Anda di halaman 1dari 47

PE DO MA N

P R O G R A M P E N G E N D A L I A N R E S I S T E N S I A N T I M I K R OB A

(PPRA)
RUMAH SAKIT MITRA IDAMAN

TAHUN 2 0 2 3
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Tuhan yang Maha Esa sehingga pedoman penggunaan

Antibiotik di RS Mitra Idaman dap at d iselesaik an. Banyaknya penggunaan

antibiotik yang tidak tepat menimbulkan berbagai permasalahan dan merupakan

ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik.

penggunaan antibiotik secara rasional dan bijak merupakan kunci pengendalian


penyebaran bakteri yang resisten terhadap antibiotik dan keterlibatan seluruh
profesional kesehatan sangat dibutuhkan.

Terka it dengan hal tersebut, Tim program pengendalian Resistensi Antibiotik


menyusun pedoman penggunaan Antibiotik di Rumah Sakit Mitra Idaman dengan
harapandapat digunakan sebagaiacuan penggunaan antibiotik di RS Mitra Idaman.

Banjar, Agustus 2023

Direktur Rumah Sakit Mitra Idaman,


i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Resistensi terhadap antimikroba (disingkat : resistensi antimikroba, dalam Bahasa


Inggris antimicrobial resistance, AMR) telah menja di mas alah k esehatan yang
mendunia, dengan berbagai dampak merugikan yang dapat menurunkan mutu dan
meningkatkan resiko pelayanan kesehatan khususnya biaya dan keselamatan pasien.
yang dimaksud dengan resistensi antimikroba adalah ketidak mampuan antimikroba
membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba sehingga penggunaannya sebagai
terapipenyakit infeksi menjaditidak efektif lagi.

Meningkatnya masalah resistensi antimikroba terjadi akibat penggunaan antimikroba

yang tidak bijak dan bertanggung jawab dan penyebaran mikroba resisten dari pasien

ke lingkungannya karena tidak dilaksanakannya praktik pengendalian dan pencegahan


infeksi dengan baik.

Dalam rangka pengend alian resistens i antimikroba secara luas b aik di fasilitas
pelayanan kesehatan maupun di komunitas di tingkat nasional telah dibentuk komite
Pengendalian Antimikroba yang selanjutnya disingkat KPRA oleh kementerian
kesehatan. Disamping itu telah ditetapkan program aksi nasional/national actionplans
on antimicrobial resistance (NAP AMR) yang didukung WHO. Program pengendalian
resistensi antimikroba (PPRA) merupakan upaya pengendalian resistensi antimikroba
Secara terpadu dan paripurna di fasilitas pelayanan kesehatan.

Implementasi program ini di rumah sakit dapat berjalan baik apabila mendapat
dukungan penuh dari pimpinan/direktur rumah sakit berupa penetapan regulasi

pengendalian resistensi antimikroba, pembentukan organisasi pengelola, penyediaan

fasilitas, sarana dandukungan finansial untuk mendukung pelaksanaan PPRA.

Penggunaan antimikroba secara bijak i alah penggunaan antimikroba yang sesuai


dengan penyakit infeksi dan penyebabnya dengan rejimen dosis optimal, durasi
pemberian optimal, efek samping dan dampak munculnya mikroba resisten yang
minimal pada pasien. Oleh sebab itu diagnosis dan pemberian antimikroba haru s

disertai dengan upaya menemukan penyebab infeksi dan kepekaan mikroba pathogen

terhadap antimikroba.

l
Penggunaan antimikroba secara bijak memerlukan regulasi dalam penerapan dan
pengendaliannya. Pimpinan rumah sakit harus membentuk komite atau tim PPRA
sesuai peraturan perundang-undangan sehingga PPRA dapat dilakukan dengan baik.

