Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL THESIS

EFEKTIFITAS PERAWATAN LUKA BAKAR GRADE 2B PADA TIKUS

MENGGUNAKAN AKUPUNTUR DAN HIDROGEL TERHADAP

KECEPATAN PENYEMBUHAN

PENELITIAN TRUE EKSPERIMENTAL

Oleh:

TEGUH DWI SAPUTRO

NIM. 232221052

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2022
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

PROPOSAL THESIS............................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................2
ABSTRAK..............................................................................................................3
KATA PENGANTAR............................................................................................4
DAFTAR ISI...........................................................................................................5
DAFTAR TABEL..................................................................................................6
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................7
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................9
BAB 1....................................................................................................................10
1.1 Latar Belakang...........................................................................................10
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................16
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................16
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................16
REFERENSI.........................................................................................................17
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka bakar adalah cedera jaringan yang disebabkan oleh gesekan, panas,

cairan, api, uap, bahan kimia, listrik, dan radiasi matahari (1). Berdasarkan tingkat

kedalamannya, luka bakar terbagi menjadi tiga kategori yaitu luka bakar derajat I,

luka bakar derajat II dalam dan dangkal, serta luka bakar derajat III (2). Luka

bakar adalah bentuk trauma yang sering menyebabkan kerusakan organ dan

jaringan yang parah serta menjadikan kulit lebih mudah terkena infeksi (3).

Luka bakar adalah cedera yang dapat menimpa siapapun. Berdasarkan data

yang diperoleh dari World Health Organization (2023) diperkirakan 180.000

kematian per tahunnya diakibatkan oleh luka bakar yang sebagian besar terjadi di

negara berpenghasilan rendah dan menengah. Angka kematian yang disebabkan

luka bakar di Asia Tenggara mencapai 11,6% per tahun. Kematian dan kecatatan

relatif tinggi pada luka bakar dibandingkan dengan trauma lainnya. Faktor yang

mempengaruhi terjadinya angka kematian dan kecacatan yang tinggi adalah luas

dan kedalaman kulit yang terluka bakar, penanganan pertama yang kurang

adekuat, usia pasien, dan status kesehatan (5). Selain itu, data wilayah Asia

Tenggara dan Afrika sebanyak 60% kematian setiap tahunnya (WHO, 2018).

Berdasarkan data Depkes RI Luka bakar di Indonesia pada rentang tahun 2014-

2018, menunjukan bahwa terjadi penignkatab kejadian luka bakar pada tahun

2014-2018 sebanyak 35% dengan rincian tahun 2014 sebanyak 1.209 (14,35%),

tahun 2015 sebanyak 1.387 (16,46%), tahun 2016 sebanyak 1.432 (17,03%),
tahun 2017 sebanyak 1.570 (18,64%), dan pada tahun 2018 sebanyak 1.701

(20,19%) (6).

Berdasarkan Riskesdas (2019) menunjukan prevalensi cedera secara

nasional mencapai 92.976 jiwa. Sedangkan prevalensi luka bakar di Indonesia

memiliki angka kejadian sebesar 1,3% yang merupakan jenis cedera terbesar yang

dialami dibandingkan dengan cedera lain. Cedera luka bakar paling banyak

dialami oleh usia produktif yaitu usia 25 – 34 tahun sebanyak 1,8%. Luka bakar

kebanyakan terjadi pada wiraswasta sebanyak 1,8%, pegawai swasta 1,5%, tidak

bekerja sebanyak 1,4%, petani sebanyak 1,3%, dan pembantu sebanyak 1,1%.

Komplikasi luka yang permanen dapat menggangu kenyamanan, kehilangan

sebagian anggota badan dan mengalami gangguan panca indera (7). Luka bakar

bisa mempengaruhi morbilitas dan mortalitas pasien hingga 5 – 10 tahun setelah

terjadi cedera.

