Anda di halaman 1dari 11

Accelerat ing t he world's research.

IMPLIKASI PEMBERLAKUAN
UNDANG-UNDANG OTORITAS
JASA KEUANGAN TERHADAP
PERLINDUNGAN KONSUMEN JASA
KEUANGAN DIKAITK...
Jurnal Perspektif

Cite this paper Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN PERBANKAN OLEH OT ORITAS JASA KEUANGAN BIDDING …


Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadialn Universit as Mat aram

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah dan Invest or Dalam Pembiayaan Sekunder Perumahan
NurIndah Kurnia, Nur Indah Kurnia, S.H.

MEKANISME PERLINDUNGAN KONSUMEN USAHA ASURANSI OLEH OT ORITAS JASA KEUANGAN (MECH…
Sri Walny Rahayu
PERSPEKTIF
Volume XXI No. 1 Tahun 2016 Edisi Januari

IMPLIKASI PEMBERLAKUAN UNDANG-UNDANG


OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP PERLINDUNGAN
KONSUMEN JASA KEUANGAN DIKAITKAN
UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Agus Suwandono
Departemen Hukum Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
e-mail: agus.suwandono@unpad.ac.id

ABSTRAK
Pemberlakuan Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
(UUOJK), membawa harapan dan kepastian hukum bagi perlindungan konsumen di sektor
jasa keuangan di Indonesia. Namun demikian sebelum pemberlakuan UUOJK, telah terdapat
pengaturan mengenai perlindungan konsumen, yakni dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). Ruang lingkup pengaturan UUPK pada dasarnya
juga mencakup perlindungan konsumen di sektor jasa keuangan yakni perbankan, lembaga
pembiayaan dan asuransi. Metode penelitian merupakan metode yuridis normatif yakni penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Penelitian bersifat
deskriptif analitis dengan menggunakan metode normatif. Berdasarkan hasil dan pembahasan
diperoleh kesimpulan bahwa pengaturan perlindungan konsumen di sektor jasa keuangan dalam
UUOJK pada dasarnya merupakan peraturan khusus yang mengatur mengenai perlindungan
konsumen di sektor jasa keuangan. Namun karena adanya perbedaan definisi konsumen dalam
UUPK dan UUOJK maka secara umum UUPK bukan merupakan lex generalis dari UUOJK.
UUOJK dapat dipandang sebagai lex specialis dari UUPK sepanjang mengenai konsumen
dalam pengertian konsumen menurut UUPK.
Kata Kunci: implikasi, jasa keuangan, konsumen, UUOJK, UUPK.

ABSTRACT
Enforcement of the Act No. 21 Year 2011 on the Financial Services Authority (UUOJK) brings
hope and legal certainty for consumer protection in the financial service sector in Indonesia.
However, there has been a regulation on consumer protection, namely in Law No. 8 of 1999 on
Consumer Protection (UUPK) before the enactment of UUOJK. The scope of UUPK regulation
also basically includes consumer protection in the financial service sector which are banking,
finance and insurance institutions. This study is a normative legal research which studies library
materials or secondary data. The study is analytical descriptive that uses normative methods.
Based on the results and discussion, it is concluded that regulation of consumer protection in
the financial service sector written in UUOJK is basically special rules governing consumer
protection in the financial service sector. However, UUPK is generally not a lex generalis of
UUOJK due to different definition of consumer in UUPK and UUOJK. In the case of term
consumer according to UUPK, UUOJK can be regarded as lex specialis of UUPK.
Keywords: implications, financial service, consumer, UUOJK, UUPK.

PENDAHULUAN
Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang harapan dan kepastian hukum terhadap pelaksanaan
Otoritas Jasa Keuangan (yang selanjutnya disebut kegiatan di sektor jasa keuangan yakni dengan
UUOJK) merupakan ketentuan baru yang mengatur pembentukan suatu lembaga Otoritas Jasa Keuangan
pelaksanaan kegiatan sektor jasa keuangan di (yang selanjutnya disebut OJK). OJK merupakan
Indonesia. Pemberlakuan UUOJK telah membawa lembaga independen dan bebas dari campur tangan

