Anda di halaman 1dari 5

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

(Association Of Islamic University Students)


CABANG JAKARTA SELATAN
Sekretariat : Jl. Madrasah al Husna No.17 RT. 002/ RW.004 LebakBulus- Cilandak- Jakarta Selatan
12440 Telp. 081513237585 e-mail : hmi.jakartaselatan@gmail.com

TELAAH KRITIS RELASI AGAMA DAN NEGARA DALAM


PERSPEKTIF ISLAM
(Term Of Reference Intermediate Training Himpunan Mahasiswa Islam
Jakarta Selatan)
A. Dasar Pemikiran

Dewasa ini dalam percaturan politik di Indonesia kian diwarnai oleh bendera
keagamaan yang cukup tajam dan menukik. Sejak momentum Aksi 212 (2 Desember)
2016 dimana sebagian kalangan yang mengatasnamakan “umat Islam” menolak
pemimpin non-muslim Basuki Tjahaya Purnama sebagai Gubernur DKI Jakarta,
pembubaran Ormas HTI (Hizb At-tahrir Indonesia) sebagai ormas yang mengusung
Khilafah Islamiyah (Negara Islam)--sampai yang paling terbaru adalah terpilihnya
KH. Ma’ruf Amin sebagai Cawapres dari Ir. Joko Widodo periode 2019-2024, suatu
fenomena dimana KH. Ma’ruf Amin yang terkenal sebagai Ulama’ (Pemimpin
keagamaan) dipilih menjadi wakilnya seorang Pemimpin Politik Pemerintahan.
Ketiga hal di atas, baik fenomena Aksi 212, pembubaran HTI, ataupun
terpilihnya Kyai Ma’ruf sebagai Cawapres Jokowi, menuai banyak kontroversi. Ada
yang memandang bahwa Aksi 212 adalah bentuk politisasi agama, dimana agama
dijadikan alat politik untuk meraih kekuasaan ada pula yang memandang bahwa Aksi
212 adalah aspirasi murni umat Islam Indonesia untuk suatu kedaulatan bangsa. Ada
yang melihat pembubaran HTI sebagai bentuk sentiment pemerintah terhadap agama
Islam, ada pula yang menilainya pembubaran HTI oleh pemerintah adalah langkah
yang tepat untuk menumpas ancaman keutuhan Indonesia yang Nasionalis dan
berlandaskan Pancasila. Begitupula terpilinya Kyai Ma’ruf sebagai Cawapres, ada
yang melihat hal tersebut sebagai bentuk politisasi agama, dimana Ulama’ dijadikan
alat untuk mendulang suara; ada pula yang melihatnya sebagai bentuk pemersatuan
antara Ulama’ (Representasi Agama) dengan Umara’ (Representasi Politik
Pemerintah).
Dengan demikian, jika disederhanakan mengenai kondisi politik dan
keagamaan di Indonesia saat ini, simpulannya sedang terjadi diskursus yang runcing
mengenai pola hubungan agama dan negara. Ada satu memori kolektif yang kuat di
kalangan umat Islam, yaitu terdapatnya doktrin yang berbunyi al- Islam huwa al-din
wa ad-daulah.1 Islam adalah agama sekaligus kekuasaan. Implikasi dari pernyataan
1
Lihat Dale F. Eickelmen, Ekspresi Politik Muslim, terj. Rofik Suhud (Bandung: Mizan 1998), h.71
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(Association Of Islamic University Students)
CABANG JAKARTA SELATAN
Sekretariat : Jl. Madrasah al Husna No.17 RT. 002/ RW.004 LebakBulus- Cilandak- Jakarta Selatan
12440 Telp. 081513237585 e-mail : hmi.jakartaselatan@gmail.com

