Anda di halaman 1dari 62

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PENGALIHAN TANGGUNG JAWAB

KEHILANGAN KENDARAAN PADA KARCIS PARKIR BERDASARKAN


PASAL 18 UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
(Studi kasus pengelolaan parkir di MTC Giant Panam)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

OLEH

PANDU ARIANDRY PUTRA


11327104638

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2019
ABSTRAK

Pandu Ariandry Putra,(2019): Tinjauan Hukum Terhadap Pengalihan


Tanggung Jawab Kehilangan Kendaraan
Pada Karcis Parkir Berdasarkan Pasal 18
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen (Studi
kasus pengelolaan parkir di MTC Giant
Panam)

Masalah dalam penelitian ini adalah pengalihan tanggung jawabpada


karcis parkirdi MTC Giant ,sedangkan hukum tidak membenarkan mengalihkan
tanggung jawab. Lokasi penelitian ini dilakukan di MTC Giant Panam.Tujuan
penulis meneliti masalah diatas adalahuntuk mengetahuipengalihan tanggung
jawab kehilangan kendaraan di dalam karcis MTC Giant Panam ditinjau menurut
Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, dan untuk
mengetahui tanggapan dari pimpinan pengelola parkirsebagai instasi penanggung
jawab dalam pengelolaan parkir di MTC Giant tentang pengalihan tanggung
jawab didalam karcis parkir di MTC Giant Panam.Jenis penelitian yang penulis
lakukan adalah penelitianhukum observasi atau sosiologis, Sedangkan sifat
penelitian adalah bersifat deskriftif. Dengan melakukan observasi ditempat
penelitian dilanjutkan dengan wawancara, dengan menggunakan teknik metode
induktif yakni, penyimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus kepada hal-hal yang
bersifat umum dengan menggunakan analisis data secara deskriptif kualitatif yaitu
analisis dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa pengalihan tanggung jawab
kehilangan kendaraan di dalam karcis MTC Giant Panam merupakan bertentangan
dengan pasal 18 UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen,
pengalihan tanggung jawab tersebut dapat dikenai sanksi sesuai ketentuan pasal
62 ayat (1) yaitu, bagi pihak yang melanggar ketentuan ini akan mendapatkan
sanksi pidana penjara paling lama lima (5) tahun dan denda paling banyak Rp
2.000.000,00 (dua miliar rupiah).
Sedangkan tanggapan dari pimpinan pengelola parkir mengenai tanggung
jawab di dalam karcis parkir MTC Giant Panam bahwa pengalihan tanggung
jawab merupakan perbuatan melawan hukum, dan tidak dibenarkan untuk
dilakukan oleh pengusaha pengelola parkir, karena tidak mempunyai dasar hukum
yang sah, pihaknya belum tau sama sekali penggunaan pada karcis parkir yang
mengalihkan tanggung jawab terhadap konsumen atas kehilangan dan kerusakan
pada kendaraan, dan selama ini belum ada pengaduan dari masyarakat
menyangkut masalah tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa pengelola usaha jasa parkir MTC Giant
Panamtelah melanggar peraturan perundang-undangan dan tidak mempunyai
dasar hukum yang sah berdasarkan analisis teori hukum perlindungan konsumen,
dan hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha dalam perjanjian atau
kontrak..

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,

dengan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

sehingga dapat dipersembahkan kepada pembaca yang budiman dan pembaca

yang cinta akan ilmu pengetahuan.

Dengan izin dan rahmat allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan judul “Tinjauan Hukum Terhadap Pengalihan Tanggung Jawab

Kehilangan Kendaraan Pada Karcis Parkir Berdasarkan Pasal 18 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 (Studi kasus pengelolaan parkir di MTC

Giant Panam)” merupakan karya ilmiah yang disusun untuk memenuhi sebagai

persyaratan untuk mencapai gelar sarjana hukum (SH) Fakultas Syari`ah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Selanjutnya dalam penulisan skripsi ini juga tidak luput dari bantuan serta

dukungan dari berbagai pihak. Terimakasih kepada orang tuaku tercinta yang

senantiasa memberikan yang terbaik untuk penelitian ini, pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Penghargaan yang setinggi-tingginya dan penghormatan yang setulus-

tulusnya untuk keluargaku tercinta, terutama orang tua ku ayahanda Alm

Widya Nelman Ibunda Yuniar Teti serta Kakanda Fitri Rahmadhini S, Pd

yang telah memberikan do’a, dukungan dan semangat yang tak terhingga

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan kepada seluruh

ii
Keluarga Besar Datok Djasam Rangkayo Sutan yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu.

2. Bapak Prof. Dr. H. Akhmad Mujahidin, S. Ag,. M. Ag ., selaku rektor UIN

Suska Riau beserta stafnya.

3. Bapak Dr. Drs. H. Hajar, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Syari`ah dan

Hukum, Bapak Dr. Drs. Heri Sunandar, Mcl, selaku Wakil Dekan I

Fakultas Syari`ah dan Hukum UIN Suska Riau. Bapak Dr. Wahidin, S.Ag,.

M.Ag., selaku Wakil Dekan II Fakultas Syari`ah dan Hukum UIN Suska

Riau. Bapak Dr. H. Maghfirah, M.A., selaku Wakil Dekan III Fakultas

Syari`ah dan Hukum UIN Suska Riau, serta Bapak Asril SH. MH selaku

Penasehat Akademik yang selalu membantu penulis dalam perkuliahan

maupun penyelesaian skripsi Penulis.

4. Bapak Firdaus,SH.,MH., selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum, dan

Bapak Muslim, S.Ag., SH., M.Hum., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Hukum.

5. Pembimbing penulis, bapak Syafrinaldy SH. MA. yang selalu

menyemangati dan memberikan masukan-masukan demi selesainya skripsi

penulis ini.

6. Bapak dan ibu dosen dan segenap staf akademik yang telah memberikan

jasa dan menyediakan waktu untuk penulis selama kuliah di Universitas

Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

7. Bapak kepala dan seluruh karyawan perpustakaan Universitas dan

Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri

iii
Sultan Syarif Kasim Riau yang memberikan pelayanan dan fasilitas yang

sangat berharga kepada penulis yang sangat membantu selama perkuliahan

berlangsung dan hingga penyelesaian skripsi penulis ini.

8. Kepada teman-teman tedekat penulis Putri Dwi Yulisa SH. MH , Radini

SH.MH , Tri Galuh SH, M. Nur Ikhsan SH , Mhd Zikri SH , Poppy

Permata Dita SH, Ervan SH, Erick SH, Ziyan Arini Tanjung yang telah

mensupport, dan meluangkan waktunya untuk penulis dalam penulian

Tugas Akhir ini.

9. Kepada semua teman-teman Ilmu Hukum angkatan 2013 yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas kebersamaannya selama

perkuliahan.

10. Dan kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih

banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun agar penulisan tugas akhir ini lebih baik lagi.

Semoga karya ini bermanfaat bagi yang membutuhkan dan memberikan

tambahan pengetahuan bagi pembaca.