Luka bakar merupakan kondisi kesehatan yang serius hingga dapat

menyebabkan komplikasi yang membahayakan nyawa apabila tidak mendapat

pertolongan dan perawatan yang tepat (5). Luka bakar menyebabkan barrier

pertahanan kulit hilang. Kerusakan integritas kulit berpotensi terjadinya infeksi

dengan masuknya mikroorganisme, jamur, dan virus (5). Apabila hal ini tidak

dilakukan perawatan yang tepat maka bakteri dan jamur dapat masuk kedalam

luka dan menyebabkan infeksi. Infeksi yang terjadi pada luka bakar menjadi

permasalahan yang berbahaya karena menyebabkan pematangan epidermis dan

pembentukan jaringan parut yang mengalami keterlambatan (8). Infeksi yang

terjadi dapat memperlambat proses penyembuhan, memburuk kondisi luka hingga

terjadi infeksi sistemik yang berpotensi mengancam jiwa (9). Oleh karena itu
diperlukan penelitian tentang terapi yang terbaik untuk mempercepat

penyembuhan luka bakar, mengurangi resiko jaringan parut pada pasien, dan

mengurangi resiko infeksi.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak buruk

dari luka bakar adalah penanganan awal yang tepat sehingga risiko infeksi dan

komplikasi yang membahayakan nyawa dapat dikendalikan (9). Perawatan luka

yang tepat dapat mempercepat penyembuhan luka, mencegah terbentuknya

jaringan granulasi yang berlebihan, mencegah bakteri yang tumbuh, mampu

mempertahankan pH yang normal, dan sebagai pelembab yang tepat untuk

mempercepat penutupan luka. Sedangkan keterlambatan dan kurangnya

pengetahuan perawatan luka bakar akan menyebabkan kecacatan hingga kematian

(5).

Metode perawatan luka yang dapat digunakan yaitu farmakologis dan non

farmakologis. Perawatan luka farmakologis yang saat ini berkembang adalah

perawatan luka modern dressing menggunakan hydrogel. Sedangkan non

farmakologis dapat menggunakan terapi akupuntur (10). Banyak produk

perawatan luka modern dressing untuk perawatan luka salah satunya adalah

hydrogel. Hydrogel memberikan rasa dingin pada luka, efek kelembapan

lingkungan luka, menghancurkan dan melunakan jaringan nekrotik namun tidak

merusak jaringan sehat. Selain itu, hydrogel juga berfungsi meningkatkan

autolitik debridement (11).

Sedangkan pengobatan non farmakologis yang mendukung pengobatan

dan perawatan luka adalah menggunakan terapi akupuntur (1). Akupuntur dapat
memperkuat penyembuhan yang dirawat menggunakan hydrogel. Hal ini

diperkuat dengan dukungan WHO terahadap terapi akupuntur sebagai terapi

komplementer (1). Begitupun dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan

tradisonal di Indonesia juga mendapatkan dukungan dari pemerintah dengan

adanya regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah seperti permenkes No. 62 tahun

2016, Permenkes No. 37 tahun 2017, Permenkes No. 15 tahun 2018, serta

peraturan lain yang mendukung perkembangan pemanfaatan pelayanan kesehatan

tradisional (6). Terapi akupuntur melibatkan penggunaan jarum tipis yang

dimasukan kedala tubuh pada titik – titik tertentu dengan kedalaman tertentu

untuk menghilangkan rasa nyeri, meningkatkan energi, mengembalikan

keseimbangan tubuh, menstimlasi otot, jaringan, syarat, dan menstimulasi

produksi antinyeri alami (12). Meskipun telah banyak kemajuan dibidang

perawatan luka bakar, namun penyembuhan luka bakar yang lambat, kejadian

jaringan parut dan infeksi masih menjadi tantangan dalam perawatan luka bakar

sehingga diperlukan penelitian yang berkaitan dengan perawatan luka terbaik

untuk mempercepat penyembuhan luka bakar (13).

Penelitian yang dilakukan oleh Ginting & Damanik (2019) menunjukan

bahwa akupuntur mampu meredakan rasa sakit post partum pasca sectiocesarea

pasien yang ada dirumah sakit mitra sejati kota medan. Tusukuan pada terapi

akupuntur merangsang hormon endorphin dan hormon pereda nyeri alami dan

dapat mempercepat proses penyembuhan luka (14). Hal ini menunjukan bahwa

akupuntur merupakan terapi yang dapat mendukung pengobatan farmakologis

untuk luka bakar.


Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Ishak (2022) menunjukan bahwa

terapi akupuntur digunakan untuk mengurangi nyeri dan mempercepat

penyembuhan luka. Terapi akupuntur merangsang limfatik dan aliran darah pada

area luka. Hal tersebut membantu mempercepat proses penyembuhan dan

menurunkan pembengkakan. Selain itu akupuntur membantu merangsang

pengeluaran hormone endofrin yang merupakan hormon pereda nyeri termasuk

nyeri pada area luka. Dalam meningkatkan penyembuhan alami sistem yang

dimiliki oleh tubuh dengan cara merangsang system sarat pusat untuk

mengeluarkan bahan kimia ke sumsum tulang belakang otot, dan otak. Perubahan

biokimia inilah yang dianggap mampu meningkatkan kemampuan penyembuhan

alami yang dimiliki oleh tubuh, kesejahteraan fisik dan emosional.

