C.411.14.0003 15 File Komplit 20190222103645
C.411.14.0003 15 File Komplit 20190222103645
USM
Transformator dalam proses kerjanya tidak lepas dari gangguan, salahsatunya adalah
dalam pembagian energi listrik di masing-masing fasanya (fasa R, fasa S dan fasa T).
tanggal 16 Agustus 2018 dalam keadaan lagging, dimana arus tertinggal terhadap
tegangan. Nilai arus antar fasa setelah pergeseran titik netral yang di dapat adalah IAB
sedangkan nilai tegangan antar fasanya adalah VAB = 20093,016 ∠ 29.721° V, VBC
menunjukkan adanya arus netral (IN) yang muncul yaitu 0,029 ∠ -63,434 ° A.
presentase ini masih dalam toleransi yang NEMA Standards Publication MG 1-1998
iv
ABSTRACT
The transformer in the working process is inseparable from interference, one of which
electrical energy in each phase (phase R, phase S and phase T). As a result of the load
Semarang's Main Transformer on August 16, 2018 in a lagging state, where the current
lags behind the voltage. The value of inter-phase current after the neutral point shift
∠ 134,799 ° A, while the voltage value between phases is VAB = 20093,016 ∠ 29,721
results show that there is a neutral current (IN) that appears which is 0.029 ∠ -63.434
° A. The percentage of voltage imbalance results in 0.73% where this percentage value
is still in tolerance, the NEMA Standards Public MG 1-1998 (Revision 3, 2002) has a
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, kerena dengan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini. Penyusunan laporan ini
dimaksudkan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa
Selesainya laporan Tugas Akhir ini tidak lepas dari dukungan dari berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan petunjuk-Nya yang selalu
3. Ibu Titik Nurhayati, S.T, M.Eng, selaku Ketua Jurusan S1 Teknik Elektro
4. Bapak Karnoto, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia
5. Ibu Harmini, S.T, M.Eng. selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia
vi
6. Bapak Sodimin selaku teknisi di Universitas Semarang yang telah banyak
Semarang.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam laporan tugas akhir
ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
Semarang, ....................................2019
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
2.4.3 Daya Reaktif .................................................................................................. 27
2.5 Segitiga Daya ......................................................................................................... 27
2.6 Faktor Daya ............................................................................................................ 28
2.7 Komponen Simetris ............................................................................................... 29
2.7.1 Komponen urutan positif .............................................................................. 30
2.7.2 Komponen urutan negatif ............................................................................. 30
2.7.3 Komponen urutan nol ................................................................................... 30
2.8 Arus Netral ............................................................................................................. 34
2.8.1 Penyebab Tingginya Arus Netral ................................................................ 35
2.8.2 Mengatasi Arus Netral Tinggi ..................................................................... 36
2.9 Ketidakseimbangan Beban ................................................................................... 36
2.10 Ketidakseimbangan Tegangan ........................................................................... 38
2.10.1 Mengurangi Pengaruh Ketidakseimbangan Tegangan ........................... 38
Semarang ................................................................................................... 48
ix
4.2.5 Perhitungan Komponen Urutan Nol Arus ............................................. 53
4.15 Gabungan Fasor Arus dan Tegangan Kondisi Tidak Seimbang ................ 85
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambaran sistem distribusi tenaga listrik dari unit pembangkit sampai
Gambar 2.9 Konstruksi transformator tiga fasa; a. Tiga trafo 1 fasa,b. Lintasan
Gambar 2.10 Transformator Tiga Fasa Hubug Bintang atau Star (Y) ................... 18
Gambar 2.11 Transformator tiga fasa hubug segitiga atau delta (∆) ....................... 19
Gambar 2.13 Trafo tiga fasa hubugan Y-Y: a. Diagram, b. Trafo tiga fasa yang
Gambar 2.14 Trafo tiga fasa hubung bintang-segitiga, a. Diagram, b. Trafo tiga fasa
sekunder ................................................................................................ 22
xi
Gambar 2.16 Trafo tiga fasa hubungan segitiga-segitiga: a. Diagram, b. Trafo tiga
sekunder ................................................................................................ 25
Gambar 2.20 Tiga himpunan fasor seimbang yang merupakan komponen simetris
Gambar 2.23 (a) Bentuk vektor arus keadaan seimbang, (b) Bentuk vektor arus
Gambar 4.3 Diagram fasor arus kondisi seimbang dan tidak seimbang akibat arus
netral ........................................................................................................ 60
Gambar 4.6 Diagram fasor tegangan kondisi seimbang dan tidak seimbang akibat
xii
Gambar 4.7 Diagram fasor arus IAB, IBC, ICA kondisi seimbang ....................... 68
Gambar 4.8 Diagram fasor arus IAB, IBC, ICA kondisi tidak seimbang .............. 70
Gambar 4.9 Diagram fasor tegangan VAB, VBC, VCA kondisi seimbang .......... 73
Gambar 4.10 Diagram fasor tegangan VAB, VBC, VCA kondisi tidak seimbang75
Gambar 4.13 Diagram fasor arus dan tegangan kondisi seimbang ........................ 83
Gambar 4.14 Diagram fasor arus dan tegangan kondisi tidak seimbang ............... 86
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Data nilai arus yang tercatat pada laporan data instan sebelum dikali
Tabel 3.3 Data nilai arus yang tercatat pada laporan data instan sesudah dikali
Tabel 3.4 Data nilai tegangan yang tercatat pada laporan data instan sebelum dikali
Tabel 3.5 Data nilai tegangan yang tercatat pada laporan data instan sesudah dikali
Tabel 4.1 Hasil perhitungan komponen urutan positif tegangan (Va1) dan
Tabel 4.2 Hasil perhitungan komponen urutan negatif tegangan (Va2) dan
Tabel 4.3. Perhitungan arus kondisi tidak seimbang akibat arus netral ......... 59
Tabel 4.4 Nilai arus kondisi seimbang dan tidak seimbang akibat arus netral ..... 60
Tabel 4.6. Nilai tegangan kondisi seimbang dan tidak seimbang akibat arus
netral ........................................................................................................... 65
Tabel 4.7 Tabel hasil perhitungan IAB, IBC dan ICA kondisi seimbang . ............ 67
Tabel 4.8 Tabel hasil perhitungan IAB, IBC dan ICA kondisi tidak seimbang .... 70
xiv
Tabel 4.9 Nilai arus antar-fasa IAB, IBC, ICA kondisi seimbang dan tidak
Tabel 4.10 Tabel hasil perhitungan VAB, VBC dan VCA kondisi seimbang ..... 72
Tabel 4.11 Tabel hasil perhitungan VAB, VBC dan VCA kondisi tidak
seimbang .................................................................................................... 75
Tabel 4.12 Nilai tegangan antar fasa kondisi seimbang dan tidak seimbang akibat
Tabel 4.13 Hasil perhitungan menyeimbangkan tegangan per-fasa dari kondisi tidak
Tabel 4.14 Hasil perhitungan menyeimbangkan tegangan antar fasa dari kondisi
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan tenaga listrik saat ini terus menerus mengalami peningkatan
seiring dengan kemajuan kota, perkembangan teknologi dan bahkan tenaga listrik
sangat berperan penting disemua bidang. Kebutuhan tenaga listrik sejalan dengan
pembangunan. Sebagai perusahaan penyedia dan penyalur tenaga listrik, maka PT.