tersebut ialah tiada lain bahwa antara Islam di satu sisi sebagai agama dan kekuasaan
(politik) di sisi lain tidak bisa dipisahkan. Islam tidak hanya mengurusi wilayah ibadah
ritual semata tapi juga memiliki hak untuk masuk ke dalam ruang politik kekuasaan.
Hal tersebut seringkali dinisbatkan kepada kondisi dimana Nabi Muhammad saat itu
di Madinah memetik kesukesan dalam dakwah dan membangun masyarakat.2
Meskipun Islam diyakini memberi pedoman bagi segala aspek kehidupan,
khususnya ketatanegaraan ataupun politik, ternyata hubungan antara agama dan
negara dalam Islam sangat poly-interpretable (memiliki banyak pendapat). Dalam
Islam, pemikiran politik mengenai hubungan agama dan negara ternyata masih
menjadi perdebatan yang hangat di kalangan para ahli.3 Secara global, hingga kini
setidaknya ada tiga paradigma pemikiran tentang hubungan agama dan negara.4
Pertama, paradigma yang mengatakan bahwa Islam tidak ada hubungannya dengan
negara, karena Islam tidak mengatur kehidupan bernegara atau pemerintahan. Menurut
paradigma ini, secara historis wilayah Nabi Muhammad terhadap kaum mukmin
adalah wilayah risalah yang tidak dicampuri oleh tendensi pemerintahan. 5 Sebagian
tokoh masyhur yang mendukung pendapat ini ialah Thaha Husein dan „Ali Raziq.
Pandangan ini yang kemudian kita kenal dengan istilah sekuleristik.
Paradigma kedua, menganggap bahwa Islam adalah agama yang paripurna,
yang mencakup segala-galanya, termasuk wilayah negara atau sistem politik. Tokoh-
tokoh utama dalam pandangan ini adalah Hasan al-Banna, Sayyid Quthb, Rasyid
Ridha, dan Abu al-A’la Al Maududi. Pandangan seperti yang kemudian dikenal
dengan istilah formalisme agama semisal Khilafah Islamiyah, HTI, NII, dan
sebagainya.
Paradigma ketiga, menolak pendapat bahwa Islam mencakup segalagalanya
dan menolak pandangan bahwa Islam hanya mengatur wilayah ibadah ritual semata.
Paradigma seperti ini berpandangan bahwa Islam memang tidak mencakup segalanya,
tapi mencakup prinspi-prinsip yang berkaitan dengan wilayah politik dan
ketatanegaraan. Tokoh-tokoh yang termasyhur dalam pandangan seperti ini ialah

2
Komarudin Hidayat, Wahyu di Langit Wahyu di Bumi, (Jakarta: Paramadina, 2003), h.93
3
Lihat Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam, (Yogyakarta: Galang Press, 2001), h.7
4
TIM Puslitbang, Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, (Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah, 2000), h.127
5
‘Ali Abd Raziq, Islam wa Ushul Hukum, terj. M. Za‟id Sa‟di (Yogyakarta: Jendela, 2002), h.77
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(Association Of Islamic University Students)
CABANG JAKARTA SELATAN
Sekretariat : Jl. Madrasah al Husna No.17 RT. 002/ RW.004 LebakBulus- Cilandak- Jakarta Selatan
12440 Telp. 081513237585 e-mail : hmi.jakartaselatan@gmail.com

Muhammad „Abduh dan Muhammad Husein Haikal. Pandangan seperti ini kemudian
dikenal dengan istilah substansialime.6
Di Indonesia sendiri semenjak diproklamasikannya kemerdekaan sampai ini
saat terlahir berbagai pemikiran yang berbeda-beda. Mulai dari Kartosuwiryo,
Soekarno, Muhammad Natsir, Nurcholish Madjid, sampai Abdurrahman Wahid. Akan
tetapi, pada intinya tidak terlepas dari tiga kerangka paradigma di atas, sekulerisme,
formalisme, dan substansialisme.
Berangkat dari hal-hal di atas, dalam hal ini kumpulan aktivis dan intelektual
muda Islam yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Jakarta
Selatan, bermaksud mengadakan Intermediate Training (Latihan Kader II) dengan
mengupas kembali secara lebih detail dan mendalam tema relasi agama dan negara
dalam perspektif Islam dengan melihat, epistemologi, argumentasi dan dalil yang ada
dengan konteks pemikiran tersebut satu persatu. Hal itu ditujukan agar mahasiswa dan
masyarakat pada umumnya bisa melihat secara lebih ilmiah dan arif dalam berbagai
macam situasi politik dan keagamaan yang ada di Indonesia. Sehingga Indonesia bisa
lebih berkembang dalam kebaikan, produktif dalalm hal positif dan tidak terjebak
dalam fanatisme buta yang memberangus nilai-nilai kebangsaan.

