Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus dapat diwujudkan melalui pembangunan yang berkesinambungan. Tujuan utama dalam pembangunan di bidang Kesehatan adalah peningkatan derajat Kesehatan yang optimal untuk mencapai suatu kehidupan sosial dan ekonomi yang produktif. Oleh sebab itu perlu dikembangkan suatu sistem Kesehatan nasional yang terpadu yang dapat mendorong partisipasi masyarakat dengan memperhatikan aspek – aspek kemanusiaan dalam pelaksanaannya, dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pembangunan Kesehatan tersebut harus didukung oleh adanya fasilitas pelayanan Kesehatan. (Dian Reni,2012) Fasilitas pelayan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan Kesehatan, baik promotive, prefentif, kuratif maupun rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat ( UU RI No.36 Tahun 2009). Salah satu fasilitas kesehatan adalah Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi tindakan promotive, preventive, kurative dan rehabilitative. Rumah Sakit juga merupakan rujukan pelayanan kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien (UU RI no.44 Tahun 2009). Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan Kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat keseharan dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik. (PERMENKES RI No.72 tahun 2016). Instalasi farmasi merupakan bagian dari Rumah Sakit yang bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di Rumah Sakit. Pelayanan farmasi Rumah Sakit merupakan salah satu kegiatan di Rumah Sakit yang menunjang pelayanan Kesehatan yang bermutu (Kepmenkes RI No.1197/Menkes/SK/X/2004). Pelayanan farmasi di Rumah Sakit salah satunya meliputi pelayanan pasien asuransi BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan adalah badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Jaminan Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yaitu jaminan yang diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar seluruh rakyat Indonesia memperoleh manfaat pemeliharaan Kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Salah satu poliklinik di Rumah Sakit yang menerima pasien rujukan BPJS Kesehatan adalah Poli Spesialis Bedah Umum. Poli Spesialis Bedah Umum melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dalam proses pembedahan umum dan perawatan pasien yang memerlukan pertolongan lanjutan pasca operasi maupun pasca kecelakaan dan pemeriksaan pasien dengan penyakit bedah ditangani oleh Dokter Spesialis Bedah Umum yang sudah berpengalaman di bidangnya. Pelayanan yang ditangani di Poli Bedah Umum adalah: Operasi Kecil, Operasi Hernia, Usus Buntu, Haemoroid (Wasir) dan Konsultasi seputar proses pembedahan. Dari berbagai penyakit tersebut terdapat gejala yang dirasakan oleh setiap individu yaitu Nyeri. Nyeri merupakan gejala paling umum dan dapat dialami oleh setiap individu dengan keadaan yang tidak menyenangkan dan mengganggu kenyamanan individunya. Nyeri pada setiap individu berbeda dalam hal skala maupun tingkatannya dan hanya individu itulah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Tetty, 2015). Menurut International Association For The Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensor tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang potensial atau aktual. Sedangkan menurut Andarmoyo (2013) nyeri adalah ketidaknyamanan yang dapat disebabkan oleh efek dari penyakit – penyakit terterntu atau akibat cedera. Angka kejadian nyeri berdasaarkan International Association For The Study Of Pain (IASP) di negara – negara berkembang yang dilaporkan dalam 13 studi adalah 35,5% dengan rentang 10,5% - 55,25% (Sulistiyana dan Brajamusti,2016). Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa masih banyak individu yang mengabaikan nyeri. Mengabaikan nyeri dalam waktu lama terbukti bisa berbahaya bagi sistem tubuh. Nyeri adalah cara tubuh memberikan respon untuk memberi tanda bahwa ada sesuatu yang salah atau kerusakan jaringan pada tubuh. Menurut Mangku (2010) nyeri dapat digolongkan dalam berbagai cara yaitu menurut jenisnya (nyeri nosiseptik, nyeri neorogenetik, dan nyeri psikogenetik), menurut timbulnya nyeri (nyeri akut dan nyeri kronik), menurut derajat nyerinya (nyeri ringan, nyeri sedang, dan nyeri berat). Menurut penyebabnya (nyeri farmakologi dan nyeri non farmakologi). Dari berbagai macam nyeri ini berbeda satu sama lainnya, baik dari penyebab dan pengobatannya. Menurut Kuntono (2011) ada dua cara untuk mengatasi nyeri yang mengganggu aktifitas yaitu pengobatan farmakologi dan non farmakologi. Pengobatan farmakologi