PLN (Persero) harus mampu mendistribusikan tenaga listrik secara merata dan terus-
Semarang merupakan salah satu konsumen energi listrik dengan jumlah daya
distribusi 3 fasa, dengan trafo utama dengan kapasitas 1250 KVA mensuplay energi
kapasitas 200 KVA mensuplay gedung Gelora Ir. Soedarto, S.H., dan trafo III dengan
kapasitas 200 KVA mensuplay gedung P, T, V dan M1 serta masjid USM. Trafo utama
dengan kapasitas 1250 KVA di Universitas Semarang, dan penambahan beban akan
fasa. Permasalahan yang timbul akibat perubahan pola operasi adalah dimungkinkan
1
2
melandasi Analisis Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus Netral Pada Trafo 1250
(Revision 3, 2002).
2. Berapa besar nilai arus netral yang terjadi akibat ketidakseimbangan pada
Semarang
1.4. Tujuan
Tujuan dari penyusunan tugas akhir dalam studi kasus ini adalah sebagai
berikut:
sehingga dalam pembuatan laporan teratur dan terarah yaitu sebagai berikut :
a. Pengumpulan Data
1. Metode Observasi
di Universitas Semarang.
2. Metode Wawancara
3. Studi Literatur
berbagai sumber buku, jurnal, manual book dan website yang dapat dijadikan
yang akan memperlihatkan seberapa besar pergeseran fasa yang terjadi akibat
adanya arus netral yang muncul dan di gambarkan dengan gambar vektornya.
c. Kesimpulan
Pada kesimpulan berisi hasil hasil perhitungan dan analisa mengenai besar arus
Sistematika penyusunan penulisan pada laporan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
perhitungan.
BAB II
DASAR TEORI
Sistem distribusi adalah bagian dari sistem tenaga listrik, dimana sistem ini
bertujuan untuk mengirimkan energi listrik dari unit pembangkit listrik sampai ke
sampai 24 kV, kemudian tegangannya dinaikkan oleh gardu induk tegangan tinggi
dengan transformator penaik tegangan (step up) menjadi 500 kV, kemudian
disalurkan melalui transmisi. Tujuan dari dinaikkan tegangan sampai 500 kV adalah
untuk mengurangi kerugian daya listrik pada saluran transmisi, Dimana kerugian
daya adalah sebanding kuadrat arus yang mengalir. Daya yang sama apabila nilai
tegangannya diperbesar maka nilai arus yang mengalir semakin kecil, sehingga
tegangan (step down) pada gardu induk distribusi menjadi 20 kV, kemudian
disalurkan ke trafo distribusi yang lebih kecil menjadi tegangan rendah yaitu
transformator penurun tegangan (step down) yang berakibat apabila ditinjau nilai
tegangannya maka mulai dari titik sumber sampai titik beban terdapat bagian
saluran yang mempunyai nilai tegangan yang berbeda. Dengan adanya nilai
tegangan yang berbeda dapat memunculkan arus netral, dimana nilai arus netral ini
6
7
muncul apabila terjadi beban tidak seimbang. Arus netral pada pembebanan
transformator berakibat akan ada perbedaan sudut arus dan tegangan yang cukup
besar [1].
Gambar 2.1 Gambaran sistem distribusi tenaga listrik dari unit pembangkit
yaitu jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder. Jaringan distribusi
primer adalah jaringan yang mulai dari trafo gardu induk (GI) ke gardu distribusi,
sedangkan jaringan sekunder adalah jaringan saluran trafo gardu distribusi sampai ke
a. Pola Radial
Sistem distribusi dengan pola radial adalah sistem distribusi yang paling
hanya mampu menyalurkan daya dalam satu arah. Apabila terjadi gangguan
terselesaikan. Gambar sistem jaringan pola radial dapat dilihat pada gambar
2.2.
9
b. Pola Loop
Sistem distribusi dengan pola loop adalah sistem distribusi yang ditandai
dengan adanya dua sumber tenaga listrik yaitu sumber utama dan sebuah sumber
cadangan, dimulai dari suatu titik pada rel daya yang berkeliling di daerah beban
kemudian kembali ke titik rel daya semula jika salah satu sumber mengalami
gangguan akan dapat digantikan sumber yang lain ( sumber cadangan ). Pola ini
biasa dipakai pada sistem distribusi yang melayani beban dengan kebutuhan
kontinyuitas pelayanan yang baik (lebih baik daripada pola radial).Gambar sistem
c. Pola Spindel
Jaringan pola spindel merupakan pengembangan dari pola radial dan loop
terpisah. Beberapa saluran yang keluar dari gardu induk diarahkan menuju
suatu tempat yang disebut gardu hubung (GH), kemudian antara GH dan GI
terdapat satu jalur khusus yang disebut express feeder. Disepanjang saluran
kerja dan terhubung secara seri. Saluran kerja yang masuk ke gardu
dihubungkan oleh sakelar pemisah, sedangkan saluran yang keluar dari gardu
dihubungkan oleh sebuah sakelar beban. Jadi sistem ini dalam keadaan normal
bekerja secara radial dan dalam keadaan darurat bekerja secara loop melalui
saluran cadangan dan GH. Gambar dari sistem jaringan pola spindle dapat
2.3. TRANSFORMATOR
Transformator merupakan salah satu alat listrik yang dapat mengubah level
tegangan listrik dari satu ke level tegangan listrik lainnya berdasarkan jumlah lilitan
atau kumparan yang ada didalam bagian primer dan sekundernya. Apabila salah
11
satu kumparan di berikan tegangan listrik, maka akan timbul fluksi yang akan
1. Transformator daya
2. Transformator distribusi
transformator tegangan.
transformator, yaitu tipe inti dan tipe cangkang. Gambarnya dapat dilihat pada
gambar 2.5
Faraday, yaitu: arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan sebaliknya medan
magnet dapat menimbulkan arus listrik. Jika pada salah satu kumparan pada
transformator diberi arus bolak-balik maka jumlah garis gaya magnet akan berubah-
ubah akibatnya muncul fluks magnet yang berubah-ubah pula, sehingga pada
12
kumparan primer akan timbul gerak gaya listrik (GGL) induksi ep. besarnya GGL
𝑑∅
ep = −Np 𝑑𝑡 Volt…………………………….………………………………… (2.1)
Keterangan :
Fluksi magnet juga menginduksikan GGL induksi ep juga dialami oleh kumparan
𝑑∅
eS = −N𝑆 𝑑𝑡 Volt …………………………….…………………………..…….(2.2)
Keterangan:
penting dalam distribusi energi listrik, karena yang berhubungan langsung dengan
pelanggan. Transformator distribusi ada dua jenis yaitu satu fasa dan tiga fasa, pada
umumnya transformator distribusi yang dipergunakan adalah tipe step down yang
primer dan kumparan sekunder, apabila pada kumparan primer dialiri arus listrik
bolak-balik, maka akan timbul garis gaya magnet yang kemudian akan menginduksi
a. Inti Besi
Inti besi merupakan komponen utama pada trafo yang terdiri dari
lempengan besi tipis yang berisolasi disusun secara berlapis, hal ini
dimaksudkan agar dapat mengurangi panas yang diakibatkan oleh arus eddy .
b. Kumparan Trafo
kumparan primer dan kumparan sekunder, apabila salah satu dari kumparan
c. Minyak Trafo
Minyak trafo merupakan salah satu bahan cair pada trafo yang
dipergunakan sebagai isolasi dan pendingin pada trafo. Bahan minyak trafo
d. Bushing
melalui isolator dan juga menjadi penyekat antar kumparan dengan badan
e. Tangki Konservator
uap atau udara akibat dari pemanasan trafo karena arus beban.
transformator.
h. Pendingin Trafo
panas ke luar transformator, media yang dapat di gunakan adalah udara atau
gas, minyak dan air. Pada cara yang alami untuk mempercepat pendinginan,
Tap Changer Trafo merupakan suatu alat yang dapat diputar sesuai
ketentuan yang dapat merubah nilai ratio antar belitan primer dan sekunder
dengan kebutuhan. Proses perubahan ratio belitan ini dapat dilakuan pada
saat transformator dalam keadaan berbeban (on load tap changer) atau saat
listrik pada system tiga fasa arus bolak-balik. Pada bagian kumparan atau lilitannya
dapat disambung atau dihubungkan secara bintang (Y) atau segitiga (∆) [1].