B. Tujuan Pedoman

Ped oman ini dimaksu dk an untuk menja di acuan d alam pelaksana an


program pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit, agar berlangsung
secara baku,
terpadu, berkesinambungan, terukur, dandapat dievaluasi

C. Ruang Lingkup Pelayanan

Rumah Sakit menyusun Program Pengendal ian Resistensi Antimikroba (PPRA) terdiri

dari:

a. Peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staf, pasien dan keluarga tentang

masalah resistensi antimikroba

b. Pengendalian penggunaan antibiotik di rumah sakit

c. Surveilans pola penggunaan antibiotik di rumah sakit

d. Surveilans polaresistensi antimikrobadi rumah sakit

e. Forum kajian penyakit infeksi terintegrasi

Dalam melakukan tugasnya, Tim PPRA berkoordinasi dengan unit kerja:

l. SMF/b agian

2. Bidang keperawatan

3. Instalasi farmasi

4. Laboratorium mikrobilogi klinik

5. Komite/tim pencegahan pengendalian infeksi (PPI)

6. Komite/tim farmasi dan terapi (KFT)


D. Batasan Operasional

S emua bagian t erka it termasuk pelayanan, perawatan, instalas i farmasi sert a

laboratorium

E. Landasan Hukum
l. undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 20l5 tentang


2.

program pengendalian Resistensi Antimikrobadi Rumah Sakit

3. WHO 2004. Regional office for South East AsiaI. Monitoring of antimicrobial
resistance. Report of an intercountry workshop. Vellare, Tamil-Nadu, India, l4- l7
october 2003

4. SK Dirjen Bina pelayanan Medik DEPKES-RI Nomor HK.00.06.l. l.4l68/2005


ten tang penilaian Infra struktur Rumah Sakit untuk Men du kung program
pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA)

5. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor

l69l/MENKES/PER/VIII/20ll tentang keselamatan pasien Rumah Sakit

6. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor

2406/MENKES/PER/XII/20ll tentang pedoman umum penggunaan Antibiotika


BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM

Susunan Tim PPRA terdiri dari: ketua, wakil ketua, sekretaris, dan anggota. Kualifikasi ketua

tim PPRA adalah seorang klinisi yang berminat di bidang infeksi. keanggotaan Tim PPRA

paling sedikitterdiridaritenaga kesehatanyang kompeten dari unsur:

l. klinisi perwakilan SMF/bagian

2. keper awatan

3. Instalasifarmasi

4 . Laboratorium mikrobilogi klinik

5. komite/tim pencegahan pengendalian infeksi (PPI)

6. komite/tim farmasi dan terapi (KFT)

Dalam keadaan keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), maka rumah sakit

dapat menyesuaikan keanggotaan Tim PPRA berdasarkan ketersediaan SDM yang

terlibatdalam program pengendalian resistensi antimikroba

F. Tugas Pokok Tim PPRA

Uraian tugas pokok Tim PPRA adalah:

l. Membantu kepala/Direktur rumah sakit dalam menyu sun keb ijaakan tentang

pengendalian resistensi antimikroba;

2. Membantu kepala/Direktur rumah sakit dalam menyusun kebijakan dan panduan

penggunaan antibiotik rumah sakit;

3. Membantu kepala/Direktur rumah sakit dalam melaksanakan program

pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit;

4. Membantu kepala/Direktur rumah sakit dalam mengawasi d an mengevaluas i

pelaksanaan pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit;

5. Menyelenggarakan forum kajian kasus pengelolaan penyakit infeksi terintegrasi;

6. Melakukan surveilans pola penggunaan antibiotik;


7. Melakukan surveilans pola mikroba penyebab infeksi sertaresistensi antimikroba;

8. Melakukan sosiallsasi seta pelatihan staf tenaga kesehatan untuk meningkatkan


pemahaman dan kesadaran tentang prinsip pengendalian resistensi antimikroba,
penggunaan antibiotik secara bijak, dan ketaatan terhadap pencegahan pengendalian
infeksi melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan;

4
9. Mengembangkan penelitian dibidang pengendalian resistensi antimikroba;

l0. Melaporkan pelaksanaan program pengend alian resistensi antimik roba kepad a

Kepala/Direktur rumah sakit

G. Tugas Masing Masing Unit

Tugasmasing-masing unit sebagai berikut

1. SMF/Bagian

a. Men erapkan prinsip penggunaan antibio tik sec ara b ijaak dan men erap kan

kewaspadaan standar

b. Melakukan koordinasi program pengendalian resistensi

antimik roba diSMF/b agian

c. Melakukan koordinasi dalam penyusunan panduan penggunaan antibiotik di

SMF/bagian

d. Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim

2. Bidang keperawatan

a. Menerapkan kewaspadaan standar dalam upaya mencegah penyebaran mikrob a

resisten

b. Terlibat dalam cara pemberian antibiotik yang benar

c. Terlibat dalam pengambilan spesimen mikrobiologi secara teknik aseptik

3. Instalasi farmasi

a. Mengelola serta menjamin mutudan ketersediaan antibiotik yang tercantum dalam

formularium

b. Memberikan rekomendasi dan konsultasi serta terlibat dalam tata laksana pasien
infeksi, melalui: pengkajian peresepan, pengendalian dan monitoring penggunaan
antibiotik, vasat ke bangsal pasien bersama tim
c. Memberikan informasi dan edukasi tentang penggunaan antibiotik yang tepat dan

