Teknologi Pengolahan Limbah Cair
Teknologi Pengolahan Limbah Cair
ABSTRAK
Telah dilakukan kajian teknologi pembuatan pupuk organik cair dari limbah cair pra penyamakan kulit
pasca iradiasi. Tujuan kajian ini adalah untuk mendapatkan metoda pembuatan pupuk organik cair dari
hasil iradiasi limbah cair pra penyamakan kulit dengan iradiasi berkas elektron. Proses iradiasi pada
limbah cair pra penyamakan kulit adalah untuk detoksifikasi H2S, desinfeksi bakteri patogen, dan
dekomposisi senyawa organik (protein) agar nisbah C/N tereduksi sekitar 30. Hasil kajian menunjukkan
bahwa limbah cair pasca iradiasi yang mengandung unsur hara makro dapat dikonversi menjadi pupuk
organik cair secara fermentasi aerob menggunakan mikroorganisme efektif.
Kata kunci : limbah cair, pra penyamakan kulit, iradiasi, pupuk organik cair
ABSTRACT
Study of manufacture technology of liquid organic fertilizer from liquid waste of pre- tannery post
irradiation has been arranged. The objective is to obtain method of liquid organic fertilizer manufacture
from irradiation result of liquid waste using electron beam. Irradiation proces on liquid waste of pre-
tannery is for detoxification of H2S, desinfection of pathogen bacteria, and decomposition of organic
compound (protein) so that C/N ratio lessened about 30. Result of study indicate that liquid waste of pre-
tannery post irradiation contain of macro nutrition can be converted into liquid organic fertilizer by aerob
fermentation method by using effective microorganism.
Keywords : liquid waste, pre tannery, irradiation, liquid organic fertilizer
D
ma juga pengaruh globalisasi mulai berperan dan
istribusi pupuk kimia anorganik bersubsidi ikut campur dalam mengembalikan pola pikir para
seperti urea, ZA, TSP, KCl yang dipasarkan penentu kebijakan dan para praktisi di lapangan
di Indonesia hampir setiap tahun selalu untuk menggunakan produk yang lebih berbasis
terjadi kenaikan harga sampai pada tingkat kembali ke alam (back to nature) dan ramah
yang memberatkan para petani. Hal ini secara lingkungan[1].
langsung akan meningkatkan biaya produksi
tanaman pangan, sehingga pendapatan para petani Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pupuk
akan semakin turun. Lambat laun para petani akan organik cair mulai mendapat perhatian sebagai alter-
banyak yang beralih ke pemakaian pupuk organik natif yang cost-effective dan environmentally sound
(kompos) untuk meningkatkan produkstifitas untuk proses stabilisasi dan pembuangan akhir dari
tanaman pangan. limbah cair. Semakin ketatnya peraturan tentang
Efek globalisasi ekonomi dan penerapan tarif polusi udara dan air yang masing-masing untuk
di dunia saat ini berdampak pada berbagai kebijakan mendukung program langit biru dan program kali
Pemerintah telah secara bertahap mengurangi berba- bersih (prokasih), maka telah mendorong pengem-
gai subsidi seperti bahan bakar minyak. Pada suatu bangan proses pembuatan pupuk organik cair (POC)
saat nanti subsidi harga pupuk kimia anorganik pelan atau kompos cair dari limbah pertanian, peternakan,
tapi pasti akan dikurangi secara bertahap dan dan industri sebagai suatu opsi yang viable dari
kemudian akan dihapus sama sekali oleh pemerintah. wastes management secara umum, khususnya
Dengan pengurangan dan penghapusan subsidi harga wastewater management [1].
pupuk kimia anorganik, maka harganya makin Proses pengomposan itu sendiri merupakan
memberatkan para petani. biodegradasi dari bahan organik menjadi suatu
KAJIAN TEKNOLOGI PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH CAIR 193
PRA PENYAMAKAN KULIT PASCA IRADIASI
Herry Poernomo
Volume 9, Nopember 2007 ISSN 1411-1349
produk yang stabil. Proses pengomposan yang baku untuk pembuatan POC yang dapat
sempurna akan menghasilkan produk yang tidak menggantikan peran pupuk kimia anorganik yang
mengganggu baik selama penyimpanan maupun tidak ramah lingkungan dan harganya akan semakin
aplikasinya, seperti bau busuk, bakteri pathogen. tinggi akibat pengurangan dan penghapusan subsidi.