Transformator tiga fasa dapat disusun dari tiga buah trafo satu fasa, yang
mempunyai kumparan primer dan sekunder yang dililitkan pada bagian inti yang
sama (common). Trafo tiga fasa yang disusun dengan tiga buah trafo satu fasa tipe inti
dapat dilihat pada gambar 2.9a Apabila tegangan induksi dalam masing-masing fasa
adalah sinusoida dan simetri, maka fluksi yang dihasilkan juga sinusoida dan simetri
pula. Jadi apabila setiap kaki dari inti mengalirkan fluksi ini, maka fluksi total yang
17
mengalir dalam ketiga inti ini sama dengan nol, karena itu ketiga inti yang
mengalirkan fluksi total dapat dihilangkan, seperti terlihat pada gambar 2.9b.
Inti yang dibuat dari laminasi-laminasi yang disusun bertingkat, dapat dilihat
Gambar 2.9 Konstruksi transformator tiga fasa; a. Tiga trafo 1 fasa,b. Lintasan
Pada umumnya jenis-jenis hubungan pada transformator tiga fasa ada tiga
yaitu:
dimana pada ujung awal atau akhir lilitan dipertemukan dalam satu titi dimana
berbeda fasa 120o.. Gambar 2.10 Transformator tiga fasa hubung bintang (Y)
18
IL = Iph……………………….……………………….…………...… (2.4)
Keterangan:
dimana cara penyambungan pada lilitannya yaitu ujung akhir lilitan fasa pertama
di hubungkan dengan ujung mula fasa kedua, akhir fasa kedua dihubungkan
dengan ujung mula fasa ketiga dan ujung akhir fasa ketiga dihubungkan dengan
19
ujung mula fasa pertama, yaitu VA, VB,VC masing-masing mempunyai beda fasa
sebesar 120 o
IA = IB = IB = ILIL ………………………………………..…………..….…(2.7)
IL = √3 . Iph……………………………….…………..…….…………....…(2.8)
VLL= Vph……………………………….…………..………………......…(2.10)
Keterangan:
masing-masing lilitan dibagi atas 2 bagian yang sama. Lilitan fasa pertama dibagi
20
atas lilitan a1 dan b1, fasa kedua lilitan a2 dan b2,sedangkan fasa ketiga a3 dan b3,
jenisnya, seperti bintang dan segitiga dengan kombinasi Y-Y, Y-∆, ∆-Y, ∆-∆, atau
bahkan dalam kasus tertentu lilitan sekunder dapat dihubungkan secara berliku-liku
(zig-zag), sehingga diperoleh kombinasi ∆-Z dan Y-Z. Hubungan zig-zag merupakan
kejadian yang mungkin terjadi apabila dihubungkan secara bintang dengan beban
fasanya tidak seimbang. Dibawah ini secara umum akan dijelaskan jenis-jenis
pada sistem tiga fasa dengan empat kawat. Apabila hubungan ini digunakan untuk
transformator distribusi 20kV/380V, maka tegangan yang diberikan tiga fasa dengan
tegangan 380V dan satu fasa dengan tegangan 220V (fasa-netral) tersedia di sisi
sekunder, seperti terlihat pada gambar 2.13, hubungan ini tidak menyebabkan suatu
21
pergeseran antara primer dan sekunder. Namun apabila akhir a, b dan c dihubungkan
sehingga membentuk titik netral serta titik A, B dan C dibawa keluar, maka akan
Gambar 2.13 Trafo tiga fasa hubugan Y-Y: a. Diagram, b. Trafo tiga fasa yang
tegangan sinus yang diberikan pada sisi primer, arus eksitasi bukanlah gelombang
sinus murni, tetapi masih mengandung harmonisa ketiga. Hubungan Y-Y adalah
hubungan yang paling ekonomis untuk trasformator tegangan tinggi yang kecil,
karena jumlah belitan per fasa dan isolasinya minimum. Dalam hubungan Y-Y
VPφ VP𝑙
a=V = ……………...………………………………………….....……... (2.15)
Sφ VSl
digunakan sebagai trafo step-down. Pada sisi primer tegangan line adalah √3 kali
tegangan fasa, sedangkan arus fasa dan line sama besar. Hubungan ini tidak
melalui kumparan delta. Kemudian hubungan jenis ini lebih stabil terhadap beban
tidak simetris, karena rangkaian delta (∆) mendistribusikan kembali secara partial
pergeseran fasa antara tegangan sisi primer dan sekunder. Adapun gambar dari
Gambar 2.14 Trafo tiga fasa hubung bintang-segitiga, a. Diagram, b. Trafo tiga fasa
Dalam hubungan bintang – segitiga (Y-∆), tegangan fasa dari sisi primer dinyatakan
oleh :
VPφ VP𝑙 / √3
a=V = ………………………………….…………….……………… (2.21)
Sφ VSl
Hubungan jenis ini banyak digunakan pada transformator step-up. Dalam sisi
primer tegangan line dan fasa adalah sama, sedangkan arus line sama dengan √3 kali
arus fasa. Sedangkan pada sisi sekunder tegangan line adalah √3 kali tegangan fasa
dan arus line sama dengan arus fasa. Hubungan bintang membantu menstabilkan
tegangan pada titik netral, pergeseran fasa sebesar 30o antara tegangan sisi primer dan
Trafnsformator tiga fasa yang dimodifikasi, c. Diagram fasor sisi primer dan sekunder
oleh :
VPφ VP𝑙 / √3
a=V = …………………………………………….…………….…… (2.27)
Sφ VSl
dengan tegangan fasa dari tiap sisi. Arus fasanya adalah arus line dibagi √3.
25
antara tegangan sisi primer dan sekunder, apabila kumparan sekunder dibalik, akan
diperoleh pergeseran fasa sebesar 180o.. Apabila dua buah transformator dioperasikan
secara parallel, maka harus dihubungkan untuk didapat pergeseran fasa yang sama
Gambar 2.16. Trafo tiga fasa hubungan segitiga-segitiga: a. Diagram, b. Trafo tiga
fasa yang dimodifikasi, c. Diagram fasor tegangan sisi primer dan sekunder
2.4 DAYA
Daya merupakan laju dari sebuah energi yang berubah dari satu bentuk ke
bentuk yang lain,ya. Daya diperoleh karena adanya sebuah elemen yang dilewati
arus. Daya disimbolkan dengan P, besarnya daya dapat dapat dinyatakan dalam
satuan Watt (W) [10]. Daya listrik dapat dibedakan menjadi tiga yaitu daya aktif,
Daya aktif yang disimbolkan dengan P adalah daya yang dibutuhkan oleh
beban yang bersifat resistif. Daya nyata memiliki satuan Watt (W) menunjukkan
adanya aliran energi listrik dari pembangkit listrik ke jaringan beban untuk di
konversi menjadi energi lain. . Daya aktif dapat dituliskan dengan persamaan ( 2.29 )
dan (2.30)
Daya semu didapatkan dari hasil perkalian antara tegangan dan arus pada
jaringan. Daya semu disimbolkan dengan huruf S dengan satuan Volt Ampere (VA).
