PDF Pedoman Ppra 2020 - Compress
PDF Pedoman Ppra 2020 - Compress
P R O G R A M P E N G E N D A L I A N R E S I S T E N S I A N T I M I K R OB A
(PPRA)
RUMAH SAKIT MITRA IDAMAN
TAHUN 2 0 2 3
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Tuhan yang Maha Esa sehingga pedoman penggunaan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang tidak bijak dan bertanggung jawab dan penyebaran mikroba resisten dari pasien
Dalam rangka pengend alian resistens i antimikroba secara luas b aik di fasilitas
pelayanan kesehatan maupun di komunitas di tingkat nasional telah dibentuk komite
Pengendalian Antimikroba yang selanjutnya disingkat KPRA oleh kementerian
kesehatan. Disamping itu telah ditetapkan program aksi nasional/national actionplans
on antimicrobial resistance (NAP AMR) yang didukung WHO. Program pengendalian
resistensi antimikroba (PPRA) merupakan upaya pengendalian resistensi antimikroba
Secara terpadu dan paripurna di fasilitas pelayanan kesehatan.
Implementasi program ini di rumah sakit dapat berjalan baik apabila mendapat
dukungan penuh dari pimpinan/direktur rumah sakit berupa penetapan regulasi
disertai dengan upaya menemukan penyebab infeksi dan kepekaan mikroba pathogen
terhadap antimikroba.
l
Penggunaan antimikroba secara bijak memerlukan regulasi dalam penerapan dan
pengendaliannya. Pimpinan rumah sakit harus membentuk komite atau tim PPRA
sesuai peraturan perundang-undangan sehingga PPRA dapat dilakukan dengan baik.
B. Tujuan Pedoman
Rumah Sakit menyusun Program Pengendal ian Resistensi Antimikroba (PPRA) terdiri
dari:
a. Peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staf, pasien dan keluarga tentang
l. SMF/b agian
2. Bidang keperawatan
3. Instalasi farmasi
laboratorium
E. Landasan Hukum
l. undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. WHO 2004. Regional office for South East AsiaI. Monitoring of antimicrobial
resistance. Report of an intercountry workshop. Vellare, Tamil-Nadu, India, l4- l7
october 2003
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
Susunan Tim PPRA terdiri dari: ketua, wakil ketua, sekretaris, dan anggota. Kualifikasi ketua
tim PPRA adalah seorang klinisi yang berminat di bidang infeksi. keanggotaan Tim PPRA
2. keper awatan
3. Instalasifarmasi
Dalam keadaan keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), maka rumah sakit
l. Membantu kepala/Direktur rumah sakit dalam menyu sun keb ijaakan tentang
4
9. Mengembangkan penelitian dibidang pengendalian resistensi antimikroba;
l0. Melaporkan pelaksanaan program pengend alian resistensi antimik roba kepad a
1. SMF/Bagian
a. Men erapkan prinsip penggunaan antibio tik sec ara b ijaak dan men erap kan
kewaspadaan standar
SMF/bagian
2. Bidang keperawatan
resisten
3. Instalasi farmasi
formularium
b. Memberikan rekomendasi dan konsultasi serta terlibat dalam tata laksana pasien
infeksi, melalui: pengkajian peresepan, pengendalian dan monitoring penggunaan
antibiotik, vasat ke bangsal pasien bersama tim
c. Memberikan informasi dan edukasi tentang penggunaan antibiotik yang tepat dan
benar
b. Memberikan rekomendasi dan konsultasi serta terlibat dalam tata laksana pasien
5
a. penerapan kewaspadaan standar
rumah sakit
STANDAR FASILITAS
A. O EN AH R U AN GA N
B. P
一π
k urs i o
Lemari
乏
一
性
性
kursi π
一
性
性
N ]] N O
O ]] n
n
]] ]]
X
X
kur si
ku rsi
7
H. Standar Fasilitas
l. Adanya kantor sekretariat Komite/Tim PPRA yang dilengkapi sarana kantor dan
ATK
bertugas menyusun pola mikroba (pola bakteri, bila memungkinkan juga jamur) dan
kepekaannya terhadap antibiotik (atau disebut juga antibiogram) yang diperbarui setiaptahun
8
BAB IV
l. Identifikasi kesiapan infrastruktur rumah sakit yang meliputi keberadaan dan fungsi
l. Peningkatan pemahaman
c. Selama penerapan pilot project jika ditemukan kasus infeksi sulit/kompleks maka
d. Melakukan pengumpulan data dasar kasus yang diikuti selama penerapan dan
e. Melakuk an pen golahan d an men ganalisis data yang meliput i: data pola
9
mikrobiol ogi)
f. Men yajikan data hasil pilot project dan dipresentasikan d i rapat j ajaran direksi
rumah sakit
penerapan PPRA
rumah sakit
l0
BAB V
KESELAMATAN PASIEN
Rumah sakit menjamin ketepatan (akurasi) pemberian terapi antibiotik secara tepat dan
Data yang lengkap adalah data rekam medi s tanpa diagnosis kerja. pemeriksaan
penunjang/laboratorium dilakukanumtuk mendukung diagnosis. Diagnosis kerja dapat
ditegakkan secara klinis dari anamnesis dan pemeriksaan fisis.