dibagi menjadi tiga macam golongan yaitu opioid, non opioid dan anastesi. Sedangkan pengobatan non farmakologi, meliputi massage kutaneus, terapi es dan panas, stimulasi saraf elektris transkutan, distraksi, teknik relaksasi, imajinasi terbimbing dan hypnosis. Penggunaan analgesik non opioid umumnya untuk penatalaksanaan nyeri ringan hingga sedang. Obat analgesik, antipyretik serta anti inflamasi non steroid (AINS) termasuk dalam analgesik non opioid yang mampu meredakan nyeri atau menghilangkan rasa sakit tanpa menyebabkan ketergantungan. Anti inflamasi non steroid ternyata efektif mengontrol rasa sakit, namun sediaan analgetik ini selalu memberikan efek samping yang kadang kala dapat berakibat fatal (Hetty dkk,2019). Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan Apriliani (2019) tentang gambaran penggunaan obat analgetik di Klinik Siti Hajar Kota Tegal menyebutkan bahwa obat Pereda nyeri yang banyak digunakan adalah obat golongan anti inflamasi non steroid dengan persentase sebesar 61% yaitu asam mefenamat. Selain itu penelitian dilaksanakan oleh (Febriyanti (2021) tentang gambaran penggunaan obat analgetik di Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal menyebutkan bahwa obat Pereda nyeri yang banyak digunakan adalah obat golongan anti inflamasi non steroid dengan persentase sebesar 52% yaitu metamizole. Berdasarkan perbandingan penggunaan obat anti inflamasi non steroid dalam berbagai riset, peneliti menjadi tertarik untuk mengambil penelitian tentang gambaran penggunaan obat anti inflamasi non steroid. Tempat penelitian yang akan diambil berada di Instalasi Farmasi rawat jalan Rumah Sakit Umum Bella Bekasi. Rumah Sakit Umum Bella Bekasi merupakan Rumah Sakit tipe C yang baru mendapatkan akreditasi paripurna sebagai Rumah Sakit rujukan puskesmas dan klinik lain. Namun, peneliti mengambil resep dari dokter poli bedah umum rawat jalan. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Bella menerima ratusan resep poli bedah umum dan juga dokter sering merekomendasikan obat anti inflamasi non Steroid oral sebagai pereda nyeri baik dalam skala ringan hingga sedang. Oleh karena itu peneliti mengambil judul penelitian tentang Gambaran Penggunaan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) oral sebagai Pereda Nyeri di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Bella Bekasi.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran penggunaan obat anti inflamasi non steroid sebagai pereda nyeri pada pasien rawat jalan poli bedah umum di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Bella Bekasi.
1.3. Batasan Masalah
a. Resep penggunaan obat AINS oral sebagai pereda nyeri yang tertulis didalam resep pasien poli bedah umum pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Bella Bekasi yang dilaksanakan pada Oktober – Desember 2022 . b. Pasien yang diteliti adalah pasien yang berada di poli bedah umum dengan menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan. 1.4. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran penggunaan obat anti inflamasi sebagai Pereda nyeri pada resep rawat jalan poli bedah umum di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Bella Bekasi. 2. Tujuan Khusus a. Untuk melihat demografi pasien rawat jalan poli bedah umum di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Bella Bekasi, b. Untuk mengetahui gambaran penggunaan obat AINS pasien rawat jalan poli bedah umum di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Bella Bekasi.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui hasil penelitian dan menambah pengetahuan baru tentang penggunaan obat anti inflamasi non steroid sebagai pereda nyeri
2. Bagi Peneliti lain
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan acuan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penggunaan obat anti inflamasi non steroid sebagai pereda nyeri
3. Bagi kampus Penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi pustaka perpustakaan Politeknik Bakti Kartini.
4. Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatan pelayanan di poli bedah umum yang berada di rawat jalan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Bella Bekasi. 1.6. Keaslian Penelitian
Penelitian yang berjudul “Gambaran Penggunaan Obat Anti Inflamasi Non
Steroid atau (AINS) sebagai Pereda Nyeri Pada Pasien BPJS Poli Bedah Umum di Rawat Jalan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Bella Bekasi”. merupakan hasil pemikiran sendiri dari peneliti. Kegiatan penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Apriliani (2019) dan Febriyanti (2021).