1
Suwandono, Implikasi Pemberlakuan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan ....

pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas dan Pemberlakuan UUOJK di satu sisi dapat
wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan memberikan perlindungan hukum bagi konsumen
dan penyidikan kegiatan di sektor jasa keuangan.1 di sektor jasa keuangan, namun di satu sisi juga
Salah satu tujuan pembentukan OJK adalah menimbulkan ketidakjelasan pengaturannya. Hal
untuk melindungi kepentingan konsumen dan ini mengingat bahwa selama ini payung hukum
masyarakat2 yang menggunakan atau memanfaatkan pelaksanaan perlindungan hukum terhadap konsumen
pelayanan lembaga jasa keuangan. OJK dalam rangka di Indonesia adalah UUPK. Apakah dalam hal ini
melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, UUOJK merupakan suatu ketentuan lex specialis
diberikan kewenangan untuk melakukan edukasi, dari UUPK, sehingga ketentuan-ketentuan dalam
pelayanan pengaduan, sampai dengan pembelaan UUPK dapat diberlakukan sebagai ketentuan lex
hukum terhadap konsumen yang dirugikan oleh generalis. Ataukah memang ke-2 (dua) undang-
lembaga jasa keuangan. OJK dalam menjalankan undang ini memang mengatur materi yang berbeda,
kewenangannya melindungi kepentiangan konsumen sehingga asas lex specialis derogat legi generali
dan masyarakat dapat memfasilitasi penyelesaian tidak bisa diterapkan, yang artinya bahwa ketentuan-
pengaduan konsumen yang dirugikan oleh pelaku ketentuan dalam UUPK tidak dapat digunakan untuk
usaha lembaga jasa keuangan.3 Pembelaan hukum melindungi konsumen di sektor jasa keuangan. Hal
terhadap konsumen oleh OJK dapat berupa ini mengingat bahwa adanya perbedaan pengertian
memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu konsumen dalam UUPK dan UUOJK. UUPK
kepada lembaga jasa keuangan dan mengajukan hanya melindungi konsumen dalam pengertian
gugatan untuk memperoleh kembali harta kekayaan sebagai konsumen akhir yakni pengguna terakhir
konsumen atau memperoleh ganti rugi untuk atau pemanfaat akhir suatu produk atau end user.7
konsumen.4 Konsumen sebagai pengguna akhir atau end user di
Sebelum pemberlakuan UUOJK, pengaturan mana tidak ada motif untuk memperoleh keuntungan
perlindungan konsumen di Indonesia telah diatur dari transaksi yang dilakukan konsumen dengan
secara khusus dalam Undang-Undang No. 8 Tahun pelaku usaha.8 Hal ini berbeda dengan pengertian
1999 tentang Perlindungan Konsumen (yang konsumen dalam UUOJK yakni konsumen adalah
selanjutnya disebut UUPK). UUPK merupakan pihak-pihak yang menempatkan dananya dan/atau
umbrella act dalam perlindungan konsumen di memanfaatkan pelayanan yang tersedia di Lembaga
Indonesia.5 Ruang lingkup pengaturan UUPK pada Jasa Keuangan.9 Konsumen di sektor jasa keuangan
dasarnya mencakup perlindungan konsumen terhadap dapat berkedudukan sebagai pelaku usaha.
pengunaan barang dan/atau jasa. Perlindungan hukum Perbedaan pengertian konsumen dalam UUPK
yang diberikan oleh UUPK terhadap barang dan/ dan UUOJK, menyebabkan perbedaan penafsiran
atau jasa secara umum yakni perlindungan terhadap apakah setiap konsumen jasa keuangan dapat
penggunaan barang dan jasa. Pada dasarnya konsumen dikatakan sebagai konsumen menurut UUPK.
jasa di sektor jasa keuangan pun dapat dilindungi Sehingga jika konsumen di sektor jasa keuangan
oleh UUPK manakala dirugikan oleh pelaku usaha dapat dikategorikan sebagai konsumen menurut
sektor jasa keuangan. Konsumen jasa di sektor jasa UUPK, seperti sebelum pemberlakuan UUOJK di
keuangan antara lain konsumen di sektor perbankan, mana konsumen di sektor jasa keuangan (perbankan,
pembiayaan6 dan asuransi. pembiayaan dan asuransi) juga dapat menggunakan
UUPK sebagai dasar perlindungan hukum terhadap
1
konsumen. Sementara itu UUPK sendiri hanya
Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 21 Tahun 2011
memberikan perlindungan hukum terhadap konsumen
tentang Otoritas Jasa Keuangan (UUOJK).
2
Pasal 4 huruf (c) UUOJK.
3
Pasal 29 huruf (c) UUOJK. 7
Ahmadi Miru & Sutarman Yado, Hukum Perlindungan
4
Pasal 30 UUOJK. Konsumen, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, h. 7.
5 8
Agus Satory, “Perjanjian Baku dan Perlindungan Konsumen Nurul Fibrianti, “Perlindungan Konsumen dalam
dalam Transaksi Bisnis Sektor Jasa Keuangan: Penerapan dan Penyelesaian Sengketa Konsumen melalui Jalur Litigasi”, Jurnal
Implementasinya di Indonesia”, Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum, Hukum Acara Perdata ADHAPER, Vol. 1 No. 1, Januari-Juni
Vol. 2 No. 2, Agustus 2015, h. 272. 2015, h. 122.
6 9
Ibid., h. 273. Pasal 1 angka (15) UUOJK.