Daya reaktif merupakan selisih antara daya semu yang masuk pada suatu
penghantar dengan daya reaktif itu sendiri. Daya reaktif ini adalah hasil kali antara
arus dan tegangan yang dipengaruhi oleh faktor daya. Daya reaktif disimbolkan
dengan huruf Q dengan satuan Volt Ampere Reactive (VAR). Daya reaktif dapat
Segitiga daya merupakan sketsa dari daya aktif, daya reaktif dan daya semu
S=V.I
Q = V . I . Sin Ф
Ф
P = V . I . Cos Ф
Gambar 2.17 Segitiga daya
Keterangan :
V = Tegangan (V)
I = Arus (A)
Faktor daya merupakan perbandingan antara daya aktif (Watt) dengan daya
semu (VA). Daya reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut ini sehingga
menjadikan nilai factor daya menjadi lebih kecil. Faktor daya akan selalu lebih kecil
atau sama dengan satu. Secara teori apabila setiap beban daya yang dipasok oleh
perusahaan listrik mempunyai factor daya dengan nilai satu, maka daya maksimum
yang di transfer setara dengan kapasitas sistem pendistribusian. Apabila beban yang
28
terinduksi jika faktor daya yang diterima berkisar 0,2 hingga 0,5 maka kapasitas
jaringan distribusi listrik menjadi tertekan. Sehingga daya reaktif (VAR) diharapkan
Faktor daya menggambarkan sudut fasa antara daya aktif dan daya semu, nilai
factor daya yang rendah akan merugikan, karena akan mengakibatkan arus beban
tinggi. Nilai factor daya yang rendah dapat diperbaiki dengan menambahkan
kapasitor bank. Didalam sistem tenaga listrik faktor daya ada 2 jenis yaitu faktor daya
terdahulu (leading) dan faktor daya terbelakang (lagging) yang ditentukan oleh jenis
kapasitif dan memberikan daya reaktif dari jaringan. Nilai cos φ pada kondisi leading
akan bernilai negatif. Kemudian pada gelombang sinus, arus (I) akan mendahului
tegangan (V) atau tegangan (V) tertinggal terhadap arus (I) sebesar sudut φ. Dapat
Faktor daya tertinggal (lagging), menunjukkan dimana kondisi disaat beban bersifat
induktif dan memerlukan daya reaktif dari jaringan. Nilai cos φ pada kondisi lagging
akan bernilai positif. Seperti digambarkan pada gelombang sinus dimana arus (I) akan
tertinggal dengan tegangan (V). atau tegangan (V) mendahului arus (I) dengan sudut
Karya Fortescue telah membuktikan bahwa suatu sistem tak seimbang yang
terdiri dari n fasor yang berhubungan dapat diuraikan menjadi n buah system dengan
Menurut teorema Fortescue, tiga fasor tak seimbang dari sistem tiga fasa dapat
Terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, mempunyai sudut 120o dan
Terdiri dari tiga fasor yang mempunyai besar sama, yang terpisah satu dengan
yang lainnya dalam fasa sebesar 120o, dan mempunyai urutan fasa yang berlawanan
Terdiri dari tiga fasor yang mempunyai besar sama dan dengan pergeseran
Ketiga fasa dinyatakan sebagai a, b dan c, sehingga urutan fasa tegangan dan
arus dalam sistem adalah a, b dan c. Jadi, urutan fasa pada komponen urutan positif
dari fasor tak seimbang adalah a b c, sedangkan urutan negatif dari fasor tak
seimbang adalah a c b. Jika fasor aslinya adalah tegangan, maka tegangan tersebut
dapat dinyatakan dengan Va, Vb, dan Vc. ketiga himpunan komponen simetris
komponen urutan nol. Jadi, komponen urutan positif dari Va, Vb, danVc adalah Va1,
Vb1, danVc1. Demikian pula dengan komponen urutan negatif adalah Va2, Vb2, danVc2,
sedangkan komponen urutan nol adalah Va0, Vb0, danVc0. Adapun gambar komponen-
diperoleh tiga fasor tak seimbang, yang dapat dilihat pada gambar 2.21.
Karena setiap fasor yang tak seimbang, yang asli adalah komponen, fasor asli
dalam arah yang berlawanan denga arah jarum jam. Operator ini adalah bilangan
kompleks yang besarnya 1 dan sudutnya 120o, dapat dilihat pada table 2.1 [7].
berikut ini adalah fasor yang menggambarkan berbagai pangkat dari a dapa dilihat
Degan operator didapat hubungan antara operator satuan dari setiap macam
Dengan cara mensubtitusikan persamaan (2.35), (2.36) dan (2.37) maka didapatkan
persamaan :
1
Va1 = 3 ( Va + a Vb + a2 Vc)…………………………………...………………… (2.51)
1
Va2 = 3 ( Va + a2 Vb + a Vc)…………………………………………...………… (2.52)
34
Arus netral pada sistem distribusi tenaga listrik dikenal sebagai arus yang
mengalir pada penghantar netral di sistem distribusi tegangan rendah tiga fasa empat
Arus yang mengalir pada penghantar netral yang merupakan arus bolak-balik untuk
sistem distribusi tiga fasa empat kawat adalah penjumlahan vektor dari ketiga arus
fasa dalam komponen simetris. Arus netral ini berpengaruh terhadap sistem apabila
Dalam persamaan sebelumnya juga dapat dituliskan untuk setiap himpunan fasor
yang berhubungan, dan dapat pula dituliskan untuk arus sebagai pengganti tegangan.
Dengan langkah yang telah di jabarkan dalam menentukan tegangan urutan positif,
urutan negatif dan urutan nol sebelumnya, maka arus urutan juga di tentukan dengan
1
Ia0 = ( Ia + Ib + Ic)……………………………………...………...……..…. (2.56)
3
1
Ia1 = 3 ( Ia + a Ib + a2 Ic) …………………………………...…………….…….… (2.57)
1
Ia2 = 3 ( Ia + a2 Ib + a Ic) …………………………………………...………..…… (2.58)
Dalam sistem tiga fasa, jumlah arus saluran adalah sama dengan arus In dalam jalur
Apabila tidak ada jalur yang melewati netral dari sistem tiga fasa, In adalah
nol dan arus saluran tidak mengandung komponen urutan nol,karena beban yang
dihubungkan dengan hubungan segitiga (∆) tidak menyediakan jalur ke netral, oleh
karena itu arus saluran yang mengalir ke beban yang dihubungkan segitiga (∆) tidak
a. Kondisi beban tak seimbang, dimana keadaan tak seimbang ada tiga, yaitu :
Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120o satu
sama lain.
Ketiga vektor tidak sama besar, tetapi, membentuk sudut 120o satu
sama lain.
Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120o
Arus netral yang tinggi dapat diatasi dengan langkah-langkah sebagai berikut,
yaitu :
Pada sistem distribusi listrik pada umumnya memakai sistem tiga fasa
empat kawat, dimana tiga kawat sebagai fasa dan satu kawat sebagai netral.