11. Tidak terkecuali pada semua pihak yang telah memberi bantuan dan

motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik yang tidak

bisa disebutkan satu-persatu.

iv
Semoga Allah SWT meridhoi dan membalas semua kebaikan yang

telah diberikan kepada penulis, penulis berharap semoga skripsi ini dapat

menambah khasanah ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua,

dan menjadi amal shaleh di sisi Allah SWT. Aamiin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pekanbaru, 19 November 2019


Penulis

PANDU ARIANDRY PUTRA


11327104638

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Batasan Masalah ................................................................ 7
C. Rumusan Masalah .............................................................. 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 8
E. Metode Penelitian............................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ........................................................ 13

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


A. Sejarah MTC Giant Panam ................................................ 15
B. Visi Dan Misi MTC Giant Panam ...................................... 16
C. Struktur Organissasi MTC Giant Panam ............................ 19

BAB III TINJAUAN TEORITIS


A. Tinjauan Berdasarkan UU No 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen .................................................... 21
B. Hak Dan Kewajiban Pelaku Usaha ................................... 32
C. Tanggung Jawab Hukum .................................................... 34

vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Hukum Terhadap Pengalihan Tanggung Jawab
Kehilangan Kendaraan Pada Klausula Baku Karcis Parkir
studi terhadap pengelolaan parkir di MTC Giant Panam ... 37
B. Tanggapan Dari Pimpinan Perparkiran Sebagai
Penanggung Jawab Dalam Pengelolalan Parkir MTC
Giant Panam Tentang Pengalihan Tanggung Jawab Di
dalam Karcis Parkir ........................................................... 51

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................... 51
B. Saran .................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum sebagai perlindungan kepentingan manusia mempunyai tujuan,

adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang

tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan dalam artian hukum bertugas

membagi hak dan kewajiban dalam setiap hubungan hukum yang terjadi

antara para pihak, membagi-bagi wewenang dan mengatur cara memecahkan

masalah hukum serta memelihara kepastian hukum.1 berbagai hubungan

hukum dapat kita temui dalam kehidupan manusia sehari-hari mulai dari yang

bersifat sederhana, maupun sampai pada hal yang lebih komplek. Artinya

sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu berhubungan dengan manusia

lainya terutama dalam hubungan hukum, di samping ada yang berdimesi

kemanusiaan,sosial dan budaya.

Kota pekanbaru sendiri merupakan daerah otonom adalah kota yang

strategis bagi kegiatan bisnis baik bidang perdagangan maupun jasa, termasuk

bisnis pengelolaan parkir. Secara faktual, pembangunan di Kota Pekanbaru

terus berkembang, penduduknya terus bertambah diikuti dengan jumlah

kendaraan bermotor yang beroperasi di Kota Pekanbaru, karena itu bisnis jasa

pengelolaan parkir tersebut pasti sanat menjanjikan untuk terus mendapatkan

keuntungan, Saat ini tentang konsumen, secara tegas diatur pembatasan-

1
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press), hlm. 10-2005.

1
2

pembatasan hal yang dilarang bagi pelaku usaha, dalam rangka perlindungan

konsumen sejak berlakunya Undang-Undang Nomor.8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen yang lahir pada tanggal 20 April 1999 dan baru

berlaku pada tanggal 20 April 2000.2

Meskipun sejak lahirnya undang-undang tersebut masih menyisakan

berbagai persoalan yang merugikan konsumen, yang disebabkan oleh

persoalan internal, yang menyangkut :

1. Materi hukum merupakan kelemahan yang mendasar dari undang-undang

perlindungan konsumen, seperti ketiadaan stricliability, mekanisme

penyelesaian sengketa, dan penuntutan ganti rugi, standing to sue

2. Keberadaan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Lembaga

Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) dan Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK);

3. Kesiapan aparat; dan

4. Perilaku dan/atau kesadaran masyarakat

Sedangkan persoalan internal menyangkut pada keadaan sosial politik,

sosial, ekonomi, dan kultur masyarakat. Menghadapi dan menyelesaikan

masalah-masalah konsumen dari sisi hukum, maka dikeluarkannya undang-

undang perlindungan konsumen yang dapat mencegah dan melarang adanya

usaha yang beresiko menimbulkan kerugian bagi konsumen ketuka akan

menggunakan barang/jasa. meskipun sejak lahirnya undang-undang tersebut

masih menyisakan berbagai persoalan namun ada beberapa keuntungan atau

2
Taufik Yahya, Dwi, dan Firya, “Perlindungan Konsumen Atas Klausula Eksonerasi dalam
Perjanjian Jasa Perparkiran di Kota Jambi,” Majalah Hukum Forum Akademika, hlm. 35
3

kekuatan yang di kandung dalam undang-undang perlindungan konsumen,

yaitu :

1. Diakuinya hak konsumen sehingga memberikan posisi yang lebih kuat

bagi konsumen dalam hal perlindungan dan kepastian hukum.

2. Semangat peradilan yang mudah dan cepat (small claim court) bagi

kasus-kasus sengketa konsumen-produsen, selama ini konsumen dibuat

putus asa mengingat penyelesaian kasus yang berlarut-larut dan

menghabiskan waktu,energi dan uang.

3. Diperkenalkan tata cara gugatan perwakilan (class action) dalam kasus

atau persoalan konsumen, sehingga jalan bagi konsumen untuk mencari

keadilan secara berkelompok dalam persoalan yang melibatkan banyak

orang semakin terbuka.

Dalam implementasinya masih saja ada pihak-pihak yang

mengabaikan perlindungan konsumen, salah satunya adalah yang

mengalihkan tanggung jawab terhadap konsumen contohnya adalah pada

karcis parkir yang terjadi di MTC Giant Panam di Kota Pekanbaru, maka

cukup banyak pada tempat parkir dikelola oleh pihak lain dengan memberikan

surat perintah tugas dari dinas tersebut, yang diartikan bukan merupakan

borongan.3

Menurut Perda Nomor. 2 Tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan

dibidang Perhubungan Darat, objek retribusi parkir meliputi pelayanan

penyediaan fasilitas parkir pada lokasi parkir yang di tentukan dan disediakan

3
http://pekanbaru.bpk.go.id/?p=10068, Diakses Pada Hari Jumat 15 November 2019,
Pukul 15,00 Wib.
4

pemerintah daerah. Kata “meliputi” memberikan penegasan bahwa pelayanan

penyediaan fasilitas parkir adalah bagian yang tidak terpisahkan dari objek

retribusi parkir sebagaimana digariskan oleh perda tersebut.4 Salah satu

fasilitas parkir yang ada di Kota Pekanbaru, yang saat ini menjadi perhatian

penulis adalah parkir MTC Giant Panam, yang merupakan fasilitas parkir yang

disediakan oleh pemerintah Kota Pekanbaru. Pengelola parkir terebut

memberikan karcis kepada setiap konsumen pengguna jasa parkir tersebut.

Pada karcis tersebut terdapat pengalihan tanggung jawab, yang isinya

mengalihkan tanggung jawab pengelola jasa parkir itu, dengan redaksi sebagai

berikut :

“Kehilangan dan kerusakan kendaraan berikut isinya selama kendaraan

anda berada didalam lingkungan parkir tidak menjadi tanggung jawab

pengelola parkir”.

Meskipun tidak ada alasan orang untuk disebut awam tentang hukum,

karena ada asas perundang-undangan menyatakan “bahwa setiap orang

dianggap tahu akan undang-undang dan tidak dapat membela diri dengan

alasan tidak mengetahui akan undang-undang “iqnorantia legis excusat

neminem”.

Pengalihan tanggung jawab tersebut bukanlah suatu hal yang wajar,

akan tetapi merupakan perbuatan melawan hukum. Beberapa kasus pengalihan

tanggung jawab oleh pengelola jasa parkir yang menjadi sengketa di

4
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/KotaPekanbaru-2009-2.pdf, Diakses
Pada Hari Jumat 15 November 2019, Pukul 15,00 Wib.
5

pengadilan diantaranya telah berkekuatan hukum tetap, menyatakan

pengalihan tanggung jawab itu adalah merupakan perbuatan melawan hukum.

Dalam putusan Mahkamah Agung No.01 K/Per.Kons/2006,

Mahkamah Agung menyatakan, sebagai pihak yang dititip/pengelola parkir

dengan memungut bayaran harus bertanggung jawab atas hilangnya barang

yang dititipkan kepadanya. berdasarkan putusan-putusan Mahkamah Agung

tersebut, dapat diketahui hubungan hukum antara konsumen jasa parkir

dengan pihak pengelola parkir adalah perjanjian penitipan barang sehingga

pengelola harus mengganti barang yang dititipkan jika hilang. Pasal 1694

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) menyatakan penitipan

terjadi jika seseorang menerima barang dari orang lain, dengan syarat

penerima barang akan menyimpannya dan mengembalikannya dalam wujud

asalnya.