2
PERSPEKTIF
Volume XXI No. 1 Tahun 2016 Edisi Januari

akhir,10 yakni konsumen pemakai barang dan atau PERUMUSAN MASALAH


jasa dan tidak untuk diperdagangkan. Berdasarkan uraian di atas dengan menggunakan
Selanjutnya UUOJK juga telah menentukan metode pendekatan perundang-undangan, maka
ketentuan-ketentuan untuk melindungi konsumen dirumuskan permasalahan sebagai berikut
dan masyarakat di sektor jasa keuangan sebagaimana yakni, Bagaimanakah pengaturan perlindungan
diatur dalam Pasal 28–31 UUOJK. OJK diberikan hukum terhadap konsumen jasa keuangan pasca
kewenangan untuk memfasilitasi penyelesaian pemberlakuan UUOJK dikaitkan dengan UUPK,
sengketa antara konsumen dengan lembaga jasa serta Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap
keuangan dan memiliki kewenangan untuk melakukan konsumen jasa keuangan pasca pemberlakuan
pembelaan hukum antara lain melakukan gugatan UUOJK dikaitkan dengan UUPK.
kepada lembaga jasa keuangan/atau pihak lain yang Adapun tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui
merugikan konsumen. dan menganalisis implikasi pemberlakuan UUOJK
OJK dalam melindungi kepentingan konsumen terhadap perlindungan konsumen jasa keuangan.
dan masyarakat juga telah menerbitkan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan No. 1/POJK.07/2013 tentang PEMBAHASAN
Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Pengaturan Perlindungan Hukum terhadap
(POJK Perlindungan Konsumen) dan Peraturan Konsumen Jasa Keuangan Pasca Pemberlakuan
Otoritas Jasa Keuangan No. 1/POJK.07/2014 tentang UUOJK Dikaitkan dengan UUPK
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) Pengaturan perlindungan hukum terhadap
Sektor Jasa Keuangan (POJK LAPS). Kedua POJK di konsumen di Indonesia telah diatur secara khusus
atas telah menentukan bahwa penyelesaian sengketa dalam UUPK. Walaupun sudah diatur secara khusus
konsumen dapat diselesaikan melalui pengadilan dalam UUPK, pada dasarnya UUPK bukanlah
atau pun di luar pengadilan yakni melalui Lembaga merupakan awal atau akhir dari hukum yang mengatur
Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) di sektor mengenai perlindungan konsumen, sebab sampai
jasa keuangan. pada terbentuknya UUPK telah terdapat beberapa
Sebelum dimulai pemberlakuan UUOJK, POJK ketentuan perundang-undangan yang materinya juga
Perlindungan Konsumen dan POJK LAPS sebenarnya melindungi konsumen.11 UUPK juga masih membuka
UUPK juga telah memberikan perlindungan kemungkinan dikemudian hari untuk terbentuknya
konsumen dalam penyelesaian sengketa konsumen. undang-undang baru yang pada dasarnya memuat
UUPK telah memberikan kemudahan-kemudahan ketentuan-ketentuan yang melindungi konsumen.
bagi konsumen dalam rangka perlindungan terhadap Sehingga dalam hal ini kedudukan UUPK merupakan
konsumen, antara lain berkaitan tempat pengajuan payung yang mengintegrasikan dan memperkuat
gugatan di tempat kedudukan konsumen, pembalikan penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen.12
beban pembuktian (unsur kesalahan), serta pengakuan UUPK sebagai peraturan khusus yang bertujuan
adanya gugatan perwakilan kelompok atau class untuk mengatur dan melindungi konsumen dapat
action. Selain itu, UUPK juga telah menentukan dikatakan sebagai ketentuan khusus atau lex specialis
lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa bagi undang-undang yang telah ada, yang juga
konsumen dan pelaku usaha di luar pengadilan yakni melindungi kepentingan konsumen, antara lain yang
dilaksanakan oleh Badan Penyelesaian Sengketa diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Konsumen (yang selanjutnya disebut BPSK) dengan (KUHPerdata). Namun, di sisi yang lain UUPK juga
segala kemudahan yang telah atur oleh UUPK. dapat berlaku sebagai undang-undang yang sifatnya
Apakah dengan pemberlakuan UUOJK, konsumen umum atau lex generalis terhadap suatu ketentuan
jasa di sektor jasa keuangan tetap dapat menggunakan undang-undang yang mengatur perlindungan
UUPK, ataukah harus sesuai dengan ketentuan yang konsumen yang lebih khusus, misalnya perlindungan
diatur dalam UUOJK, atau dapat digunakan secara konsumen di sektor jasa keuangan. Maka dalam hal
bersamaan dalam rangka melindungi kepentingan ini ketentuan-ketentuan UUPK pada dasarnya dapat
hukum konsumen. diberlakukan terhadap perlindungan konsumen yang
11
Penjelasan Umum UUPK.
10 12
Penjelasan Pasal 1 angka (2) UUPK. Penjelasan Umum UUPK.

3
Suwandono, Implikasi Pemberlakuan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan ....

sifatnya lebih khusus, kecuali apabila ditentukan lain dan peserta pada dana pensiun, berdasarkan peraturan
dalam undang-undang yang sifatnya khusus tersebut. perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
UUOJK merupakan undang-undang yang di Pengertian konsumen dalam UUOJK merupakan
dalamnya juga mengatur mengenai perlindungan konsumen yang secara khusus di sektor jasa keuangan,
konsumen, khususnya perlindungan konsumen di yakni pihak-pihak yang menempatkan dananya
sektor jasa keuangan. Selain itu UUOJK juga telah dan/atau memanfaatkan pelayanan yang tersedia di
mengamanatkan pembentukan suatu lembaga OJK lembaga jasa keuangan. Pihak yang menempatkan
yang berwenang untuk melakukan pengaturan, dana dapat berupa perseorangan maupun badan usaha
pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan di baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan
sektor jasa keuangan. Pemberlakuan UUOJK dan hukum. Dalam pengertian ini, konsumen menurut
pembentukan OJK bertujuan untuk terselenggaranya UUOJK juga dapat berasal dari pelaku usaha.
kegiatan di sektor jasa keuangan yang teratur, adil, Jika melihat dari kedua pengertian konsumen
transparan, dan akuntabel, serta mewujudkan sistem dalam UUPK dan UUOJK tampaknya apa yang
keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan dimaksud dengan konsumen dalam kedua undang-
mampu melindungi kepentingan konsumen sektor undang tersebut sangatlah berbeda. Menurut UUPK
jasa keuangan.13 Pembentukan OJK dimaksudkan yang dimaksud dengan konsumen adalah konsumen
agar pengawasan lebih terintegrasi dan koordinasinya akhir, yakni pemakai barang dan/atau jasa dan tidak
lebih mudah sehingga pengawasan dan regulasinya untuk diperdagangkan, sedangkan menurut UUOJK
menjadi efektif.14 yang dimaksud dengan konsumen adalah pihak
Pengaturan perlindungan hukum terhadap yang menempatkan dananya atau memanfaatkan
konsumen dalam UUPK pada dasarnya memberikan pelayanan jasa lembaga sektor jasa keuangan, tanpa
perlindungan secara luas yakni perlindungan hukum melihat motivasi pihak yang menempatkan dan/
terhadap konsumen barang dan/atau jasa. Adapun atau memanfaatkan jasa di lembaga jasa keuntungan
pengaturan perlindungan konsumen dalam UUOJK untuk mencari keuntungan atau tidak (pelaku usaha).
merupakan perlindungan hukum terhadap konsumen Kondisi demikian tentunya sangat berbeda dengan
yang lebih khusus yakni konsumen di bidang jasa, pengertian konsumen yang dimaksud dalam UUPK,
yakni di sektor jasa keuangan. mengingat bahwa UUPK tidak melindungi konsumen
Pasal 1 angka (2) UUPK menegaskan bahwa, pihak ketiga misalnya investor, karena konsumen
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang demikian bukanlah konsumen sebagaimana dimaksud
dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi dalam UUPK, karena motif konsumen ini adalah
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun untuk mencari keuntungan.15
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jika melihat pada pengertian konsumen dalam
Pengertian konsumen dalam UUPK adalah setiap UUPK dan UUOJK seharusnya UUOJK tersebut
orang pemakai barang dan jasa sebagai konsumen merupakan konsumen yang lebih khusus yakni
akhir, yakni pengguna atau pemanfaat akhir dari konsumen di bidang jasa, yakni di sektor jasa
suatu produk. Sehingga UUPK hanya melindungi keuangan. Logikanya bahwa konsumen di sektor jasa
konsumen dalam pengertian konsumen akhir, keuangan tersebut seharusnya juga tercakup dalam
sedangkan konsumen antara/pelaku perdagangan/ pengertian konsumen dalam UUPK yakni sebagai
pelaku usaha berdasarkan ketentuan UUPK tidak konsumen di bidang jasa, sehingga seharusnya
dapat mendapatkan perlindungan, karena bukan UUOJK dapat dipandang sebagai lex specialis dari
sebagai konsumen akhir. Pasal 1 angka (15) UUOJK UUPK.
menegaskan bahwa, Konsumen adalah pihak-pihak Jika UUPK dipandang sebagai lex generalis
yang menempatkan dananya dan/atau memanfaatkan dari UUOJK, maka seharusnya ketentuan-ketentuan
pelayanan yang tersedia di Lembaga Jasa Keuangan dalam UUPK juga dapat diterapkan bagi semua
antara lain nasabah pada perbankan, pemodal di konsumen di sektor jasa keuangan. Namun, ternyata
pasar modal, pemegang polis pada perasuransian, ketentuan-ketentuan UUPK tidak dapat diterapkan
13
Konsiderans UUPK. 15
Yusuf Shofie, Penyelesaian Sengketa Konsumen menurut
14
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK), Citra Aditya
Raih Asa Sukses, Jakarta, 2014, h. 39. Bakti, Bandung, 2003, h. 15.

