Teknik Produksi Pakan Buatan
Teknik Produksi Pakan Buatan
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pakan merupakan material yang setelah ditelan oleh ikan atau hewan
akuatik lainnya dapat dicerna, diserap, dan digunakan untuk kelangsungan
hidupnya(Purnama Sukardi,2010).
Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu
berdasarkan pertimbangan kebutuhannya. Pembuatan pakan penting
dilakukan dengan baik dan benar agar pakan yang diberikan efektif untuk
dikonsumsi oleh ikan sehingga diperoleh pertumbuhan yang optimal dengan
FCR rendah. Pembuatan pakan buatan sebaiknya didasarkan pada
pertimbangan kebutuhan nutrisi ikan, kualitas bahan baku, dan nilai
ekonomis. Oleh karena itu, upaya perbaikan komposisi nutrisi dan perbaikan
efisiensi penggunaan pakan buatan perlu dilakukan untuk meningkatkan
produksi hasil budidaya dan mengurangi biaya pengadaan pakan, serta
meminimalisir produksi limbah pada media budidaya.
1.2Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui kandungan nutrisi pada bahan bahan baku pakan
1.2.2 Untuk mengetahui cara formulasi pakan
1.2.3 Untuk mengetahui cara pembuatan pakan buatan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan baku dalam pembuatan pakan harus terdapat nutrisi – nutrisi yaitu
Makronutrien (Karbohidrat, Protein, dan Lemak) dan Mikronutrien ( Vitamin,
Mineral, dan Air).
2.1.1 Protein
A .zat pembangun
(membentuk jaringan baru, mengganti jaringan yang rusak; proses
reproduksi)
B .zat pengatur
(pembentukan enzim, hormon –mengatur proses-proses metabolisme dalam
tubuh)
C .zat pembakar
(sumber energi disamping karbohidrat / lemak)
2
setiap fase sangatlah berbeda tergantung dari ukuran dan berat dari ikan atau
udang tersebut.
2.1.2 Lemak
2.1.3 Karbohidrat
3
sedikit mengkonsumsi karbohidrat dibandingkan dengan omnivora dan
herbivora (Krogdahl, 2005).
2.1.4 Vitamin
Vitamin harus selalu didatangkan melalui pakan sebab tubuh ikan tidak
mampu membuatnya sendiri. !kan yang mengandalkan pakan alami hampir
tidak pernah kekurangan vitamin. Namun, apabila ikan dibudidayakan secara
intensif di kolam, saluran, dan karamba, di mana pakan alami yang tersedia
sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan ikan, penambahan vitamin sangat
diperl ukan.
Klasifikasi dan Fungsi Vitamin. Secara garis besar, vitamin dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin
4
yang larut dalam air. Golongan vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A,
D, E, dan K. Sementara, goloagan yang larut dalam air yaitu vitamin B dan C.
Vitamin B terdiri atas tiamin (B-1), riboflavin (B-2), piridoksin (B-6),
sianokobalamin (B-12), niasin, biotin, kolin, asam folat, inositol, dan asam
pantotenat.
2.1.5 Mineral
Mineral merupakan elemen anorganik yang dibutuhkan oleh ikan dalam
pembentukan jaringan dan berbagai fungsi metabolisme dan osmoregulasi. Ikan
juga menggunakan elemen anorganik tersebut untuk mempertahankan
keseimbangan osmosis antara cairan tubuh dan cairan di sekitarnya. Mineral
dibutuhkan dalam jumlah relatif kecil, namun berperan sangat penting dalam
menjaga kelangsungan hidup, mengingat beberapa proses yang berlangsung di
dalam tubuh ikan membutuhkan mineral.
5
Berdasarkan kebutuhannya, mineral dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu mineral esensial dan mineral nonesensial. Mineral esensial harus selalu
tersedia di dalam tubuh ikan dan harus disuplai dari pakan karena tubuh ikan
tidak mampu memproduksi mineral ini. Sementara, mineral nonesensial yaitu
mineral yang sebaiknya tersedia di dalam tubuh ikan.
6
membantu proses metabolisme meliputi semua mineral, baik yang esensial
maupun nonesensial. Mineral-mineral tersebut berperan dalam pembentukan
enzim dan pengaturan keseimbangan antara cairan tubuh dan cairan
lingkungannya.
2.1.6 Antinutrisi
Pada bahan baku pembuat pakan ikan ada beberapa macam yang
mengandung zat antinutrisi. Zat antinutrisi adalah suatu at yang dapat
merusak kandungan nutrisi yang terdapat pada bahan pakan yang akan
digunakan. Zat anti nutrisi dapat mengganggu kesehatan bahkan mematikan
ikan yang mengonsumsinya secara berlebihan.
Karena sifatnya yang sebagai racun di dalam tubuh ikan, ada beberapa
cara untuk mengurangi kandungan zat antinutrisi, yaitu dengan cara
dipanaskan, difermentasikan, dienzimkan, dan direndam air selama 24 jam.