Karena pada prinsipnya usaha perparkiran adalah penitipan barang

sehingga sudah semestinya pengelolaan parkir seperti di MTC Giant Panam

tidak mengalihkan tanggung jawab, sebagaimana dinyatakan dalam klausula

baku yang tercantum pada setiap karcis parkir. sudah semestinya pemerintah

Kota Pekanbaru dapat melindungi kepentingan masyarakatnya selaku

konsumen pengguna jasa parkir.5

5
David M.L Tobing,Parkir Perlindungan Hukum Konsumen, (Jakarta: Timpani Agung),
hlm. 17- 2007
6

Pengalihan tanggung jawab yang di praktekan pengelola MTC Giant

Panam merupakan suatu fenomena hukum yang menarik untuk diteliti,

sehingga dapat diketahui mengapa hal tersebut masih terjadi, sedangkan

perkembangan hukum tidak dibenarkan mengalihkan tanggung jawab itu.

Sebagai contoh di daerah lain sudah melakukan perbaikan perdanya

terutama untuk mengganti rugi konsumen yang kehilangan kendaraan di

tempat parkir, seperti pemerintah kota bantul yang mana telah melindungi

kepentingan masyarakatnya melalui perdanya. dimana jika kehilangan di

tempat parkir tersebut pengelola parkir tersebut mengganti 100 persen. perda

tersebut sengaja dibuat untuk mengakomodasi apa yang mungkin terjadi

dilapangan,karena selain ganti rugi juga mengatur tidak boleh ada pungutan

liar,serta tarif parkir harus sesuai.

Apa yang telah terurai di atas, adalah hal yang menjadi latar belakang

masalah penelitian ini, artinya penulis menemukan sesuatu kesenjangan dan

fenomena hukum, sehingga dapat dikatakan layak untuk diteliti, dari uraian

latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul : Tinjauan Hukum Terhadap Pengalihan Tanggung Jawab

Kehilangan Kendaraan Pada Karcis Parkir Berdasarkan Pasal 18

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 (Studi kasus pengelolaan parkir

di MTC Giant Panam)


7

B. Batasan masalah

Untuk menghindari pemahaman serta penafsiran yang keliru serta

untuk memberikan arahan dalam penelitian ini, maka perlu kiranya penulis

memberikan batasan dalam penelitian ini yaitu tentang pengalihan tanggung

jawab terhadap kehilangan kendaraan pada karcis parkir di MTC Giant

Panam antara Tahun 2017-2018.

C. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengalihan tanggung jawab kehilangan kendaraan di dalam

karcis parkir MTC Giant Panam ditinjau beradasarkan Pasal 18 UU

Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen ?

2. Bagaimana tanggapan dari pimpinan parkir MTC Giant Panam terkait

tentang pengalihan tanggung jawab pada karcis parkir MTC Giant Panam?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka maksud dari tujuan

penelitian adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui tentang tinjauan pengalihan tanggung jawab

kehilangan kendaraan di dalam karcis parkir MTC Giant Panam

berdasarkan Undang-Undang Nomor.8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.
8

b. Untuk mengetahui tanggapan dari Pimpinan Parkir sebagai instansi

penanggung jawab dalam pengelolaan parkir di MTC Giant Panam.

2. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh hasil yang dapat

memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan baik secara

langsung maupun secara tidak langsung, diantaranya :

a. Prospektif akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan intelektual peneliti dalam pengembangan ilmu penelitian

khususnya di bidang ilmu hukum mengenai Analisa Hukum Terhadap

Pengalihan Tanggung Jawab Kehilangan Kendaraan Pada Karcis

Parkir Berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

b. Prespektif praktis, jika penelitian ini dianggap layak dapat menjadi

referensi dan sumbangan pemikiran bagi semua pihak terutama bagi

mahasiswa UIN Suska Riau.

c. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana hukum

Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim Riau.
9

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah Suatu cara yang digunakan dalam

penelitian sangatlah menentukan keberhasilan dalam suatu penelitian

sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian Dan Sifat Penelitian

Penelitian merupakan sesuatu pencarian terhadap masalah-masalah

yang akan dipecahkan.6 Jenis penelitian ini tergolong kepada penelitian

hukum observasi atau sosiologis. Sedangkan sifat penelitian adalah

bersifat deskriftif. Menurut Zainuddin Ali yang dimaksud dari deskriptif

ialah penelitian yang mengungkapkan peraturan dengan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan denga teori-teori hukum yang

menjadi objek penelitian.7

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap Pihak Pengelola Parkir di MTC

Giant Panam alamat JL. HR Soebrantas Km 12.5 Kecamatan Tampan

Kelurahan Simpang Baru Kota Pekanbaru pertimbangan penulis dalam

menjatuhkan pilihan terhadap lokasi ini adalah didasarkan pada fenomena

yang di jumpai pada salah pusat keramaian yakni adanya karcis parkir

yang memuat pengalihan tanggung jawab terhadap kehilangan kendaraan

oleh pihak pengelola jasa parkir.

6
Moh. Nazir, Metode penelitian, (Jakarta ,Ghalia Indonesia, 1998) hlm.13
7
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum. (Palu, SinarGrafika, 2009), hlm.105
10

3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.8 Populasi

dalam penelitian ini terdiri dari, pimpinan Pengelola jasa parkir MTC

Giant Panam Kota pekanbaru, Konsumen yang pernah mengalami

kehilangan kendaraan roda dua di area parkir MTC Giant Panam Kota

Pekanbaru tahun 2017-2018 berjumlah 10 orang.

Maka dari itu penulis mengambil sampel sebanyak 5 orang dengan

menggunakan metode purposive sampling. Karena jumlah dari masing-

masing populasi di atas dapat dikatakan sedikit, maka secara sensus

keseluruhannya penulis tetapkan menjadi sampel, menjadi sampel.untuk

lebih jelasnya mengenai keadaan populasi dan sampel Sedangkan populasi

konsumen pengguna jasa parkir MTC Giant Panam Kota Pekanbaru,

jumlahnya cukup banyak maka yang ditarik dalam penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel I.1
Populasi dan Sampel
No Responden Populasi Sampel Presentase
1 Kepala Pengelola Parkir 1 orang 1 orang 100%
2 Konsumen mengalami 10 orang 5 orang 50%
kehilangan kendaraan
dari Tahun 2017-2018
Jumlah 11 6 83%

8
Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 78
11

4. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis sumber data dalam penelitian ini dibagi kedalam dua

bagian yaitu sebagai berikut :

a. Data primer yaitu data yang penulis peroleh melalui secara langsung

dari sampel dari responden, penelitian dilakukan dengan wawancara

secara terstruktur dengan angket secara tertutup dengan responden.

b. Data sekunder yaitu data yang penulis peroleh bersumber dari hukum

yang relevan dengan permasalah yang diteliti, antara lain, UU Nomor

8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen serta kontrak

pengelolaan parkir.

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam

penelitian ini adalah :

a. Observasi

Yaitu teknik pengamatan yang merupakan suatu metode pengumpulan

data pada penelitian sosiologis.9 penulis mengadakan pengamatan

secara langsung kelapangan tentang objek penelitian dan hal-hal yang

berhubungan dengan penelitian.

b. Wawancara

Yaitu penulis mengadakan wawancara secara langsung dengan

Pimpinan Parkir parkir MTC Giant Panam dan Konsumen pengguna

9
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm.
67
12

Konsumen pengguna jasa parkir yang mengalami kehilangan

kendaraan antara tahun 2017-2018.

c. Studi kepustakaan

Yaitu penulis penulis mengambil buku-buku referensi yang ada

kaitannya dengan persoalan yang diteliti.