4
PERSPEKTIF
Volume XXI No. 1 Tahun 2016 Edisi Januari

bagi semua konsumen di sektor jasa keuangan. sebagaimana dimaksud dalam pengertian konsumen
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan definisi menurut UUPK. Hal ini mengingat bahwa tidak bisa
konsumen dalam kedua undang-undang tersebut. dinafikan begitu saja keberadaan konsumen akhir
UUOJK mendefinisikan konsumen di sektor jasa sebagai salah satu konsumen di sektor jasa keuangan.
keuangan tidak dalam pengertian sebagai konsumen Pengaturan perlindungan konsumen di sektor jasa
akhir saja, tetapi juga sebagai pelaku usaha yang keuangan seharusnya memperhatikan keberadaan
motifnya adalah untuk mencari keuntungan. peraturan perundang-undangan perlindungan
Pembedaan pengertian konsumen dalam UUOJK konsumen di Indonesia. UUPK sebagai undang-
dengan UUPK ini dapat dipahami karena jika UUOJK undang payung atau umbrella act bagi pengaturan
mendefinisikan konsumen di sektor jasa keuangan di bidang perlindungan konsumen di Indonesia
sebagai konsumen akhir saja, maka akan ada pihak- seharusnya menjadi rujukan terhadap pembentukan
pihak yang menempatkan dana atau memanfaatkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
pelayanan lembaga jasa keuangan yang tidak tercakup dengan perlindungan konsumen. Upaya-upaya
sebagai konsumen di sektor jasa keuangan, misalnya mewujudkan perlindungan hukum terhadap konsumen
pemodal di pasar modal. Akibatnya bahwa konsumen sebaiknya dilaksanakan dalam kerangka sistem
pemodal di pasar modal tersebut tidak dapat hukum16 perlindungan konsumen, sehingga tidak
terlindungi oleh UUOJK. Sehingga konsekuensi maka terkesan parsial serta memperlihatkan ego sektoral
pengertian konsumen di sektor jasa keuangan dalam kelembagaan. Hal ini dapat dilihat dalam konsiderans
UUOJK ada yang dapat disebut sebagai konsumen UUOJK, di mana sama sekali tidak mengacu atau
akhir sebagaimana dimaksud dalam UUPK misalnya mengkaitkan dengan UUPK. Walaupun terdapat
konsumen perbankan, pembiayaan dan asuransi, perbedaan pengertian konsumen dalam UUPK dan
tetapi ada juga konsumen di sektor jasa keuangan UUOJK, seharusnya UUOJK juga dikaitkan dengan
yang berkedudukan bukan sebagai konsumen akhir UUPK, mengingat dalam pengertian konsumen di
menurut UUPK, yakni pemodal di pasar modal. sektor jasa keuangan juga terdapat konsumen akhir
Sehingga dalam UUOJK menggunakan definisi sebagaimana dimaksud dalam UUPK.
konsumen bukan hanya konsumen akhir saja, tetapi
definisi konsumen dalam UUOJK diberikan definisi Perlindungan Hukum terhadap Konsumen
yang luas yakni konsumen adalah pihak-pihak yang Jasa Keuangan Pasca Pemberlakuan UUOJK
menempatkan dananya dan/atau memanfaatkan Dikaitkan dengan UUPK
pelayanan yang tersedia di lembaga jasa keuangan. Pemberlakuan UUOJK membawa harapan dan
Berdasarkan uraian di atas, bahwa walaupun kepastian hukum terhadap perlindungan konsumen
dalam UUOJK mengatur perlindungan konsumen, khususnya konsumen di sektor jasa keuangan.
khususnya perlindungan konsumen di sektor jasa Hal ini mengingat bahwa UUOJK telah mengatur
keuangan, tetapi UUPK secara umum tidak dapat secara khusus mengenai perlindungan konsumen
dikatakan sebagai lex generalis dari UUOJK. Hal ini di sektor jasa keuangan. Selain itu, UUOJK juga
dikarenakan jika UUPK merupakan lex generalis dari mengamanatkan pembentukan lembaga OJK, yang
UUOJK maka seharusnya ketentuan-ketentuan dalam memiliki kewenangan melakukan pengaturan,
UUPK dapat diterapkan bagi semua konsumen di pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan kegiatan
sektor jasa keuangan. Namun kenyataannya tidaklah di sektor jasa keuangan. Adapun kewenangan yang
demikian, karena adanya perbedaan pengertian dimiliki oleh OJK meliputi di sektor Perbankan,
konsumen dalam UUPK dan UUOJK. Tidak semua Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
konsumen di sektor jasa keuangan dapat disebut Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
sebagai konsumen sebagaimana yang dimaksud dalam Tujuan pembentukan OJK antara lain adalah
UUPK. UUPK telah membatasi perlindungan hukum untuk melindungi kepentingan masyarakat dan
yang diberikan kepada konsumen yakni terhadap konsumen di sektor jasa keuangan. Adapun
konsumen akhir. Namun demikian, UUOJK juga perlindungan konsumen di sektor jasa keuangan
dapat dipandang sebagai lex specialis dari UUPK adalah perlindungan terhadap konsumen dengan
sepanjang berkaitan dengan konsumen di sektor
16
jasa keuangan yang merupakan konsumen akhir Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum: Sebuah
Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2009, h. 18.