Selama proses pengomposan, temperatur akan Dengan demikian ke depan pemanfaatan POC dari
mencapai range pasteuri-zation dari 50oC - 70oC, limbah cair yang mengandung unsur hara makro dan
sehingga bakteri pathogen dari wastewater sludge mikro dari industri pengolahan diharapkan dapat
(jika dari pengolahan limbah domestic atau menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan dan
municipal) akan mati[1]. sekaligus mendukung substitusi pupuk kimia
anorganik buatan pabrik dengan pupuk organik cair
Meskipun proses pengomposan dapat berlang-
yang ramah lingkungan[1].
sung dalam kondisi aerobik maupun anaerobik,
proses aerobik lebih cocok diaplikasikan pada Sebagian besar industri penyamakan kulit
pengomposan dari wastewater sludge, terutama dari melakukan pembersihan limbah cair dari hasil ekua-
municipal. Proses pengomposan aerobic lebih lisasi yaitu campuran dari limbah cair pra
mempercepat proses penguraian dan berlangsung penyamakan kulit (pre tanning) secara proses
pada temperatur yang relatif tinggi sehingga pengerjaan basah (beam house process) dan proses
sekaligus berguna untuk menghilangkan bakteri penyamakan kulit dengan krom (chrome tanning).
pathogen yang berasal dari kotoran manusia. Umumnya proses pengerjaan basah di industri
Disamping itu pengomposan aerobik juga pengolahan kulit dapat dijelaskan seperti pada
meminimalkan potensi bau yang ditimbulkan[1]. Gambar 1[2].
Secara umum kompos sangat bermanfaat Limbah cair yang ditimbulkan dari pre
sebagai soil conditioner dengan adanya kandungan tanning secara proses pengerjaan basah
bahan organik yang tinggi, karena sifat kestabilannya menimbulkan volume limbah sekitar 25 l/kg kulit
maka bahan organik dalam kompos akan mentah. Kemudian kelanjutan dari proses
terdegradasi secara perlahan dan tertahan secara pengerjaan basah adalah proses penyamakan kulit
efektif untuk waktu yang lebih lama dibandingkan dengan krom yang menimbulkan limbah cair
bahan organik dari limbah yang belum dikomposkan. sebanyak sekitar 5 l/kg kulit mentah. Limbah cair
Kandungan makro dan mikro nutrisi yang berasal dari proses pre tanning sangat berpotensi
dari wastewater sludge sangat bermanfaat untuk menimbulkan gas H2S polutan toksis yang berbau
pertumbuhan tanaman, baik perkebunan, pertanian seperti telur busuk. Namun demikian limbah cair
maupun hortikultura & hobbies. Disamping itu dari proses pre tanning justru banyak mengandung
produk kompos juga akan meningkatkan kualitas unsur hara makro seperti nitrogen (NH4+) dari proses
tanah yang berpasir, tanah liat maupun kondisi tanah pengikisan protein pada kulit (bating) dan dari
yang telah jenuh (more balance soils). Sedangkan proses pembuangan kapur pada kulit (deliming),
dari sisi mikrobanya, aplikasi kompos sangat kalsium (Ca2+) dari proses pengapuran kulit (liming),
bermanfaat untuk reklamasi dari tanah yang telah sulfur (SO42-) dari proses pembuangan kapur pada
kehilangan atau rusak top soilnya, seperti akibat kulit (deliming), serta klorida Cl dari proses
cutting-filling pada pembukaan lahan untuk industri pengasaman kulit (pickling). Efluen limbah dari
dan real-estate, akibat aktivitas pertambangan pabrik pengolahan kulit di Indonesia mengandung
terbuka atau pada tanah yang sebelumnya terlalu unsur hara makro N (NH4+) sebesar 91,52 - 217,3
banyak menggunakan pupuk kimia karena akan mg/l dan S (SO42-) sebesar 11,6 - 147,2 mg/l[1].