Apabila beban yang di bebani adalah non-linear maka untuk mengatasi panas
diperbesar dari ukuran standarnya. Begitu pula pada panel listrik disarankan
b. Pemerataan beban
pergeseran sudut antar fasa sebesar 120ᴼ. Hal ini berpengaruh terhadap arus
keadaan dimana :
Ketiga vektor saling membentuk sudut 120o satu sama lain, seperti yang terlihat
padagambar 2.23.a.
37
keadaan dimana salah satu atau kedua syarat keadaan setimbang tidak terpenuhi.
Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120o satu sama lain.
Ketiga vektor tidak sama besar tetapi memebentuk sudut 120o satu sama lain.
Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120o satu sama lain,
(a) (b)
Gambar 2.23 (a) Bentuk vektor arus keadaan seimbang, (b) Bentuk vektor arus
Gambar 2.23.a di atas menunjukan vektor diagram arus dalam keadaan seimbang,
disini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR IS IT) adalah sama dengan
nol. Sehingga tidak muncul arus netral (IN). Sedangkan pada gambar 2.26.b
menunjukkan vektor diagram arus dalam keadaan tidak seimbang. Di sini terlihat
bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR IS IT) adalah tidak sama dengan nol
38
sehingga muncul arus netral (IN) yang besarnya bergantung pada seberapa besar
seimbangan ini disebabkan oleh perbedaan beban pada salah satu fasa dibandingkan
………………..…………………………………................................................. (2.61)
Mulai
PengumpulanData :
1. Daya trafo
2. Arus R, S, T
3. Tegangan R, S, T
Pembahasan :
1. Perhitungan daya P, Q, S per-fasa
2. Komponen simetri urutan positif,
negative dan nol
3. IN = IR + IS + IT (arus netral)
4. Diagram fasor tegangan, arus
Hasil Analisa :
Perputaran sudut per-fasa R, S, T
tegangan, arus
Selesai
39
40
Dalam penulisan tugas akhir ini terdapat langkah-langkah dalam proses aanalisa :
Semarang.
3. Dari hasil perhitungan dapat digambarkan diagram fasor tegangan dan arus
untuk memperjelas selisih nilai sudut dalam keadaan lagging atau leading
terhadap tegangan
Tabel 3.1 adalah data pelanggan sebagai identitas yang terdapat di PLN.
Tabel 3.2 adalah data nilai arus yang tercatat pada laporan data instan yang diambil
pada tanggal 16 Agustus 2018, pukul 08:30:17 WIB. Tabel 3.3 adalah data nilai
tegangan yang tercatat pada laporan data instan pada tanggal 16 Agustus 2018, pukul
08:30:17 WIB.
Id Pelanggan 523030748873
No. Meter 215437870
Tarif / Daya S3K / 1110000
Nama Pelanggan Universitas Semarang
Alamat Jl. ArteriTlogosari
Merk / Type Master EDMI / MK10E
41
Tabel 3.2 Data nilai arus yang tercatat pada laporan data instan sebelum dikali dengan
faktor pengali. Berdasarkan dari current transformator (CT) yang terpasang yaitu CT
Arus per-fasa
Fasa R Fasa S Fasa T Faktor pengali
Arus (A) 1,05 1,11 1,06 8
Sudut Arus -13.33 -134.41 103.27
Tabel 3.3 Data nilai arus yang tercatat pada laporan data instan sesudah dikali dengan
Arus fasa x 8
Arus per-fasa
Fasa R Fasa S Fasa T
Arus (A) 8.4 8.88 8.48
Sudut Arus -13.33 -134.41 103.27
Tabel 3.4 Data nilai tegangan yang tercatat pada laporan data instan sebelum dikali
Transformator (PT) yang terpasang yaitu PT Primer = 20000 dan PT Sekunder = 100,
Tegangan per-fasa
Fasa R Fasa S Fasa T Faktor pengali
Tegangan (V) 58,08 58,81 58,64 200
Sudut Tegangan 0 -119.75 119.69
42
Tabel 3.5 Data nilai tegangan yang tercatat pada laporan data instan sesudah dikali
Tegangan per-fasa
Fasa R Fasa S Fasa T
Tegangan (V) 11.616 11.762 11.728
Sudut Tegangan 0 -119.75 119.69
Mulai
Pengumpulan Data :
1. Daya trafo
2. Arus R, S, T
3. Tegangan R, S, T
Semarang.
P= V.I. cos θ
S= V.I
Q= V.I. sin θ
𝑉𝑏1 = 𝑉𝑎1 x 𝑎2
𝑉𝑐1 = 𝑉𝑎1 x 𝑎
A
44
𝑉𝑏2 = 𝑉𝑎2 x 𝑎2
𝑉𝑐2 = 𝑉𝑎2 x 𝑎
I𝑏1 = I𝑎1 − 𝑎
I𝑐1 = I𝑎1 + 𝑎
I𝑏2 = I𝑎2 + 𝑎
I𝑐2 = I𝑎2 − 𝑎
B
45
Ia + Ib+ Ic= In
In = 3 Ia0
Hasil perhitungan
Gambar fasor
Selesai
ketidakseimbangan beban.
46
Dalam penulisan tugas akhir ini terdapat beberapa tahap dalam proses analisa, yaitu :
2. Pembahasan pertama menghitung nilai daya nyata (P), daya semu (S) dan
daya reaktif (Q) secara per-fasa tanggal 16 Agustus 2018 jam 08.30 WIB.
terlihat nilai perbedaannya antara komponen urutan positif, negative dan nol.
4. Nilai arus netral dapat diketahui dengan penjumlahan dari vektoris Ia+ Ib + Ic.
5. Dari hasil perhitungan dapat digambarkan diagram fasor tegangan dan arus
untuk memperjelas selisih nilai sudut dalam keadaan lagging atau leading
terhadap tegangan.
BAB IV
mengakibatkan arus mengalir pada penghantar netral, sirkulasi arus urutan nol
pada belitan segitiga dari transformator hubungan segitiga dengan sisi bintang
empat kawat. Perhitungan total daya yang disalurkan transformator utama 1250
urutan positif dan komponen urutan negatif kecuali urutan nol karena
sehingga komponen urutan nol tidak ada. Data tegangan dan arus yang diambil
Nilai tegangan dan arus terukur pada tanggal 16 Agustus 2018 dapat dilihat
pada tabel 3.3. Sesuai dengan tabel 3.3 dan tabel 3.5, nilai tegangan dan arus
adalah
IR 8.4 A VR 11616 V
IS 8.88 A RS 11762 V
IT 8.48 A VT 11728 V
47
48
PR = V.I.Cos φ
= 93.671 kW
PS = V.I.Cos φ
= 100.268 kW
PT = V.I.Cos φ
= 94.574 kW
SR = VR x IR
= 11616 x 8.4
= 97.574 kVA
SS = VS x IS
= 11762 x 8.88
= 104.446 kVA
ST = VT x IT
= 11728 x 8.48
= 99.453 kVA
49
= 0,28
QR = VR x IR x Sin φ
= 27.320 kVAR
QS = VS x IS x Sin φ
= 29.245 kVAR
QT = VT x IT x Sin φ
= 27.846 kVAR
P = PR + PS + PT
= 288.513 kW
Q = QR + QS + QT
= 84.411 kVAR
S = √P 2 + Q2
= √288.513 2 + 84.4112
= √83239.75 + 7125.21
Komponen simetris tegangan (V) dan arus (I) transformator 1250 kVA
Universitas Semarang.