5
Suwandono, Implikasi Pemberlakuan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan ....

cakupan perilaku pelaku usaha jasa keuangan.17 Pasal kewenangan dalam hal penindakan terhadap pelaku
1 angka (1) UUPK menegaskan bahwa perlindungan usaha seperti yang dimiliki oleh OJK. Selain
konsumen adalah segala upaya menjamin adanya memberikan saran dan masukan kepada pemerintah,
kepastian hukum untuk memberikan perlindungan fungsi BPKN lainnya lebih diarahkan kepada
konsumen. Perlindungan hukum terhadap konsumen pencegahan, pengembangan terhadap perlindungan
pada dasarnya adalah pemenuhuhan atas hak-hak konsumen melalui penelitian, penyebarluasan
konsumen yang seharusnya diberikan kepada informasi perlindungan konsumen, mendorong
konsumen, yang sesungguhnya identik dengan berkembangnya lembaga perlindungan konsumen,
perlindungan yang diberikan hukum terhadap hak- serta menerima pengaduan tentang perlindungan
hak konsumen.18 konsumen. Dalam hal adanya pengaduan mengenai
Perlindungan hukum terhadap konsumen yang perlindungan konsumen, BPKN bukanlah lembaga
dilakukan oleh OJK berupa tindakan pencegahan yang memiliki kewenangan untuk menyelesaikan
kerugian konsumen, pelayanan pengaduan sampai pengaduan konsumen. Pengaduan yang disampaikan
dengan pembelaan hukum terhadap konsumen di kepada BPKN akan menjadi bahan kajian sebagai
sektor jasa keuangan. Tindakan pencegahan kerugian pertimbangan kepada pemerintah. Adapun terhadap
konsumen dilaksanakan dengan memberikan pengaduan konsumen yang terdapat unsur sengketa
informasi dan edukasi terkait dengan karakteristik konsumen, BPKN akan merekomendasikan
sektor jasa keuangan. Selain itu OJK dapat meminta penyelesaiannya baik melalui BPSK maupun melalui
lembaga jasa keuangan untuk menghentikan pengadilan.
kegiatannya apabila berpotensi merugikan konsumen OJK dalam rangka perlindungan konsumen
atau masyarakat. Pelayanan pengaduan konsumen di sektor jasa keuangan telah menerbitkan POJK
dilaksanakan dengan menyiapkan perangkat Perlindungan Konsumen dan POJK LAPS. POJK
pengaduan dan mekanisme pengaduan konsumen Perlindungan Konsumen dan POJK LAPS mengatur
yang dirugikan oleh pelaku usaha di sektor jasa bahwa penyelesaian sengketa konsumen di sektor jasa
keuangan. Selanjutnya OJK juga dapat melakukan keuangan pada tahap pertama melalui mekanisme
pembelaan hukum berupa memerintahkan tindakan pelayanan dan pengaduan konsumen yang disediakan
tertentu kepada lembaga jasa keuangan untuk oleh pelaku usaha di sektor jasa keuangan. Dalam
menyelesaikan pengaduan konsumen, serta dapat hal tidak mencapai kesepakatan penyelesaian
mengajukan gugatan gugatan kepada pelaku usaha pengaduan, konsumen dapat melakukan penyelesaian
atau pihak lain yang merugikan konsumen. sengketa di luar pengadilan atau melalui pengadilan.
Perlindungan hukum terhadap konsumen di Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan
sektor jasa keuangan yang dilakukan oleh OJK melalui LAPS. Selanjutnya dalam hal penyelesaian
terdiri dari tindakan pencegahan dan pasca terjadinya sengketa tidak dilakukan melalui LAPS, konsumen
kerugian konsumen. Dalam melaksanakan tugasnya, dapat menyampaikan permohonan kepada OJK untuk
OJK diberikan kewenangan untuk melakukan memfasilitasi penyelesaian pengaduan Konsumen
pengaturan, pengawasan hingga penindakan terhadap yang dirugikan oleh pelaku di Pelaku Usaha Jasa
pelaku usaha di sektor jasa keuangan. Jika dikaitkan Keuangan.
UUPK, fungsi dan kewenangan tersebut tidak pernah Sebelum pemberlakuan POJK Perlindungan
diatur atau dimiliki oleh lembaga/badan yang ada Konsumen dan POJK LAPS, UUPK menentukan
dalam UUPK, yakni Badan Perlindungan Konsumen bahwa penyelesaian sengketa konsumen dapat
Nasional (BPKN), Lembaga Perlindungan Konsumen diselesaikan melalui pengadilan maupun di luar
Nasional (LPKN) dan Badan Penyelesaian Sengketa pengadilan. Penyelesaian sengketa konsumen di
Konsumen (BPSK). luar pengadilan dilaksanakan oleh BPSK. BPSK
BPKN mempunyai fungsi memberikan saran dan merupakan badan dalam UUPK yang secara khusus
pertimbangan dalam upaya perlindungan konsumen dibentuk untuk menyelesaikan sengketa antara
kepada pemerintah. BPKN tidak mempunyai konsumen dengan pelaku usaha. Penyelesaian
sengketa di BPSK dilaksanakan melalui BPSK,
17
Pasal 1 angka (3) POJK Perlindungan Konsumen. dengan cara konsiliasi, mediasi dan arbitrase.
18
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia,
Grasindo, Jakarta, 2004, h. 19.

