Anda di halaman 1dari 19

Fico Acchedya Wijaya

Volume 4 Nomor 2, Desember 2021 Implementasi Strategi Pemerintah Dalam


Penanganan Pandemi Covid-19 Dalam Wilayah Jawa-Bali
E-ISSN: 2655-7347 | P-ISSN: 2747-0873

PELANGGARAN HAK CIPTA OLEH MALL GRAND INDONESIA YANG


MENGGUNAKAN GAMBARAN TUGU SELAMAT DATANG SEBAGAI
LOGO MALL

Fico Acchedya Wijaya


(Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara)
(Email : fico.205200064@stu.untar.ac.id)

Abstract
Intellectual property rights are defined as the right to legally protect intellectual property by the laws
and regulations that protect it. The importance of copyright registration is that the work created by the
creator is legally protected. Anyone who uses the work of others must obtain permission from the author
or copyright owner and may not copy and/or use this work for commercial purposes without the
permission of the author or copyright owner. The copyright infringement process teaches businesses to
pay more attention to and comply with intellectual property laws. Example from PT. Grand Indonesia
was sued by the heir Henk Nuntung, the designer of the Welcome Monument at the Hotel Indonesia
Roundabout. The Central Jakarta District Court ruled that Grand Indonesia Mall violated copyright
law by using a sketch of the Welcome Monument as the Mall logo without permission. The research
method used is the normative legal method. The results showed that PT Grand Indonesia used a sketch
of the welcome monument as a PT logo. It’s normal for PT Grand Indonesia to compensate the heirs of
the late Henk. With a decision on December 2, 2020, the judge agreed to some of the heirs' charges. In
one of the six trials, the defendant was given a sentence of compensation for the financial losses suffered
by the plaintiff in connection with the use of the Grand Indonesia Mall logo amounting to Rp1 billion,
which will be paid fully as soon as the decision is made.

Keywords : Grand Indonesia Mall, Copyright, Sketch, Sculpture Welcome

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk menghargai sebuah karya cipta dibutuhkan kesadaran setiap orang hal
tersebut masuk dalam kategori hak kekayaan intelektual (HKI). Pembajakan pada
perangkat lunak (software) sering terjadi di Indonesia. Dalam industri kreatif (program
computer) seperti media optic CD, VCD dan DVD setiap orang dengan mudahnya bisa
melakukan pembajakan. Menggunakan internet setiap orang dengan mudah melakukan
pembajakan. Proses peraturan hukum pada hak cipta mempunyai kesamaan di banyak
negara, khususnya adalah proses perdata, proses pidana serta administrasi. 1

1
Hasbir Paserangi. Perlindungan Hukum Hak Cipta Software Program Komputer di Indonesia.
Jurnal hukum no. Edisi khusus VOL. 18 Oktober 2011: 20 – 35

2532
Fico Acchedya Wijaya
Volume 4 Nomor 2, Desember 2021 Implementasi Strategi Pemerintah Dalam
Penanganan Pandemi Covid-19 Dalam Wilayah Jawa-Bali
E-ISSN: 2655-7347 | P-ISSN: 2747-0873

HKI merupakan hak yang sah melindungi kekayaan intelektual sesuai dengan
UU, seperti hak cipta, paten, desain, rahasia dagang, varietas tanaman, sirkuit terpadu,
dan merek dagang. Banyak orang harus mengorbankan waktu, tenaga, dan uang untuk
menciptakan hak atas kekayaan intelektual, sehingga mendapatkan keuntungan
finansial dari usahanya tersebut. Sehingga perlu adanya apresiasi, khususnya
perlindungan hukum atas kekayaan intelektual. Tujuannya untuk membina,
mengembangkan, serta mendongkrak semangat untuk terus berkarya.

Pentingnya pendaftaran hak cipta adalah bahwa karya yang diciptakan oleh
pencipta adalah sah dari sudut pandang hukum dan dilindungi oleh negara. Penggunaan
karya orang lain memerlukan izin dari pemilik hak cipta, dan setiap orang dilarang
menyalin dan/atau menggunakan ciptaannya untuk tujuan komersial tanpa izin dari
pencipta atau pemegang hak cipta. Gugatan pembajakan memberikan pengetahuan
para pelaku komersial agar memperhatikan serta mematuhi hukum kekayaan
intelektual. Indonesia adalah negara yang menjamin hak atas kekayaan intelektual,
sehingga jelas sanksi diberikan kepada mereka yang melanggar hak atas kekayaan
intelektual. Pemilik hak cipta bisa menuntut ganti rugi di pengadilan terhadap berbagai
pihak yang melanggar hak ciptanya.

Hak Cipta sangat membutuhkan perlindungan hukum atas hasil karyanya. Hal
ini bertujuan untuk memberikan kejelasan hukum sehingga pencipta menjadi
bertambah kreatif dan baik dalam menghasilkan karya. Maka dapat membatasi
pelanggaran hak cipta dengan kepastian hukum yang melindungi hak pencipta. Suatu
gambar adalah salah satu karya yang tercipta untuk mendapatkan keindahan ideal
dalam memenuhi kebutuhan manusia. Gambar merupakan salah satu bentuk karya
kreatif yang dilindungi oleh Pasal 0 Ayat (1) UU No 28 Th 2001 Tentang Hak Cipta.
Gambar meliputi motif, sketsa, logo, digram, elemen berwarna, serta huruf yang indah.
Penyalinan atau pengubahan gambar yang tidak sah yang dibuat oleh pengguna lain
untuk tujuan komersial dapat merupakan pelanggaran hak cipta. Perlindungan hak cipta

2533
Fico Acchedya Wijaya
Volume 4 Nomor 2, Desember 2021 Implementasi Strategi Pemerintah Dalam
Penanganan Pandemi Covid-19 Dalam Wilayah Jawa-Bali
E-ISSN: 2655-7347 | P-ISSN: 2747-0873

atas gambar berlaku seumur hidup pencipta serta selama 70 tahun pasca
sepeninggalnya pencipta, terhitung dari 1 Januari tahun berikutnya.

