Anda di halaman 1dari 5

Tugas 3 Pendidikan Kewarganegaraan

Faisal Abdullah

045090753

Soal 1

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan otonomi daerah di Indonesia


antara lain :

1. Faktor Anggaran: Sebagai alat utama dalam pengendalian keuangan daerah,


sehingga dibutuhkan rencana anggaran yang tepat guna, hal ini untuk
mengurangi adanya pemborosan anggaran. Dengan rencana anggaran yang
matang dan tepat tentunya akan mengurangi kemungkinan pegawai atau
pejabat untuk melakukan kecurangan terhadap anggaran tersebut.
2. Kemampuan Mendorong Partisipasi Masyarakat: Pemerintah daerah harus
mampu mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan. Baik itu
warga biasa maupun pengusaha lokal harus turut berperan aktif dalam
pembangunan daerah, juga dapat turut melakukan pengawasan secara bersama
sama terhadap pembangunan yang sedang berjalan.
3. Faktor Peralatan: Setiap alat yang digunakan harus mampu memperlancar
kegiatan pemerintah daerah. Namun tetap harus mempertimbangan
kekampuan keuangan daerah serta fungsi dari alat tersebut agar alat yang
digunakan bia digunakan secara maksimal serta dapat memberikan manfaat
sebanayk banyaknya terhadap kegiatan pemerintah daerah.
4. Manajemen yang Baik: susunan organisasi beserta pejabat, tugas,dan
wewenang harus memiliki hubungan yang baik dalam rangka mencapai
tujuan. Baik pejabat, pegawai maupun pelaksana lapangan harus mempunyai
visi misi yang sama dalam rangka memajukan daerah tersebut, hal ini unutk
menghindari terjadinya salah paham antar susunan organisasi yang berakibat
timbulnya konflik internal di dalam organisasi.
5. Faktor Sumber Daya Manusia: Manusia sebagai pelaku pemerintahan daerah
harus mampu menjalankan tugasnya dalam mengurus rumah tangga daerah
demi tercapainya tujuan.
6. Kemampuan Struktural Organisasi: Struktur organisasi pemerintah daerah
harus mampu menampung segala aktivitas dan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
7. Kemampuan Keuangan Daerah: Keuangan daerah harus mampu mendukung
pembiayaan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

Sumber :

BMP MKDU 4111 Pendidikan Kewarganegaraan

Haris, Syamsuddin. 2005. Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Jakarta: LIPI Press

Kaho, Josef Riwu. 2002. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia.
Jakarta: Rajawali Press

Sudantoko, Djoko. 2003. Dilema Otonomi Daerah. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Soal 2

Faktor-faktor yang dapat menghambat jalannya otonomi daerah di Indonesia adalah:

1. Kesenjangan Antar Daerah: Kesenjangan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia,
serta intra struktur ekonomi. Tentu saja ini berkaitan erat dengan sejarah Indonesia
pada masa Pmerintahan Hindia Belanda dimana pusat pemerintahan pada waktu itu
berada di Pulau Jawa, khususnya Batavia, sehingga hal ini menjadi kendala untuk saat
ini karena kesenjangan yang terjadi antara Pulau Jawa dengan daerah lain diluar Pulau
Jawa amat terasa. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Indonesia agar
kesenjangan ini dapat teratasi.
2. Benturan Kepentingan: Adanya perbedaan kepentingan yang sangat melekat pada
berbagai pihak yang menghambat proses otonomi daerah, seperti benturan keinginan
pimpinan daerah dengan kepentingan partai politik. Tidak dipungkiri bahwa di
Indonesia banyak pemimpin daerah yang menjabat merupakan kader partai politik
tertentu, hal ini juga menimbulkan beberapa potensi konflik, dan menjadikan
kredibilitas pemimpin daerah dipertanyakan, apakah bekerja untuk rkayat atau bekerja
untuk partai politik.
3. Komitmen Politik: Penyelenggaraan otonomi daerah yang dilakukan oleh pemerintah
pusat selama ini cenderung tidak dianggap sebagai amanat konstitusi.
4. Masih Terpaku pada Sentralisai: Daerah masih memiliki ketergantungan tinggi
terhadap pusat, sehingga mematikan kreativitas masyarakat dan perangkat
pemerintahan di daerah.
5. Keinginan Politik atau Political Will: Keinginan politik yang tidak seragam dari
pemerintah daerah untuk menata kembali hubungan kekuasaan pusat dan daerah.
6. Perubahan perilaku elit lokal: elit lokal mengalami perubahan perilaku dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah karena pengaruh kekuasaan yang dimilikinya.
7. Ketimpangan Sumber Daya Alam: Daerah yang tidak memiliki kekayaan sumber
daya alam tetapi populasi penduduknya tinggi akan terengah-engah dalam
melaksanakan otonomi. Sehingga perlu dilakukan langkah langkah alternatif,
misalnya dari industri industri kreatif agar penghasilan pajak daerah juga meningkat.

