDPE;
3. Penelitian ini dapat membantu ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
konstruksi jalan raya khususnya perkerasan lentur.

1.5 Luaran Penelitian

Luaran dari penelitain ini adalah:

1. Laporan penelitian;
2. Artikel ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal Nasional/Internasional

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Agregat yang digunakan berasal dari Bandung, Jawa Barat. Pengujian


persyaratan dan sifat-sifat teknis agregat kasar dan halus berdasarkan
Spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 revisi III;
2. Aspal yang digunakan adalah aspal pertamina dengan penetrasi 60/70 yang
diuji berdasarkan Spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 revisi III;
3. Penentuan kadar aspal optimum campuran beton aspal dilakukan dengan
metode uji marshall;
4. Limbah plastik yang digunakan didapat dari komunitas daur ulang plastik;
5. Pengujian deformasi dan stabilitas dinamis dilakukan dengan alat Wheel
Tracking Machine, dengan variabel persentase agregat pengganti dengan biji
limbah plastik HDPE.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penggunaan polyethylene pada


campuran perekerasan lentur (flexible pavement), diantaranya:

Wan Mohd Nazmi Wan Abdul Rahman dan Achmad Fauzi Abdul Wahab
(2013) melakukan penelitian menggunakan polyethlene terephthalate (PET) yang
didapat dari daur ulang botol bekas. Penelitian ini dilakukan dengan mengganti
sebagain agregat halus menggunakan PET dengan kompisis 5%, 10%, 15%, dan 25%
dari berat agregat halus yang digunakan dalam campuran perkerasan (AC-WC) dengan
ukuran diameter butir 2.36 mm sampai 1.18 mm. Dari hasil pengujian dapat
disimpulkan bahwa penggunaan PET sebagai pengganti agregat halus memberikan
keuntungan dibanding dengan campuran perkerasan pada umumnya terutama pada
deformasi permanen, hal tersebut dapat terlihat dari gambar 2.1 dan 2.2

Tabel 2.1 kepadatan-rongga dan modulus resilen dari benda uji


Gambar 2.1: nilai kekakuan dan deformasi permanen dari pengujian

Anissa Noor Tajudin dan Latif Budi Suparma (2014) dalam penelitiannya
membahas tentang pemanfaatan limbah pelastik HDPE sebagai agregat pengganti pada
campuran asphalt concrete-binder course (AC – BC). Penelitian ini dillakukan dengan
mengganti agregat yang lolos saringan no. 4 dan tertahan no. 8 dengan biji limbah
pelastik dengan variasi sebesar 0%, 25%, dan 50% terhadap volume agregat tersebut.
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa biji pelastik HDPE dapat digunakan
sebagai agregat pengganti karena memenuhi Spesifikasi Umum Direktorat Jendral
Bina Marga Edisi 2010 Revisi 2 Divisi 6. Hasil pengujian Marshall pada setiap variasi
biji limbah pelastik dan hubungannya dengan kadar aspal diplotkan ke dalam grafik
seperti pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Hubungan kadar aspal dengan (a) Densitas, (b) VFWA, (c) VMA, (d) VITM, (e)
Stabilitas, (f) Flow, (g) MQ

Anita Rahmawati dan Rama Rizanna (2013) melakukan penelitian mengenai


penggunaan limbah pelastik polipropilena sebagai pengganti agregat pada campuran
laston terhadap karakteristik Marshall. Pada penelitian ini limbah pelastik yang
digunakan adalah limbah polipropilena dengan variasi 0%, 2%, 5%,dan 10% dari berat
total campuran agregat, yakni sebesar 1200 gram. Dari penelitian diperoleh nilai
stabilitas tertinggi dengan kadar aspal 6% dan PP 10%, yakni sebesar 5870.61 kg,
sedangkan stabilitas terendah pada campuran dengan kadar aspal 6% dan PP sebesar
994.28 kg. Hasil dari penelitian menggunakan limbah pelastik jenis Polipropilena (PP)
sebagai agregat untuk campuran Lapis Aspal Beton (Laston) dalam kadar 0%, 2%, 5%,
dan 10% dengan menggunakan aspal 5%, 6%, dan 7%. Penggunaan PP pada jenis ini
memberikan pengaruh pada campuran Laston terhadap berbagai karakteristik Marshall,
yakni untuk nilai stabilitas, kelelehan, VIM, VMA, MQ cenderung mengalami
peningkatn, sedangkan nilai VFA cenderung mengalami penurunan