Contoh pelanggaran hak cipta adalah PT. Grand Indonesia digugat oleh pewaris
Henk Ngantung, pencipta sketsa tugu selamat datang Hotel Bundaran Indonesia.
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memutuskan Mal Grand Indonesia melanggar
undang-undang hak cipta dengan menggunakan sketsa tersebut sebagai logonya tanpa
izin. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah menjatuhkan vonis kepada Grand Indonesia
dengan ganti rugi sebesar Rp 1 M kepada pewaris Henk Ngantung, sebagai pemilik hak
cipta tugu selamat datang. Gugatan tersebut bermula dari gugatan yang diajukan oleh
ahli waris Henk Ngantung yaitu Sena Maya Ngantung, Geniati Heneve Ngantoeng,
Kamang Solana dan Chiristie Pricila Ngantung terhadap Grand Indonesia. Laporan
gugatan diajukan 30 Juni 2020, bernomor berkas 35/Pdt.SusHKI/Hak
Cipta/2020/PNJkt.Pst.
Agung Suhendro sebagai ketua majelis hakim menetapkan alm. Henk
Ngantung sebagai pencipta sketsa Tugu Selamat Datang serta pewarisnya sebagai
pemegang hak cipta atas karya tersebut. Grand Indonesia melanggar hak finansial atas
ciptaan tersebut, dengan mendaftar atau menggunakan logo Grand Indonesia yang
mirip bentuk sketsa Tugu Selamat Datang. Akhirnya tergugat divonis membayar
kerugian materiil yang dialami penggugat sebesar 1 Milyar Rupiah yang dibayarkan
secara lunas setelah putusan perkara dan memiliki kekuatan hukum tetap. 2

Dikenal sebagai Hendrik Hermanus Joel Ngantung atau Henk Ngantung, yaitu
seorang seniman dan gubernur Jakarta dari tahun 1964 hingga 1965. Pada tahun 1962,
Henk menciptakan sketsa monumen seorang pria dan wanita yang melambaikan
tangan. Sketsa tersebut berbentuk patung di Bundaran HI dan disebut Monumen atau
Tugu Selamat Datang. Mall Grand Indonesia di dekat Bundaran HI yang baru didirikan

2
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/01/20/16223941/langgar-hak-cipta-tugu-selamat-
datang-grand-indonesia-dihukum-bayar-ganti?page=all#page2, diakses pada 7 november 2021

2534
Fico Acchedya Wijaya
Volume 4 Nomor 2, Desember 2021 Implementasi Strategi Pemerintah Dalam
Penanganan Pandemi Covid-19 Dalam Wilayah Jawa-Bali
E-ISSN: 2655-7347 | P-ISSN: 2747-0873

dan dibuka pada tahun 2007, menggunakan sketsa Tugu Selamat Datang sebagai logo
malnya.

Ide pembuatan patung ini dicetuskan oleh Presiden Soekarno, Henk Ngantung
ditunjuk oleh Soekarno untuk mendesain patung selamat datang. Tugu yang tepat di
tengah-tengah bundaran hotel Indonesia adalah pasangan muda mudi yang memegang
bunga dan melambaikan tangan. Tugu tersebut digunakan oleh Grand Indonesia
sebagai merek dagang, jelas jika Grand Indonesia telah melanggar hak eksklusif dari
Henk Ngantung. Hak Eksklusif di sini adalah hak moral dan hak ekonomi almarhum
Henk Ngantung, masalah eksklusivitas dalam hal ini adalah tidak adanya perizinan
penggunaan sketsa Tugu Selamat Datang.3
PERMENKUMHAM No 67 Th 2016 mengenai Pendaftaran Merek.
Pendaftaran diperlukan untuk mendapatkan persetujuan merek dagang. Pendaftaran
merek dapat dilakukan oleh siapa saja yang menggunakan merek tersebut dalam
kegiatan perdagangan. Pasal 1 (5) UU Merek dan Indikasi Geografis berisi: “Hak Atas
Merek merupakan hak eksklusif pemilik merek terdaftar yang diberikan oleh negara
dan berlaku dalam jangka waktu tertentu, dengan penggunaan secara pribadi atau
kepada pihak lain”. Oleh karena itu, orang yang telah mendaftarkan hak merek atas
barang atau jasa memiliki hak eksklusif untuk menggunakan merek tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan diatas, rumusan masalah penelitian ini antara lain:
1. Analisis perlindungan hak cipta atas sketsa berdasarkan UU 28/2014
2. Bagaimana gugatan atas pelanggaran hak cipta menurut UU Nomor 28 Th 2014
tentang hak cipta?
3. Bagaimana ganti rugi akibat pelanggaran hak cipta menurut UU No. 28 Th 2014
tentang hak cipta?

3
https://news.detik.com/berita/d-5341686/10-alasan-hakim-denda-mal-gi-rp-1-m-karena-pakai-
logo-tugu-selamat-datang, di akses pada 7 november 2021

2535
Fico Acchedya Wijaya
Volume 4 Nomor 2, Desember 2021 Implementasi Strategi Pemerintah Dalam
Penanganan Pandemi Covid-19 Dalam Wilayah Jawa-Bali
E-ISSN: 2655-7347 | P-ISSN: 2747-0873

C. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, dilakukan dengan
mengumpulkan dan menganalisis data kepustakaan yang diperoleh dari data primer dan
sekunder. Penelitian hukum meliputi kajian asas hukum berfokus pada data sekunder
dengan mempelajari serta mengkaji asas hukum, baik aturan hukum yang aktif,
berbagai kasus dan aturan hukum nasional maupun internasional yang relevan dengan
pokok bahasan yang diteliti. Menggunakan pendekatan aturan perundang-undangan
dengan mempertimbangkan ketentuan dalam UU Nomor 28 Th 2014 terkait hak cipta.
Bahan hukum yang digunakan adalah hukum primer dan dokumen hukum sekunder.
Bahan hukum primer menggunakan UU Hak Cipta No. 28 Th 2014, serta bahan hukum
sekunder menggunakan literatur tentang hak cipta. Pendekatan penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, sehingga ide atau teori yang muncul nantinya bisa digunakan
pada proses penelitian. Metode penelitian ini adalah deskriptif analitis, digunakan
menganalisis serta mendeskripsikan secara jelas pelanggaran logo mall grand
Indonesia.