Sesuai dengan tabel 3.5 bahwa nilai tegangan dan sudut yang didapatkan adalah
Tegangan per-fasa
VR = VA VS = VB VT = VC
Tegangan (V) 11.616 V 11.762 V 11.728 V
Sudut Tegangan 0ᴼ -119.75 ᴼ 119.69 ᴼ
Sesuai dengan tabel 3.3 bahwa nilai arus dan sudut yang didapatkan adalah
Arus per-fasa
IR = IA IS = IB IT = IC
Arus (A) 8.4 8.88 8.84
Sudut Arus -13.33 ᴼ -134.41 ᴼ 103.27 ᴼ
Keterangan :
VR = Va, VS = Vb, VT = Vc
IR = Ia, IS = Ib, IT = Ic
𝟏
𝑽𝒂𝟏 = (𝑽𝒂 + 𝒂 . 𝑽𝒃 + 𝒂𝟐 . 𝑽𝒄)
𝟑
1
𝑉𝑎1 = (11616 ∠ 0° + (1 ∠ 120° x 11762 ∠ − 119,75°) +
3
1
𝑉𝑎1 = (11616 ∠ 0° + 11762 ∠ 0,25° + 11728 ∠ 359,69°)
3
1
𝑉𝑎1 = (11616 + 11761 + 51,32 𝑖 + 11727,8 + 63,45 𝑖 )
3
1
𝑉𝑎1 = (35104,8 + 114,77 𝑖)
3
1
𝑉𝑎1 = (35104,98 ∠ 0,187°)
3
𝑽𝒃𝟏 = 𝑽𝒂𝟏 𝐱 𝒂𝟐
𝑽𝒄𝟏 = 𝑽𝒂𝟏 𝐱 𝒂
𝟏
𝑽𝒂𝟐 = (𝑽𝒂 + 𝒂𝟐 . 𝑽𝒃 + 𝒂. 𝑽𝒄)
𝟑
1
𝑉𝑎2 = (11616 ∠ 0° + (1 ∠ 240° x 11762 ∠ − 119,75) +
3
1
𝑉𝑎2 = (11616 ∠ 0° + 11762 ∠ 120,25° + 11728 ∠ 239,69 °)
3
1
𝑉𝑎2 = (11616 − 5925,39 + 10160,43 𝑖 − 5918, 86 − 10124,87 𝑖 )
3
52
1
𝑉𝑎2 = ( −228,25 − 20285,3 𝑖 )
3
𝑽𝒃𝟐 = 𝑽𝒂𝟐 𝐱 𝒂
𝑽𝒄𝟐 = 𝑽𝒂𝟐 𝐱 𝒂𝟐
𝟏
𝐈𝒂𝟏 = (𝑰𝒂 + 𝒂. 𝑰𝒃 + 𝒂𝟐 . 𝑰𝒄)
𝟑
1
I𝑎1 = ( 8.4 ∠ − 13,33° + (1 ∠ 120° x 8.88 ∠ − 134,41) +
3
1
I𝑎1 = ( 8.4∠ − 13.33° + 8.88 ∠ − 14.41° + 8.48 ∠ − 16.73° )
3
1
I𝑎1 = ( 8.173 − 1.963 𝑖 + 8.600 − 2.209 𝑖 + 8.645 − 2.544 𝑖)
3
1
I𝑎1 = ( 25.238 − 6.689 𝑖 )
3
1
I𝑎1 = ( 26.109 ∠ − 14,844° )
3
𝐈𝒃𝟏 = 𝑰𝒂𝟏 𝐱 𝒂𝟐
𝐈𝒄𝟏 = 𝑰𝒂𝟏 𝐱 𝒂
𝟏
𝐈𝒂𝟐 = (𝑰𝒂 + 𝒂𝟐 . 𝑰𝒃 + 𝒂. 𝑰𝒄)
𝟑
1
I𝑎2 = ( 8.4∠ − 13,33 + (1 ∠ − 120° x 8.88 ∠ − 134,41) +
3
1
I𝑎2 = ( 8.4 ∠ − 13,33 + 8.88 ∠ − 254.41° + 8.48 ∠ 223,27° )
3
1
I𝑎2 = ( 8.173 − 1.963 𝑖 + (−2.386 + 8.553 𝑖) + (−6.174 − 5.812 𝑖 )
3
1
I𝑎2 = ( 8.173 − 1.963 𝑖 − 2.386 + 8.553 𝑖 − 6.174 − 5.812 𝑖
3
1
I𝑎2 = ( −0,387 + 0.805 𝑖 )
3
1
I𝑎2 = ( 0.893 ∠ 115,675° )
3
𝐈𝒃𝟐 = 𝑰𝒂𝟐 𝐱 𝒂
𝐈𝒄𝟐 = 𝑰𝒂𝟐 𝐱 𝒂𝟐
𝟏
𝐈𝐚𝟎 = ( 𝑰𝒂 + 𝑰𝒃 + 𝑰𝒄 )
𝟑
1
Ia0 = ( 8.4 ∠ − 13,33° + 8.88 ∠ − 134,41° + 8.48 ∠ 103,27° )
3
1
Ia0 = ( 8.173 − 1.963 𝑖 + (−6.214 − 6.343 𝑖 + (−1.946 + 8.253 𝑖 )
3
1
Ia0 = ( 8.173 − 1.963 𝑖 − 6.214 − 6.343 𝑖 − 1.946 + 8.243 𝑖
3
1
Ia0 = ( 0,013 − 0,026 𝑖 )
3
1
Ia0 = ( 0,029 ∠ − 63.434°)
3
𝐈𝐧 = 𝑰𝒂 + 𝑰𝒃 + 𝑰𝒄
In = IR + IS + IT
In = 0,013 − 0,026 𝑖
In = 0,029 ∠ − 63.434° A
In = 3 x Ia0
In = 3 x (0,0096 ∠ − 63.434° )
In = 0,029 ∠ − 63.434° A
Hasil perhitungan komponen urutan positif tegangan (Va1) dan arus (Ia1)
Tabel 4.1 Hasil perhitungan komponen urutan positif tegangan (Va1) dan arus
(Ia1).
In 0,029 ∠ − 63.434° A
Hasil perhitungan komponen urutan negatif tegangan (Va2) dan arus (Ia2) di
Tabel 4.2 Hasil perhitungan komponen urutan negatif tegangan (Va2) dan arus
(Ia2).
Ib2
0,279 ∠ 235,675° 𝐴
In 0,029 ∠ − 63.434° A
Arus kondisi seimbang sesuai dari tabel 3.3 dapat digambarkan dalam bentuk
Tabel 3.3 Bahwa nilai arus dan sudut kondisi seimbang adalah
Arus per-fasa
IR = IA IS = IB IT = IC
Arus (A) 8.4 8.88 21.2
Sudut Arus -13.33 ᴼ -134.41 ᴼ 103.27 ᴼ
57
Gambar 4.1 menggambarkan bahwa besar sudut antar fasa tidak sama besar yang
transformator dikatan seimbang apabila ketiga vektor arus atau tegangan adalah
sama besar, ketiga vektor membentuk sudut 120 ᴼ satu sama lain.