6. Analisis Data

Metode penelitian diperoleh dari wawancara dan observasi. Data

yang diperoleh dari hasil wawancara akan diolah dan disajikan dengan

cara menguraikan dalam bentuk rangkaian-rangkaian kalimat yang jelas,

singkat, dan rinci. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan

metode induktif yakni, penyimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus

kepada hal-hal yang bersifat umum. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan analisis data secara deskriptif kualitatif yaitu analisis

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan. Didalam penelitian

ini langkah pertama yang penulis lakukan adalah mengumpulkan data.

Data tersebut kemudian diolah dan seterusnya disajikan, selanjutnya

penulis membahas untuk membandingkan dengan buku-buku,

pendapat,serta perundang-undangan tentang hal yang bersangkutan.


13

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang akan di sajikan dalam penelitian ini terdiri

dari bab pertama sampai bab kelima, yaitu yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Di dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang latar

belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Dalam bab ini berisikan tentang uraian sejarah berdirinya MTC

Giant Panam tentang tinjauan umum lokasi penelitian

BAB III : TINJAUAN TEORI

Dalam bab ini di tuangkan mengenai tinjauan tentang teori

membahas tinjauan teori yang terdiri dari tinjauan pengertian

dan asas-asas hukum perjanjian hubungan,hak dan kewajiban

yang lahir dari suatu perjanjian menurut pandangan para ahli,

dan UU No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

BAB 1V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan memaparkan tentang tinjauan pengalihan

tanggung jawab kehilangan kendaraan di dalam karcis parkir

MTC Giant Panam berdasarkan Undang-Undang No. 8 tahun

1999 tentang Perlindungan konsumen.


14

Dan di bab ini memamparkan tanggapan dari pimpinan parkir

sebagai penanggung jawab tentang pengalihan tanggung jawab

di dalam karcis parkir.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
15

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Giant Hipermarket

Giant Hipermarket merupakan salah badan usaha pemasaran (ritel)

modern yang menawarkan berbagai macam barang kebutuhan rumah tangga

mulai dari peralatan rumah tangga, alat-alat elektronik sampai aneka bahan

makanan. Giant Hipermatket didirikan oleh dan menjadi bagian dari PT. Hero

Supermarket Tbk.10

Pada bulan Februari 1998 PT. Hero Supermarket mengadakan aliansi

strategis dengan Dairy Farm Hongkong, anggota Jardine Matheson. Jalinan

kerjasama ini juga diwujudkan dengan bergabungnya eksekutif Dairy Farm

dalam jajaran direksi dan komisaris PT. Hero Supermarket Tbk. Kerjasama

ini diwujudkan dalam bentuk kontribusi manajemen Dairy Farm

Intemasional ke dalam manajemen Hero.

Giant yang sukses sebelumnya dikembangkan di Malaysia dan

Singapura oleh Dairy Farm International, Dewasa ini Dairy Farm

International menguasai 37% saham PT. Hero Supermarket Tbk.

Berdasarkan keyakinan akan adanya kesamaan kultur dengan Malaysia, Hero

kemudian mengembangkan Giant di Indonesia. Dairy Farm sendiri hanya

memberikan dukungan teknis dalam pengembangan perusahaan Giant di

Indonesia. di Indonesia, pada tanggal 26 Juli 2002 Giant Hipermarket yang

10
Sumber Data Perusahaan Tahun 2013

15
16

pertama dibuka di Villa Melati Mas, Serpong-Tangerang. di Bogor, Giant

hipermarket berdiri sejak tanggal 25 Agustus 2006.

Bisnis retail terasa makin menggeliat di Pekanbaru. Sebuah pusat

perbelanjaan besar dan termurah di Asia. Pusat perbelanjaan tersebut adalah

hypermarket “Giant” yang merupakan pertama di Sumatera. Pada tanggal 26

bulan Februari 2008 Hypermarket Giant resmi dibuka di Kota Pekanbaru.

Dipilihnya Pekanbaru sebagai kota pertama di Sumatera, karena pihak

manajemen Giant menilai Riau memiliki perkembangan ekonomi yang sangat

pesat saat ini dan di masa mendatang, Hypermarket Giant MTC Pekanbaru

beralamat di Jalan H.R. Soebrantas, Km. 12,5 Kecamatan Tampan Kota

Pekanbaru Propinsi Riau. Hypermarket Giant menempati bangunan seluas

14.000 meter persegi yang berdekatan dengan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kota

Pekanbaru.

1. Visi Dan Misi Perusahaan

Giant Hypermarket menyatakan visi, misi dan falsafah perusahaan

dalam rumusan sebagai berikut :

Visi :

“Menjadi peritel terkemuka di Indonesia dalam segi penjualan dan

penciptaan nilai jangka panjang bagi pemegang saham”

Misi :

“Meningkatkan nilai investasi pemegang saham kami melalui

keberhasilan komersial dengan menarik pelanggan dan meningkatkan daya

saing yang mantap”


17

Falsafah :

“Mengutamakan service yang terbaik kepada pelanggan, selalu

menyediakan produk yang bermutu tinggi sesuai keinginan pelanggan,

bersama-sama menciptakan kesatuan manajemen yang sempurna”

1. Kegiatan Usaha

Giant Hypermarket Kota Pekanbaru menjalankan usaha retailing

dalam berbagai bentuk, seperti :

1. Food repacking, yaitu membungkus dalam kemasan kecil untuk berbagai

kebutuhan pokok dan makanan kering.

2. Instore bakery, yaitu sarana pembuatan dan penjualan berbagai jenis roti

dan kue.

3. Food processing, yaitu sarana pembuatan berbagai makanan olahan baik

setengah jadi maupun siap hidang langsung atau biasa disebut divisi

Read to Eat (RTE).

4. Fast food, yaitu bagian counter makanan Jepang, aneka sari buah dan

juice, mie ayam dan pancake.

3. Lingkungan Internal

Keadaan internal dari keseluruhan aspek usaha (organisasi, produksi

dan finansial, pemasaran) GH diberikan pada bag ian berikut ini :

1. Aspek Personalia

Giant Hipermarket sampai sekarang telah mempekerjakan 277 orang

yang terdiri dari 202 orang berjenis kelamin laki-Iaki dan 75 orang berjenis

kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan milai dari SMA/Sederajat


18

sampai sarjana. Penerimaan karyawan dilakukan bila perseroan akan

membuka gerai baru. Sistem penerimaan tenaga kerja yang diterapkan

menganut sistem open recruitment, dimana kesempatan dipublikasikan

melalui pengumuman lowongan pekerjaan pada Koran Riau Pos. Karyawan

yang berpotensi tinggi diikutkan dalam program On-Job-Training yang akan

membantu mereka berkembangan memenuhi standar ketrampilan dan

keahlian yang diperlukan. Semua kegiatan pelatihan dan pendidikan

karyawan dilakukan dipusat pelatihan dan pengembangan karir karyawan

atau Leaming and Career Development Centre (LCDC).

PT Hero Supermarket Tbk adalah perseroan pertama yang

memiliki sekolah khusus ritel. selain itu, perseroan bersama serikat

pekerja (Serikat PekerjaHero Supermarket/SPHS) telah mengadakan

perunding untuk mengatur dan melindungi hak serta kewajiban kedua.belah

pihak yang tercatat dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB). karyawan Giant

Hipermarket bekerja setiap hari dari hari Senin sampai Minggu. Jam kerja

yang berlaku di Giant adalah tujuh jam ditambah satu jam istirahat yang

terbagi menjadi dua shift. Jam kerja shift pertama (shift pagi) yaitu jam

06.00-14.00 WIB, sedangkan shift kedua (shift siang) dari jam 14.00-22.00

WlB. Pada event atau waktu-waktu tertentu seperti weekend, hari libur

nasional dan midnight sell diberlakukan kerja lembur. System pengupahan

terdiri dari upah tetap dan upah tidak tetap, selain itu para karyawan juga

mendapatkan asuransi dari asuransi kesehatan Allians.