Putra, Yanuar Dwi (2004) melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan


High Density Polyethylene sebagai agregat pengganti terhadap karakteristik Marshall
uji HVEMM Stabilometer dan permeabilitas campuran Superpave (Superior
Performing Asphalt Pavement). Penelitian ini penggunaan plastik HDPE digunakan
untuk mengganti agregat kasar pada ayakan no. 8 dengan variasi 0%, 25%, 50%, dan
100% pada variasi kadar aspal 6%, 7%, 7.5%, dan 8%. Hasil penelitian menunjukan
bahwa nilai volumetrik dan Marshall properties semuanya memenuhi standar Bina
Marga 2002 untuk lalu-lintas berat. Nilai stabilitas tertinggi terjadi pada penggunaan
kadar pelastik 25% sebesar 1815.3 kg dan terendah pada kadar pelastik 100% sebesar
1431.2 kg. Nilai flow tertingi didapat pada penggunaan plastik 100% sebesar 4.4 mm
dan terendah pada kadar 0% sebesar 3.5 mm. Sedangkan nilai MQ tertinggi didapat
pada kadar plastik 25% dan terendah pada 100%. Pada pengujian Hveem semuanya
memenuhi persyaratan minimum. Sedangkan nilai koefisien permeabilitas nilainya
meningkat sesuai dengan penambahan kadar plastik.

S.E. Zoorob, L.B Suparma (2000) dalam penelitiannya melakukan investigasi


terhadap campuran aspal beton (AC) bergradasi menerus yang mengandung pelastik
daur ulang LPDE dalam bentuk pelet. Agregat yang akan diganti dengan plastik LDPE
berukuran 5-2.36 mm. Hasil yang diperoleh dari pergantian agregat sebesar 30%
dengan LDPE menghasilkan pengurangan densitas campuran sebesar 16% dari
keadaan semula. Pergantian agregat juga mengjhasilkan peningkatan sebsar 250%
dalam nilai stabilitas Marshall serta peningkatan pada nilai MQ.

Al-Hadidy dan Qiu (2008) melakukan penelitian dengan pemanfaatan limbah


pelastik sebagai bahan tambah untuk meningkatkan kualitas aspal (asphalt modifier).
Pada penelitian ini dilakukan menggunakan low density polyethylene (LPDE) yang
dicampurkan dalam aspal dengan komposisi 0%, 1%, 3%, dan 7%. Dari penelitian
didapat hasil bahwa penambahan LPDE dapat meningkatkan stabilitas campuran.
BAB III

METODOLOGI PENELETIAN

3.1 Road Map

Ide penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya


terkait penggunaan pelastik pada campuran material baik sebagai bahan tambah
ataupun bahan pengganti guna memanfaatkan sampah pelastik yang sulit terurai.

A. S.E Zoorob, L.B Suparma (2000) melakukan penelitian terhadap karakteristik


campuran aspal beton menggunakan LPDE sebagai agregat pengganti.
B. Putra, Yanuar Dwi (2004) melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan
High Density Polyethylene sebagai agregat pengganti terhadap karakteristik
Marshall uji HVEMM Stabilometer dan permeabilitas campuran Superpave
(Superior Performing Asphalt Pavement)
C. Al-Hadidy dan Qiu (2008) melakukan penelitian dengan pemanfaatan limbah
pelastik sebagai bahan tambah untuk meningkatkan kualitas aspal (asphalt
modifier). Pada penelitian ini dilakukan menggunakan low density polyethylene
(LPDE)
D. Anissa Noor Tajudin dan Latif Budi Suparma (2014) dalam penelitiannya
membahas tentang pemanfaatan limbah pelastik HDPE sebagai agregat
pengganti pada campuran asphalt concrete-binder course (AC – BC)
E. Penelitian ini diawali dengan pengujian Marshall terhadap campuran dengan
agergat yang disubtitusi limbah pelastik HDPE yang disubtitusi dengan untuk
mendapatkan kadar aspal optimum, yang kemudian komposisi tersebut
diaplikasikan terhadap uji Whell Tracking untuk mengetahui perilaku
deformasi dan stabilitas beton aspal
3.2 Persiapan dan Pengujian Material

Material yang akan digunakan dalam penelitian ini seperti agregat kasar dan
halus berasal dari sekitar Bandung Barat; sedangakan, untuk pelastik HDPE berasal
dari komunitas daur ulang sampah serta aspal pertamina dengan penetrasi 60/70.

