Potensi konflik di dalam masyarakat pada dasarnya merupakan realita yang
tidak bisa terhindarkan. Fenomena ini tidak saja terjadi antara masyarakat dengan masyarakat dalam hal ini misalnya antara golongan A dengan golongan B, antara etnis X dengan etnis Y, akan tetapi juga sudah merambah di dunia pendidikan Konflik di dunia pendidikan dalam hal ini terjadi antara masyarakat (orang tua) dengan guru yang akhir-akhir ini kasus tersebut semakin meningkat. Meningkatnya konflik antara guru dengan peserta didik (orang tua) disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kesalahpahaman yang bisa terjadi antara orang tua dengan guru dalam hal ini sekolah, ketidakpuasan orang tua terhadap kinerja guru, dan kasus kekerasan yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didik baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Kekerasan disengaja adalah kekerasan yang dilakukan oleh guru dengan menghukum peserta didik secara fisik misalnya menyuruh peserta didik lari-lari dilapangan, menyuruh peserta didik untuk push up, scott jump sampai kekerasan fisik dengan memukul peserta didik. Sedangkan kekerasan yang tidak disengaja adalah kekerasan yang dilakukan guru secara psikis, misalnya membully dengan cara menyindir dengan kata-kata. Maraknya konflik antara guru dengan peserta didik disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah Berdasarkan kasus di atas kiranya penulis bisa berpendapat bahwa untuk menangani kasus-kasus atau konflik pada era sekarang kita tidak hanya bisa mengandalkan aturan yang dibuat hitam di atas putih saja akan tetapi perlu diimbangi dengan solusi-solusi cerdas yang bisa menanggulangi kasus-kasus yang terjadi saat ini. Seorang guru pada saat ini dituntut untuk memiliki 4 kompetensi menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan kompetensi profesional. Pada kasus di atas maka seorang guru harus melindungi diri dengan memiliki kompetensi pedagogik, yaitu memahami karakter peserta didik dari berbagai aspek dimana salah satunya adalah guru harus bisa atau mampu berkomunikasi secra baik. Kompetensi kepribadian yaitu guru harus memilki integritas yang baik sehingga guru harus mampu mempengaruhi peserta didik sekaligus menjadi model bagi peserta didik serta memiliki karakter yang bisa diteladani peserta didik. Kompetensi sosial yaitu guru mampu berinteraksi untuk menyelesaikan kasus yang menimpa dirinya. Hal ini tercermin dalam tindakan yang objektif dan tidak diskriminatif, komunikasi yang yang efektif, empatik dan santun serta dapat beradaptasi dimanapun berada.
----------- Penulis adalah Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 2 Tonjong Kabupaten Brebes Jawa Tengah