Sumber :

BMP MKDU 4111 Pendidikan Kewarganegaraan

Haris, Syamsuddin. 2005. Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Jakarta: LIPI Press

Kaho, Josef Riwu. 2002. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia.
Jakarta: Rajawali Press

Sudantoko, Djoko. 2003. Dilema Otonomi Daerah. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Soal 3

Solusi nyata kita sebagai masyarakat untuk menanggulangi hambatan pelaksanaan


otonomi daerah antara lain :

 Kita dapat memberikan kritik dan saran terhadap kebijakan maupun kegitaan kegiatan
yang dilakukan pemerintah, apalagi dengan semakin majunya teknologi informasi dan
komunikasi, tentunya hal ini juga berdampak baik bagi masyarakat agar lebih mudah
dalam menyampaikan aspirasi, kritik dan sarannya.
 Turut serta dalam pengawasan perumusan kebijakan dan peraturan daerah, bahkan di
beberpa daerah sudah menerapkan livestream atau siaran langsung dlam menjalankan
rapatnya sehingga masyarakat bisa dengan lebih mudah mengikuti dam=n mengawasi
jalannya rapat tersebut, tentu saja ini juga termasuk ke dalam partisipasi kita sebagai
masyarakat terhadap pelaksanaan otonomi daerah.
 Memberikan teguran atau bahkan hukum sosial terhadap oknum pejabat maupun
pegawai pemerintah yang menyalahi aturan dalam melaksanakan kegiatan kegiatan
pemerintah daerah, hal in bertujuan untuk memberikan efek jera dan peringatan
kepada pegawai maupun pejabat lain agar bekerja dengan sepenuh hati demi
kepentiangan dan kemajuan bersama.

Sumber :
BMP MKDU 4111 Pendidikan Kewarganegaraan

Soal 4

Peran mahasiswa sebagai kaum terpelajar dalam Good Governance yakni :

 Agent of Change. Mahasiswa adalah pihak yang bisa bergerak untuk


mengajak hingga mengajak masyarakat menjadi lebih baik lagi apabila ada
kesalahan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, mahasiswa harus menjadi
fasilitator dan pemicu dalam mengakselerasi perubahan.
 Agent of Control. Mahasiswa adalah sosok yang dapat mengontrol kebijakan
pemerintahan yang merugikan masyarakat, baik dalam bentuk saran, kritik,
hingga solusi permasalahan yang ada. Tujuannya untuk menuju ke arah yang
lebih baik dan akan memberikan manfaat serta menjadi pengontrol masyarakat
hingga negara.
 Iron Stock. Mahasiswa sebagai iron stock merupakan penerus generasi-
generasi sebelumnya. Artinya, mahasiswa adalah harapan bangsa di masa
depan. Mahasiswa diharapkan berani dan kuat untuk memimpin dengan moral
yang baik. Sehingga dapat menggantikan pemimpin yang sebelumnya dengan
pandangan yang lebih luas dan jiwa yang membara. Sebagai agen yang
memiliki peranan penting dalam kehidupan bangsa, terutama dalam
mewujudkan praktek good governance. Maka dari itu mahasiswa harus bisa
menjadi sosok penggerak masyarakat ketika pemerintah tidak melaksanakan
tugasnya sebagaimana mestinya.

Sumber :

BMP MKDU 4111 Pendidikan Kewarganegaraan


Konsep Gerakan Moral Mahasiswa Untuk Mewujudkan Good Governance di
Indonesia oleh Jamilah (2018:7)

Anda mungkin juga menyukai