Pemeriksaan dilakukan terhadap agregat, filler, aspal dan biji limbah pelastik
HDPE. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan Spesifikasi Umum Direktorat Jendral Bina
Marga Edisi 2010 revisi 3 Divisi 6 tentang Asphal Concrete – Wearing Course.

Dalam penelitian ini variasi agregat lolos saringan no.8 dan tertahan saringan
no. 16 yang digantikan dengan limbah pelastik HDPE adalah sebanyak 4 jenis, yaitu
10%, 20%, 40%, 60%, , dan 80% terhadap volume seharusnya yang ditempatai agregat
dengan butir ≥ 2.36 mm. Persentase kadar pelastik yang digunakan pada penelitian ini
telah ditentukan berdasarkan dari penelitian yang sudah ada, sehingga data yang di
dapat dapat dikomparasi dengan data penelitian terdahulu.

3.3 Pembuatan Benda Uji

Pembuatan benda uji dilakukan dengan mengikuti tahap-tahap berikut

• Pembuatan design mix formula


Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah menentukan nilai Pb, yaitu kadar
aspal yang digunakan sebagai perkiraan awal kadar aspal rancangan yang dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut :
Pb = 0.035(%CA) + 0.045(%FA) + 0.18(%filler) + K
Dimana :
Pb = % perkiraan kadar aspal optimum
CA = % agregat kasar tertahan saringan no. 8
FA = % agregat halus lolos saringan no.8 dan tertahan saringan no. 200
Filler = % agregat lolos saringan no.200
K = konstanta (0.5 – 1.0)
Setelah didapat nilai Pb, diambil 5 kadar aspal yang ditentukan dengan nilai Pb
sebagai nilai tengah, lalu diambil 4 kadar aspal berbeda lainnya yaitu (± 0.5 %)
dengan ketentuan ; Pb – 1%, Pb – 0.5%, Pb, Pb + 0.5%, Pb + 1%.

• Setelah didapat 5 kadar aspal yang berbeda, maka dibuat benda uji masing-
masing sebanyak 3 buah (triplo)
• Proses pembuatan campuran dilakukan dengan cara hangat (warm mix), hal ini
bertujuan agar sifat karakterisitik agregat pengganti berupa pelastik HDPE
diharapkan akan tetap berfungsi sebagai agregat dan tidak berubah menjadi
perekat (mengalamai pelelehan). Dalam pelaksanaan proses campuran hangat
ini diperlukan bahan tambah berupa zeolit. Pencampuran zeolit akan
mempengaruhi viskositas aspal dan juga akan memberikan efek busa pada aspal
karena pelepasan kandungan air didalam zeolit sedang terjadi. Aspal akan
menjadi lebih encer, dan hal ini akan menyebabkan aspal akan semakin mudah
untuk menyelimuti agregat secara merata dan dengan suhu yang lebih rendah
dari campuran panas (hot mix), yakni sekitar 120oC – 125oC untuk pemdatan
dan 130-135oC untuk pencampuran.
• Langkah selanjutnya pemadatan benda uji yang dilakukan dengan alat marshall
compaction hammer. Pemadatan dilakukan cengan cara penumbukan sebanyak
75 tumbukan setiap lapis (terdiri dari 2 lapis), dengan ukuran benda uji diameter
100 mm dan tinggi 75 mm.
Gambar 3.1 Diagram alir metodologi peneltian
Adapun jumlah dan uraian benda uji yang akan dibuat tertera pada tabel 3.1

Tabel 3.1 jumlah benda uji untuk pengujian Marshall


Kadar Kadar agregat pengganti (%) Total
aspal 0 10 20 40 60 80 Benda
uji
-1 3 3 3 3 3 3
-0.5 3 3 3 3 3 3
Pb 3 3 3 3 3 3 90