benar

d. Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim

4. Laboratorium mikrobiologi klinik

a. Melakukan pelayanan pemeriksaan mikrobiologi

b. Memberikan rekomendasi dan konsultasi serta terlibat dalam tata laksana pasien

infeksi melalui vasatike bangsal pasien bersama tim

c. Memberikan informasipola mikroba dan pola resistensisecaraberkalatiaptahun

5. Komite/tim pencegahan pengendalian infeksi (KPPI)

5
a. penerapan kewaspadaan standar

b. Surveilans kasus infeksi yang disebabkan mikroba multiresisten

c. Cohorting/isolasi bagi pasien infeksi yang disebabkan mikroba multiresisten

d . Menyusun pedoman penanganankejadian l uar biasa mikroba mul tiresisten

6. Komite/tim farmasi dan terapi (KFT)

a. Berperan dalam menyusun kebijkan dan panduan penggunaan antimikroba di


rumah sakit

b. Memantau kepatuhan penggunaan antibiotik terhadap kebijakan dan panduan di

rumah sakit

c. Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim


6
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. O EN AH R U AN GA N

B. P

kan tor Se k retariatTim P P RA

一π

k urs i o
Lemari



kursi π



N ]] N O
O ]] n
n
]] ]]
X
X

kur si
ku rsi

7
H. Standar Fasilitas

l. Adanya kantor sekretariat Komite/Tim PPRA yang dilengkapi sarana kantor dan

ATK

2. Adanya laboratorium mikrobiologi klinik atau merujuk ke pihak ketiga yang

bertugas menyusun pola mikroba (pola bakteri, bila memungkinkan juga jamur) dan
kepekaannya terhadap antibiotik (atau disebut juga antibiogram) yang diperbarui setiaptahun
8
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

Pelaksanaan PPRA di rumah sakit dilakukan melalui beberapatahapan sebagai berikut.

A. Ta hap persia pan

l. Identifikasi kesiapan infrastruktur rumah sakit yang meliputi keberadaan dan fungsi

unsur infrastruktur rumah sakit sertakelengkapan fasilitas dan sarana penunjang

2. Identifikasi keberadaan dan/atau penyusunan kebijakan dan pedoman/panduan

yang berkaitan dengan pengendalian resistensi antimikroba, antara lain:

a. Panduan praktek klinik penyakit infeksi

b. Pedoman penggunaan antibiotik profilaksis danterapi

c. Ped oman PPI

I. Ta hap pelaks ana an

l. Peningkatan pemahaman

a. Sosialisasiprogram pengendalian resistensi antimikrob a

b. Sosialisasi danpemberlakuan pedoman/panduan penggunaan antibiotik

2. Men etapkan palgtprgeict pelaksanaan PPRA meliputi:

a. Pemilihan SMF/bagiansebagai lokasipalgtprgeict

b. Penunjukan penanggung jawab dantimpelaksanapalgtprgeict

c. Pembuatan rencana kegiatan PPRA untuk l (satu) tahun

3. Pelaksana an pilot project PPRA:

a. SMF yang ditunjuk untukmelaksanakan palgtprgeict PPRA menetapkan Panduan

Penggunaan Antibiotik (PPAB) dan algoritme penanganan penyakit

infeksi yang akan digunakan dalam pilot project


b. Melakukan sosialisasi dan pemberlakuan PPAB tersebut dalam bentuk pelatihan

c. Selama penerapan pilot project jika ditemukan kasus infeksi sulit/kompleks maka

dilaksanakan forum kajian kasus terintegrasi

d. Melakukan pengumpulan data dasar kasus yang diikuti selama penerapan dan

dicatat dalam form lembar pengumpulan data

e. Melakuk an pen golahan d an men ganalisis data yang meliput i: data pola

penggunaan antibiotik, pola mikroba dan polaresistensi (jika tersedia laboratorium