6
PERSPEKTIF
Volume XXI No. 1 Tahun 2016 Edisi Januari

BPSK dibentuk dan berada pada setiap Pemberlakuan UUPK dan UUOJK yang sama-
Kabupatan/Kota di seluruh Indonesia. Hal ini untuk sama mengatur mengenai perlindungan terhadap
mempermudah konsumen untuk menyelesaikan konsumen, diharapkan dapat semakin melindungi
sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha, konsumen. Namun, dalam implementasinya
karena UUPK telah menentukan bahwa pengajuan menimbulkan ketidakjelasan terkait adanya
gugatan kepada pelaku usaha diajukan melalui BPSK perbedaan definisi konsumen yang terdapat dalam
di tempat kedudukan konsumen atau BPSK terdekat UUPK maupun OOJK. Dalam prakteknya tidak
jika di tempat kedudukan belum terbentuk BPSK. Hal semua konsumen yang diatur dalam UUOJK
ini merupakan salah satu hal baru yang diatur dalam bukanlah merupakan konsumen diatur dalam UUPK,
UUPK dalam hak pengajuan gugatan yakni gugatan yakni sebagai konsumen akhir. Permasalahan yang
diajukan di tempat penggugat, bukan di tempat muncul dalam hal pengajuan gugatan konsumen
tergugat. Hal ini berbeda dengan keberadaan LAPS melalui BPSK. Pengajuan gugatan konsumen melalui
dalam POJK LAPS yang tidak diwajibkan berada BPSK hanya dapat dilakukan oleh konsumen dalam
di setiap daerah, yakni berkedudukan di Jakarta. pengertian konsumen dalam UUPK yakni sebagai
Saat ini telah terbentuk 6 LAPS yang kesemuanya konsumen akhir. Sedangkan pengertian konsumen
berkedudukan di Ibu Kota Negara Jakarta, yakni: dalam UUOJK dapat meliputi pelaku usaha/pihak-
pertama, Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi pihak yang menempatkan atau memanfaatkan
Indonesia (BMAI) untuk sektor Perasuransian; kedua, pelayanan yang tersedia di lembaga jasa keuangan.
Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI) Perbedaan definisi konsumen dalam UUPK
untuk sektor Pasar Modal; ketiga, Badan Mediasi dan UUOJK menyebabkan adanya perlakuan yang
Dana Pensiun (BMDP) untuk sektor Dana Pensiun; berbeda dalam hal perlindungan hukum terhadap
keempat, Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa konsumen di sektor jasa keuangan. Konsumen di
Perbankan Indonesia (LAPSPI) untuk sektor sektor jasa keuangan yang merupakan konsumen
Perbankan; kelima, Badan Arbitrase dan Mediasi akhir sebagaimana dimaksud dalam UUPK dapat
Perusahaan Penjaminan Indonesia (BAMPPI) menggunakan perangkat hukum dalam UUPK dan
untuk sektor Penjaminan; keenam, Badan Mediasi UUOJK beserta POJK. Sedangkan bagi konsumen
Pembiayaan dan Pergadaian Indonesia (BMPPI) di sektor jasa keuangan yang bukan merupakan
untuk sektor Pembiayaan dan Pegadaian.19 konsumen akhir hanya dapat menggunakan perangkat
Keberadaan BPSK di satu sisi yang berada di hukum dalam UUOJK dan POJK.
setiap Kabupaten/Kota akan dapat mempermudah Bagi konsumen di sektor jasa keuangan yang
konsumen dalam menuntut hak-haknya melalui merupakan konsumen akhir, maka perlindungan
BPSK, dibandingkan harus menyelesaikan melalui hukumnya konsumen dapat memilih apakah akan
LAPS sektor jasa keuangan yang berada di Jakarta. menggunakan UUPK atau UUOJK. Dalam hal
Hal ini dapat menimbulkan kesulitan bagi konsumen tuntutan pemenuhan hak-haknya konsumen dapat
di sektor jasa keuangan yang berada di daerah atau memilih penyelesaian sengketa konsumen di luar
di luar Ibu Kota Jakarta untuk untuk menuntut pengadilan yang dilaksakan oleh BPSK ataukah
hak-hak mereka sebagai konsumen, karena harus melalui LAPS yang dibentuk oleh asosiasi pelaku
mengeluarkan biaya ekstra untuk ke Jakata. Namun usaha yang bersangkutan.
di sisi lain permasalahan hukum terkait di sektor Dalam hal penyelesaian sengketa konsumen,
jasa keuangan juga memiliki karakteristik sektor UUPK telah mengamanatkan pembentukan BPSK
jasa keuangan, layanan dan produknya, yang juga di setiap Kabupaten/Kota. Dalam menuntut haknya
membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kepada pelaku usaha, UUPK telah menentukan
memahami permasalahan di sektor jasa keuangan. bahwa gugatan kepada pelaku usaha dilaksanakan
Sehingga penanganan sengketa konsumen di di tempat kedudukan konsumen. Hal ini akan sangat
sektor jasa keuangan seharusnya juga mendapatkan memudahkan kepada konsumen daripada jika harus
penanganan yang khusus pula. mengacu pada asas umum pengajuan gugatan dimana
gugatan di tempat kedudukan tergugat. Berbeda
19
http://www.ojk.go.id/id/kanal/edukasi-dan-perlindungan- halnya jika konsumen akan menyelesaikan sengketa
konsumen/Pages/Lembaga-Alternatif-Penyelesaian-Sengketa. konsumen melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian
aspx, diakses tanggal 22 Desember 2015.