7
Berikut adalah beberapa contoh zat antinutrisi :
1. Tannin
Tannin adalah senyawa phenolic yang larut di dalam air. Tannin
secara kimia ikatannya sangat komplek dan dapat di bagi dua, yaitu
hydrolizable tannin dan condensed tannin. Hydrolizable tannin
mudah dihidolisa secara kimia atau oleh enzim. Condensed tannin
atau tannin terkondensasi paling banyak menyebar.
Cara mengatasi pengaruh dari tannin sendiri adalah dengan cara
mensuplentasi DL-metionin dan suplentasi agen pengikat tannin,
yaitu gelatin, polyvinypyrrolidone (PVP), dan polyethyleneglycol
yang dapat merusak atau mengikat tannin.
2. Phytat
Phytat merupakan salah satu non polysaccharide dari dinding
tanaman seperti silakat dan oksalat. Asam phytat termasuk kedalam
chelat (senyawa pengikat mineral) yang kuat yang dapat mengikat
ion metal divalent membentuk phytat komplek sehingga mineral
tidak dapat diserap oleh tubuh. Mineral tersebut adalah Ca, Zn, Cu,
Mg, dan Fe.
Sebagian besar protein nabati relatif rendah kandungan phytase
kecuali dedak gandum, sedangkan biji yang mengandung minyak
kandungan phytatnya lebih tinggi. Cara mengurangi kandungan
phytat adalah dengan cara didenaturasi dengan suhu 65 oC dan
penambahan phytase dilakukan setelah proses pengolahan serta
penambahan sumber pospor.
3. Gossypol
Gossypol ditemukan dalam keadaan berbentuk bebas, racun,dan
ikatan yang tidak toksik. Gossypol biasanya terdapat pada biji-bijian,
seperti biji kapuk dan biji kapuk. Antiutrisi gossypol dapat
dihilangkan dengan cara di ekstraksi (isopropanol).
8
4. Saponin
Sebagian besar saponin dapat ditemukan di dalam biji-bijian
dan tanaman, seperti alfalfa, bunga matahari, kedelai, kacang tanah
dan lain-lain. Saponin umumnya memiliki rasa yang pahit, bersifat
hemolitik, bersifat saponin (penyabunan).
Dengan memiliki rasa yang pahit, saponin dapat menurunkan
konsumsi ransum, menurunkan pertambahan berat, meningkatkan
ekskresi kolesterol, dan mengurangi absorsi vitamin A dan D.
5. Alkanoid
Alkaloid merupakan karohidrat dengan sedikit unsur nitrogen.
Zat ini umumnya terdapat dalam umbi-umbian. Derajat
keracunannya tergantung dari macam alkaloidnya, konsentrasinya,
dan ketahanan masing-masing. Keracunan alkaloid dapat
dihindarkan dengan cara memasak bahan pakan sebelum diberikan.
Masih banyak lagi zat-zat antinutrisi yang ada di dalam bahan baku
pakan. Zat antinutrisi umumnya dapat ditemukan di bahan baku yang berasal
dari bahan nabati.
9
Gambar 1. Tepung Ikan
Bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan rucah yang berkadar lemak rendah
dan sisa-sisa hasil pengolahan. Ikan difermentasikan menjadi bekasem untuk
meningkatkan bau khas yang dapat merangsang nafsu makan ikan.
Lama penyimpanan < 11-12 bulan, bila lebih dapat ditumbuhi cendawan
atau bakteri, serta dapat menurunkan kandungan lisin yang merupakan asam
amino essensial yang paling essensial sampai 8%.
Kandungan gizi :
Tabel 1. Kandungan nutrisi pada tepung ikan
Kandungan Nutrisi Kadar
Protein 22,65%
Lemak 15,38%
Abu 26,65%
Serat 1,80%;
Air 10,72%;
Nilai ubah 1,5 - 3
Cara pembuatan:
Kandungan gizi :
Tabel 2. Kandungan nutrisi pada tepung rebon dan benawa
Cara pembuatan:
11
Kandungan gizi :
Tabel 3. Kandungan nutrisi pada tepung kepala udang
2.2.4 Dedak
Gambar 2. Dedak
Kandungan gizi :
12
Tabel 4. Kandungan nutrisi pada dedak
Nilai ubah 8
Bahan baku pembuatan tepung kedelai adalah biji kedelai yang kemudian
digiling sehingga menjadi tepung. Tepung kedelai mengandung lisin yaitu
protein essensial yang paling essensial dan tepung kedelai membuat aroma
makanan menjadi lebih sedap.
Kandungan gizi :
13
Tabel 5. Kandungan nutrisi pada tepung kedelai
Nilai ubah 3
Tepung MBM adalah tepung yang terbuat dari daging atau tulang. Pada
tepung MBM ini mengandung kalsium yang tinggi yaitu 2,2 kali kandungan
posfor. Selain itu kandungan protein pada tepung ini juga terbilang tinggi.