9
mikrobiol ogi)

f. Men yajikan data hasil pilot project dan dipresentasikan d i rapat j ajaran direksi

rumah sakit

g. Melakuk an pembaharu an pandu an penggunaan antibiotik berdasarkan has il

penerapan PPRA

4. Monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap:

a. Laporan pola mikroba dan kepekaannya

b. Pola penggunaan antibiotik secara kuantitas dan kualitas

Laporan kepada kepala/Direktur rumah sakit untuk perbaikan


kebijakan/pedoman/panduan dan rekomendasi perluasan penerapan PPRA di rumah
sakit

Mengajukan rencana kegiatan dan anggaran tahunan PPRA kepada kepala/Direktur

rumah sakit
l0
BAB V

KESELAMATAN PASIEN

Rumah sakit menjamin ketepatan (akurasi) pemberian terapi antibiotik secara tepat dan

rasional sehinggaresistensi antimikroba dapat dikendalikan, hal ini dinilai melalui:

A. Data pas ien yang lengkap

Data yang lengkap adalah data rekam medi s tanpa diagnosis kerja. pemeriksaan
penunjang/laboratorium dilakukanumtuk mendukung diagnosis. Diagnosis kerja dapat
ditegakkan secara klinis dari anamnesis dan pemeriksaan fisis.

B. pemberian antibiotik memang terindikasi

C. pemberian antibiotik yang efektif

D. pemberian antibiotik yangaman/toksisitas rendah

E. pemberian antibiotik dengan biaya yang murah

F. pemberian antibiotik dengan spektrum yang lebih sempit

G. Durasipemberian antibiotik tidak terlalu lama dan terlalu singkat

H. pemberian dosis antibiotik dengan tepat

I. Interval pemberian antibiotik secaratepat

J. Rute pember ian antibiotik yang tepat

k. Tepat saat (timing) pemberian antibiotik


ll
BAB VI

KESELAMATAN KERJA

A . penggunaan antibiotik secara bijak merupakan penggunaan antibiotik secara rasional

dengan mempertimbangkan dampak muncul dan menyebarnya mikroba (bakteri)


resisten

B. Penerapan penggunaan antibiotik secara bijak dilakukan melalui tahapan :

l. Meningkatkan pemahaman dan ketaatan staf medis fungsional dan tenaga kesehatan

dalam penggunaan antibiotik secarabijak

2. Meningkatkan peranan pemangku kepentingan d i bidang penanganan penyakit

infeksi dan penggunaan antibiotik

3. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi laboratorium mikrobiologi klinik dan

l aboratorium penunjang l ainnyayang berkaitandengan penanganan penyakit infeksi


4. Meningkatkan pelayanan farmasiklinik dalam memantau penggunaan antibiotik

5. Meningkatkan pelayanan farmakologi klinik dalammemandu penggunaan antibiotik

6 . Meningkatkan penanganankasus infeksi secaramul tidisipl in danterpadu

7. Melaksanakan surveilans pola penggunaan antibiotik, serta melaporkannya secara

berkala, dan

8. Melaksanakan surveilans pola mikroba penyebab infeksi dan kepekaannya terhadap

antibiotik, sertamelaporkannya secaraberkala

C. Meningkatkan kewaspadaan Standar ( standardprecaution), mel iputi:

l. kebersihan tangan

2. Alat pelindung Diri (ApD): sarung tangan, masker, goggle (kaca mata pelindung),
face shield (pelindung wajah), dan gaun

3. Dekontaminasi peralatan perawatan pasien

4. pengendalian lingkungan

5. penatalaksanaan linen

6. perlindungan petugas kesehatan

7. penempatan pasien
8. Hygiene respirasi/etika batuk

9. praktek menyuntik yangaman

l0. praktek yang aman untuk lumbal punksi

D. Melakukan kewaspadaan Transmisi Jenis kewaspadaan transmisi meliputi:

l. Melaluikontak

2. Melalui droplet

3. Melaluiud ara (airbone)

4. Melalui common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan)

5. Melalui vector (lalat, nyamuk, tikus)

pada kewaspada an transmisi, pasien d itempatkan di ruang terpisah. Bila t


idak memungkinkan, maka dilakukan cohorting yaitu merawat beberapa pasien dengan
pola
penyebab infeksi yang sama dalam satu ruangan.
l3
BAB VII

