Budaya Positif
Budaya Positif
murid, kita juga perlu menyajikan suasana yg nyaman dan menyenangkan disekolah
Dalam menuntun perilaku anak agar memiliki budi pekerti yang luhur dan mulia
maka seorang pendidik dapat membimbing anak melalui berbagai cara dan metode
atau pendekatan, baik dengan menggunakan panca indera maupun dengan
permainan anak-anak, karena dengan permainan yang sesuai dapat memberikan
kegembiraan bagi anak, atau dengan kata lain mendidik sama artinya dengan
menuntun dengan pola pembelajaran yang menyenangkan dan pendidikan yang
berpihak pada anak.
Agar tujuan utama pendidikan tersebut dapat tercapai dan Profil Pelajar Pancasila
yang diharapkan dapat terwujud pada tiap anak Indonesia, maka sebagi pendidik
tentunya berupaya melakukan tugas sesuai dengan semboyan pendidikan yang
diajarkan oleh KHD yaitu ” Ing Ngarso sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut
Wuri Handayani.”
Sesuai dengan konsep pemikiran dari bapak Ki Hajar Dewantara bahwa seorang
pendidik itu harus dapat menuntun anak sesuai dengan kodrat alam dan kodrat
zamannya sehingga anak dapat memiliki watak atau karakter yang baik dan pada
akhirnya dapat membentuk perilaku yang baik pula. Dalam menuntun budi pekerti
anak, maka sebagai pendidik perlu berupaya menuntun anak dengan menerapkan
budaya positif di sekolah.
a. Disiplin Positif
Dalam menanamkan disiplin positif kepada anak sebaiknya dimulai dari diri anak
sendiri dengan pembiasaan disiplin diri dan disiplin waktu. Sebagai seorang guru
yang diharapkan menjadi pemimpin pembelajaran dapat memberikan keteladanan
terlebih dahulu kepada anak sehingga dengan sendirinya anak menyadari dan dapat
membiasakan diri untuk dapat berdisiplin diri maupun disiplin waktu.
Merupakan suatu posisi yang dapat digunakan oleh guru dalam memantau budaya
positif terhadap anak, khususnya dalam penanaman disiplin apakah sudah
sesuai/efektif atau belum serta menjadi referensi guru dalam menyelesaikan
masalah yang muncul di sekolah. Posisi kontrol guru antara lain sebagi Penghukum,
Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer. Idealnya sebagai guru
dapat menenmpatkan diri di posisi kontrol sebagai manajer dalam menyelesaikan
permaslahan di sekolah.
Sebagai guru dan murid merupakan pribadi yang unik dan tentunya sebagai
manusia, memiliki kebutuhan dasar yang harus terpenuhi. Kita menyadari bahwa
apabila salah satu kebutuhan tidak terpenuhi maka dapat saja menjadi suatu konflik
dan menimbulkan permasalahan. Kebutuhan dasar manusia diantaranya adalah
bertahan hidup, cinta dan kasih sayang, penguasaan, kebebasan dan kesenangan.
d. Keyakian Kelas
Keyakinan Kelas hampir sama dengan kesefakatan kelas atau peraturan kelas yang
dibuat di kelas maupun di sekolah. Hanya saja dalam penyusunan keyakinan kelas
perlu mengutamakan kolaborasi dengan siswa sehingga keyakinan kelas yang
dibuat bersama dapat dilaksanakan secara konsisten dan sesuai dengan komitmen
bersama.
e. Segitiga Restitusi
Segitiga Restitusi ini merupakan proses menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahan, sehingga anak dapat kembali pada kelompoknya dengan
karakter yang lebih kuat dari sebelumnya. Penerapan segitiga restitusi diawali
dengan validasi tindakan yang salah, Menstabilkan identitas dan menanyakan
keyakinan kelas.