KESELAMATAN KERJA
l. Meningkatkan pemahaman dan ketaatan staf medis fungsional dan tenaga kesehatan
berkala, dan
l. kebersihan tangan
2. Alat pelindung Diri (ApD): sarung tangan, masker, goggle (kaca mata pelindung),
face shield (pelindung wajah), dan gaun
4. pengendalian lingkungan
5. penatalaksanaan linen
7. penempatan pasien
8. Hygiene respirasi/etika batuk
l. Melaluikontak
2. Melalui droplet
PENGENDALIAN MUTU
C. perbaikan pola sens itivit as antibiotik dan penurun an mikroba multiresisten yang
D. penurun an angka infeksi rumah sakit yang d isebabkan oleh mikroba multires isten,
contoh Methicillin, resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dan bakteri penghasil
extended spectrum beta-lactamase (ESBL), MDR TB
E. peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin, melalui forum kajian
A. MONITORING
untuk memperoleh data yang baku dan dapat diperbandingkan dengan data di tempat
lain, maka badan kesehatan dunia (WHO) men ganjurkan klasifik as i
penggunaan antibiotik secara Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) Classification
dan pengukuran
jumlah penggunaan antibiotik dengan Defined Daily Dose (DDD)/100patient-days.
Defined Daily Dose ( DDD) adal ah dosis harian rata- rata antibiotik yang digunakan pada
orang dewasa untuk indikasi utamanya. Perlu ditekankan di sini bahwa DDD adalah unit
baku pengukuran, bukan mencerminkan dosis harian yang sebenarnya diberikan
kepada pasien (prescribed daily doses atau PDD). Dosis untuk masing-masing
individu pasien bergantung pada kondisipasien tersebut (berat badan, dll). Dalam sistem
klasifikasi ATC obat dibagi dalam kelompok menurut sistem organ tubuh, menurut sifat
kimiawi, dan
menurut fungsinyadalam farmakoterapi. Terdapat limatingkat klasikasi, yaitu:
metabolisme)
Contoh:
anatomi)
terapi/farmakologi)
J0lC : beta-lactam antibacterial, penicillins (Tingkat ketiga: subkelompok
farmakologi)
l5
J0lC A : penisilin berspektrum luas (Tingkat keempat: subkelompok kimiawi obat)
penghitunganDDD
Setiap antibiotik mempunyai nilai DDD yang ditentukan oleh WHo berdasarkan dosis
. Data yang berasal dari instalasi farmasi berbentuk data kolektif, maka rumusnya
sebagai berikut:
perhitungan numerator :
perhitungan denominator:
kualitas penggunaan antibiotik dapat dinilai dengan melihat data dari form penggunaan
antibiotik dan rekam medik pasien untuk melihat perjalanan penyakit. Setiap kasus
dipelajari dengan mempertimbangkan gejala klinis dan melihat hasil laboratorium
apakah sesuai dengan indikasi antibiotik yang tercatat dalam Lembar pengumpul Data
l6
(LPD).