19

5. Struktur Organisasi

Giant Hipermarket dalam menjalankan usahanya menggunakan

struktur organisasi berbentuk lini atau garis. proses departementalisasi

outlet toko diaasarkan pada fungsi dan produk yang ditangani. Sedangkan

wewenang pada toko adalah wewenang garis, staf dan fungsional. Giant

hypermarket pekanbaru dipimpin oleh seorang store Manager (manajer

toko.
STRUKTUR ORGANISASI
SWALAYAN GIANT PANAM PEKANBARU

Johan Store general


managerSatria
Sutikno M. AZIZ Amin Didik Cristiana DM Salessuport Ilham
DM Grocery DM GMS DM Fresh Store Admin

Store general manager


Amri Rahman Store general manager
StoreADH
general manager
Grocery 1 Store general manager herix adekStore general manager
fadillah Nora sofizanti Store general manager
SPY Fruit
Ocha Albert. P.H
Rani Noviurti Suwati HRD Manager
SPY Grocery
Store general 2
manager SPY Children
Store general
manager
Store general Store general
Rian hidayat afrizal Bayu Setiawan Store general manager
manager manager
Sales Asst Grocery1
Store general manager ADH Furnishing

Maria putra Emnovera


Sales Asst Grocery2 Store generalADH Food Wear
manager

Store general manager

20
Store general manager

2
BAB III

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Hukum Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen

1. Asas Dan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Rumusan

pengertian perlindungan konsumen yang terdapat dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) tersebut

cukup memadai. Kalimat yang menyatakan “segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum”, diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan

sewenang-wenang yang merugikan konsumen hanya untuk kepentingan pelaku

usaha11. Kesewenang-wenangan akan mengakibatkan ketidakpastian hukum.

Oleh karena itu, agar segala upaya memberikan jaminan akan kepastian hukum,

ukurannya secara kualitatif ditentukan dalam UUPK dan Undang-Undang lainnya

yang juga dimaksudkan masih berlaku untuk memberikan perlindungan terhadap

konsumen baik dalam bidang Hukum Privat (Perdata) maupun hukum publik

(Hukum Pidana dan Hukum Adminisrasi Negara) 12 . Meskipun Undang-Undang

ini disebut sebagai Undang-Undang Perlindungan Konsumen namun bukan berarti

kepentingan pelaku usaha tidak ikut menjadi perhatian karena keberadaan

perekonomian nasional banyak di tentukan oleh pelaku usaha. Hukum

11
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Kosumen, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2011. hlm. 1
12
Ibid., hlm. 2

21
22

perlindungan konsumen disebabkan oleh suatu alasan utama yang

dipandang sebagai penyebab lahirnya hukum tersebut, yaitu

perkembangan industri yang sangat cepat. Sebab tersebut telah melahirkan

suatu tujuan dalam pembentukan suatu kaidah hukum yang bertujuan

melindungi hak dan kepentingan konsumen. Masing-masing Undang-

Undang tentunya memiliki tujuan khususdalam bagian konsiderans dari

UUPK dapat dilihat bahwa peraturan ini dibuat atas dasar

pemikiran/pertimbangan.

Bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu

masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual dalam era

demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945,

Bahwa pembangunan perekonomian nasional pada era globalisasiharus

dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu menghasilkan

beraneka barang dan/atau jasa yang memiliki kandungan teknologi yang

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak dan sekaligus

mendapatkan kepastian atas barang dan/atau jasa yang diperoleh dari

perdagangan tanpa mengakibatkan kerugian konsumen.

Bahwa semakin terbukanya pasar nasional sebagai akibat dari

proses globalisasi harus tetap menjamin peningkatan kesejahteraan

masyarakat serta kepastian atas mutu, jumlah dan keamanan barang

dan/atau jasa yang diperolehnya di pasar. bahwa untuk meningkatkan

harkat dan martabat konsumen perlu meningkatkan kesadaran,

pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk


23

melindungi dirinya serta menumbuh kembangkan sikap pelaku usaha yang

bertanggungjawab.Berkaitan dengan dasar pemikiran pada konsiderans

UUPK seperti yang disebutkan di atas.

Ada sejumlah asas yang terkandung di dalam usaha memberikan

perlindungan hukum kepada konsumen. Asas-asas ini dapat ditemukan

pada Pasal 2 UUPK yang berbunyi: “Perlindungan konsumen berasaskan

manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan,dan keselamatan konsumen

serta kepastian hukum.”13 Achmad Ali mengatakan masing-masing

Undang-Undang memiliki tujuan khusus. Hal itu juga tampak dari

pengaturan Pasal 3 UUPK, yang mengatur tujuan khusus perlindungan

konsumen, sekaligus membedakan dengan tujuan sebagaimana

dikemukakan berkenaan dengan Pasal 2.14

Tujuan Perlindungan Konsumen menurut UUPK, yaitu:

a) Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan


kemandirian konsumen untuk melindungi diri.
b) Mengangkat harkat dan martabat konsumen
dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif
pemakaian dan/atau jasa.
c) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam
memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya
sebagai konsumen.
d) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang
mengandung unsur kepastian hukum dan
keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
e) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai
pentingnya perlindungan konsumen sehingga
tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab
dalam berusaha.

13
Abdul Hakim Barkatullah, Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoritis dan
Perkembangan Pemikiran, (FH Unlam Press, Banjarmasin, 2008), hlm.96
14
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Kosumen , hlm. 34
24

f) Meningkatkan kualitas barang dan/jasa yang


menjamin kelangsungan usaha produksi barang
dan/jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.15

Pasal 3 UUPK ini, merupakan isi pembangunan nasional

sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 sebelumnya, karena tujuan

perlindungan konsumen yang ada itu merupakan sasaran akhir yang harus

dicapai dalam pelaksanaan pembangunan di bidang hukum perlindungan

konsumen.16

2. Pihak-pihak Dalam Perlindungan Konsumen

a. Konsumen

Istilah konsumen sendiri berasal dari istilah asing, Inggris

consumer, dan Belanda consument, yang secara harfiah dapat diartikan

sebagai orang atau perusahaan yang membeli barang tertentu atau

menggunakan jasa tertentu atau sesuatu/seseorang yang menggunakan

suatu persediaan atau sejumlah barang. ada juga yang mengartikan setiap

orang yang mengunakan barang atau jasa.17

Sementara pengertian konsumen menurut Pasal 1 ayat 2 UUPK,

konsumen adalah setiap orang yang memakai barang dan/atau jasa yang

tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,

15
Lihat Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
LN No. 42 Tahun 1999. TLN No. 3821
16
Ahmadi Miru dan Sutarma Yodo, Loc.Cit
17
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Op.Cit, hlm.5
25

orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan,

berdasarkan pengertian di atas subjek yang disebutkan sebagai konsumen

berarti setiap orang yang berstatus sebagai pemakai barangdan/atau jasa.

akan tetapi yang dapat dikualifikasikan sebagai konsumen sesungguhnya

tidak hanya terbatas pada subjek hukum yang disebut “orang” melainkan

masih ada subjek lain yang juga dapat disebut sebagai konsumen yaitu

badan hukum.18

c. Pelaku Usaha

Pelaku usaha merupakan istilah yuridis dari produsen. istilah

produsen berasal dari bahasa Belanda yakni producent dan dari bahasa

Inggris producer yang artinya adalah penghasil. Batasan mengenai apa

yang dimaksud dengan pelaku usaha dapat dilihat pada Pasal 1 ayat 3

UUPK yaitu :

Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha,

baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang

didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah

hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama

melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai

bidang ekonomi.

Selain itu, dalam pengertian pelaku usaha, di dalamnya juga

termasuk pembuat, grosir, leveransir, dan pengecer profesional, yaitusetiap

orang atau badan yang ikut serta dalam penyediaan barang dan jasa hingga

18
Makhluk hidup lain di dalam hukum bukanlah subjek hukum
26

sampai ke tangan kosumen, dimana sifat profesional merupakan syarat

mutlak dalam hal menuntut tanggung jawab pelaku usaha. Sebagai

penyelenggara kegiatan usaha, pelaku usaha adalah pihak yang harus

bertanggung jawab atas akibat kibat negatif berupa kerugian yang

ditimbulkan oleh usahanya terhadap pihak konsumen.19

d. Pemerintah

Dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin pesat, dalam usaha

perlindungan konsumen diperlukan suatu standardisasi dan sertifikasi yang

maksimal, disinilah diperlukan adanya peran aktif Pemerintah dalam

membuat, menyesuaikan, dan mengawasi pelaksanaan peraturan yang

berlaku.