7
Suwandono, Implikasi Pemberlakuan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan ....

Sengketa Konsumen yang berada di Jakarta. Dari yang sama tetapi bertentangan satu sama lainya maka
segi hukum acara, penyelesaian sengketa konsumen berlakulah asas lex superior derogat legi inferiori.22
berdasarkan UUPK juga telah memberikan Penggunaan dua perangkat hukum UUPK dan
kemudahan-kemudahan bagi konsumen, yakni UUOJK ini bagi konsumen di sektor jasa keuangan
dengan adanya beban pembuktian terbalik (unsur dalam hal ini merupakan pilihan dari konsumen.
kesalahan), sehingga dalam hal ini pelaku usahalah Konsumen dapat memilih ketentuan hukum mana
yang diberikan kewajiban untuk membuktikan lebih dapat melindunginya untuk memperjuangkan
adanya tidaknya kesalahan pada diri pelaku usaha. hak-haknya sebagai konsumen. Bagi konsumen
Selain itu, putusan BPSK juga bersifat final dan di sektor jasa keuangan yang bukan merupakan
mengikat walaupun di dalam praktiknya masih konsumen akhir, maka konsumen di sektor jasa
terdapat problematika dari eksekusi putusan BPSK, keuangan hanya dalam menggunakan perangkat
yakni adanya upaya keberatan kepada pengadilan hukum UUOJK dan POJK Perlindungan Konsumen
negeri20 dan putusan BPSK yang tidak mempunyai dan POJK LAPS saja. Konsumen dalam hal ini harus
kekuatan eksekutorial karena tidak memiliki irah-irah mengoptimalkan peran OJK dalam memfasilitasi
Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha perlindungan konsumen dengan beberapa aturan
Esa,21 tetapi dari segi hukum acaranya keberadaan yang telah diterbitkannya, yakni POJK Perlindungan
BPSK telah memberikan kemudahan-kemudahan Konsumen dan POJK LAPS.
kepada konsumen. Perlindungan hukum konsumen di sektor
Penyelesaian sengketa konsumen bagi konsumen jasa keuangan dapat dibedakan jadi dua, yakni
di sektor jasa keuangan dalam hal ini konsumen akhir, perlindungan hukum terhadap konsumen di sektor
pada dasarnya konsumen dapat memilih apakah akan jasa keuangan yang merupakan konsumen akhir
menyelesaikan sengketa konsumen baik di pengadilan dan konsumen di sektor jasa keuangan yang bukan
maupun melalui di luar pengadilan. Baik UUPK dan sebagai konsumen akhir. Bagi konsumen di sektor
POJK Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di jasa keuangan yang berkedudukan sebagai konsumen
Sektor Jasa Keuangan memberikan kesempatan bagi akhir dapat dilindungi oleh UUPK dan/atau UUOJK
para pihak untuk penyelesaian sengketa konsumen beserta POJK. Sedangkan bagi konsumen di sektor
baik melalui pengadilan maupun melalui di luar jasa keuangan yang bukan merupakan konsumen
pengadilan dimana sifatnya merupakan pilihan akhir maka hanya mendapatkan perlindungan dari
para pihak. Namun jika tidak tercapai kesepakatan, UUOJK beserta POJK.
maka berdasarkan UUPK maka pilihan sukarela Pembentukan UUOJK serta keberadaan OJK
para pihak ini merupakan pilihan dari konsumen. merupakan hal yang baru dalam rangka perlindungan
Hal ini mengingat bahwa penunjukkan BPSK sebagai konsumen di sektor jasa keuangan. OJK memiliki
lembaga penyelesaian sengketa konsumen ditunjuk peranan yang sangat sentral dalam hal pengaturan
secara langsung berdasarkan UUPK, sedangkan dan pengawasan terhadap pelaku usaha di sektor jasa
penyelesaian sengketa konsumen melalui Lembaga keuangan. Hal ini dapat melengkapi kekurangan yang
Alternatif Penyelesaian Sengketa Konsumen di belum diatur dalam UUPK khususnya perlindungan
Sektor Jasa Keuangan hanya didasarkan pada hukum terhadap konsumen di sektor jasa keuangan.
Peraturan OJK, dan tidak diperintahkan langsung Sehingga dalam hal ini antara UUOJK dan UUPK
oleh UUOJK. Asas hukumnya bahwa jika terjadi dapat saling melengkapi satu sama lain, sehingga
konflik antara dua peraturan perundang-undangan dapat lebih memberikan perlindungan kepada
yang tidak berkedudukan sama, mengatur materi konsumen di sektor jasa keuangan.