Penelitian dilaksanakan menggunakan studi Pustaka, pengumpulan data


dilakukan dengan mencari sumber hukum utama berupa investigasi terhadap peraturan
perundang-undangan nasional serta internasional. Bahan hukum sekunder, beisi buku,
jurnal, artikel, karya ilmiah, berbagai jenis literatur yang berkaitan dengan penelitian
ini berupa hasil penelitian, serta bahan hukum tersier adalah karangan, surat kabar,
kamus, ensiklopedi. Sumber data dalam penelitian ini adalah dokumen penelitian serta
observasi. Teknik pengumpulan data meliputi melakukan survei langsung terhadap
dokumen yang sedang diselidiki, serta melakukan wawancara dengan pihak terkait
mengenai isu-isu yang terkait dengan isu yang sedang diselidiki. Data dianalisis
menggunakan teknik analisis hukum kualitatif, yang hasil analisisnya disajikan
memakai teknik analisis deskriptif.

2536
Fico Acchedya Wijaya
Volume 4 Nomor 2, Desember 2021 Implementasi Strategi Pemerintah Dalam
Penanganan Pandemi Covid-19 Dalam Wilayah Jawa-Bali
E-ISSN: 2655-7347 | P-ISSN: 2747-0873

II. PEMBAHASAN
A. Analisis Perlindungan Hak Cipta Atas Sketsa Berdasarkan UU 28/2014
Ada dua jenis mekanisme pendaftaran hak cipta dan hak kekayaan intelektual
lainnya: konstitutif dan deklaratif. Menurut Konstitutif, pendaftaran suatu karya berarti
bahwa karya tersebut memiliki fungsi menghasilkan hak cipta atas karya tersebut.
Tanpa mendaftar, pencipta secara langsung tidak menerima hak cipta atas karyanya.
Hak cipta terjadi pasca pencipta mendaftar, sehingga memiliki kekuatan hukum.
Pendaftar diakui secara de facto serta sah sebagai pemegang hak cipta atas karya yang
didaftarkan.
Dalam sistem deklaratif, pendaftaran tidak memberikan hak cipta atas invensi.
Fungsi pendaftaran dari sistem ini dimaksudkan untuk menimbulkan dugaan jika
pendaftar suatu ciptaan adalah pemegang hak cipta atas ciptaan tersebut. Ketika tidak
ada yang bisa membuktikan sebaliknya, orang yang terdaftar secara hukum diakui
sebagai pencipta atau pemilik hak cipta yang sebenarnya. Namun, jika ditolak oleh
orang lain, pendaftar secara hukum wajib membuktikan bahwa dia adalah pencipta atau
pemilik hak cipta.

Deklarasi adalah sistem pendaftaran hak cipta yang digunakan Indonesia.


Tertulis dari beberapa aturan UUHC. Pertama, ketentuan pasal 2 ayat (1) UUHC “Hak
Cipta merupakan hak eksklusif yang diberikan kepada pencipta atau pemegang hak
untuk menerbitkan atau memperbanyak ciptaannya, yang dengan sendirinya lahir
setelah ciptaan itu diterbitkan, tanpa mengurangi pembatasan berdasarkan undang-
undang dan peraturan saat ini.”

UUHC Pasal 5 Ayat 1 ketentuan tentang pencipta mengatur bahwa setiap


namanya disebutkan dalam Daftar Umum Ciptaan (Dirjen HKI KEMENKUMHAM)
atau diklaim sebagai pencipta suatu karya dianggap pencipta, namun dihapus jika
terbukti sebaliknya. Sehingga, pendaftaran suatu ciptaan hanya menumbuhkan
sangkaan jika orang yang mendaftarkan ciptaan tersebut merupakan penciptanya. Oleh
karena itu, hanya karena nama seseorang terdaftar sebagai pencipta dalam Daftar

2537
Fico Acchedya Wijaya
Volume 4 Nomor 2, Desember 2021 Implementasi Strategi Pemerintah Dalam
Penanganan Pandemi Covid-19 Dalam Wilayah Jawa-Bali
E-ISSN: 2655-7347 | P-ISSN: 2747-0873

Umum Ciptaan, tidak berarti bahwa ia secara sah adalah seorang pencipta.. Pendaftaran
dapat dicabut jika orang lain kemudian dapat membuktikan sebaliknya.

Penjelasan dalam Pasal 5(2) UUHC juga menjabarkan penerapan sistem


deklaratif pada pendaftaran karya. “Dasarnya, Hak Cipta tidak didapatkan atas dasar
pendaftaran. Namun pada sengketa pengadilan, serta jika itu adalah karya yang tidak
terdaftar dan pihak terkait bisa membuktikan kebenaran, maka hakim harus
menentukan pencipta yang sebenarnya berdasar bukti yang ada."
Oleh karenanya, pada proses pembuktian, seorang hakim tidak bisa
mendasarkan pendaftaran menjadi alat bukti wajib untuk bisa dinyatakan sebagai
pencipta. Hakim juga tidak dapat berasumsi jika pemilik yang sah merupakan orang
yang mendaftarkan karya tersebut, serta siapa pun yang belum menerima konfirmasi
pendaftaran tidak dianggap seorang pencipta. Hakim wajib mempertimbangkan bukti
lainnya dalam penentuan pencipta yang sah dari karya tersebut.