PENGENDALIAN MUTU

Dampak keberhasilan program pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit


dapat dievaluasi dengan menggunakan mutu atau key perfomance Indicator (kpI)
sebagai berikut:

A. Perbaikan kuantitas penggunaan antibiotik

Menurunnya konsumsi antibiotik, yaitu berkurangnyajumlah dan jenis antibiotik yang

digunakan sebagaiterapi empiris maupun definitif

B. perbaikan kualit as penggunaan antibiotik

Meningkatnya penggunaan antibiotik secara rasional (kategori nol, Gyssens) dan

menurunnya penggunaan antibiotik tanpaindikasi (kategori lima, Gyssens)

C. perbaikan pola sens itivit as antibiotik dan penurun an mikroba multiresisten yang

tergambardalam pola kepekaan antibiotik secara periodik setiaptahun

D. penurun an angka infeksi rumah sakit yang d isebabkan oleh mikroba multires isten,
contoh Methicillin, resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dan bakteri penghasil
extended spectrum beta-lactamase (ESBL), MDR TB

E. peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin, melalui forum kajian

kasus infeksi terintegrasi

kepala/direktur rumah sakit wajib melaporkan pelaksanaan dan indikator mutu


program pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit secara periodik setiap
tahun kepada Menteri kesehatan c.q kpRA dengan tembusan kepada Dinas kesehatan
propinsi, dan Dinaskesehatan kabupaten/kota.
l4
BAB VIII

MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN

A. MONITORING

l. Audit Jumlah Penggunaan Antibiotik di Rumah Sakit

untuk memperoleh data yang baku dan dapat diperbandingkan dengan data di tempat
lain, maka badan kesehatan dunia (WHO) men ganjurkan klasifik as i
penggunaan antibiotik secara Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) Classification
dan pengukuran
jumlah penggunaan antibiotik dengan Defined Daily Dose (DDD)/100patient-days.

Defined Daily Dose ( DDD) adal ah dosis harian rata- rata antibiotik yang digunakan pada
orang dewasa untuk indikasi utamanya. Perlu ditekankan di sini bahwa DDD adalah unit
baku pengukuran, bukan mencerminkan dosis harian yang sebenarnya diberikan
kepada pasien (prescribed daily doses atau PDD). Dosis untuk masing-masing
individu pasien bergantung pada kondisipasien tersebut (berat badan, dll). Dalam sistem
klasifikasi ATC obat dibagi dalam kelompok menurut sistem organ tubuh, menurut sifat
kimiawi, dan
menurut fungsinyadalam farmakoterapi. Terdapat limatingkat klasikasi, yaitu:

a. Tingkat pertama : kelompok anatomi (misalnya untuk s alur an pencernaan d an

metabolisme)

b. Tingkat kedua : kelompok terapi/farmakologi obat

c. Tingkat ketiga : subkelompok farmakologi

d. Tingkat keempat : subkelompok kimiawi obat

e. Tingkat kelima : substansi kimiawi obat

Contoh:

J : anti-infeksi untuk penggunaan sistemik (Tingkat pertama: kelompok

anatomi)

J0l : antibakteri untuk penggunaan s istemik (Tingkat k edua : kelompok

terapi/farmakologi)
J0lC : beta-lactam antibacterial, penicillins (Tingkat ketiga: subkelompok

farmakologi)

l5
J0lC A : penisilin berspektrum luas (Tingkat keempat: subkelompok kimiawi obat)

J0lC A0l : ampisilin (Tingkat kelima: substansi kimiawi obat)

J0lC A04 : amoksisilin (Tingkat kelima: substansi kimiawi obat)

penghitunganDDD

Setiap antibiotik mempunyai nilai DDD yang ditentukan oleh WHo berdasarkan dosis

pemeliharaan rata-rata, untuk indikasiutamapada orang dewasa BB 70 kg.

. Data yang berasal dari instalasi farmasi berbentuk data kolektif, maka rumusnya

sebagai berikut:

perhitungan numerator :

perhitungan denominator:

. Data yang berasal dari pasien menggunakan rumusuntuk setiappasien:

2. Audit kualitas penggunaan Antibiotik di Rumah Sakit

kualitas penggunaan antibiotik dapat dinilai dengan melihat data dari form penggunaan
antibiotik dan rekam medik pasien untuk melihat perjalanan penyakit. Setiap kasus
dipelajari dengan mempertimbangkan gejala klinis dan melihat hasil laboratorium
apakah sesuai dengan indikasi antibiotik yang tercatat dalam Lembar pengumpul Data

l6
(LPD).

