Anda di halaman 1dari 8

Diagnosa dalam Asuha Keperawatan

Muhamad Raehan 202001106

Abstrak

Diagnosis keperawatan merupakan sebuah label singkat yang menggambarkan kondisi pasien
yang diobservasi dalam praktik. Kondisi ini dapat berupa masalah - masalah aktual atau potensial
atau diagnosis sejahtera. Pentingnya seorang perawat untuk menentukan diagnosa keperawatan
karena dengan menentukan diagnosa keperawatan perawat bisa memutuskan tindakan apa yang
akan dilakukan dan asuhan keperawatan yang bagaimana yang akan diberikan kepada klien.

Latar Belakang

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan
pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan
klien.

Defenisi diagnosa keperawatan menurut NANDA ialah dari istilah penegakan diagnosis
menunjukkan proses penalaran, sedangkan istilah diagnosis adalah pernyataan atau kesimpulan
fenomena. Nama diagnosis yang baku menurut NANDA disebut judul diagnosis, dan pernyataan
masalah klien, yang terdiri dari judul diagnosis plus etiologi (hubungan kausal antara masalah
dan faktor yang berhubungan atau faktor risiko) itulah yang disebut dengan diagnosis
keperawatan

Diagnosis keperawatan yang ditegakkan berdasarkan pengkajian NANDA-ISDA lebih beragam


daripada diagnosis keperawatan yang ditegakkan oleh perawat. Dengan NANDA-ISDA
pengkajian dilakukan dari berbagai Aspek dan didasari pada pemahaman terhadap definisi suatu
diagnosis tersebut.
Sedangkan diagnosis yang dibuat perawat tidak didasari pada pengkajian dan pemahaman
tentang definisi diagnosis itu sendiri, contohnya terdapat diagnosis “Gangguan pola tidur”.
Istilah ini tidak ditemukan dalam nomenklatur NANDA-I, untuk data kurang tidur. Namun data “
kurang tidur “ akan memunculkan diagnosis “Risiko jatuh”. Begitu pula, tidak satupun tidak
satupun masalah kolaborasi (potensial complication) ditegakkan oleh perawat sementara dari
rutinitas pekerjaan yang dilakukan lebih banyak pada pekerjaan mengatasi masalah pontensial
komplikasi

Berdasarkan pengkajian NANDAISDA, tidak hanya diagnosis keperawatan yang bersifat fisik
yang dapat ditegakkan, namun muncul pula masalah psikososial, misalnya Ansietas dan
Ketidakefektifan performa peran.

Diagnosis keperawatan Nausea, dialami oleh hampir sebagian besar responden, besar
kemungkinan karena efek samping obat, namun tidak ditegakkan sebagai diagnosis keperawatan
oleh perawat ruangan.

Untuk dapat merumuskan diagnosa keperawatan dibutuhkan kemampuan analisis yang tinggi
sehingga diperlukan sumber daya manusia yang capable dan mempunyai motivasi kuat untuk
maju serta berpandangan maju (futuristic). Pada status pasien yang telah dikaji terlihat bahwa
perawat hanya memilih saja diagnosa keperawatan yang telah disediakan di bagian samping
format pengkajian.

Terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan dalam mendiagnosis keperawatan adalah interpretasi
dari data yang ada, kemudian melakukan verifikasi dengan pasien, menentukan label diagnosis
keperawatan dan menuliskan diagnosis keperawatan.

Metode

Metode ini menggunakan metode kuantitatif. Berdasarkan dari penjelasan yang didapat dari
sumber dan referensi terkait isu keselamatan kerja dalam asuhan keperawatan. Pengumpulan data
dimulai dari dokumen, observasi dan wawancara.

Sejauh ini belum ada standar asuhan keperawatan yang disepakati terkait perawatan pasien
dengan gangguan pernapasan. Sedangkan proses mengkaji dan mendiagnosis merupakan
kegiatan yang sangat penting karena menentukan keberhasilan keperawatan.
Responden perawat juga diminta menegakkan diagnosis keperawatan sesuai data pengkajian
yang diperoleh dari pasien. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi
atau prosentase masing-masing dari setiap diagnosis keperawatan yang muncul.

Diagnosis keperawatan yang ditegakkan berdasarkan pengkajian NANDA-ISDA lebih beragam


daripada diagnosis keperawatan yang ditegakkan oleh perawat. Dengan NANDA-ISDA
pengkajian dilakukan dari berbagai Aspek dan didasari pada pemahaman terhadap definisi suatu
diagnosis tersebut.

Hasil

Hasil observasi di rumah sakit bahwa untuk jumlah diagnosa keperawatan yang muncul pada
satu orang pasien rata-rata satu jenis diagnosa keperawatan saja, padahal diagnosa keperawatan
bisa ditegakkan berdasarkan respon pasien. Diagnosa keperawatan tunggal tersebut, bisa jadi
dikarenakan pengkajian yang kurang lengkap, atau bisa dikarenakan ketidaktahuan perawat
dalam menentukan diagnosa lain yang sesuai. Pada sisi lain pada diagnosa keperawatan.

Perawat sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan dan
merupakan faktor yang paling menentukan untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal
dengan asuhan keperawatan yang bermutu. Pada prakteknya kegiatan proses keperawatan di atas
tidaklah selalu berurutan tetapi bisa dikerjakan pada waktu bersamaan/tumpang tindih
(overlapping). Salah satu kegiatan yang penting dalam proses keperawatan adalah pengkajian
keperawatan.