Manfaat lain dari terapi akupuntur yaitu mengurangi peradangan pada

lingkungan sekitar luka dengan mempercepat prises penyemuhan (10). Selain itu

akupuntur telah terbukti mempunyai dampak positif untuk meningkatkan

kesehatan. Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Nirmala (2019) menunjukan

terapi akupuntur bekerja dengan merangsang system saraf, meningkatkan

pencernaan, produksi, dan energi. Hal ini menunjukan bahwa terapi akupuntur

efektif dalam mengobati berbagai kondisi kesehatan (15). Manfaat tersebut

mendukung terapi akupuntur dapat menjadi pendukung pengobatan farmakologis.

Selain itu, terapi akupuntur meningkatkan sirkulasi darah. Peningkatan sirkulasi

darah berfungsi membawa oksigen dan nutrisi menuju area luka bakar yang

membutuhkan suplai darah yang lebih baik untuk mempercepat penyembuhan.

Penelitian yang lain menunjukan bahwa terapi akupuntur meningkatkan


regenerasi dengan merangsang produksi faktor pertumbuhan yang diperlukan

untuk memperbaiki jaringan yang rusak (14).

Berdasarkan uraian diatas menunjukan bahwa hingga saat ini belum

banyak penelitian yang membandingkan efektifitas keduanya dalam perawatan

luka bakar grade 2B pada hewan coba. Evaluasi luka bakar secara makroskopik

dan mikroskopik bisa digunakan untuk mengamati efektifitas perawatan luka

terhadap kecepatan penyembuhan luka bakar. Pengamatan luka bakar secara

makroskopik meliputi adanya edema, kemerahan, krusta, perdarahan, sekresi,

granulasi, jaringan parut, dan kecepatan penyembuhan luka. Sedangkan penilaian

secara mikroskopik meliputi pengamatan pada derajat re-epitelisasi jaringan

granulasi dan kolagen (1).

Oleh karena itu penulis tertaik untuk melakukan penelitian ini yang

bertujuan untuk membandingkan efektifitas hydrogel dan terapi akupuntur dalam

merawat luka bakar grade 2B pada tikus percobaan. Dalam penelitian ini akan

dilakukan pengukuran luka bakar, waktu penyembuhan, dan komplikasi yang

muncul pada hewan coba yang diberikan perawatan modern dressing dan terapi

akupuntur. Harapan dari penelitian yang dilakukan memberikan informasi yang

berguna tentang efektifitas hydrogel dan terapi akupuntur dalam perawatan luka

bakar grade 2B dan dapat menjadi acuan bagi para professional kesehatan dalam

memilih metode yang terbaik untuk memberikan perawatan luka bakar. Selain itu,

melalui penelitian ini diharapkan bahwa dapat ditemukan solusi untuk membantu

pasien yang mengalami luka bakar dalam mendapatkan perawatan yang lebih

efektif dan cepat dalam penyembuhan luka bakar. Namun perlu diketahui bahwa
respon tubuh pada luka bakar setiap individu berbeda – beda dalam merespon dan

hal ini

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah terapi akupuntur dan hydrogel dapat berpengaruh terhadap kecepatan

penyembuhan luka bakar grade IIB pada tikus?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh efektifitas perawatan

luka bakar grade 2b dengan terapi akupuntur dan hydrogel pada tikus.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis perbedaan pengaruh perawatan luka bakar grade 2b dengan terapi

akupuntur dan hydrogel pada tikus.

2. Menganalisis terapi yang paling efektif perawatan luka bakar grade 2b.

3. Menganalisis terapi yang waktu penyembuhannya paling efektif perawatan luka

bakar grade 2b.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Menjadi dasar penelitian lebih lanjut tentang perawatan luka bakar grade 2b

dengan terapi akupuntur dan hydrogel pada tikus.

2. Memberi informasi baru tentang perawatan luka bakar grade 2b dengan terapi

akupuntur dan hydrogel pada tikus.