Penilai (reviewer) sebaiknya lebih dari l (satu) orang tim PPRA dan digunakan alur
penilaian menurut Gyssens untuk menentukan kategori kualitas penggunaan setiap
antibiotik yang digunakan. Bilaterdapat perbedaanyang sangat nyata di antara reviewer
maka dap at dilakukan d isku si pan el untuk mas in gmasing k asus yang berbeda

penilaiannya.

Pola penggunaan antibiotik hendaknya dianalisis dalam hubungannya dengan laporan

pola mikroba dankepekaanterhadap antibiotik setiaptahun.

kategori hasil penilaian (Gyssens flowchart):

kategori 0 : Penggunaan antibiotik tepat dan rasional

kategori I : tidak tepat saat (timing) pemberian antibiotik

kategori II A : tidak tepat dosis pemberian antibiotik

kategor iII B : tidak tepat interval pemberian antibiotik

kategori II C : tidak tepat rutepemberian antibiotik

kategori III A : pemberian antibiotik terlalu lama


kategori III B : pember ian antibiotik terlalu singkat

kategori IV A : tidak tepat pilihan antibio tik karena ada antibio tik lain yang

lebih efektif

kategori IV B : tidak tepat pilihan antibio tik karena ada antibio tik lain yang

lebih aman

kategori IV C : tidak tepat pilihan antibio tik karena ada antibio tik lain yang

lebih murah

kategori IV D : tidak tepat pilihan antibiotik ka rena ada antibiotik la in

dengan spektrum lebih sempit


kategori V : tidak ada indikasipemberian antibiotik

kategori VI : data tidak lengkap sehingga penggunaan antibiotik tidak

Dapat dinil ai
l7
B. EVALUASI

Evalu as i penggunaan antibiotik merup akan salah satu indik at or mutu


program pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit, bertujuan memberikan
informasi pola penggunaan antibiotik di rumah sakit baik kuantitas maupun kualitas.
pelaksanaan
evaluasi penggunaan antibiotik di rumah sakit menggunakan sumber data dan metode

secara standar.
l. Sumber Data penggunaan Antibiotik di Rumah Sakit

a. Rekam Medik Pasien

penggunaan antibiotik selama dirawat di rumah sakit dapat diukur secara retrospektif
setelah pasien pulang denganmelihat kembali Rekam Medik (RM) pasien, resep
dokter, catatan perawat, catatan farmasi baik manual atau melalui Sistem Informasi
Managemen Rumah Sakit (SIM RS). Dari penulisan resep antibiotik oleh dokter yang
merawat dapat dicatat beberapa hal berikut ini: jenis antibiotik, dosis harian, dan lama
penggunaan antibiotik, sedangkan dalam catatan perawat dapat diketahui jumlah
antibiotik yang diberikan kepada pasien selamapasien dirawat.

b. pengelolaan Antibiotik di Instalasi Farmasi

Di rumah sakit yang sudah melaksanakan kebijakan pelayanan farmasi satu pintu,
kuantitas antibiotik dapat diperoleh dari data penjualan antibiotik di instalasi farmasi.
Data jumlah penggunaan antibiotik dapat dipakai untuk mengukur besarnya belanja
antibiotik dari waktu ke waktu, khususnya untuk mengevaluasi biaya sebelum dan
sesudahdilaksanakannya program di rumah sakit.

C. PELAPORAN

Laboratorium mikrobiologi klinik juga bertugas menyusun pola mikroba (pola bakteri, bila
memungkinkan jugaj amur) dan kepekaannya terhadap antibiotik (atau disebut
antibiogram) yang diperbarui setiap tahun. pola bakteri dan kepekaannya memuat data
isolat menurut jenis spesimen dan lokasi atau asal ruangan. Antibiogram ini digunakan
sebagai dasar
penyusunan dan pembaharuan pedoman penggunaan antibiotik empirik di rumah sakit.

l. Format pelaporan pola Mikroba Dankepekaannya

a. Tujuan
l8
1) Mengetahui pola bakteri (dan jamur bila memungkinkan) penyebab infeksi

2) Mendapatkan antibiogram lokal

b. Dasar penyusunan laporan Hasil identifikasimikroba melalui pemeriksaan mikrobiologi

yang dikerjakan sesuaidengan standaryang berlaku.