meningkatkan populasi mikroba tanah yang Kedua unsur tersebut merupakan unsur hara makro
berfungsi untuk penyediaan nutrisi yang siap diserap yang apabila dapat bergabung akan menjadi
oleh akar tanaman[1]. (NH4)2SO4 atau disebut pupuk ZA (Zwavelzuure
Ammonium). Sedangkan unsur hara Ca2+ dan SO42-
Aktivitas perkembangan industri, khususnya
dapat membentuk zat pembawa (carrier) CaSO4
industri penyamakan kulit dan industri pengolahan
pada pupuk double superphosphate (DP) dengan
ke depan tentu akan membawa dampak negatif yaitu
unsur hara fosfor (P)[3].
beban badan sungai dalam menerima buangan
limbah cair akan semakin berat. Dari asumsi Berdasarkan kandungan unsur hara makro
pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 7% per tahun, seperti NH4+, P2O5, SO42-, Ca2+ yang cukup besar
maka limbah cair yang ditimbulkan dari industri dalam limbah cair dari proses pre tanning pada
penyamakan kulit dan industri pengolahan di industri pengolahan kulit, maka limbah cair dapat
Indonesia dapat diprediksi akan meningkat terus. dibuat menjadi pupuk organik cair. Proses
Peningkatan limbah cair dari industri tersebut dapat pembuatan pupuk organik cair dilakukan dengan
dijadikan sebagai jaminan kesinambungan bahan mengiradiasi limbah cair dari proses pre tanning
menggunakan berkas elektron. Iradiasi berkas dengan pembuatan pupuk organik agar manusia bisa
elektron akan mendetoksifikasi gas H2S toksik terhindar dari malapetaka akibat akumulasi polusi.
menjadi SO2 yang bereaksi dengan H2O, O2, dan Upaya pembudidayaan tanaman dengan pertanian
NH3 hasil degradasi protein dalam limbah cair oleh organik merupakan usaha untuk dapat mendapatkan
berkas elektron menjadi (NH4)2SO4 yang berfungsi bahan makanan tanpa penggunaan pupuk kimia
sebagai bahan baku pupuk ZA. anorganik. Dengan sistem ini diharapkan tanaman
dapat hidup tanpa ada masukan dari luar sehingga
TEORI dalam kehidupan tanaman terdapat suatu siklus
hidup yang tertutup [3].
Pupuk Organik Banyak sifat baik pupuk organik cair terhadap
Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat kesuburan tanah antara lain ialah :
sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, 1. Bahan organik dalam proses mineralisasi akan
pertambahan penduduk, kenaikan tingkat melepaskan hara tanaman dengan lengkap (N, P,
intensifikasi tanaman pangan serta makin K, Ca, Mg, S, serta hara mikro) dalam jumlah
beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha tidak tentu dan relatif kecil.
peningkatan hasil pertanian. Para ahli lingkungan
hidup khawatir dengan pemakaian pupuk kimia 2. Memperbaiki kehidupan biologi tanah (baik
anorganik yang berasal dari pabrik ini akan hewan tingkat tinggi maupun tingkat rendah )
menambah tingkat polusi tanah yang akhirnya menjadi lebih baik karena ketersediaan makan
berpengaruh juga terhadap kesehatan manusia[3]. lebih terjamin.
Berdasarkan hal tersebut makin berkembang 3. Dapat meningkatkan daya sangga (buffering
alasan untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia capasity) terhadap goncangan perubahan drastis
anorganik dan agar pembuatan pabrik-pabrik pupuk sifat tanah.