Sehingga, hak cipta berkarakter berbeda dengan hak kekayaan intelektual lain,
misalnya paten serta merek dagang. Penemu mendapatkan hak paten ketika
penemuannya didaftarkan. Sebuah penemuan tidak dapat dilindungi tanpa pendaftaran.
Demikian pula pada saat suatu merek didaftarkan, maka merek tersebut dilindungi.
Tanpa mendaftar, pemilik merek dagang tak berhak menerima hak merek dagang.

Tiap pencipta berhak atas hak eksklusif, yaitu hak moral serta hak ekonomi
untuk memperoleh manfaat dari karyanya, sehingga melindungi haknya dalam hal
ciptaan itu terdistorsi, mutilasi atau diubah yang merugikan pencipta secara pribadi
Hukum memperlakukan hak cipta sebagai benda bergerak yang tidak berwujud.
Berdasar pasal 16(2) UU No. 28/2014, kepemilikan hak cipta bisa beralih atau
dialihkan seluruhnya atau sebagian. Pengalihan hak cipta ini biasa disebut transfer,
artinya pencipta asli mengalihkan hak cipta kepada orang lain dikarenakan: 1)
Pewarisan, 2) Hibah, 3) Wakaf, 4) Wasiat, 5) Perjanjian tertulis dan 6) Sebab lain yang
dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2538
Fico Acchedya Wijaya
Volume 4 Nomor 2, Desember 2021 Implementasi Strategi Pemerintah Dalam
Penanganan Pandemi Covid-19 Dalam Wilayah Jawa-Bali
E-ISSN: 2655-7347 | P-ISSN: 2747-0873

Pelanggaran Hak Cipta sendiri rentan terjadi di Indonesia. Pada awal tahun 2021,
juri di PN Jakarta Pusat memperkirakan Mal Grand Indonesia rugi Rp1 miliar. Hal ini
karena Grand Indonesia Mall membuat sketsa monumen selamat datang yang
digunakan sebagai logonya tanpa seizin dari pemegang hak cipta, pewaris Henk
Ngantung. Henk Ngantung merupakan seorang seniman serta mantan gubernur Jakarta
tahun 1964 hingga 1965. Sketsanya ciptakan oleh Henk Ngantung di tahun 1962.
Sedangkan sketsa tersebut memperoleh sertifikat hak cipta dengan nomor 46190 dari
KEMENKUMHAM.

Pada database, tercatat sebuah karya dengan judul Seni Sketsa Tugu Selamat
Datang, bernomor 46190 atas nama mendiang saudara Henk Ngantung. Pendaftaran
didasarkan pada permintaan tertulis dan prosedur peninjauan dan prosedur pendaftaran
untuk pengalihan hak cipta telah selesai. Atas dasar ini, perlindungan hak cipta secara
langsung timbul setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata sesuai dengan
ketentuan peraturan hukum yang berlaku, sehingga dengan adanya surat pendaftaran
hak cipta bernomor 46190 atas nama mendiang Henk Ngantung, merupakan praduga
yang sah atas kepemilikan karya tersebut. Berdasarkan pasal 1 (1) UU NO. 28/2014
hak cipta merupakan hak eksklusif pencipta, timbul dengan sendirinya berdasar asas
pernyataan setelah karya atau ciptaan tersebut disajikan dalam bentuk nyata tanpa
menghilangkan batasan yang diatur oleh UU hak cipta.

Di kasus Mal Grand Indonesia, berdasarkan Pasal 58 ayat 1 UU Hak Cipta,


menjelaskan bahwa beberapa ciptaan yang memiliki perlindungan berlaku seumur
hidup pencipta serta 70 tahun pasca pencipta meninggal, terhitung sejak 1 Januari pada
tahun berikutnya. Ciptaan tersebut antaranya:
1. Buku, atau semua karya tulis lainnya
2. Ceramah, pidato, serta karya semacam itu
3. Alat peraga untuk tujuan pendidikan dan ilmiah
4. Lagu atau musik

2539
Fico Acchedya Wijaya
Volume 4 Nomor 2, Desember 2021 Implementasi Strategi Pemerintah Dalam
Penanganan Pandemi Covid-19 Dalam Wilayah Jawa-Bali
E-ISSN: 2655-7347 | P-ISSN: 2747-0873

5. Teater, tari, wayang, pantomime, koreografi, drama musikal


6. Lukisan, gambar, patung, kaligrafi, patung, patung, kolase, dll.
Hak cipta dibuat otomatis menurut sistem deklaratif, tetapi yang terpenting bahwa
pencipta harus mendaftarkan karyanya. Ini adalah bukti bahwa sebuah ciptaan adalah
ciptaan seseorang. Apabila suatu ciptaan tidak terdaftar, kemudian pihak lainnya
menggunakan ciptaan tersebut tanpa izin, dapat dimungkinkan merugikan pencipta
sebenarnya. Kecuali ada bukti bahwa ciptaannya dilindungi oleh hukum atau negara.

Dalam penafsiran Pasal 4 UU Hak Cipta, hak eksekutif dipahami sebagai hak
khusus dimiliki oleh pencipta, sehingga tak satupun dapat menggunakan hak tersebut
tanpa seizinnya. Dengan kata lain, pemilik hak cipta berhak menggunakan invensinya
dan berhak mencegah orang lain menggunakan invensinya. Sanksi pidananya diatur
pada Pasal 113 ayat 2 dan 3 sebagai berikut;
(2) Seseorang tanpa hak atau izin melanggar hak ekonomi pencipta atau pemegang hak
cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat 9 ayat 1 yaitu huruf c, huruf d, huruf f atau
huruf h untuk tujuan komersial akan diancam dengan pidana penjara selama 3 tahun
atau denda sampai dengan Rp500.000.000,00. Dan
(3) Melanggar hak ekonomi pencipta menurut huruf a, b, e dan g Pasal 9 (1) untuk
tujuan komersial, akan diancam sampai dengan 4 tahun penjara atau didenda maksimal
1.000.000.000.