∠ - 63.434ᴼ A, sehingga yang awalnya IAO bergeser menjadi IAN, IBO bergeser
Keterangan:
Rumus :
Tabel 4.3. Perhitungan arus kondisi tidak seimbang akibat arus netral
Hasil dari perhitungan arus kondisi tidak seimbang akibat arus netral dapat
Gambar 4.2 menjelaskan bahwa karena akibat arus netral sebesar 0,029 ∠ -
63.434ᴼ A, sehingga arus pada fasa R atau IAO yang awalnya 8.4 ∠ -13,33ᴼ A,
60
menjadi IAN 8.392 ∠ - 13.519 ᴼA, arus pada fasa S atau IBO yang awalnya
8.88 ∠ - 134,41ᴼ A menjadi IBN 8.827 ∠ - 134.352 ᴼA dan arus pada fasa T atau
ICO yang awalnya 8.48 ∠ 103,27ᴼ A menjadi ICN 8.457 ∠ 103.393 ᴼA. Nilai
arus kondisi seimbang dan tidak seimbang akibat arus netral dimasukkan ke dalam
tabel 4.4.
Tabel 4.4 Nilai arus kondisi seimbang dan tidak seimbang akibat arus netral
Hasil perhitungan dapat digambarkan fasor kondisi seimbang dan tidak seimbang
Gambar 4.3 Diagram fasor arus kondisi seimbang dan tidak seimbang akibat arus
Gambar 4.3 merupakan fasor arus kondisi seimbang (garis lurus) dan kondisi
tidak seimbang akibat arus netral (garis putus-putus). Terlihat pada gambar
pemerataan beban yang kurang seimbang atau merata. Dalam kondisi seimbang
adalah apabila ketiga arus di jumlahkan nilainya arus netral sama dengan nol dan
selisih sudut masing-masing fasa adalah 120 o. Apabila arus netral di biarkan
mengakibatkan:
Tegangan awal atau kondisi seimbang sesuai dari tabel 3.5 dapat digambarkan
Tabel 3.5 Bahwa nilai tegangan dan sudut kondisi seimbang adalah
Tegangan per-fasa
VR = VA VS = VB VT = VC
Tegangan (V) 11.616 V 11.762 V 11.728 V
Sudut Tegangan 0ᴼ -119.75 ᴼ 119.69 ᴼ
62
Gambar 4.4 menggambarkan bahwa besar sudut antar fasa tidak sama besar yang
transformator dikatan seimbang apabila ketiga vektor arus atau tegangan adalah
sama besar, ketiga vektor membentuk sudut 120 ᴼ satu sama lain.
sehingga yang awalnya VAO bergeser menjadi VAN, VBO bergeser menjadi
Keterangan:
VA = VAO = 11616 ∠ 0 O V
63
Rumus :
tabel 4.5.
64
Hasil dari perhitungan tegangan kondisi tidak seimbang akibat arus netral dapat
Gambar 4.5. menjelaskan bahwa karena akibat arus netral sebesar 0,029 ∠ -
63.434ᴼ, sehingga tegangan pada fasa R atau VAO yang awalnya 11616 ∠ 0ᴼ V,
menjadi VAN 11615.980 ∠ - 1.233 ᴼ V, tegangan pada fasa S atau VBO yang
tegangan pada fasa T atau VCO yang awalnya 11728 ∠ 119.69ᴼ V menjadi VCN
65
Tabel 4.6. Nilai tegangan kondisi seimbang dan tidak seimbang akibat arus netral
Hasil perhitungan dari tabel 4.6 dapat digambarkan fasor kondisi seimbang dan
tidak seimbang pergeseran akibat arus netral dapat dilihat pada gambar 4.6.
Gambar 4.6 Diagram fasor tegangan kondisi seimbang dan tidak seimbang akibat
arus netral (garis lurus kondisi seimbang, garis putus tidak seimbang)
66
Keterangan:
Rumus :
Hasil perhitungan IAB, IBC dan ICA kondisi seimbang di masukkan ke dalam
tabel 4.7.
Tabel 4.7 Tabel hasil perhitungan IAB, IBC dan ICA kondisi seimbang.
Hasil perhitungan IAB, IBC, ICA kondisi seimbang dapat di gambarkan ke dalam
Gambar 4.7 Diagram fasor arus IAB, IBC, ICA kondisi seimbang
Arus IAB, IBC dan IAC kondisi tidak seimbang dapat di hitung
menggunakan hasil perhitungan IAN, IBN dan ICN sesuai tabel 4.3.
Tabel 4.3 Perhitungan arus kondisi tidak seimbang akibat arus netral
Rumus :
Hasil perhitungan IAB, IBC dan ICA kondisi tidak seimbang akibat arus netral
Tabel 4.8 Tabel hasil perhitungan IAB, IBC dan ICA kondisi tidak seimbang
Hasil perhitungan IAB, IBC, ICA kondisi tidak seimbang akibat arus netral dapat
Gambar 4.8 Diagram fasor arus IAB, IBC, ICA kondisi tidak seimbang
71
Nilai tegangan antar-fasa IAB, IBC, ICA kondisi seimbang dan tidak seimbang
Tabel 4.9. Nilai arus antar-fasa IAB, IBC, ICA kondisi seimbang dan tidak
Keterangan :
VR = VAO = 11.616 ∠ 0 O
Hasil perhitungan VAB, VBC dan VCA kondisi seimbang di masukkan ke dalam
tabel 4.10:
Tabel 4.10 Tabel hasil perhitungan VAB, VBC dan VCA kondisi seimbang
Gambar 4.9 Diagram fasor tegangan VAB, VBC, VCA kondisi seimbang
Tegangan VAB, VBC dan VAC kondisi tidak seimbang dapat di hitung
menggunakan hasil perhitungan VAN, VBN dan VCN sesuai tabel 4.5.
Rumus :
Hasil perhitungan VAB, VBC dan VCA kondisi tidak seimbang di masukkan ke
Tabel 4.11 Tabel hasil perhitungan VAB, VBC dan VCA kondisi tidak seimbang
Hasil perhitungan VAB, VBC, VCA kondisi tidak seimbang dapat di gambarkan
Gambar 4.10 Diagram fasor tegangan VAB, VBC, VCA kondisi tidak seimbang
Gambar 4.10 menjelaskan bahwa karena akibat arus netral sebesar 0,029 ∠ -
63.434ᴼ, sehingga terjadi pergeseran tegangan yang pada awalnya tegangan VAB
seimbang dan tidak seimbang akibat arus netral di masukkan ke dalam tabel 4.12.
Tabel 4.12 Nilai tegangan antar fasa kondisi seimbang dan tidak seimbang akibat
arus netral.