Rujukan

 Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam, (Yogyakarta: Galang Press,


2001) , Ali Abd Raziq, Islam wa Ushul Hukum, terj. M. Za’id Sa’di
(Yogyakarta: Jendela, 2002)
 Dale F. Eickelmen, Ekspresi Politik Muslim, terj. Rofik Suhud (Bandung:
Mizan 1998)
 Komarudin Hidayat, Wahyu di Langit Wahyu di Bumi, (Jakarta:
Paramadina,2003)
 Sukron Kamil, Pemikiran Politik Islam Tematik, (Jakarta: Penerbit Kencana,
2013)
 TIM Puslitbang, Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi, HAM dan
Masyarakat Madani, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2000)

6
Sukron Kamil, Pemikiran Politik Islam Tematik, (Jakarta: Penerbit Kencana, 2013), h.27
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(Association Of Islamic University Students)
CABANG JAKARTA SELATAN
Sekretariat : Jl. Madrasah al Husna No.17 RT. 002/ RW.004 LebakBulus- Cilandak- Jakarta Selatan
12440 Telp. 081513237585 e-mail : hmi.jakartaselatan@gmail.com

B. Landasan
1. Landasan Normatif
Al-Qur’an surat Asy-Syura ayat 38
2. Landasan Konstitusi
Anggaran Dasar HMI pasal 4
3. Landasan Organisasi
Program Kerja HMI Cabang Jakarta Selatan

C. Nama Kegiatan
Kegiatan ini bernama Intermediate Training atau Latihan Kader II Himpunan
Mahasiswa Islam

D. TemaKegiatan
“Telaah Kritis Relasi Agama dan Negara dalam Perspektif Islam”

E. Waktu Pelaksanaan
1. Pendaftaran ditutup tanggal 19 Agustus 2018
2. Registrasi ulang dan pengumpulan berkas tanggal 21Agustus 2018
3. Screening peserta di Sekretariat HMI Cabang Jakarta Selatan tanggal 24-25
Agustus 2018
4. Pelaksanaan tanggal 27 Agustus – 2 September 2018

F. Target Kegiatan
1. Kader yang memiliki kesadaran intelektual yang dinamis progresif, inovatif, serta
solutif dalam memperjuangkan tujuan Himpunan Mahasiswa Islam
2. Kader yang memiliki kemampuan manajerial dan berorganisasi
3. Menumbuhkan kesadaran Profetik setiap kader HMI yang berlandaskan Al-Qur’an
dan Sunnah

PERSYARATAN MENGIKUTI INTERMEDIATE TRAINING / LATIHAN KADER II


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(Association Of Islamic University Students)
CABANG JAKARTA SELATAN
Sekretariat : Jl. Madrasah al Husna No.17 RT. 002/ RW.004 LebakBulus- Cilandak- Jakarta Selatan
12440 Telp. 081513237585 e-mail : hmi.jakartaselatan@gmail.com

1. Membuat Makalah sesuai tema dengan ketentuan sebagai berikut*:


 Ukuran font 12 Times New Roman
 Isi Pembahasan Makalah minimal 5 halaman
 Kertas A4
 Margin Top 4 cm, Bottom 3 cm, Left 4 cm, Right 3 cm
 Spasi 1,5
 Penulisan sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah
2. Membuat Makalah tentang ke-HMI-an
3. Resume Khittah Perjuangan*
 Tulis Tangan
 Kertas Double Folio
4. Hafalan Al-Qur’an
 Surat Adh-Dhuha – An-Nas
 Ayat-ayat pilihan
5. Telah dinyatakan lulus Latihan Kader I
 Membawa sertifikat Kelulusan LK I atau membawa surat pendelegasian dari
Pengurus Cabang yang ditandatangani Ketua Umum dan Sekretaris
6. Mengikuti semua tahap dan proses seleksi*.

Keterangan:
*Makalah dikirimkan ke email; hmi.jakartaselatan@gmail.com dan makalah
hard copy dijilid serta dibawa pada saat registrasi ulang
*Resume Khittah Perjuangan dimasukan dalam map warna hijau dan
dikumpulkan pada saat registrasi ulang screening

Anda mungkin juga menyukai