Pada ayat (2) mengatur tentang pelanggaran hak ekonomi 4pencipta, hak
menerjemahkan, mengadaptasi, mengatur atau mengubah, menampilkan dan
mentransmisikan karya ciptaan mereka. Ayat (3) adalah sanksi atas pelanggaran hak
milik pencipta, yaitu hak menerbitkan ciptaan, memperbanyak ciptaan berbentuk
apapun, mendistribusikan ciptaan ataupun salinannya, serta menyatakan ciptaan. Di
kasus Mal Grand Indonesia, bisa dilihat jika benar-benar perlu memperhatikan setiap

4
https://legal2us.com/waspada-hak-cipta-belajar-dari-kasus-mal-grand-indonesia/ , diakses Pada 7
November 2021

2540
Fico Acchedya Wijaya
Volume 4 Nomor 2, Desember 2021 Implementasi Strategi Pemerintah Dalam
Penanganan Pandemi Covid-19 Dalam Wilayah Jawa-Bali
E-ISSN: 2655-7347 | P-ISSN: 2747-0873

elemen dalam proses pembuatan logo tersebut. Kesalahan-kesalahan ini, yang


seharusnya mendatangkan keuntungan, malah menjadi kerugian bagi pemilik usaha.

Secara historis, pada tahun 1962 UU No 28/2014 belum berlaku. Pada tahun
1962 Indonesia masih memberlakukan hak cipta pada kolonial Belanda, dan hak cipta
termasuk dalam Auteurswet 1912 (Auteursrecht) berlaku di Indonesia (dahulu Hindia
Belanda) sampai Perang Dunia II. Auteurswet 1912 adalah hukum Belanda yang
diberlakukan di Indonesia pada tahun 1912 sesuai dengan Asas Korkondansi (St 1912
No. 600, UU 23 September 1912). Dalam perjalanan panjang Auteurswet 1912 hingga
1982, Indonesia mengadopsi UU hak cipta nasional, yaitu UU No. 60 Th 1912 tentang
Hak Cipta. Kemudian diubah menjadi UU No. 7 Th 1978, UU No. 12 Th 1997, UU
No. 19 Th 2002, dan UU Terbaru adalah No 28/2014.

Setelah 37 tahun merdeka, Indonesia baru mengesahkan UU hak cipta nasional


di tahun 1982. Disahkannya UU Hak Cipta No. 6 Th 1982 adalah bagian dari upaya
penegakan hukum dalam negeri yang menjadi tonggak pertama dalam era
pembangunan kekayaan intelektual nasional di Indonesia. Terlepas dari nuansa dan
sifat individualistis dari monopoli, lahirnya undang-undang hak cipta hanya mendapat
sedikit, bahkan tiada tanggapan sama sekali. Memang, ada reaksi pro-oposisi, sehingga
Undang-Undang Hak Cipta 1978 diubah untuk menolak langkah politik pemerintah
untuk mengembangkan sistem kekayaan intelektual nasional di mana kekayaan
intelektual nasional, khususnya hak cipta, dianggap tidak memadai dan ambisius.
Namun, undang-undang hak cipta tidak menganut prinsip non-reaktivitas, yaitu tidak
dapat diterapkan secara retrospektif. Sehubungan dengan itu, pendaftaran pendirian
tugu selamat datang terdaftar dalam setiap daftar No. 046189, hal. 046190 dan inv.
046191 didaftarkan pada 18 Februari 2010. PT Grand Indonesia telah mendaftarkan
logo yang mirip dengan monumen selamat datang sejak tahun 2004, tetapi prinsip
deklarasi berdasarkan UU hak cipta, hak cipta merupakan hak eksklusif pencipta yang
muncul dari system deklarasi, yang berarti perlindungan hak cipta. Ketika sebuah ide
terwujud, itu secara otomatis melekat pada pencipta. Artinya walau pendaftarannya

2541
Fico Acchedya Wijaya
Volume 4 Nomor 2, Desember 2021 Implementasi Strategi Pemerintah Dalam
Penanganan Pandemi Covid-19 Dalam Wilayah Jawa-Bali
E-ISSN: 2655-7347 | P-ISSN: 2747-0873

sudah terlambat, namun perlindungan hak cipta atas sketsa tugu selamat datang sudah
ada sejak tahun 1962 sebagaimana diatur pada Pasal 40 UU Hak Cipta 28/2014.
Kemudian, kronologis lahirnya sketsa hak cipta tugu selamat datang, Almarhum Henk
Ngantung (saat itu menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 1960-1964) dimulai
Henk Ngantung membuat sketsa tugu selamat datang.

B. Gugatan Atas Pelanggaran Hak Cipta Menurut Undang-Undang Nomor 28


Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
Undang-Undang Hak Cipta No. 28 2014, Pasal 100 ayat:
1. Tindakan hukum atas pelanggaran diajukan kepada ketua pengadilan niaga.
2. Perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftarkan oleh panitera
pengadilan niaga pada tanggal pendaftaran gugatan.
3. Panitera Pengadilan Niaga mengeluarkan tanda terima yang ditandatangani pada
hari yang sama dengan tanggal pendaftaran.
4. Panitera Pengadilan Niaga mengajukan permohonan kepada ketua Pengadilan
Niaga dalam waktu paling lama 2 (dua) hari terhitung sejak perkara didaftarkan.
5. Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sejak tanggal pendaftaran perkara, Pengadilan
Niaga akan menetapkan tanggal sidang.
6. Juru sita wajib memberitahukan dan memanggil para pihak dalam waktu paling
lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal pendaftaran.
Ketentuan-ketentuan sebagaimana Pasal 28 (1) hingga (6) secara jelas dan tegas
telah mengatur mengenai prosedur untuk mengajukan gugatan bagi pihak yang
dirugikan sebab pelanggaran terhadap hak cipta. Sesuai ketentuan-ketentuan tersebut,
maka para pihak yang terkait dalam sengketa mengenai hak cipta akan diberitahukan
dan dipanggil oleh juru sita atas perintah pengadilan niaga sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan untuk menyelesaikan perkara pelanggaran hak cipta. Pasal 28 secara
jelas mengatur mengenai tugas serta wewenang pengadilan niaga, panitera serta juru
sita. Hal tersebut menunjukkan prosedur untuk mengajukan gugatan dan penyelesaian
perkara atas gugatan yang diajukan melibatkan unsur-unsur:
1. Penggugat yang mengajukan gugatan