Dalam hal ini akan di coba untuk menyeimbangkan kembali dari tegangan
Hasil dari tabel 4.13 di atas dapat digambarkan ke dalam bentuk diagram fasor
vektornya tidak sama besar dan ketiga vektor tidak membentuk sudut 120 ᴼ satu
Dalam hal ini akan di coba untuk menyeimbangkan kembali dari tegangan
Tabel 4.11 Tabel hasil perhitungan VAB, VBC dan VCA kondisi tidak seimbang
Tabel 4.14 Hasil perhitungan menyeimbangkan tegangan antar fasa dari kondisi
Hasil dari tabel 4.14 di atas dapat digambarkan ke dalam bentuk diagram fasor
hitam merupakan bentuk kondisi tidak seimbang, garis merah muda merupakan
arus netral dan garis warna merah adalah fasa A, garis warna hijau adalah fasa B,
garis warna ungu adalah fasa C, terlihat adanya ketidak seimbangan beban karena
besar dan sudut fasor ketiga fasanya tidak sama antara satu dengan yang lain
Hasil dari data arus dan tegangan pada transformator utama 1250 kVA
Universitas Semarang, didapatkan nilai-nilai seperti tabel 4.13 dimana nilai arus
Nilai yang sudah di dapatkan dapat di gambarkan diagram fasor arus dan tegangan
beban antara fasa R, S dan T, sehingga menimbulkan arus netral. Garis putus-
putus merah mewakili arus fasa R atau IA = 8.4 ∠ - 13,33 ᵒ A, arus fasa R atau IA
sampai VA. Garis putus-putus hijau mewakili arus fasa S atau IB = 8.88 ∠ -
14,66ᴼ yang dimulai dari IB sampai VB. Garis putus-putus ungu mewakili arus
terhadap tegangan VC sebesar 16,42ᴼ yang dimulai dari IC sampai VC. Apabila
84
Faktor daya tertinggal (lagging) berarti beban atau peralatan listrik memerlukan
daya reaktif dari sistem atau beban bersifat induktif, sedangkan apabila faktor
daya mendahului (leading), beban atau peralatan listrik memberikan daya reaktif
Hasil dari arus dan tegangan yang tergambar ke dalam diagram fasor
(lagging) seperti pada gambar 4.11 yang telah diketahui beser sudut tertinggalnya
antara arus dan tegangan dapat di cari power faktor (PF) nya di masing-masing
beban bersifat induktif dan memerlukan daya reaktif dari jaringan dan ilai cos φ
Keterangan :
Fasa A = 12.26 ᴼ
Fasa B = 14.67 ᴼ
Fasa C = 16.24 ᴼ
Sehingga,
mendekati 1, dimana power faktor yang di ijinlan oleh PLN yaitu 0.85 sehingga
Hasil dari perhitungan arus dan tegangan pada transformator utama 1250
kVA Universitas Semarang, didapatkan nilai-nilai seperti tabel 4.14 dimana nilai
arus dan tegangan ini adalah setelah adanya pergeseran arus netral.
Nilai yang sudah didapatkan dapat di gambarkan diagram fasor arus dan tegangan
Gambar 4.14 Diagram fasor arus dan tegangan kondisi tidak seimbang
beban antara fasa R, S dan T, garis lurus hitam merupakan arus netral (IN) =
0,029 ∠ - 63.434 ᵒ A. Garis putus-putus merah mewakili arus fasa R atau IAN
8.392 ∠ - 13.519 ᴼA, arus fasa R atau IAN tertinggal (lagging) terhadap
tegangan VAN sebesar 12.26ᴼ yang dimulai dari IAN sampai VAN. Garis putus-
putus hijau mewakili arus fasa S atau IBN 8.827 ∠ - 134.352 ᴼA, arus fasa S atau
IBN tertinggal (lagging) terhadap tegangan VB sebesar 14,67ᴼ yang dimulai dari
IBN sampai VBN. Garis putus-putus ungu mewakili arus fasa T atau ICN 8.457
∠ 103.393 ᴼA, arus fasa T atau ICN tertinggal (lagging) terhadap tegangan VCN
sebesar 16,24ᴼ yang dimulai dari ICN sampai VCN. Apabila Faktor daya
tertinggal (lagging) berarti beban atau peralatan listrik memerlukan daya reaktif
dari sistem atau beban bersifat induktif, sedangkan apabila faktor daya
mendahului (leading), beban atau peralatan listrik memberikan daya reaktif dari
sistem atau beban bersifat kapasitif.. Apabila ketiga arus fasa R, S dan T
87
mempunyai besar sudut yang sama yaitu 120ᵒ, maka arus yang mengalir pada
Hasil dari arus dan tegangan yang tergambar ke dalam diagram fasor
(lagging) seperti pada gambar 4.12 yang telah diketahui beser sudut tertinggalnya
antara arus dan tegangan dapat di cari power faktor (PF) nya di masing-masing
beban bersifat induktif dan memerlukan daya reaktif dari jaringan dan ilai cos φ
Keterangan :
Fasa A = 12.26 ᴼ
Fasa B = 14.67 ᴼ
Fasa C = 16.24 ᴼ
Sehingga,
mendekati 1, dimana power faktor yang di ijinlan oleh PLN yaitu 0.85 sehingga
ketidak seimbangan ini disebabkan oleh pada salah satu fasa dibandingkan fasa-
88
Keterangan :
Tegangan
VR = 11.616 V
VS = 11.762 V
VT = 11.728 V
Average voltage =
(VR + 𝑉𝑆 + 𝑉𝑇)
3
Fasa R = 11616 V
11702 V – 11616 V = 86 V
% Unbalance voltage =
86
100 % x = 0,73%
11702
Fasa S = 11762 V
11702 V –11762V = - 60 V
% Unbalance voltage =
−60
100 % x = −0.51%
11702
89
Fasa T = 11728 V
11702 V –11728V = - 60 V
% Unbalance voltage =
−26
100 % x = −0.22%
11702
0,73% dimana nilai presentase ini kurang dari 1% dan masih dalam toleransi dari
adalah :
Mengatasi arus netral tinggi, arus netral yang tinggi dapat diatasi dengan langkah-
PENUTUP
Kesimpulan
tegangan VAN sebesar 12.26 ᵒ yang dimulai dari IAN sampai VAN, arus
fasa S atau IBN tertinggal (lagging) terhadap tegangan VBN sebesar 14,67ᵒ
yang dimulai dari IBN sampai VBN, dan fasa T atau ICN tertinggal
(lagging) terhadap tegangan VCN sebesar 16,24ᵒ yang dimulai dari ICN
dalam kondisi baik, karena arus netral yang muncul relatif kecil yaitu 0,029
∠ - 63.434 ᵒ A.
nilai presentase ini kurang dari 1% dan masih dalam toleransi dari batas
maksimum 1%.
90
DAFTAR PUSTAKA
[1] PT. PLN (Persero) pusdiklat udiklat, Materi Pengetahuan Sistem Distribusi,
Jakarta : 2012.
[2] Sulasno. Ir, (2001), “Teknik dan Sistem Distribusi Tenaga Listrik”, Semarang : Badan
[3] Sumanto, MA. Drs, (1991), “Teori Transformator”, Yogyakarta : ANDI OFFSET
Yogyakarta.
[5] Sarimun, M.T., Ir. Wahyudi, (2012), “ Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik”, Bekasi
: Garamond Bekasi.
[7] Sulasno. Ir, (1993), “Analisis Sistem Tenaga Listrik”, Semarang : Satya Wacana.
[8] PT. PLN (Persero) UBS P3BJB. (1985), “Pelatihan operator gardu induk”, Udiklat
Semarang.
[9] Stevenson, Jr. William D., (1996), “Analisis Sistem Tenaga Listrik”. Edisi Keempat,
Erlangga, Jakarta
[10] Cekdin, Cekmas. (2003), “Transmisi Daya Listrik”. Jakarta: Penerbit Airlangga
91
Laporan Data Instan
Data Pelanggan
Id Pelanggan 523030748873 No Meter 215437870
Nama Pelanggan UNIVERSITAS SEMARANG Tarif / Daya S3K / 1110000
Alamat JL ARTERI TLOGOSARI
Merk / Type Meter EDMI / MK10E
Stan Energi
kWh Kirim kWh Terima kVARh Kirim kVARh Terima
R1 / WBP 0 34.49 82.54 9.77
R2 / LWBP 0 147.59 349.8 39.63
R3 / LWBP2 0 0 0 0
Total 0 182.09 432.35 49.4
Stand Absolute
kWh ABS kVARh ABS
R1 / WBP 300.06 0
R2 / LWBP 1319.08 0
R3 / LWBP2 0 0
Total 1619.14 0
BIODATA PENULIS
NIM : C.411.14.0003
Kab. Kudus
Riwayat Pendidikan :