kimia anorganik di dunia dikurangi atau diganti
KAJIAN TEKNOLOGI PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH CAIR 195
PRA PENYAMAKAN KULIT PASCA IRADIASI
Herry Poernomo
Volume 9, Nopember 2007 ISSN 1411-1349
Gambar 2. Reaksi utama terbentuknya rantai samping radikal aliphatic selama oksidasi protein oleh
radikal bebas oksidator kuat •OH dan O• [5]
Gambar 3. Konsep diagram alir proses pembuatan POC dari limbah cair pra penyamakan kulit pasca
iradiasi dengan berkas elektron [6, 7]
Senyawa protein yang terdiri dari asam-asam amino pasca iradiasi dengan berkas elektron dapat diuraikan
ditulis dengan struktur umum sebagai berikut[4] sebagai berikut :
α - gugus amino −−−−−J NH2 1. Umpan limbah cair oleh pompa 3 dimasukkan ke
| dalam tangki 1,
gugus rantai cabangJ R – CH – COOH I gugus 2. Limbah cair dari tangki 1 oleh pompa 2
karboksil dimasukkan ke dalam tangki iradiasi 5 bagian
Beberapa asam amino dalam protein dapat dalam,
didekomposisi oleh radikal bebas oksidator kuat •OH
dan O• seperti pada Gambar 2 [5]. 3. Limbah cair pada tangki iradiasi 5 bagian dalam
digelembungkan dengan cara diinjeksi dengan
Apabila radikal bebas •OH dan O• terus udara dari kompresor 7,
menerus mengoksidasi protein di dalam limbah cair
pra penyamakan kulit, maka semakin banyak asam 4. Gelembung cairan yang naik ke permukaan pada
amino dan protein dalam limbah cair akan terdekom- tangki iradiasi 5 bagian dalam ditembak dengan
posisi menjadi H2O, NH3, dan CO2. Proses berkas elektron dari akselerator elektron 6,
Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dari Limbah 5. Aliran gelembung cairan setelah dikenai dengan
Cair Pra Penyamakan Kulit Pasca Iradiasi dengan berkas elektron akan meluap ke tangki iradiasi 5
Berkas Elektron bagian luar,
Kajian pembuatan bahan baku POC dari 6. Akumulasi dan tabrakan antar gelembung cairan
limbah cair pra penyamakan kulit pasca iradiasi pada tangki iradiasi 5 bagian luar akan menjadi
dengan berkas elektron dilakukan dengan cairan yang selanjutnya mengalir secara grafitasi
mengadopsi dan memodifikasi hasil penelitian yang ke dalam tangki 4,
telah dilakukan oleh Lavale (1997) dan Sampa
(2003) dapat dijelaskan dengan diagram alir proses 7. Cairan hasil iradiasi dalam tangki 4 dimasukkan
seperti pada Gambar 3 [6, 7] ke dalam tangki 1 dan dicampur dengan umpan
limbah cair dari pompa 3,
Tahapan proses pembuatan pupuk organik
cair (POC) dari limbah cair pra penyamakan kulit 8. Campuran cairan dalam tangki 1 selanjutnya oleh
pompa homogenasi 2 dimasukkan ke dalam tangki
KAJIAN TEKNOLOGI PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH CAIR 197
PRA PENYAMAKAN KULIT PASCA IRADIASI
Herry Poernomo
Volume 9, Nopember 2007 ISSN 1411-1349
iradiasi 5 untuk diiradiasi yang kedua kali dengan yang selama proses pengomposan berada pada
berkas electron. kondisi mesophilic dan thermophilic berfungsi untuk
mengurai senyawa-senyawa organik yang kompleks
9. Demikian seterusnya dilakukan perulangan seperti
dan selulosa dari bahan organik atau dari bulking
langkah 1 s.d. 8 sehingga akan diperoleh cairan E
agent. Faktor kondisi lingkungan selama operasional
hasil iradiasi akhir.
sangat berpengaruh terhadap aktivitas mikro
organisme dalam proses oksidasi - dekomposisi
Cairan E hasil akhir iradiasi adalah limbah
tersebut dan pada akhirnya berpengaruh terhadap
cair dari pra penyamakan kulit yang telah
kecepatan dan siklus proses pengomposan serta
terdetoksifikasi dari gas H2S, terdesinfeksi dari
kualitas kompos yang dihasilkan[1].
