Anda di halaman 1dari 3

DAPATKAH INTERNAL AUDIT MENANGKAP FRAUD 

36 Votes

Mungkin pertanyaan ini akan menjadi sangat mustahil, bila fraud memang diciptakan oleh manajemen
perusahaan. Sementara, salah  satu tujuan internal audit adalah justru untuk menemukan
penyimpangan, baik akibat dari misstatement yang disengaja (fraud) maupun yang tidak. Padahal
menurut laporan “2002 Report to Nation on Occupatinal Fraud and Abuses” menyatakan bahwa aktivitas
internal audit dapat menekan 35 % terjadinya fraud.

Jawaban pertanyaan diatas akan lebih sulit lagi ditemukan, bila pihak top manajemen justru berperan
aktif dengan cara mendesain tugas-tugas internal audit diperusahaannya menjadi tugas yang ” sekedar”
untuk menilai performance suatu bagian, bukan bekerja untuk memenuhi fungsi internal control.
Dengan demikian, pihak manajemen berupaya  membuat fraud menjadi tidak tersentuh oleh internal
audit, bahkan menjadi mustahil untuk ditemukan.

Biasanya, selain mendesain agar aktivitas internal audit menjadi lumpuh, fraud yang masif dilakukan
melalui trik pembuatan laporan keuangan ganda. Laporan keuangan yang telah dimanipulasi, disiapkan
secara khusus untuk dikonsumsi oleh auditor, sedangkan laporan yang aktual – laporan yang benar-
benar menggambarkan kondisi aktual keuangan perusahaan – hanya didistribusikan untuk kalangan
eksklusif dilingkungan top manajemen.

Masif Fraud di Phar Mor Inc.

Sejarah mencatat kasus Phar Mor Inc. sebagai kasus fraud yang me-legenda dikalangan auditor
keuangan. Eksekutif di Phar Mor secara sengaja melakukan fraud untuk mendapatkan
keuntungan financial yang masuk ke saku pribadi individu di jajaran top manajemen perusahaan.

Phar Mor Inc, termasuk perusahaan retail terbesar di Amerika Serikat yang dinyatakan bangkrupt pada
bulan Agustus 1992 berdasarkan undang-undangan U.S. Bangkruptcy Code.

Pada masa puncak kejayaannya, Phar Mor mempunyai 300 outlet besar di hampir seluruh negara
bagian dan memperkerjakan  23,000 orang karyawan. Produk yang dijual sangat bervariasi, dari obat-
obatan, furniture, electronik, pakaian olah raga hingga videotape. Dalam melakukan fraud, top
manajemen Phar Mor membuat 2 laporan ganda. Satu laporan inventory, sedangkan laporan lain adalah
laporan bulanan keuangan (monthly financial report). Satu set  laporan inventory berisi laporan
inventory yang benar (true report), sedangkan  satu set laporan lainnya berisi informasi tentang
inventory yang di adjustment dan ditujukan untuk auditor use only.

Demikian juga dengan laporan bulanan keuangan, laporan keuangan yang benar – berisi tentang
kerugian yang diderita oleh perusahaan, ditujukan hanya untuk jajaran eksekutif. Laporan lainnya adalah
laporan yang telah dimanipulasi sehingga seolah-olah perusahaan mendapat keuntungan yang
berlimpah.

Dalam mempersiapkan laporan-laporan tersebut, manajemen Phar Mor sengaja merekrut staf dari
Kantor Akuntan Publik (KAP) Cooper & Lybrand. Staf-staf tersebut yang kemudian dipromosikan
menjadi Vice President bidang financial dan kontroler, yang dikemudian hari  ternyata terbukti turut
terlibat aktif dalam fraud tersebut.

Dalam kasus Phar Mor, salah satu syarat agar internal audit bisa berfungsi, yaitu fungsi control
environment telah diberangus. Control environment sangat ditentukan oleh attituted dari manajemen.
Idealnya, manajemen harus mendukung penuh aktivitas internal audit dan mendeklarasikan dukungan
itu kesemua jajaran operasional perusahaan. Top manajemen Phar Mor, tidak
menunjukkan attitude yang baik. Manajemen kemudian malah merekrut staf auditor dari KAP Cooper &
Librand untuk turut dimainkan dalam fraud. Langkah ini bukan tanpa perencanaan matang. Staf mantan
auditor kemudian dipromosikan menduduki jabatan penting, tetapi dengan imbalan harus membuat
laporan-laporan keuangan ganda.

Sejauh ini manajemen Phar Mor telah membuktikan tentang teori : The Fraud Triangle. Yaitu teori yang
menerangkan tentang penyebab fraud terjadi. Menurut teori ini, penyebab fraud terjadi akibat 3
hal : Insentive/Pressure, Opportunity dan Rationalization/Attitude.

Insentive/Pressure adalah ketika manajemen atau karyawan mendapat insentive atau justru mendapat
tekanan (presure) sehingga mereka “commited” untuk melakukan fraud. Opportunity adalah peluang
terjadinya fraud akibat lemahnya atau tidak efektivenya control sehingga membuka peluang terjadinya
fraud. Sedangkan Rationalization/Attitude menjelaskan teori yang menyatakan bahwa fraud terjadi
karena kondisi nilai-nilai etika lokal yang membolehkan terjadinya fraud.

Dalam kasus Phar Mor, setidak-tidaknya top manajemen telah membuktikan satu dari tiga penyusun
triangle, yaitu : top manajemen telah melakukan Insentive/Pressure.

Kasus Underlying L/C di BNI

Kasus fraud di BNI yang menyebabkan kerugian negara mencapai Rp. 1,7 trilyun, menarik untuk dikaji.

Kasus ini justru terkuak oleh kecurigaan Kepala Divisi Internasional terhadap kejanggalan prosedur L/C
BNI Cabang Kebayoran Baru.
Berdasarkan  Laporan dari Divisi Internasional yang  direlease pada tanggal 7 Agustus 2003, kemudian
Direktur Utama BNI menurunkan tim audit khusus untuk mendalami kasus ini. Hasilnya, Laporan tim
audit khusus yang direlease  pada awal September 2003 membuktikan kebenaran pembobolan uang
negara sebesar Rp. 1,7 trilyun.

Yang menjadi pertanyaan mendasar adalah : mengapa tim internal audit tidak dapat menangkap fraud
ini ? Sehingga laporan adanya fraud justru di-release oleh Pimpinan Divisi Internasional yang curiga
atas penyimpangan prosedur L/C di BNI Cabang Kebayoran Baru ? apakah pada saat itu aktivitas 
internal audit memang dilumpuhkan oleh oknum manajemen BNI Cabang Kebayoran Baru ? Atau oknum
manajemen BNI Cabang Kebayoran Baru sudah mendesain laporan dan aktivitas sehingga tidak
tersentuh oleh aktivitas internal audit ?

Pimpinan BNI mungkin sudah melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap kegagalan internal audit
dalam mengungkap fraud.  Tetapi bila fraud memang telah didesain oleh oknum manajemen di BNI
Cabang Kebayoran Baru,  maka salah satu tugas top manajemen BNI adalah menciptakan control
environment sehingga aktivitas internal audit bisa berjalan sesuai fungsinya sebagai internal control.

Top manajemen harus mendeklarasikan dukungan penuh terhadap aktivitas internal audit keseluruh
jajaran departemen di lingkungan BNI. Setelah itu baru menata kembali integritas dan moral petugas
auditor, sehingga fungsi internal audit bisa berjalan sebagaimana mestinya.

— 

End of June

Anda mungkin juga menyukai