Kandungan gizi yang terdapat pada tepung MBM adalah 50% protein,
35% abu, 8-12% lemak dengan kelembaban 4-7% serta kalsium sebesar 2,2 kali
lipat dari posfor.
14
Gambar 5. Tepung Jagung
2.2.8 Pollard
Gambar 6. Pollard
Kandungan gizi :
15
Kandungan Nutrisi Kadar
Protein 11,99%
Lemak 1,48%
Karbohidrat 64,75%
Abu 0,64%
Serat kasar 3,75%
Air 17,35%
Nilai ubah 2 – 3
Kandungan gizi :
16
Kandungan Nutrisi Kadar
Protein 0,8%
Lemak 0,2%
Bahan ekstrak tanpa N 78%
Abu 2,5%
Serat kasar 2,2%
Air 18,3%
2.2.10 Premix
Gambar 8. Premix
Penggunaan premix vitamin dan mineral dalam ramuan pakan ikan cukup
1 – 2% saja, tetapi untuk pakan udang, jumlahnya dapat sekitar 10 – 15%, hal
itu disebabkan udang sering moulting yang membutuhkan banyak mineral.
17
Minyak kelapa sawit (cpo) adalah minyak yang dihasilkan dari kelapa
sawit sebagai bahan baku pembuatannya. Minyak kelapa sawit (cpo) digunakan
untuk mengencerkan bahan pakan dan memberi aroma pada pakan. Minyak
kelapa sawit mengandung 100% lemak. Minyak kelapa sawit (cpo) yang
digunakan adalah minyak yang masih mentah atau hasil perasan awal kelapa
sawit.
2.3 Formulasi
18
Tepung 10,42 6,47 39,85 2,18 3,23 37,85
kedelai
Dedak 0 0 12 0 0 0
Pollard 0 0 13,66 0 0 0
Tapioka 10,46 0,02 3,49 0 0,61 85,42
Minyak kelapa 0 0 0 100 0 0
sawit (cpo)
19
BAB III
METODE PRAKTEK
3.1 Alat
3.2 Bahan
Pada praktik ini penulis memproduksi sebanyak 500 gram yang dilakukan
dengan dua tahap. Didalamnya terdapat komposisi bahan baku pembuatan
pakan yang sudah ditentukan beratnya sesuai dengan penghitungan formulasi
pakan( dijelaskan pada BAB selanjutnya).
20
3.3 Prosedur Kerja
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktik produksi pakan buatan berupa
pelet pada gambar dibawah ini
Pakan hasil produksi memiliki daya apung 45 detik setelah iti pakan
tenggelam ke dasar air.
Berat bahan baku pada awal pembuatan pakan adalah 500 gram setelah
mengalami proses pengeringan berat pellet yang di hasilkan adalah 340 gram,
sehingga penyusutan pakan sebanyak 160 gram (kandungan air yang berada
dalam pakan akan menguap sehingga pakan yang di hasilkan akan berkurang
beratnya)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Formulasi
22
Target protein : 27 %
Binder : 4 %
Premix : 4 %
Minyak : 4 %
Air : 10 %
Binder = 4 % x 3,49
26,8604 %
116,6192 %
x 88 %
= 36,24 % Ti = 36,242 % : 2
= 18,121 %
MBM = 36,242 % : 2
=18,121 %
x 88 %
= 51,757 % T.J = 51,757 % : 4
= 12,939 %
T.K = 51,757 % : 4
= 12,939 %
Dedak = 51,757 % : 4
= 12,939 %
Pollard = 51,757 % : 4
= 12,939 %
87,998 %
binder 4%
+
91,998 %
23
Premix 4%
Minyak 4%
99,998 %
24
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan tersebut dapat diketahui bahwa pakan yang baik harus
mengandung nutrisi yang baik dan lengkap sesuai dengan nutrisi yang
dibutuhkan oleh ikan. Ukuran pakan juga harus disesuaikan dengan umur dan
ukuran mulut ikan yang akan diberi pakan. Kandungan nutrisi yang terdapat
dalam pakan disesuaikan dengan umur, ukuran mulut ikan, serta jenis ikan yang
akan diberikan pakan tersebut. Dari data diatas juga dapat disimpulkan pakan
yang baik adalah pakan yang memiliki daya apung yang lama. Karena semakin
lama pakan mengapung semakin baik kualitas pakan tersebut.
25
DAFTAR PUSTAKA
Deshimaru. dkk. 1997. Peranan pakan dalam budidaya ikan dan udang
26
Suastika, IBM. Perkembangan Pembenihan Udang Windu, Fenomena Teknis di
Balik Bisnis. BBAP Jepara.
27
LAMPIRAN
ALAT
Baskom
Timbangan Digital
Mangkuk Plastik
Sendok Plastik
Nampan
Sarung Tangan Plastik
28
29 | Laporan Praktik Produksi Pakan Buatan