+0.5 3 3 3 3 3 3
+1 3 3 3 3 3 3

Tabel 3.2 Jumlah benda uji Wheel Tracking


Kadar agregat pengganti (%) Total benda uji

jmlh 10 20 40 60 80 15

3 3 3 3 3

3.4 Pengujian dan pengolahan data dengan Metode Marshall


Pengujian stabilitas dan dinamis beton aspal dilakukan terhadap benda uji beton
aspal dengan kadar aspal optimum, dan kadar agregat pengganti dari pelastik HDPE
yang bervariasi. Pengujian diawali dengan pengujian dengan metode Marshall untuk
mendapat kadar aspal optimum. Hasil pengujian Marshall yaitu besarnya beban
maksimum yang diperoleh pada pengujian tersebut. Selanjutnya, dilakukan
perhitungan secara teoritis untuk mendapatkan nilai parameter-parameter Marshall,
seperti VIM, VMA, VFA, stabilitas dan kelelahan. Setelah inti menentukan kadar aspal
optimum dengan menggunakan metode Narrow Range.
Kemudian, parameter-parameter Marshall pada campuran beton aspal dengan
kadar aspal optimum diverifikasi terhadap spesifikasi campuran beton aspal
Binamarga. Apabila, spesifikasi beton aspal tersebut sesuai spesifikasi campuran beton
aspal Binamarga, maka berdasarkan kadar aspal optimum tersebut dibuat benda uji
Wheel Tracking.

3.5 Pengujian dengan metode Wheel Tracking

Untuk bisa mendapatkan nilai deformasi dan stabilitas dinamis harus dilakukan
dengan pembuatan benda uji yang menggunakan kadar aspal optimum dan persen
penggunaan HDPE yang optimum berdasarkan hasil pengujian sebelumnya. Pengujian
ini dilakukan untuk memberikan gambaran ketahanan campuran beton aspal dalam
menahan jejak roda dan perubahan bentuk yang akan diterima perkerasan.

Kemampuan lapis perkerasan aspal beton dalam menahan jejak roda dinyatakan
dengan stabilitas dinamis (SD), yang menyatakan jumlah lintasan yang diperlukan
untuk membuat jejak roda sedalam 1 mm. Alat yang digunakan dalam pengujian ini
adalah Whell Tracking yang memiliki ban karet selebar 50 mm dengan tekanan roda
sebesar 6.5 Kg/cm2, roda Wheel Tracking berjalan dengan kecepatan 42 lintasan
permenit. Pengujian dilaksanakan selma 1 jam, dan pengamatan jejak roda dilakukan
pada lintasan 42, 210, 420, 630, 1260, 1890, dan 2520. Data-data yang akan diperoleh
dari pengujian ini adalah stabilitas dinamis (lintasan/mm), laju deformasi (mm/m) dan
deformasi permanen (mm).

3.6 Pengujian dan Analisis Data

Dari pengujian terhadap benda uji Marshall diperoleh beban maksimum; yang
selanjutnya, data tersebut digunakan untuk menghitung parameter-parameter Marshall
untuk mendapatkan beton aspal dengan kadar aspal optimum

Sedangkan, dari hasil Wheel Tracking didapat deformasi yang terjadi untuk
setiap jumlah siklus yang ditentukan dengan variabel penelitian yang dipakai.
BAB IV

BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1 Rencana Anggaran

Perkiraan biaya yang dibutuhkan dalam penelitian ini tertera pada tabel 4.1
dibawah ini :

Tabel 4.1 Rencana Anggaran Penelitian

1. Honor Penelitian
Honor Kuantitas Harga Satuan Biaya Yang
(Rp) Diusulkan (Rp)
Ketua 1 6 bln Rp 1,200,000.00 Rp 7,200,000.00
Anggota 1 6 bln Rp 800,000.00 Rp 4,800,000.00
SUB TOTAL Rp 12,000,000.00
2. Pengadaan Limbah Biji Plastik HDPE
Uraian Kuantitas Harga Satuan Biaya Yang
(Rp) Diusulkan (Rp)
Pembelian dan 1 40 kg Rp 30,000.00 Rp 1,200,000.00
pengolahan plastik