2542
Fico Acchedya Wijaya
Volume 4 Nomor 2, Desember 2021 Implementasi Strategi Pemerintah Dalam
Penanganan Pandemi Covid-19 Dalam Wilayah Jawa-Bali
E-ISSN: 2655-7347 | P-ISSN: 2747-0873

2. Tergugat
3. Panitera
4. Juru sita
5. Pengadilan niaga
Pasal 101 ayat :
1. Putusan gugatan harus diumumkan dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari sejak
tanggal pendaftaran gugatan.
2. Dalam hal batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dipenuhi,
dengan persetujuan Ketua Mahkamah Agung, jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang 30 (tiga puluh) Hari.
3. Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diumumkan kepada
publik.
4. Putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
disampaikan oleh juru sita kepada para pihak dalam jangka waktu 14 (empat
belas) hari sejak tanggal diumumkannya putusan.

Karena PT Grand Indonesia tanpa seijin dari Almarhum Henk menggunakan sketsa
Tugu Selamat Datang untuk Logo PT. Grand Indonesia, sehingga patut dan adil jika
PT Grand Indonesia membayar kerugian materiil yang dialami Ahli waris Almarhum
Henk atas penggunaan Logo Grand Indonesia.

Putusan Mahkamah Agung dengan Putusan No. 35/Pdt. Perdata tersebut


memiliki putusan No. 35 /Pdt.Sus-HakCipta/2020/PN Niaga Jkt.Pst berisi penolakan
seluruh eksepsi tergugat. Dengan ditolaknya keberatan tergugat, peninjauan kembali
terhadap pokok perkara.

Putusan hakim dalam perkara perdata ini memutuskan dengan


mempertimbangkan keadaan persidangan. Hakim menemukan bahwa hal-hal yang
ditentukan oleh UU No. 28/2004 mengatur tentang Pencipta menurut pasal 1 (2) dan
pemegang Hak Cipta menurut pasal 1 (4). Pada hal ini Pemohon menjelaskan bahwa

2543
Fico Acchedya Wijaya
Volume 4 Nomor 2, Desember 2021 Implementasi Strategi Pemerintah Dalam
Penanganan Pandemi Covid-19 Dalam Wilayah Jawa-Bali
E-ISSN: 2655-7347 | P-ISSN: 2747-0873

sketsa Tugu Selamat Datang telah didaftarkan dan diterbitkan oleh Penggugat pada
tahun 1962 karena meskipun Undang-undang No 28/2004 masih belum ada, tetapi asas
deklarasi diatur dalam UU hak cipta. Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang
muncul dari asas deklarasi, yang berarti bahwa hak cipta pencipta akan secara otomatis
diatribusikan kepada pencipta. Setelah gagasan diwujudkan dalam bentuk nyata,
barulah tergugat mendaftarkan karya ciptaan yang menunjukkan kesamaan/plagiat
dengan sketsa Tugu Selamat Datang pada tahun 2004. Oleh karena itu, ahli waris
mendiang Henk dapat menuntut Mal Grand Indonesia secara ekonomi dan moral
karena pelanggaran hak yang dilakukan dalam sketsa Tugu Selamat Datang.

C. Ganti Rugi Akibat Pelanggaran Hak Cipta Menurut Undnag-Undang Nomor


28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Pasal 96, Ayat:
1. Pencipta, Pemilik Hak Cipta dan/atau Ahli Waris Hak Terkait menerima
kompensasi atas kerugian hak ekonomi
2. Berdasar Ayat (1) kompensasi diberikan dalam Putusan Pengadilan Pidana
tentang perkara Hak Cipta dan/atau hak terkait
3. Pembayaran kompensasi kepada pencipta, pemilik hak cipta dan/atau pemilik
hak terkait yaitu pasca-putusan oleh Pengadilan Harus serta dilakukan dalam
kurun waktu 6 bulan.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 96, Ayat 1, Ayat 2 dan 3 yang relevan, dapat
dipahami sebagai jaminan dan perlindungan hak pencipta, pemegang hak cipta atau
ahli waris yang menderita kerugian ekonomi berhak atas kompensasi. Hal ini tertuang
dalam putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Sehingga menunjukkan
adanya kepastian hukum mengenai kompensasi yang ditawarkan kepada pihak-pihak
tertentu yang melanggar hak cipta sebagai sanksi hukumnya.
Undang-Undang Hak Cipta No. 28, Pasal 95:
1. Alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase, atau pengadilan dapat digunakan
untuk menyelesaikan sengketa hak cipta.

2544
Fico Acchedya Wijaya
Volume 4 Nomor 2, Desember 2021 Implementasi Strategi Pemerintah Dalam
Penanganan Pandemi Covid-19 Dalam Wilayah Jawa-Bali
E-ISSN: 2655-7347 | P-ISSN: 2747-0873

2. Pengadilan negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pengadilan


niaga.
3. Pengadilan selain Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak berwenang menyelesaikan sengketa hak cipta.
4. Perselisihan diajukan dengan tuntutan pidana sepanjang para pihak yang
bersengketa diketahui dan/atau berada dalam wilayah negara kesatuan
Republik Indonesia harus mediasi terlebih dahulu sebelum melakukan tuntutan
pidana.