REFERENSI

1. Ishak A, Jusuf AA, Simadibrata CL, Barasila AC, Novita R. Effect of


Manual Acupuncture and Laser Acupuncture on Wound Closure in Rat
with Deep Partial Thickness Burn Injury. Med Acupunct [Internet].
2022;34(4):240–50. Available from:
https://www.scopus.com/inward/record.uri?eid=2-s2.0-
85138516409&doi=10.1089%2Facu.2021.0083&partnerID=40&md5=06e
9409756bd7c10e45df248612ef740
2. Yulianto R. PENGARUH EKSTRAK METANOL DAUN KETAPANG
LUKA BAKAR DERAJAT II PADA TIKUS PUTIH ( Rattus norvegicus ).
Universitas Airlangga; 2019.
3. Rustiani E, Najwa N, Nurzillah L. Efektivitas Gel Ekstrak Tangkai Talas
(Colocasia esculenta L.) untuk Penyembuhan Luka Bakar pada Tikus Putih
Jantan. J ILMU … [Internet]. 2022; Available from:
http://jifi.farmasi.univpancasila.ac.id/index.php/jifi/article/view/1154
4. World Health Organization. Burn [Internet]. https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/burns. 2023 [cited 2023 Apr 8]. Available from:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/burns
5. Hiamawan F. DESCRIPTIVE STUDY OF FIRST AID FOR MIND BURN
MANAGEMENT OF THE TEGAL CITY ORPHANAGE IN FIRE
DISASTER. Updat keperawatan. 2022;2(2):60–4.
6. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018 [Internet]. Health
Statistics. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jalan; 2019.
207 p. Available from:
https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2018.pdf
7. Kemeterian Kesehatan Indonesia. Laporan Riskesdas 2018 Nasional.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2019. p. 256–60.
8. Syaifuddin K, Kusnanto, Padoli. PENYEMBUHAN LUKA BAKAR
PADA TIKUS PUTIH DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN
PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA) 25% DAN EKSTRAK DAUN
PETAI CINA (LEUCAENA LEUCOCEPHALA) 30%. J Ilm Kesehat.
2017;10(2):250–5.
9. Rahmadhani N. EFEKTIVITAS KRIM EKSTRAK BUAH NAGA
MERAH ( Hylocereus polyrhizus ) DALAM MENINGKATKAN
JUMLAH SEL FIBROBLAS LUKA BAKAR DERAJAT II PADA TIKUS
PUTIH ( Rattus norvegicus ). Surabaya: Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga; 2019.
10. Ishak A. PENGARUH AKUPUNKTUR MANUAL DAN LASER
AKUPUNKTUR TERHADAP KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA
PADA TIKUS DENGAN MODEL LUKA BAKAR DERAJAT 2B.
Universitas Indonesia; 2021.
11. Arieska N. PENGGUNAAN GEL EKSTRAK DAUN GEDI MERAH
(Abelmoschus manihot (L.) MEDIK) SECARA TOPIKAL TERHADAP
JUMLAH FIBROBLAS PADA PROSES PENYEMBUHAN LUKA
BAKAR PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus). Universitas
Airlangga; 2019.
12. Ginting SST, Damanik LP. Efektifitas Teknik Akupuntur Untuk
Menurunkan Intensitas Nyeri Post Partum Pasca Sectio Cesarea Di Rumah
Sakit Mitra Sejati Kota Medan. J Kebidanan Dan Keperawatan.
2019;10(2):833–7.
13. Wang Y, Beekman J, Hew J, Jackson S, Issler-Fisher AC, Parungao R, et
al. Burn injury: Challenges and advances in burn wound healing, infection,
pain and scarring. Adv Drug Deliv Rev [Internet]. 2018;123:3–17.
Available from: https://doi.org/10.1016/j.addr.2017.09.018
14. Pramesi AY. PENANGANAN DERMATITIS MENGGUNAKAN TITIK
AKUPUNTUR FENGLONG (ST 40), LIEQUE (LU 7), YINLINGQUAN
(SP 9) DAN ASUPAN JELLY DAN JUS KIWI SERTA AIR MANDI
OATMEAL ANINDITA. Unoversitas Airlangga; 2018.
15. Nirmala NN. PENANGANAN KONSTIPASI DENGAN ACCUPRESURE
PADA TITIK DACHANGSHU( BL25), TIANSHU (ST 25), QUCHI
(LI11), HEGU (LI4), DAN TAICHONG (LR3) SERTA PEMBERIAN
HERBAL LIDAH BUAYA ( Aloe vera L). Universitas Airlangga; 2019.

Anda mungkin juga menyukai