Sesuai dengan prinsip pembangunan yang antara lain menyatakan

bahwa pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dengan

Pemerintah dan karena itu menjadi tanggung jawab bersama pula, maka

melalui pengaturan dan pengendalian oleh pemerintah, tujuan

pembangunan nasional dapat dicapai dengan baik. Upaya Pemerintah

untuk melindungi konsumen dari produk yang merugikan dapat

dilaksanakan dengan cara mengatur, mengawasi, serta mengendalikan

produksi, distribusi, dan peredaran produk sehingga konsumen tidak

dirugikan. berdasarkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dan kebijaksanaan

19
Agnes M. Toar, Tanggung Jawab Produk, Sejarah dan Perkembangannnya di Berbagai
Negara, (DKIH: Indonesia-Belanda, Ujung Pandang, 2008), hlm. 2
27

yang akan dilaksanakan, maka langkah-langkah yang dapat ditempuh

pemerintah.20

Adapun yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan melakukan

egistrasi dan penilaian, pengawasan produksi, pengawasan distribusi,

pembinaan dan pengembangan usaha, peningkatan dan pengembangan

prasarana dan tenaga peranan pemerintah di atas harus dijalankan secara

berkelanjutan agar tercipta suatu lingkungan usaha yang sehat, pengusaha

yang bertanggung jawab, serta pasar yang kompetitif dengan berangsur-

angsur menghilangkan monopoli dan proteksi.21

3. Hak dan Kewajiban Konsumen Serta Pelaku Usaha

Konsumen dan pelaku usaha mempunyai hubungan hukum setiap

hubungan hukum yang diciptakan oleh hukum selalu mempunyai dua segi

yang isinya disatu pihak hak tidak ada hak tanpa kewajiban, sebaliknya

tidak ada kewajiban tanpa hak.22 Pada hakikatnya hak adalah hubungan

antara subyek hukum dengan obyek hukum, atau subyek hukum dengan

subyek hukum lainnya yang dilindungi oleh hukum dan menimbulkan

kewajiban.23

1. Hak-hak Konsumen

20
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2006), hlm. 24
21
Syahrir, Deregulasi Ekonomi Sebagai Jalan Keluar Peningkatan Perhatian Terhadap
Kepentingan Konsumen, Makalah pada Seminar Nasional Upaya Peningkatan Perlindungan
Konsumen, (YLKI-CESDA-LP3ES-, Jakarta. 11 Mei 1993), hlm. 36
22
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, (Liberty : Yogyakarta,
2003), hlm.41
23
Ibid, hlm. 49
28

a. Hak-hak konsumen menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8

tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah sebagai

berikut :

b. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengonsumsi barang dan/atau jasa.

c. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan

barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan

kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

d. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa Hak untuk didengar

pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakan.

e. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

f. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur

g. Serta tidak diskriminatif.

h. Hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi, dan/atau

penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak

i. sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

j. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang

k. undangan lainnya.

Hak-hak konsumen sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 UUPK

di atas lebih luas daripada hak-hak konsumen sebagaimana pertama kali


29

dikemukakan oleh Presiden Amerika Serikat John. F. Kennedy di depan

kongres pada tanggal 15 Maret 1962, yaitu terdiri atas :24

Hak memperoleh keamanan, hak memilih, hak mendapat informasi,

dan hak untuk didengar. Keempat hak tersebut merupakan bagian dari

deklarasi hak asasi manusia yang dicanangkan PBB pada tanggal 10

Desember 1948.

Masing-masing pada Pasal 3, 8, 19, 21 dan Pasal 26, yang oleh

Organisasi Konsumen Sedunia (International Organization of Consumers

Union-IOCU) ditambah empat hak dasar konsumen lainnya, yaitu, hak

untuk memperoleh kebutuhan hidup, hak untuk memperoleh ganti rugi,

hak untuk memperoleh pendidikan konsumen, hak untuk memperoleh

lingkungan hidup yang bersih dan sehat.25

e. Kewajiban Konsumen

Pasal 5 UU Nomor 8 tahun 1999 mengatur kewajiban konsumen,

yaitu, membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur

pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan

keselamatan, Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang

dan/atau jasa, membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati,

mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen

secara patut.26

24
Mariam Darus, Perlindungan Terhadap Konsumen Ditinjau dari Standar Kontrak (Baku)
, Makalah pada Simposium Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen, (BPHNBina cipta), hlm
61
25
C. Tantri Dkk, Gerakan Organisasi Konsumen, Seri Panduan Konsumen, (YLKIThe Asia
Foundation, Jakarta, 1995), hlm. 22-24
26
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Op.Cit. hlm. 47
30

Baru bermula pada saat melakukan transaksi dengan produsen.

Berbeda dengan pelaku usaha di mana kemungkinan merugikan konsumen

kewajiban pertama di atas adalah penting karena seringkali pelaku usaha

telah memberikan peringatan atau petunjuk secara jelas pada suatu produk,

namun konsumen tidak mengikuti petunjuk tersebut.

Oleh karena itu, peraturan ini memberikan konsekuensi pelaku

usaha tidakbertanggung jawab jika konsumen yang bersangkutan

mengabaikan petunjuk tersebut. dalam hal kewajiban beritikad baik, hanya

tertuju pada transaksi pembelian barang dan/atau jasa. hal ini karena bagi

konsumen, kemungkinan untuk dapat merugikan produsen dimulai sejak

barang dirancang diproduksi oleh produsen (pelaku usaha).27

4. Perbuatan Melawan Hukum

Istilah perbuatan melawan hukum berasal dari bahasa Belanda

disebut dengan istilah (onrechmatige daad) atau dalam bahasa inggris

disebut tort. Kata (tort) berkembang sedemikian rupa sehingga berarti

kesalahan perdata yang bukan dari wanprestasi kontrak. Kata (tort)

berasal dari bahasa latin (orquer) atau (tortus) dalam bahasa Prancis,

seperti kata (wrong) berasal dari bahasa Prancis (wrung) yang berarti

kesalahan atau kerugian (injury).

27
Ibid, hlm. 49
31

Pada prinsipnya, tujuan dibentuknya sistem hukum yang kemudian

dikenal dengan perbutan melawan hukum tersebut adalah untuk dapat

tercapai sperti apa yang disebut oleh pribahasa latin, yaitu (juris

praecepta sunt haec honeste vivere, alterum non leadere, suum cuque

tribune) artinya semboyan hukum adalah hidup secara jujur, tidak

merugikan orang lain dan memberikan orang lain haknya. Sebelum

tahun 1919 yang dimaksud perbuatan melawan hukum adalah perbuatan

yang melanggar peraturan tertulis. Namun sejak tahun 1919 berdasar

Arrest HR 31 Januari 1919 dalam perkara Cohen melawan Lindenbaum,

maka yang dimaksud perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang

melanggar hak orang lain, hukum tertulis dan hukum tidak tertulis,

kewajiban hukum serta kepatutan dan kesusilaanyang diterima di

masyarakat.28

Menurut Munir Faudy, perbuatan melawan hukum adalah

sebagai suatu kumpulan dari prinsip-prinsip hukum yang bertujuan

untuk mengontrol atau mengatur perilaku bahaya, untuk memberikan

tanggung jawab atas suatu kerugian yang terbit dari interaksi sosial, dan

untuk menyediakan ganti rugi terhadap korban dengan suatu gugatan

yang tepat.29

28
Abdulkadir Muhammad, Op.cit, hlm. 511

29
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002,
hlm.3
32

B. Hak Dan Kewajiban Pelaku Usaha

1. Hak Pelaku Usaha

Pasal 6 UU Nomor 8 tahun 1999 mengatur hak pelaku usaha,

yaitu: hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan, hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari

