Anda di halaman 1dari 2

Di Ambang Bencana Kekeringan

Amarah alam rupanya belum akan mereda. Ketika pandemi covid-19 baru saja mulai
menghentikan amuknya, musim kemarau yang diprediksi akan lebih panas dan lebih panjang
tahun ini siap menghadang. Perlu mitigasi dan antisipasi maksimal untuk menekan dampak
bencana itu. Bahwa kemarau akan menjadi biang masalah antara lain dikemukakan Kepala
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati. Menurutnya,
BMKG memprediksi kekeringan akan terjadi pada Juli hingga Oktober 2023. Kekeringan pun
diprakirakan tergolong parah, setara dengan kejadian serupa pada 2019. (1)
Kekeringan sulit untuk dihindari karena fenomena alam yang tak bersahabat. Bukan
hanya karena El Nino, fenomena Indian Ocean Dipole positif memperparah situasi dan kondisi.
Kombinasi keduanya dapat menyebabkan dampak yang lebih kuat atau signifikan karena
kemarau yang lebih panas dengan durasi lebih lama. Alam memang punya hukum sendiri.
Dinamikanya bisa berimplikasi buruk terhadap manusia ketika manusia tak bersahabat atau
bahkan merusak alam. (2)
Pemanasan global akibat ulah manusia yang memicu perubahan iklim gila-gilaan telah
dan akan membuat hidup manusia lebih sulit. Menjadi hal yang lumrah ketika bumi yang
semakin panas mengakibatkan kekeringan parah. Di lain waktu, hujan yang tak terkendali
menyebabkan banjir di banyak tempat di banyak negara, termasuk di negara kita. Musim
penghujan kebanjiran, musim kemarau kekeringan. Itu telah menjadi kebiasaan baru, kebiasaan
yang tentu saja tak kita harapkan. (3)
Bagaimanapun, kita harus mau dan siap menghadapi anomali alam. Sebagai manusia
yang punya akal, kita juga beruntung karena bisa semakin tepat memprediksi gejolak alam
termasuk kemarau dan kekeringan di depan mata. Namun, percuma punya akal jika kita
mengesampingkan prediksi-prediksi itu. Prediksi adalah bekal untuk mengantisipasi sekaligus
menghadapi situasi terburuk sekalipun. (4)
Pada konteks itulah kita mendesak pemerintah baik pusat maupun daerah untuk terus
mematangkan kesiapan menghadapi kemarau dan kekeringan. Patut dicatat, kekeringan tak
hanya akan berdampak langsung pada orang per orang, tapi juga berakibat jangka panjang terkait
dengan ketahanan pangan. Kemarau dan kekeringan sudah kerap pula memicu kebakaran lahan
dan hutan, yang membuat rakyat kita dan juga negara tetangga sesak napas. (5)
Mengoptimalkan fungsi infrastruktur sumber daya air seperti waduk, embung, kolam
retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya adalah kemestian sejak sekarang. Percuma
pemerintah masif membangun waduk, membuat puluhan ribu embung, jika tak bisa
dimanfaatkan untuk mengatasi krisis air. Begitu banyak uang rakyat yang dihabiskan untuk
membangunnya sehingga harus dipastikan ia memang berfaedah buat rakyat. (6)
Beralih ke tanaman pangan yang lebih tahan kekurangan air juga mesti digalakkan. Kita
menyambut baik sejumlah daerah yang telah menginisiasi langkah itu dengan meminta petani
menanam padi atau palawija yang tak butuh banyak air. Alam boleh sedang tak bersahabat, tetapi
kita tak boleh menyerah begitu saja. (7)
Lebih penting dari semua itu, antisipasi jangka panjang mesti benar-benar dikedepankan.
Saatnya kita mengimplementasikan betul pepatah bijak ‘lebih baik mencegah daripada
mengobati’. Lebih baik kita jauh-jauh hari menabung hujan ketimbang pontang-panting di saat
banjir atau kekeringan datang. Dengan menabung hujan, kita menyimpan air yang bisa
dimanfaatkan saat dibutuhkan. Dengan menabung hujan, kita mencegah air semena-mena
mengalir hingga mengakibatkan banjir saat musim penghujan. (8)
Membangun banyak embung, waduk, bendungan adalah salah satu cara menabung hujan.
Akan tetapi, itu belum cukup. Membuat sumur resapan adalah cara lain yang perlu digiatkan,
bukannya malah ditentang karena alasan politik. Mengubah kebiasaan warga agar lebih ramah
dengan air juga penting. Bukan waktunya lagi kita boros air. Tanpa kepedulian bersama, air akan
semakin susah didapat, kita pun semakin sering disambangi kekeringan. (9)
Diambil dari Editorial Media Indonesia,
Sumber: mediaindonesia.com/editorials/

Anda mungkin juga menyukai