Anda di halaman 1dari 2

Anya i

Jalan -jalan ke pasar pagi


Eh ternyata tertimpa durian runtuh
Hai temankuapahari ini
Assalamualaikum Warahmatullahi wa Barakatuh

Alhamdulillaahi Robbil Alamain.Asholatu wassalamu ala Asyrofil anbiyau walmursalin.Wa ala


alihi wa sohbihi ajmain.

Asyhadu alla ilaaha illallah,wa asyhadu anna Muhammadarrosulullah.


Yang saya hormati bpk ibu guru
Yang saya bapak ibu dewan juri
Serta teman-teman sekalian yang saya sayangi

Limpahan puji kehadirat Allah SWT., Tuhan semesta alam yang senantiasa memberikan kita
berjuta nikmat, terutama nikmat sehat dan nikmat sempat sehingga kitab isa hadir di tempat
yang mulia ini.

Sholawat belantunkan salam tiada bosan kita sampaikan kepada nabi terbaik yang di gelari Al-
Amin, Muhammad SAW. Semoga kitab bisa menjadi penerus dakwahnyahingga hari kiamat
nanti.
Bapak, Ibu serta teman-teman sekalian yang berbahagia.

Berdirinya saya disini ialah untuk menyampaikan secarik pidato singkat tentang ajakan berbakti
kepada orang tua.
Pertanyaan saya, sudah seberapa saying kita kepada ayah dan ibu di rumah ?Apakah masih
setengah hati, atau malah sedang berusaha menuju sepenuh hati ?
Jika sudah sepenuh hati , maka kita ucapkan “Alhamdulillah”ya. Orang tua yang telah
membesarkan kita, merawat kita, mengajarkan kita adab dan perilaku, bahkan tiada terlupa
senantiasa memberikan kita uang jajan.
Anya i

Cobalah sejenak kita bayangkan apa saja kegiatan ayah di rumah. Hari ini, mungkin beliau
sedang berkeringat diladang mencari nafkah, sedang kepusingan mengurus dokumen rapat,
atau bahkan sedang kepanasan berjualan dibawah terik matahari yang menyiksa.
Sedih bertabur duka rasanya jika kita membayangkan hal tersebut.
Belum selesai. Sekarang, cobalah kita Kembali membayangkan Ibu, Bunda, alia Mama di rumah.
Apa saja pekerjaannya sekarang ?

Ibu sudah menyediakan sarapan sebelum matahari bangun, mencuci piring, memberikan
rumah, melipat pakaian, bahkan ikut berjuangbersama ayah demi mencukupi kebutuhan kita
untuk bersekolah.
Cobalah bayangkan lebih dalam lagi,lalu kita rasakan bagaiman lelahnya seorang Bunda
mengandung. Sembilan bulan sepuluh hari bahkan lebih, lalu melahirkan kita dengan penuh
peluh dan darah.
Sungguh melelahkan, bahkan ibu bertaruh nyawa demi mempersilahkan kita menatap dunia.
Sedangkan kita?Disaat itu belum ada gigi, dan kita hanya bisa menangis. Tidak hanya siang hari,
bahkan juga tengah malam.
Teman-teman yang berbahagia

Anda mungkin juga menyukai