tindakan konsumen yang beritikad buruk, hak untuk melakukan pembelaan

diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen, hak

untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum, hak untuk

rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum, dan hak-hak yang

diatur dalam ketentuan peraturan perundan-undangan lainya.30

Hak pelaku usaha untuk menerima pembayaran sesuai dengan

kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan,

menunjukkan bahwa pelaku usaha tidak dapat menuntut lebih banyak jika

kondisi barang dan/atau jasa yang diberikan kepada konsumen

tidak/kurang memadai menurut harga yang berlaku pada umumnya atas

barang dan/atau jasa yang sama. dalam praktik, jika suatu produk yang

kualitasnya lebih rendah dari produk yang serupa, maka para pihak

menyepakati harga yang lebih murah. dengan demikian yang dipentingkan

dalam hal ini adalah harga yang wajar. menyangkut hak pelaku usaha

lainnya, sesungguhnya merupakan hak-hak yang lebih banyak

berhubungan dengan pihak aparat pemerintah dan/atau badan penyelesaian

30
Ibid, hlm. 50
33

sengketa konsumen/pengadilan dalam tugasnya melakukan penyelesaian

sengketa. melalui hak-hak tersebut diharapkan perlindungan konsumen

tidak mengabaikan kepentingan pelaku usaha. kewajiban konsumen dan

hak-hak pelaku usaha yang disebutkan pada huruf b, c, dan d di atas

adalah kewajiban konsumen mengikuti upaya penyelesaian sebagaimana

disebutkan sebelumnya.31

2. Kewajiban Pelaku Usaha

Pasal 7 UU Nomor 8 tahun 1999 mengatur kewajiban pelaku

usaha, yaitu: Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya,

memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,

perbaikan dan pemeliharaan. memperlakukan atau melayani konsumen

secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa

yang berlaku. memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji

dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan

dan/atau yang diperdagangkan. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan

pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan. memberi

31
Abdul Halim Barkatullah, Op.Cit., hlm. 37
34

kompensasi ganti rugi dan/atau jasa penggantian apabila barang dan/jasa

yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Begitu pentingnya suatu itikad baik sehingga dalam sebuah

perjanjian para pihak di dalamnya harus mempunyai itikad baik.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa kewajiban-kewajiban tersebut merupakan

manifestasi hak konsumen dalam sisi lain yang ”ditargetkan” untuk

menciptakan ”budaya” tanggung jawab pada diri pelaku usaha.32

C. Tangung Jawab Hukum

1. Tangung Jawab Hukum

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanggung jawab adalah

kewajiban menanggung segala sesuatunya bila terjadi apa-apa boleh dituntut,

dipersalahkan, dan diperkarakan. Dalam kamus hukum, tanggung jawab

adalah suatu keseharusan bagi seseorang untuk melaksanakan apa yang telah

diwajibkan kepadanya.33

Selanjutnya menurut Titik Triwulan pertanggung jawaban harus

mempunyai dasar, yaitu hal yang menyebabkan timbulnya hak hukum bagi

seorang untuk menuntut orang lain sekaligus berupa hal yang melahirkan

kewajiban hukum orang lain untuk memberi pertanggungjawabannya. Prinsip

tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (liability based on fault) ini

32
Abdul Halim Barkatullah, Loc.Cit., hlm. 39
33
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005, Hlm. 28
35

adalah prinsip yang berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam Kitab

Undang-undang Hukum Perdata, khususnya pasal 1365, 1366, dan 1367,

prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan seseorang baru dapat

dimintakan pertanggungjawaban secara hukum jika ada unsur kesalahan yang

dilakukannya. Pasal 1365 KUHPerdata, yang lazim dikenal sebagai pasal

tentang perbuatan melanggar hukum, mengharuskan terpenuhi empat unsur

pokok, yaitu adanya perbuatan, adanya unsur kesalahan, adanya kerugian yang

diderita, dan adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dengan kerugian.34

Prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab (presumption of liability

principle) menyatakan, tergugat dianggap selalu bertanggung jawab, sampai

pelaku usaha dapat membuktikan ada pada si tergugat. Saat ini, beban

pembuktian terbalik (omkering van bewijslast) masih dapat diterima dengan

prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab. Dasar pemikiran dari teori

pembalikan beban pembuktian adalah seseorang yang dianggap bersalah,

sampai yang bersangkutan dapat membuktikan sebaliknya. Hal ini tentu

bertentangan dengan asas hukum praduga tidak bersalah (presumption of

innocence) yang lazim dikenal dalam hukum.

Namun, jika diterapkan dalam kasus konsumen akan tampak, asas

demikian cukup relevan. Jika digunakan teori ini, maka yang berkewajiban

untuk membuktikan kesalahan itu ada dipihak pelaku usaha yang digugat.

Tergugat ini yang harus menghadirkan bukti-bukti, dirinya tidak bersalah.

Tentu saja konsumen tidak lalu berarti dapat sekehendak hati mengajukan

34
Shidarta, Hukum Perlindungan Kosumen, Jakarta: Grasindo, hlm. 59
36

gugatan. Posisi konsumen sebagai penggugat selalu terbuka untuk digugat

balik oleh pelaku usaha, jika ia gagal menunjukkan kesalahan tergugat.35

35
Ibid., hlm. 61
37

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis maka penulis mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengalihan tanggung jawab kehilangan kendaraan di dalam karcis MTC

Giant Panam merupakan bertentangan dengan pasal 18 UU No. 8 tahun

1999 tentang perlindungan konsumen, pengalihan tanggung jawab

tersebut dapat dikenai sanksi sesuai ketentuan pasal 62 ayat (1) yaitu, bagi

pihak yang melanggar ketentuan ini akan mendapatkan sanksi pidana

penjara paling lama lima (5) tahun dan denda paling banyak Rp

2.000.000,00 (dua miliar rupiah). dengan demikian pengalihan tanggung

jawab dalam parkir MTC Giant Panam tidak dapat dikatakan hal yang

biasa melainkan perbuatan melanggar hukum yang serius. tetapi dalam

kenyataanya pihak pengelola parkir MTC Giant Panam tidak

mengindahkan pada peraturan yang ada.

2. Tanggapan dari Pimpinan pengelola parkir sebagai instasi penanggung

jawab dalam pengelolaan parkir di MTC Giant tentang pengalihan

tanggung jawab didalam karcis parkir MTC Giant Panam bahwa

pengalihan tanggung jawab merupakan perbuatan melawan hukum, dan

tidak dibenarkan untuk dilakukan oleh pengelola parkir, karena tidak

mempunyai dasar hukum yang sah, dan selama ini belum ada pengaduan

dari masyarakat (konsumen).

51
52
38

B. Saran

Berdasarkan penelitian penulis, maka adapun saran yang dapat penulis

berikan yaitu :

1. Selaku pembuat aturan pemerintah diharapkan lebih tegas dalam

menjalankan peraturan yang telah ada, dan membuat peraturan perundang-

undangan pengalihan tanggung jawab kehilangan kendaraan di dalam

karcis dan merevisi undang-undang yang telah berlaku.

2. Pemerintah harus lebih tegas dalam menjalankan peraturan yang ada,

menindak oknum-oknum usaha jasa parkir yang menyalahi aturan,

mengayomi dan membina pelaku usaha parkir, serta memberikan

sosialisasi kepada masyarakat (konsumen) tentang ruang lingkup dan

fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abdul Hakim Barkatullah, Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoritis dan


Perkembangan Pemikiran, FH Unlam Press, Banjarmasin, 2008

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Kosumen , Jakarta:


Intermasa. 2002

Agnes M. Toar, Tanggung Jawab Produk, Sejarah dan Perkembangannnya di


Berbagai Negara, DKIH: Indonesia-Belanda, Ujung Pandang, 2008.