bakteri pembusuk yang mengkonsumsi unsur hara
makro dan mikro dalam limbah cair, dan tereduksi Selama proses pengomposan ada 3 tahapan
unsur karbon (C) karena terdegradasinya protein berbeda dalam kaitannya dengan temperatur yang
dalam limbah cair oleh beberapa radikal bebas yang diamati, yaitu : mesophilic, thermophilic dan cooling
dihasilkan oleh radiolisis air oleh berkas elektron. (tahap pendinginan). Pada tahap awal mesophilic
temperatur proses akan naik dari suhu lingkungan ke
Degradasi unsur karbon pada protein dalam
40oC dengan adanya fungi & bacteria pembentuk
limbah cair oleh berkas elektron dimaksudkan untuk
asam. Temperatur proses akan terus meningkat ke
menurunkan kandungan karbon (C) dalam limbah
tahap thermophilic antara 40 - 70oC, dimana mikro-
cair. Bahan organik yang mempunyai C/N masih
organisme akan digantikan oleh bakteria thermopilic,
tinggi berarti masih mentah. Pupuk organik yang
actinomycetes dan thermophilic fungi. Pada range
belum matang (C/N tinggi) dianggap merugikan,
thermopilic temperatur, proses degradasi dan stabili-
karena bila diberikan langsung ke dalam tanah maka
sasi akan berlangsung secara maksimal. Tahap
bahan organik diserang oleh mikrobia (bakteri
pendinginan ditandai dengan penurunan aktivitas
maupun fungi) untuk memperoleh energi. Sehingga
mikroba dan penggantian dari mikroorganisme
populasi mikrobia yang tinggi memerlukan juga hara
thermophilic dengan bacteria & fungi mesophilic.
tanaman untuk tumbuhan dan kembang biak. Hara
Selama tahap cooling, proses penguapan air dari
yang seharusnya digunakan oleh tanaman berubah
material yang telah dikomposkan akan masih terus
digunakan oleh mikrobia. Dengan kata lain mikrobia
berlangsung, demikian pula stabilisasi pH dan
bersaing dengan tanaman untuk memperebutkan hara
penyempurnaan pembentukan humic acid[1].
yang ada. Hara menjadi tidak tersedia (unavailable)
karena berubah dari senyawa anorganik menjadi Pengomposan merupakan wujud aktivitas
senyawa organik jaringan mikrobia, hal ini disebut kerjasama dari berbagai mikroorganisme (bakteria,
immobilisasi hara. Terjadinya immobilisasi hara actinomycetes dan fungi) yang didukung oleh
tanaman bahkan sering menimbulkan adanya gejala berbagai kondisi / faktor penting dari lingkungan
defisiensi. Makin banyak bahan organik mentah yang memungkinkan terjadinya proses mikro
diberikan ke dalam tanah makin tinggi populasi yang biologis, yaitu[1] :
menyerangnya, makin banyak hara yang mengalami
A. Kelembaban (kandungan air)
immobilisasi. Walaupun demikian nantinya bila
B. Suhu
mikrobia mati akan mengalami dekomposisi hara
C. pH
yang immobil tersebut berubah menjadi tersedia lagi.
D. Konsentrasi nutrisi
Jadi immobilasasi merupakan pengikatan hara
E. Kebutuhan oksigen
tersedia menjadi tidak tersedia dalam jangka waktu
relatif tidak terlalu lama [3].
A. Kelembaban (kandungan air)
Penguraian senyawa organik sangat
Proses Mikrobiologi Pengomposan
tergantung pada faktor kelembaban (moisture). Limit
Pengomposan merupakan proses penguraian terendah dari aktivitas bakteria adalah antara 12 - 15
aerobik - thermophilic dari konstituen organik %; meskipun sebenarnya moisture content < 40 %
(misalnya dari sampah / buangan organik alami dan merupakan batas dari kecepatan penguraian
excess sludge dari biological wastewater treatment) optimum. Idealnya kandungan air antara 50 - 60 %.
menjadi produk akhir yang relatif stabil, menyerupai Jika moisture content dari campuran > 60 % maka
humus. Ada 3 group mikroorganisme yang berperan, integritas struktural yang baik juga tidak akan
yaitu: bakteria, actinomycetes dan fungi. Fungsi dicapai. Selama proses pengomposan sebagian air
bakteria akan mengurai senyawa golongan protein akan teruapkan sehingga perlu dilakukan pengaturan
lipid dan lemak pada kondisi thermophilic serta dengan penyemprotan, misalnya bersamaan dengan
menghasilkan energi panas. Actinomycetes dan fungi pembalikan pada proses windrow, untuk menjaga
kondisi moisture content yang optimum selama pengomposan berlangsung lebih lambat dan Nitrogen
proses pengomposan. Pada kondisi akhir, tahap menjadi faktor penghambat (growth-rate limiting
pendinginan, moisture content diharapkan supaya factor).
terus menurun untuk mencapai mendapatkan produk
akhir yang lebih mudah penanganannya, penyim-
E. Kebutuhan Oksigen
panan dan aplikasi akhir.