20
Yussy Adelina Mannas, “Upaya Keberatan atas Putusan PENUTUP
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Kesimpulan
Acara dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen”, Jurnal
Pertama, Pengaturan perlindungan konsumen di
Hukum Acara Perdata ADHAPER, Vol. 1 No. 1, Januari-Juni
2015, h. 93. sektor jasa keuangan dalam UUOJK pada dasarnya
21
Hanun Rahmaniar Helmi, “Eksistensi Badan Penyelesaian merupakan peraturan khusus yang mengatur mengenai
Sengketa Konsumen dalam Memutus Sengketa Konsumen di
22
Indonesia”, Jurnal Hukum Acara Perdata ADHAPER, Vol. 1 Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum, Cahaya Atma
No. 1, Januari-Juni 2015, h. 79. Pustaka, Yogyakarta, 2012, h. 55.

8
PERSPEKTIF
Volume XXI No. 1 Tahun 2016 Edisi Januari

perlindungan konsumen di sektor jasa keuangan. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Namun karena adanya perbedaan definisi konsumen Otoritas Jasa Keuangan.
dalam UUPK dan UUOJK maka secara umum UUPK Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1/
bukan merupakan lex generalis dari UUOJK. UUOJK POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen
dapat dipandang sebagai lex specialis dari UUPK Sektor Jasa Keuangan.
sepanjang mengenai konsumen dalam pengertian Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1/
konsumen menurut UUPK. Hal ini mengingat bahwa POJK.07/2014 tentang Lembaga Alternatif
tidak semua ketentuan dalam UUPK dapat diterapkan Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan.
bagi semua konsumen di sektor jasa keuangan, karena Kepmen Deperindag No. 350/MPP/Kep/12/2001
UUPK hanya melindungi konsumen dalam pengertian tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan
sebagai konsumen akhir. Penyelesaian Sengketa Konsumen.
Kedua, Perlindungan hukum terhadap konsumen
jasa keuangaan pasca pemberlakuan UUOJK dapat Buku:
mengacu pada UUPK dan/atau UUOJK. Bagi Mertokusumo, Sudikno, 2009, Penemuan Hukum:
konsumen di sektor jasa keuangan yang merupakan Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Liberty.
konsumen akhir sebagaimana dimaksud dalam _______, 2012, Teori Hukum, Yogyakarta: Cahaya
UUPK, maka konsumen mendapatkan perlindungan Atma Pustaka.
dari UUPK dan UUOJK beserta POJK. Sedangkan Miru, Ahmadi & Sutarman Yado, 2007, Hukum
bagi konsumen di sektor jasa keuangan yang bukan Perlindungan Konsumen, Jakarta: RajaGrafindo
merupakan konsumen akhir, maka konsumen di Persada.
sektor jasa keuangan tersebut hanya mendapatkan Shidarta, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen
perlindungan dari UUOJK dan POJK. Indonesia, Jakarta: Grasindo.
Shofie, Yusuf, 2003, Penyelesaian Sengketa
Rekomendasi Konsumen menurut Undang-Undang
Pertama, Bagi pihak-pihak terkait yakni OJK, Perlindungan Konsumen (UUPK), Bandung:
Direktorat Perlindungan Konsumen Kementerian Citra Aditya Bakti.
Perdagangan, dan Badan Perlindungan Konsumen Soekanto, Soejono & Sri Mamudji, 2006, Penelitian
Nasional (BPKN) sebaiknya melakukan sinkronisasi Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
dan harmonisasi terkait dengan pengaturan Jakarta: Rajawali Pers.
perlindungan konsumen di sektor jasa keuangan, Sutedi, Adrian, 2014, Aspek Hukum Otoritas Jasa
agar tercipta kepastian hukum bagi konsumen dan Keuangan, Jakarta: Raih Asa Sukses.
para pihak yang berkepentingan.
Kedua, Bagi konsumen di sektor jasa keuangan Jurnal:
yang merupakan konsumen akhir sebagaimana Fibrianti, Nurul, “Perlindungan Konsumen dalam
dimaksud dalam UUPK, dalam menuntut hak- Penyelesaian Sengketa Konsumen melalui
haknya sebaiknya menggunakan perangkat hukum Jalur Litigasi”, Jurnal Hukum Acara Perdata
UUPK maupun peraturan khusus dalam UUOJK ADHAPER, Vol. 1 No. 1, Januari-Juni 2015.
dan POJK. Hal ini mengingat bahwa UUPK telah Helmi, Hanun Rahmaniar, “Eksistensi Badan
memberikan kemudahan-kemudahan bagi konsumen Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam
dalam menuntut haknya. Selanjutnya konsumen juga Memutus Sengketa Konsumen di Indonesia”,
dapat menggunakan ketentuan-ketentuan khusus yang Jurnal Hukum Acara Perdata ADHAPER, Vol.
terdapat dalam UUOJK, maupun ketentuan dalam 1 No. 1, Januari-Juni 2015.
POJK. Mannas, Yussy Adelina, “Upaya Keberatan atas
Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
DAFTAR PUSTAKA ditinjau dari Hukum Acara dan Undang-Undang
Peraturan Perundang-Undangan: Perlindungan Konsumen”, Jurnal Hukum Acara
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perdata ADHAPER, Vol. 1 No. 1, Januari-Juni
Perlindungan Konsumen. 2015.

9
Suwandono, Implikasi Pemberlakuan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan ....

Satory, Agus , “Perjanjian Baku dan Perlindungan Internet:


Konsumen dalam Transaksi Bisnis Sektor Jasa http://www.ojk.go.id/id/kanal/edukasi-dan-
Keuangan: Penerapan dan Implementasinya di perlindungan-konsumen/Pages/Lembaga-
Indonesia”, Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum, Alternatif-Penyelesaian-Sengketa.aspx., diakses
Vol. 2 No. 2, Agustus 2015. tanggal 22 Desember 2015.

10

Anda mungkin juga menyukai