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta : Sinar Grafika,


2008.

C. Tantri Dkk, Gerakan Organisasi Konsumen, Seri Panduan Konsumen,


YLKIThe Asia Foundation, Jakarta, 1995.

David M.L Tobing, Parkir Perlindungan Hukum Konsumen, Jakarta : Timpani


Agung
Fuady, Munir. Perbuatan Melawan Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
2002.

Hondius, E.H, Standaard voorwaarden, Proefschrift : Kluwer Deventer, 1978.

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT. Citra Aditya


Bakti, Bandung, 2006.

Kristie Agustina, Penggunaan Layanan Parkir Terhadap Pengguna Klausula


Baku Dalam Karcis Berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen Di Jakarta, Tesisi Magester Hukum
Universitas Indonesia, 2010.

Mariam Darus, Perlindungan Terhadap Konsumen Ditinjau dari Standar Kontrak


(Baku), Makalah pada Simposium Aspek-Aspek Hukum Perlindungan
Konsumen, BPHNBina cipta, 2010.

Moh. Nazir, Metode penelitian, Jakarta ,Ghalia Indonesia, 1998.

Munir Fuady, Hukum Kontrak “Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis”, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2007.

Syahrir, Deregulasi Ekonomi Sebagai Jalan Keluar Peningkatan Perhatian


Terhadap Kepentingan Konsumen, Makalah pada Seminar Nasional
Upaya Peningkatan Perlindungan Konsumen, YLKI-CESDA-LP3ES-,
Jakarta. 11 Mei 1993.
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Liberty :
Yogyakarta, 2003.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Penerbit Universitas


Indonesia UI-Press, 2012.

Taufik Yahya, Dwi, dan Firya, Perlindungan Konsumen Atas Klausula


Eksonerasi dalam Perjanjian Jasa Perparkiran di Kota Jambi, Majalah
Hukum Forum Akademika 2010.

Sluyter, H.J, Standaard Contracten, Kluwer Deventer, 1972.


Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani. Hukum Tentang Perlindungan
Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2003.

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum. Palu : SinarGrafika, 2009

Undang-undang :

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-undang Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999 Pasal 1 ayat 10.

peraturan Daerah Kota Pekanbaru No 3 tahun 2009 tentang retribusi pelayanan


dibidang perhuungan darat.

Putusan Mahkamah Agung, perkara No. 3416K/1985 jo perkara No.


19/1983/pdt/P.T.Y jo perkara No. 1/1982/pdt/g/PN.Slm.

Internet :

http://pekanbaru.bpk.go.id/?p=10068, Diakses Pada Hari Jumat 15 November


2019, Pukul 15,00 Wib.

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2009/KotaPekanbaru-2009-2.pdf,
Diakses Pada Hari Jumat 15 November 2019, Pukul 15,00 Wib.
Daftar Wawancara :

Wawancara Dengan Johan satria, Store general manager GMT Giant Panam, pada
tanggal 5 November 2019, Jam 10,00 Wib.

Wawancara Dengan Ilham, pihak pengelola Store admin GMT Giant Panam, pada
tanggal 10 November 2019, Jam 9,00 Wib.
DATA WAWANCARA DENGAN KONSUMEN PENGGUNA JASA PARKIR

Informan 1
Nama lengkap : Johan Satria
Jenis Kelamin / Usia : Laki-Laki / 39 th
Pendidikan : S1
Profesi : Store General Manager
Alamat : Jl. Kaharudin Nasution, Simp.Tiga

Informan 2
Nama lengkap : Putri Rahmadhini
Jenis Kelamin / Usia : Perempuan / 27 th
Pendidikan : S1
Profesi : Marketing
Alamat : Jl. Rumbai Pesisir No.17

Informan 3
Nama lengkap : Agus Suprapto
Jenis Kelamin / Usia : Laki - Laki / 56 th
Pendidikan : SMA
Profesi : Wirausaha
Alamat : Jl.Sepakat No.59

Informan 4
Nama lengkap : Pratiwi Herman
Jenis Kelamin / Usia : Perempuan / 26 th
Pendidikan : S1
Profesi : Wirausaha
Alamat : Jl. Paus No.16

Informan 4
Nama lengkap : Sri Istianingtyas Putri
Jenis Kelamin / Usia : Perempuan / 22 th
Pendidikan : Mahasiswi
Profesi : Mahasiswi
Alamat : Jl. Balam Sukajadi No 104 Pekanbaru

Informan 4
Nama lengkap : Ina Maharani
Jenis Kelamin / Usia : Perempuan / 40 th
Pendidikan : SMA
Profesi : IRT
Alamat : Jl. Garuda Sakti KM.4 No 38 Pekanbaru
DAFTAR WAWANCARA

A. Wawancara bersama Konsumen Pengguna Jasa Parkir MTC Giant

1. Bagaimanakah penanggung jawaban dalam pengelolaan parkir di MTC Giant


panam terhadap kehilangan dan kerusakan kendaraan konsumen/pengunjung ?
2. Apa yang dilakukan pihak pengelola parkir MTC Giant Panam jika terjadi
kehilangan dan kerusakan pada kendaraan konsumen/pengunjung ?
3. Apakah pengelola parkir MTC Giant Panam menjalankan tugas pernah terjadi
kasus kehilangan dan kerusakan kendaraan konsumen/pengunjung ?

B. Wawancara bersama Pimpinan Perparkiran MTC Giant Panam

1. Bagaimana menurut saudara terhadap pengalihan tanggung jawab dalam


pengelolaan parkir jika terjadi kehilangan dan kerusakan pada kendaraan
konsumen/pengunjung ?
2. Apa ada laporan selama ini terkait kehilangan dan kerusakan pada kendaraan
konsumen/pengunjung di areal parkir MTC Giant Panam?
3. Apa ada soaialisasi dan bimbingan dari dinas perhubungan kepada pengelola
parkir selama ini ?
DATA DOKUMENTASI

Foto Dokumentasi 1: Suasana MTC Giant Panam Pekanbaru

Foto Dokumentasi 2: Lahan Depan MTC Giant Panam


Foto Dokumentasi 3: Bagian Lahan Parkir MTC Giant Panam
BIOGRAFI PENULIS

Pandu Ariandry Putra lahir di Pekanbaru 17 Juni 1995,

anak dari ayahanda Alm. Widya Nelman dan Ibunda

Yuniar Teti, dan merupakan anak Kedua dari 4 (empat)

bersaudara. Mengawali pendidikan dasar di SD Negeri 006

Pekanbaru, selesai pada Tahun 2007 kemudian melanjutkan

ke SMP N 08 Pekanbaru selesai pada tahun 2010, setelah

itu dilanjutkan ke SMA N 02 Tambang selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2013

penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Riau dengan jurusan Ilmu Hukum di Fakultas Syariah dan Hukum. Selama

dibangku perkuliahan penulis, melaksanakan kegiatan magang di awal tahun 2016

di Kator Badan Pertanahan Nasional BPN Pekanbaru dan tercatat sebagai

mahasiswa magang terbaik dikantor tersebut. Dilanjutkan dengan kegiatan Kuliah

Kerja Nyata (KKN) di desa Bangun Sari Kec Kampar Kiri. Pada tahun 2017

penulis menyelesaikan pendidikan di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim Riau dengan judul skripsi: “Tinjauan Hukum Terhadap Pengalihan

Tanggung Jawab Kehilangan Kendaraan Pada Karcis Parkir Berdasarkan

Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen (Studi kasus pengelolaan parkir di MTC Giant Panam)”. Penulis

dinyatakan lulus pada tanggal 09 Desember 2019 dengan predikat B dan

menyandang gelar Sarjana Hukum (SH).

MOTTO HIDUP

“Change You’re Mind And Then You Can Change World”

(Ubah FikiranMu Dan Kamu Dapat Mengubah Dunia)

Anda mungkin juga menyukai