Persyaratan konsentrasi optimum dari oksigen
di dalam massa kompos antara 5 - 15 % volume.
B. Suhu
Peningkatan kandungan oksigen melewati 15 %,
Kondisi paling optimum pengomposan dari misalnya akibat pengaliran udara yang terlalu cepat
pencapaian suhu antara 55 - 65oC, tetapi harus < 80 atau terlalu sering dibalik akan menurunkan tempe-
o
C. Kondisi suhu tersebut juga diperlukan untuk ratur dari sistem. Setidaknya diperlukan kandungan
proses inaktivasi dari bakteri pathogen di dalam Oksigen > 5 % untuk menjaga kestabilan kondisi
sludge (jika ada). Moisture content, kecepatan aerobik, meskipun pada kondisi konsentrasi oksigen
aerasi, ukuran dan bentuk tumpukan, kondisi di dalam tumpukan yang hanya ~ 0.5 % tidak
lingkungan sekitar dan kandungan nutrisi sangat didapati adanya kondisi anaerobik.
mempengaruhi distribusi temperatur dalam
Pada proses pengomposan secara aerobik,
tumpukan kompos. Sebagai contoh, kecenderungan
oksigen mutlak dibutuhkan. Mikroorganisme yang
suhu akan lebih rendah jika kondisi kelembaban
terlibat dalam proses pengomposan membutuhkan
berlebih karena panas yang dihasilkan akan
oksigen dan air untuk merombak bahan organik dan
digunakan untuk proses penguapan. Sebaliknya
mengasimilasikan sejumlah karbon, nitrogen, fospor,
kondisi kelembaban yang rendah akan menurunkan
belerang, dan unsur lainnya untuk sintesis proto-
aktivitas mikroba dan menurunkan kecepatan
plasma sel tubuhnya. Karbon diasimilasikan lebih
pembentukan panas.
banyak daripada nitrogen dan digunakan sebagai
sumber energi serta membentuk protoplasma.
C. pH Sekitar dua pertiga bagian dari karbon dikeluarkan
dalam bentuk karbon dioksida (CO2), sedangkan
Kondisi pH optimum untuk pertumbuhan
sisanya akan berkombinasi dengan nitrogen dalam
bakteria pada umumnya adalah antara 6.0 - 7.5 dan
sel. Proses perombakan bahan organik secara
5.5 - 8.0 untuk fungi. Selama proses dan dalam
aerobik akan menghasilkan humus, karbon dioksida,
tumpukan umumnya kondisi pH bervariasi dan akan
air, dan energi. Beberapa bagian energinya
terkontrol dengan sendirinya. Kondisi pH awal yang
digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme, dan
relatif tinggi, misalnya akibat penggunaan kalsium
sisanya dikeluarkan dalam bentuk panas. Secara
dalam limbah akan melarutkan nitrogen dalam
keseluruhan reaksinya akan berlangsung sebagai
kompos dan selanjutnya akan diemisikan sebagai
berikut [9] :
ammoniak. Tidaklah mudah untuk mengatur kondisi
pH dalam tumpukan massa kompos untuk Mikroba aerob
pencapaian pertumbuhan biologis yang optimum, Bahan organik > CO2 + H2O + unsur hara + humus +
dan untuk itu juga belum ditemukan kontrol energi
operasional yang efektif.