Penilai (reviewer) sebaiknya lebih dari l (satu) orang tim PPRA dan digunakan alur
penilaian menurut Gyssens untuk menentukan kategori kualitas penggunaan setiap
antibiotik yang digunakan. Bilaterdapat perbedaanyang sangat nyata di antara reviewer
maka dap at dilakukan d isku si pan el untuk mas in gmasing k asus yang berbeda
penilaiannya.
kategori IV A : tidak tepat pilihan antibio tik karena ada antibio tik lain yang
lebih efektif
kategori IV B : tidak tepat pilihan antibio tik karena ada antibio tik lain yang
lebih aman
kategori IV C : tidak tepat pilihan antibio tik karena ada antibio tik lain yang
lebih murah
Dapat dinil ai
l7
B. EVALUASI
secara standar.
l. Sumber Data penggunaan Antibiotik di Rumah Sakit
penggunaan antibiotik selama dirawat di rumah sakit dapat diukur secara retrospektif
setelah pasien pulang denganmelihat kembali Rekam Medik (RM) pasien, resep
dokter, catatan perawat, catatan farmasi baik manual atau melalui Sistem Informasi
Managemen Rumah Sakit (SIM RS). Dari penulisan resep antibiotik oleh dokter yang
merawat dapat dicatat beberapa hal berikut ini: jenis antibiotik, dosis harian, dan lama
penggunaan antibiotik, sedangkan dalam catatan perawat dapat diketahui jumlah
antibiotik yang diberikan kepada pasien selamapasien dirawat.
Di rumah sakit yang sudah melaksanakan kebijakan pelayanan farmasi satu pintu,
kuantitas antibiotik dapat diperoleh dari data penjualan antibiotik di instalasi farmasi.
Data jumlah penggunaan antibiotik dapat dipakai untuk mengukur besarnya belanja
antibiotik dari waktu ke waktu, khususnya untuk mengevaluasi biaya sebelum dan
sesudahdilaksanakannya program di rumah sakit.
C. PELAPORAN
Laboratorium mikrobiologi klinik juga bertugas menyusun pola mikroba (pola bakteri, bila
memungkinkan jugaj amur) dan kepekaannya terhadap antibiotik (atau disebut
antibiogram) yang diperbarui setiap tahun. pola bakteri dan kepekaannya memuat data
isolat menurut jenis spesimen dan lokasi atau asal ruangan. Antibiogram ini digunakan
sebagai dasar
penyusunan dan pembaharuan pedoman penggunaan antibiotik empirik di rumah sakit.
a. Tujuan
l8
1) Mengetahui pola bakteri (dan jamur bila memungkinkan) penyebab infeksi
c. pelapor an
l) Format laporan:
2) Halaman judul:
a) Laporan pola mikroba dan kepekaan terhadap antibiotik di rumah sakit (tuliskan
d. Isi laporan:
l) Gambaran umum yang ber is i: jen is spesimen dan sebaran spe simen secara
3) Bila ada data mikroba multiresisten dengan perhatian khusus misalnya MRSA
(methicillin resistance Staphylococcus aureus), batang Gram negatifpenghasil enzim
ESBL (extended spectrum beta-lactamase), atau VRE (vancomycin resistance
enterococcus) dilaporkanterpisah.
genus/spesies mikroba
6) Frekuensipelaporan setiaptahun
l9
a) Antibiotik yang sensitifitasnya baik (lebih dari 80%) untuk setiap lokasi RS
Acinetobacter)
8) Data mikroba multiresisten dilaporkan juga kepada tim ppI sebagai pelengkap data
D. INDIKATOR MUTU
3. perbaikan pola sens itivitas antibiotik dan penurun an mikroba multiresisten yang
4. penurunan angka infeksi rumah sakit yang disebabkan oleh mikroba multiresisten,
contoh Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dan bakteri penghasil
Extended Spectrum Beta-Lactamase (ESBL)
5. peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin, melalui forum kajian
Laporandikirimkan kepada:
2l
BAB IX
PENUTUP
Dengan tersusunnya pedoman pelayanan PPRA Rumah Sakit Mitra Idaman ini,
maka diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyelengaraan pelayanan PPRA. Hal-hal
yang bersifat lebih teknis dan rinci akan disusun dalam bentuk panduan dan SPO yang
diperlukan sesuai dengan pokok kegiatan yang mendukung pelaksanaan pelayanan
pengobatan. Setiap petugas keseahatan di rumah sakit diwajibkan mengikuti pedoman
ini secara utuh.
Bila di dalam pelaksanaannya terdapat perkembangan yang baru, maka tidak menutup
kemungkin an ped oman ini akan dilakuk an perubah an d an penyesuaian
sesua i
kebutuhandan tuntutan.