Ketentuan hukum yang berlaku dari Bagian 95 (1) sampai (4) menunjukkan bahwa
sengketa hak cipta dapat diselesaikan dengan atau tanpa tindakan hukum. Tidak adanya
litigasi seperti penyelesaian sengketa alternatif dan arbitrase. Alternatif penyelesaian
sengketa dapat dicapai melalui litigasi serta negosiasi, konsiliasi, mediasi, konsultasi
atau pendapat ahli. Secara umum, bentuk penyelesaian sengketa dibagi menjadi dua
bagian.
1. Secara litigasi (peradilan)
2. Secara non litigasi (alternative dispute resolution).5
Secara umum berbagai bentuk penyelesaian sengketa terdiri dari:
1. Litigasi/pengadilan
2. Arbitrase
3. Early neutral evaluation
4. Mediasi
5. Negosiasi
6. Pencari Fakta/Fact Finding (Buku Tanya jawab Peraturan Mahkamah Agung
RI. No. 1 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan.

5
Witanto D.Y., Hukum Acara Mediasi (Dalam Perkara Perdata di Lingkungan Peradilan
Umum dan Peradilan Agama Menurut PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan, Cetakan Kesatu, Alfabeta, 2011

2545
Fico Acchedya Wijaya
Volume 4 Nomor 2, Desember 2021 Implementasi Strategi Pemerintah Dalam
Penanganan Pandemi Covid-19 Dalam Wilayah Jawa-Bali
E-ISSN: 2655-7347 | P-ISSN: 2747-0873

Keenam bentuk penyelesaian sengketa tersebut merupakan alternatif pilihan yang


bisa dipakai para pihak untuk menyelesaikan sengketa. Setiap bentuk penyelesaian
sengketa memiliki karakter yang berbeda. Sebagaimana dijelaskan, khususnya di
bidang hukum hak cipta, para pihak yang bersengketa bisa memilih menyelesaikan
perkaranya secara hukum di pengadilan (ligitasi) atau di luar pengadilan (non litigasi).
Alternatif penyelesaian sengketa dan arbitrase sebenarnya merupakan pilihan yang
diputuskan oleh para pihak melalui pertimbangan yang lebih mudah dan cepat dalam
penyelesaiannya.

Sengketa atau conflict (bahasa Inggris) berarti bentrok, pertengkaran, perselisihan


atau trauma, dan dalam kamus bahasa Indonesia artinya pertentangan. 6Sengketa dapat
secara luas dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu:
1. Sengketa sosial
2. Sengketa hukum

Dari etika, adat atau moral yang ada dan berkembang dalam masyarakat tertentu.
Hukum adat bukan merupakan bagian dari sistem hukum yang sah dan oleh karena itu
hanya sanksi internal yang digunakan, sehingga pelanggaran hak tersebut
diklasifikasikan sebagai sengketa sosial.

Sengketa hukum merupakan perselisihan dengan hukum yang diakibatkan oleh


pelanggaran aturan hukum aktif maupun dari konflik dengan hak dan kewajiban
seseorang yang diatur oleh hukum aktif. Cirinya adalah penyelesaian bisa dituntut di
badan hukum negara (pengadilan/badan eksekutif lainnya). Sengketa hukum sering
dibagi menjadi beberapa kelompok, antaranya.
1. Sengketa hukum pidana
2. Sengketa hukum perdata
3. Sengketa hukum tata usaha negara

6
Adi, As, Edi’, Hukum Acara Perdata Dalam Perspektif Mediasi (ADR) di Indonesia, Edisi
Pertama, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012, hal. 5

2546
Fico Acchedya Wijaya
Volume 4 Nomor 2, Desember 2021 Implementasi Strategi Pemerintah Dalam
Penanganan Pandemi Covid-19 Dalam Wilayah Jawa-Bali
E-ISSN: 2655-7347 | P-ISSN: 2747-0873

4. Sengketa hukum internasional.

Sengketa di bidang hak cipta merupakan sengketa hukum yang harus diselesaikan
dengan jalur hukum sesuai peraturan UU yang berlaku, sehingga para pihak harus
menggunakan upaya hukum melalui jalur litigasi, non-litigasi atau arbitrase. Hal itu
adalah pilihan para pihak dan yang lebih penting keputusan yang dibuat dengan atau
tanpa litigasi harus bisa memberikan kepastian hukum serta keadilan bagi para pihak.

UU RI no. 30/1999 Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Pasal 1 (1)


Arbitrase adalah tata cara penyelesaian di luar pengadilan terhadap sengketa perdata
berdasarkan perjanjian arbitrase yang ditandatangani secara tertulis oleh para pihak
yang bersengketa. Pasal 1 (10): Penyelesaian sengketa di luar pengadilan adalah sarana
penyelesaian sengketa dengan prosedur yang disepakati semua pihak yaitu konsiliasi
dengan musyawarah, negosiasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.

Dalam perkara delik Mall Grand Indonesia, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
memerintahkan Mall Grand Indonesia mengkompensasi Rp 1 miliar kepada ahli waris
mantan Gubernur DKI Jakarta Henk Ngantung. Sketsa patung selamat datang pada
logonya digunakan tanpa seizin ahli waris yaitu Sena Maya Ngantung, Geniati Heneve
Ngantoeng, Kamang Solana dan Chiristie Pricila Ngantung dalam kapasitasnya adalah
penggugat dalam perkara ini.

Dalam putusan 2 Desember 2020, juri menerima beberapa tuduhan ahli waris.
Salah satu dari enam proses yang diajukan, tergugat diharuskan membayar ganti rugi
hingga Rp 1 miliar atas kerugian serius yang diderita penggugat akibat penggunaan
logo Grand Indonesia berdasar hukum permanen. Tergugat diduga melanggar hak
ekonomi penggugat untuk membuat sketsa monumen selamat datang dengan

2547
Fico Acchedya Wijaya
Volume 4 Nomor 2, Desember 2021 Implementasi Strategi Pemerintah Dalam
Penanganan Pandemi Covid-19 Dalam Wilayah Jawa-Bali
E-ISSN: 2655-7347 | P-ISSN: 2747-0873

mendaftarkan atau menggunakan logo Grand Indonesia yang menyerupai bentuk sketsa
monumen selamat datang.7.