Pembuatan POC Secara Fermentasi Aerob
Menggunakan Bioaktivator
D. Konsentrasi Nutrisi
Proses pembuatan POC dari limbah cair pra
Unsur karbon dan nitrogen keduanya
penyamakan kulit pasca iradiasi (cairan E) dilakukan
dibutuhkan sebagai sumber energi untuk
dengan komposter secara fermentasi dalam tangki
pertumbuhan mikrorganisme, yaitu 30 bagian
fermentasi pada Gambar 3 menggunakan
Karbon (C) dan 1 bagian Nitrogen (N) atau C/N ratio
bioaktivator seperti Boisca atau Effective
= 30 dalam perbandingan berat. Untuk itu maka
Microorganism (EM4) yang mudah diperoleh di
proses pengomposan yang paling efisien
toko-toko kimia dan pertanian. Bioaktivator
mempersyaratkan kebutuhan C/N ratio antara 25 - 35
merupakan bahan yang membantu mempercepat
sebagai perbandingan yang paling ideal. Unsur C
proses pembuatan POC dan meningkatkan
dalam ratio tersebut dipandang sebagai
kualitasnya. Beberapa manfaat bioaktivator bagi
biodegradable carbon. Ratio C/N yang rendah, atau
tanaman dan tanah[8]:
kandungan unsur N yang tinggi akan meningkatkan
emisi dari Nitrogen sebagai ammoniak. Sedangkan 1. Menghambat pertumbuhan hama dan penyakit
ratio C/N yang tinggi, atau kandungan unsur N yang tanaman dalam tanah
relatif kurang / rendah akan menyebabkan proses
KAJIAN TEKNOLOGI PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH CAIR 199
PRA PENYAMAKAN KULIT PASCA IRADIASI
Herry Poernomo
Volume 9, Nopember 2007 ISSN 1411-1349
Tabel 1. Spesifikasi dan harga pupuk organik cair yang ada di pasaran [11]
Kandungan nutrisi beberapa pupuk organik cair di pasaran
Nutrisi 2N Stim Super Top Soil Bio KG Florist
Harga Rp. 37.000/liter Rp. 22.500/liter Rp. 30.000/liter Rp. 65.000/liter
N 5,2 % 1,22 % 1,8 % 0,23 %
P2O5 0,243 % 0,92 % 0,76 % 0,02 %
K2O 0,023 % 1,38 % 0,38 % 0,13 %
CaO 1,360 mg/l 1.100 mg/l 0,971 mg/l 1200 mg/l
MgO 10,1 mg/l 500 mg/l 0,129 mg/l 0,003 mg/l
S 8,8 mg/l 600 mg/l 2,15 mg/l 300 mg/l
Fe 186,6 mg/l 11,58 mg/l 236 mg/l 75,87 mg/l
Zn 10,1 mg/l 11,4 mg/l - 16,01 mg/l
Cu 14,9 mg/l 9,74 mg/l 2,11 mg/l 0,03 mg/l
Mn 21,6 mg/l 8,24 mg/l 15,8 mg/l 16,38 mg/l
KAJIAN TEKNOLOGI PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH CAIR 201
PRA PENYAMAKAN KULIT PASCA IRADIASI
Herry Poernomo
Volume 9, Nopember 2007 ISSN 1411-1349
[11] EFFENDI, D., Pengolahan dan Kajian − Selain limbah penyamakan kulit juga ada limbah
Kemungkinan Pemanfaatan Air Limbah Industri cair dari industri pangan seperti susu, ikan, daging
Susu PT. Sarihusada Tbk. Jogjakarta untuk dalam kaleng
Pupuk Organik Cair, Skripsi Jurusan Teknik
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Stiper Jogjakarta, (2004).
TANYA JAWAB
Indraswari Suroso
− Apakah pengaruh H2S dalam detoksifikasi untuk
meningkatkan produk tanaman dalam pembuatan
pupuk organik cair
Herry Poernomo
− Pengaruh H2S sebetulnya tidak baik karena H2S
bersifat teksis dan berbau busuk. Tetapi dengan
teknologi iradiasi berkas elektron maka H2S akan
terkoversi oleh radikal bebas O menjadi SO2,
yang selanjutnya bereaksi dengan NH3 hasil
dekomposisi protein oleh radikal bebas OH dan O
serta H2O dan oksigen menjadi (NH4)2 SO4 teksis
yang biasa disebut pupuk ZA (Zuouwerzure
Ammonium)
Mudjijana
− Apakah pupuk organik dari limbah cair ini dapat
digunakan untuk hydrophonix tomat, terong dan
lain-lainnya?