c. pelapor an

l) Format laporan:

a ) untuk rumahsakit, l aporan berbentuk dokumen tercetak

b) untuk diseminasi ke masing-masing departemen/ SMF/Instalasi, laporan dapat

berbentuk cetakan lepas

2) Halaman judul:

a) Laporan pola mikroba dan kepekaan terhadap antibiotik di rumah sakit (tuliskan

nama rumah sakit)

b) Bulan dantahun periode data yang dilaporkan

d. Isi laporan:

l) Gambaran umum yang ber is i: jen is spesimen dan sebaran spe simen secara

keseluruhan maupun berdasarkan lokasi (misalnya rawat j alan/rawat inap non-

bedah/rawat inap bedah/ICu)

2) pelaporan pola bakteri dibuat berdasarkan d istribusi bakteri penyebab infeksi


berdasarkan jenis spesimen. pola disusun berurutan dari jumlah bakteri terbanyak
sampaipaling sedikit. Jika jumlah spesiesterlalu sedikit, digabung dalam genus.

3) Bila ada data mikroba multiresisten dengan perhatian khusus misalnya MRSA
(methicillin resistance Staphylococcus aureus), batang Gram negatifpenghasil enzim
ESBL (extended spectrum beta-lactamase), atau VRE (vancomycin resistance
enterococcus) dilaporkanterpisah.

4 ) Antibiogram yang dil aporkan adaah persen sensitif.

5) Antibiogram dilaporkan berdasarkan lok as i/jenis perawatan, jen is spesimen,

genus/spesies mikroba
6) Frekuensipelaporan setiaptahun

7) Ringkasan dan rekomendasimeliputi:

l9
a) Antibiotik yang sensitifitasnya baik (lebih dari 80%) untuk setiap lokasi RS

sebagai dasar penyusunan pedoman penggunaan antibiotikempirik

b) Mikroba multiresisten jika ada (penghasil ESBL, MRSA, VRE, dan

Acinetobacter)

8) Data mikroba multiresisten dilaporkan juga kepada tim ppI sebagai pelengkap data

surveilans HAIs di rumah sakit.

D. INDIKATOR MUTU

Dampak keberhasilan program pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit dapat


dievaluasi dengan menggunakan indikator mutu atau key performance Indicator (KPI)
sebagai berikut:

l. Perbaikan kuantitas penggunaan antibiotik Menurunnya konsumsi antibiotik, yaitu


berkurangnya jumlah dan jenis antibiotik yang digunakan sebagai terapi empiris
maupun definitif

2. perbaikan kualitas penggunaan antibiotik Meningkatnya penggunaan antibiotik secara


rasional (kategori nol, Gyssens) dan menurunnya penggunaan antibiotik tanpa indikasi
(kategori lima, Gyssens)

3. perbaikan pola sens itivitas antibiotik dan penurun an mikroba multiresisten yang

Tergambar dalam pola kepekaan antibiotik secara periodik setiaptahun

4. penurunan angka infeksi rumah sakit yang disebabkan oleh mikroba multiresisten,
contoh Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dan bakteri penghasil
Extended Spectrum Beta-Lactamase (ESBL)

5. peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin, melalui forum kajian

kasus infeksi terintegrasi.


20
kepala/direktur rumah sakit wajib melaporkan pelaksanaan dan indikator mutu program
pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit secara periodik setiap tahun kepada
Menteri kesehatan c.q KPRA dengan tembusan kepada Dinas kesehatan propinsi, dan

Dinas kesehatan kabupaten/kota.

Laporandikirimkan kepada:
2l
BAB IX

PENUTUP

Dengan tersusunnya pedoman pelayanan PPRA Rumah Sakit Mitra Idaman ini,
maka diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyelengaraan pelayanan PPRA. Hal-hal
yang bersifat lebih teknis dan rinci akan disusun dalam bentuk panduan dan SPO yang
diperlukan sesuai dengan pokok kegiatan yang mendukung pelaksanaan pelayanan
pengobatan. Setiap petugas keseahatan di rumah sakit diwajibkan mengikuti pedoman
ini secara utuh.

Bila di dalam pelaksanaannya terdapat perkembangan yang baru, maka tidak menutup
kemungkin an ped oman ini akan dilakuk an perubah an d an penyesuaian
sesua i
kebutuhandan tuntutan.

Anda mungkin juga menyukai