SUB TOTAL Rp 1,200,000.00


3. Bahan Baku dan Peralatan
Material, Pengujian Kuantitas Harga Satuan Biaya Yang
(Rp) Diusulkan (Rp)
A. Material
Split 1 m3 Rp 550,000.00 Rp 550,000.00
Screen 1 m3 Rp 550,000.00 Rp 550,000.00
Semen 1 karung/50kg Rp 85,000.00 Rp 85,000.00
Aspal 1 Drum Rp 1,600,000.00 Rp 1,600,000.00
B. Pengujian Material
pengujian agregat kasar 1 Ls Rp 250,000.00 Rp 250,000.00

pengujian agregat halus 1 Ls Rp 250,000.00 Rp 250,000.00

pengujian Filler 1 Ls Rp 200,000.00 Rp 200,000.00


pengujian aspal 1 Ls Rp 200,000.00 Rp 200,000.00

C. Pengujian Prototype
Pengujian Marshall 90 sampel Rp 20,000.00 Rp 1,800,000.00
Pengujian Wheel 15 sampel Rp 300,000.00 Rp 4,500,000.00
Tracking
SUB TOTAL Rp 9,985,000.00
4. Perjalanan
Kegiatan Kuantitas Harga Satuan Biaya Yang
(Rp) Diusulkan (Rp)
Pencarian material, alat 1 Ls Rp 2,000,000.00 Rp 2,000,000.00
bantu
Tinjauan ke Lokasi 1 Ls Rp 2,000,000.00 Rp 2,000,000.00
pengolahan plastik
SUB TOTAL Rp 4,000,000.00
5. Laporan dan lain-lain
Kegiatan Kuantitas Harga Satuan Biaya Yang
(Rp) Diusulkan (Rp)
Laporan akhir 1 Ls Rp 1,500,000.00 Rp 1,500,000.00
Penuliasan Jurnal 1 Ls Rp 3,000,000.00 Rp 3,000,000.00
SUB TOTAL Rp 4,500,000.00

TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN (Rp) Rp 31,685,000.00


4.2 Jadwal Kegiatan

Kegiatan yang akan dilaksanakan diuraikan pada jadwal pelaksanaan penelitian


dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini

Tabel. 4.2 Jadwal Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Sukirman, S. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta

Al-Hadidy,A.I dan Qiu, T. Y (2008), Effect of Polythylene on Life Flexible


Pavements,Construction and Building Material.

Direktorat Jendral Bina Marga 2010. Spesifikasi Umum Direktorat Jendral Bina Marga
Edisi 2010 Revisi 3 Divisi 6. Kementerian Pekerjaan Umum Indonesia.

Wan Mohd Nazmi Wan Abdul Rahman, Achmad Fauzi Abdul Wahab (2012), Green
Pavement Using Recyled Polyethylene Terephthalate (PET) as Partial Fine
Aggregate Replacement in Modified Asphalt. (Malaysia Technical Universities
Conference on Engineering & Technolgy 2012, MUCET 2012 Part 3 – Civil
and Chemical Engineering

Anissa Noor Tajudin, Latif Budi Suparma (2014). Pemanfaatan Limbah Plastik
Sebagai Agregat Pengganti Pada Campuran Asphalt Concrete – Binder Course
(AC – BC). (The 17th FSTPT international Symposium, Jember University,22-
24 August 2014)

Putra, Yanuar Dwi (2004). Pengaruh High Density Polyethylene Sebagai Agregat
Pengganti Terhadap Karakteristik Marshall dan Permeabilitas Campuran
Superpave. (Thesis Terpublikasi, Magister Sistem dan Transportasi Program
Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, 2004)

S.E. Zoorob, L.B Suparman (2000). Laboratory Design and Investigation of


Continuously Graded Asphaltic Concrete Containing Recycled Plastic
Aggregate Replacement (Plastiphalt). School of Civil Engineering, Civil
Material Unit (CEMU), The University of Leeds, U.K.

Anita Rahmawati (2013). Pengaruh Penggunaan Limbah Plastik Polipropilena


Sebagai Pengganti Agregat Pada Campuran Laston Terhadap Karakteristik
Marshall. Konfrensi Nasional Teknik Sipil 7 – Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Affandi, Furqon, Hadisi, Hendri (2011). Pengaruh Metode Aktivasi Zeolite Alam
Sebagai Bahan Penurun Temperatur Campuran Beraspal Hangat : Pusat
Litbang Jalan dan Jembatan

Anda mungkin juga menyukai