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Hak atas kekayaan intelektual didefinisikan sebagai hak untuk dilindungi secara
hukum dalam hal kekayaan intelektual menurut ketentuan undang-undang di bidang
HKI. Pentingnya pendaftaran hak cipta adalah bahwa ciptaan yang diciptakan atas
kerja keras pencipta adalah sah di hadapan hukum dan juga dilindungi oleh negara.
Setiap orang yang menggunakan ciptaan orang lain harus mendapatkan izin dari
pencipta atau pemilik hak cipta, dan siapa pun tanpa izin pencipta atau pemilik hak
cipta dilarang menyalin dan/atau menggunakan ciptaan untuk tujuan komersial. Ada
dua jenis mekanisme pendaftaran hak kekayaan intelektual seperti hak cipta: sistem
konstitutif dan sistem deklaratif. Sistem konstitutif berarti bahwa pendaftaran karya
membantu menciptakan hak cipta atas karya tersebut. Tanpa daftar, penulis tidak secara
otomatis memiliki hak cipta atas karyanya. Hak cipta terjadi setelah pencipta mendaftar
dan mengajukan haknya. Ketika terdaftar dalam sistem ini, pendaftar secara efektif dan
sah diakui sebagai pencipta atau pemilik hak cipta dari karya terdaftar.

Dalam sistem deklaratif, permohonan paten tidak memiliki hak cipta atas
invensi tersebut. Fungsi pendaftaran dari sistem ini semata-mata dimaksudkan untuk
menimbulkan prasangka bahwa orang yang mendaftarkan ciptaan tersebut secara sah
adalah pemilik hak cipta atas ciptaan tersebut. Sampai tidak ada orang lain yang dapat
membuktikan, pendaftar secara hukum diakui sebagai pencipta atau pemilik hak cipta
de facto. Sebaliknya, jika lain menolak, pendaftar harus memberikan bukti bahwa dia
adalah pencipta atau pemilik hak cipta.

7
https://metro.tempo.co/read/1425068/kalah-gugatan-grand-indonesia-harus-bayar-rp-1-miliar-
ke-keluarga-henk-ngantung/full&view=ok, di akses pada 7 november 2021

2548
Fico Acchedya Wijaya
Volume 4 Nomor 2, Desember 2021 Implementasi Strategi Pemerintah Dalam
Penanganan Pandemi Covid-19 Dalam Wilayah Jawa-Bali
E-ISSN: 2655-7347 | P-ISSN: 2747-0873

Kasus pelanggaran hak cipta mengajarkan pebisnis untuk lebih memperhatikan


dan mematuhi undang-undang kekayaan intelektual. Salah satu contoh pelanggaran
hak cipta adalah PT. Grand Indonesia digugat oleh pewaris asli Henk Ngantung yang
membuat sketsa Tugu Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia. Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat memutuskan Mal Grand Indonesia melanggar hak cipta karena
menggunakan sketsa Tugu Selamat Datang sebagai logo mal tanpa izin Henk. Maka
sudah selayaknya dan adil bagi PT Grand Indonesia untuk mengganti kerugian materiil
yang diderita oleh ahli waris Almarhum Henk. Dengan putusan 2 Desember 2020
tersebut, majelis hakim mengabulkan sebagian dalil ahli waris. Dalam salah satu dari
enam tuntutan hukum, tergugat diberikan ganti rugi senilai 1 miliar rupiah atas
kerugian materiil yang diderita oleh penggugat dengan menggunakan logo grand
Indonesia. Rp. 1 M akan dibayar penuh dan segera setelah keputusan dibuat, efek
hukumnya tidak terbatas dalam kasus ini.

IV. DAFTAR PUSTAKA


Amiruddin dan Zainal Asikin, 2016. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Rajawali
Pers,: Jakarta
Adi, As, Edi. 2012. Hukum Acara Perdata Dalam Perspektif Mediasi (ADR) di
Indonesia. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Detik.com. 2021. 10 Alasan Hakim denda Mal GI Rp. 1 M Karena Pakai Logo Tugu
Selamat Datang. https://news.detik.com/berita/d-5341686/10-alasan-hakim-
denda-mal-gi-rp-1-m-karena-pakai-logo-tugu-selamat-datang, diakses pada 7
november 2021
Hasbir Paserangi. Perlindungan Hukum Hak Cipta Software Program Komputer di
Indonesia. Jurnal hukum no. Edisi khusus VOL. 18 Oktober 2011: 20 – 35.
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan
KM.10 Makassar hasbir_paserangi@yahoo.co.id.
Kompas.com. 2021. Langgar Hak Cipta Tugu selamat Datang Grand Indonesia Di
Hukum Bayar Ganti rugi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/01/20/16223941/langgar-hak-
cipta-tugu-selamat-datang-grand-indonesia-dihukum-bayar-
ganti?page=all#page2, diakses pada 7 november 2021
Legalus.2021. Waspada Hak cipta Belajar Dari Kasus Mal Grand Indonesia.
WASPADA HAK CIPTA! BELAJAR DARI KASUS MAL GRAND
INDONESIA - Legal2Us, Diakses pada 7 November 2021
Tempo.com. 2021. Kalah Gugatan Grand Indonesia Bayar Rp. 1 M.
https://metro.tempo.co/read/1425068/kalah-gugatan-grand-indonesia-harus-

2549
Fico Acchedya Wijaya
Volume 4 Nomor 2, Desember 2021 Implementasi Strategi Pemerintah Dalam
Penanganan Pandemi Covid-19 Dalam Wilayah Jawa-Bali
E-ISSN: 2655-7347 | P-ISSN: 2747-0873

bayar-rp-1-miliar-ke-keluarga-henk-ngantung/full&view=ok, diakses pada 7


november 2021
Witanto D.Y. 2011. Hukum Acara Mediasi (Dalam Perkara Perdata di Lingkungan
Peradilan Umum dan Peradilan Agama Menurut PERMA No. 1 Tahun 2008
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, Cetakan Kesatu. Alfabeta

2550

Anda mungkin juga menyukai