Pengalaman menunjukkan bahwa sering sekali perawat kesulitan dalam menentukan diagnosis
keperawatan spesifik yang dialami oleh pasien.Hal ini mungkin karena pengkajian keperawatan
yang tidak terstruktur dengan baik.Pengalaman menunjukkan bahwa pengkajian yang dilakukan
oleh perawat tidak mempunyai urutan yang runut dan terkait dengan diagnosis
keperawatan.Sering terjadi perawat mempunyai data tertentu tetapi kebingungan untuk
menentukan data tersebut mendukung diagnosis keperawatan yang mana.

Hasil kerja perawat di rumah sakit dapat dinilai melalui pengamatan langsung yaitu proses
pemberian asuhan keperawatan atau laporan dan catatan pasien (dokumentasi) asuhan
keperawatan. Pada status pasien yang telah dikaji terlihat bahwa perawat hanya memilih saja
diagnosa keperawatan yang telah disediakan di bagian samping format pengkajian.

Ada tiga komponen yang utama dalam Pengkajian Pemberian Asuhan Keperawatan yaitu,
diagnose keperawatan, Kriteria Hasil dan Intervensi. Diagnosis keperawatan merupakan sebuah
label singkat yang menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi dalam praktik.

Pembahasan

Perawat bertugas untuk memenuhi kebutuhan dasar klien secara holistic memiliki tanggung
jawab untuk membantu pemenuhan kebutuhan oksigen klien yang tidak adekuat.Dalam
tindakannya, seorang perawat sebelum memberikan asuhan keperawatanharus melakukan
metode keperawatan berupa pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, dan evaluasi.

Perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di rumah sakit karena selain jumlahnya
pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan jelas mempunyai
kontribusi yang sangat menentukan kualitas pelayanan di rumah sakit sehingga setiap upaya
untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit harus juga disertai upaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan (Nursalam dan Effendi, 2008)

Perawat sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan dan
merupakan faktor yang paling menentukan untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal
dengan asuhan keperawatan yang bermutu.

Untuk dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik seorang perawat perlu memiliki
kemampuan berhubungan dengan klien dan keluarga, serta berkomunikasi dengan anggota tim
kesehatan lain, mengkaji kondisi kesehatan klien baik melalui wawancara, pemeriksaan fisik
maupun menginterprestasikan hasil pemeriksaan penunjang, menetapkan diagnosis keperawatan
dan memberikan tindakan yang dibutuhkan klien, mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah
diberikan serta menyesuaikan kembali perencanaan yang telah dibuat dan sebagainya (Gibson et
al.,1997).

Menurut Nursing Interventions Classification (NIC) (2013), intervensi keperawatan merupakan


suatu perawatan yang dilakukan perawat berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan perawat
untuk meningkatkan outcoem pasien/klien.
Pada prakteknya kegiatan proses keperawatan di atas tidaklah selalu berurutan tetapi bisa
dikerjakan pada waktu bersamaan/tumpang tindih (overlapping). Salah satu kegiatan yang
penting dalam proses keperawatan adalah pengkajian keperawatan.

Pengkajian keperawatan ini sangat penting karena dari pengkajian keperawatan maka perawat
akan mampu menentukan apa masalah keperawatan/diganosa keperawatan dan masalah
kolaboratif/diagnosis potensial komplikasi yang dialami oleh pasien dan membuat perencanaan
dalam merawat pasien.

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan
pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan
klien.

Tiga komponen utama yang harus ada dalam sebuah rencana asuhan keperawatan sebagai
berikut.

1. Diagnosis keperawatan atau masalah yang diprioritaskan.

2. Kriteria hasil, yaitu apa hasil yang diharapkan dan kapan anda ingin mengetahui hasil yang
diharapkan tersebut.

3. Intervensi, yaitu apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan atau kriteria hasil

Intervensi NIC memberi arahan untuk pemilihan aktivitas keperawatan, tetapi masih secara
umum. Dalam menulis program keperawatan secara individual untuk pasien, perawat memilih
hal-hal berikut ini dari daftar aktivitas keperawatan: Identifkasi karakteristik lingkungan yang
dapat meningkatkan potensi jatuh.

Langkah pertama dalam memberikan asuhan keperawatan untuk membantu klien mencapai
kesejahteraan adalah melalui pengkajian terhadap kemampuan klien melakukan perawatan diri,
pengkajian jaringan dukungan sosial klien, dan pengkajian lingkungan tempat klien tinggal dan
berinteraksi. Selanjutnya intervensi yang memudahkan klien mencapai tujuan diimplementasikan
oleh perawat.
Sejauh ini belum ada standar asuhan keperawatan yang disepakati terkait perawatan pasien
dengan gangguan pernapasan. Sedangkan proses mengkaji dan mendiagnosis merupakan
kegiatan yang sangat penting karena menentukan keberhasilan keperawatan.

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan
pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan
klien (Yeni, 2008).

kegiatan yang dilakukan dalam mendiagnosis keperawatan adalah interpretasi dari data yang ada,
kemudian melakukan verifikasi dengan pasien, menentukan label diagnosis keperawatan dan
menuliskan diagnosis keperawatan.

Diagnosis keperawatan yang ditegakkan berdasarkan pengkajian NANDA-ISDA lebih beragam


daripada diagnosis keperawatan yang ditegakkan oleh perawat. Dengan NANDA-ISDA
pengkajian dilakukan dari berbagai Aspek dan didasari pada pemahaman terhadap definisi suatu
diagnosis tersebut.

Masing-masing rencana asuhan meliputi pernyataan diagnosis keperawatan, faktor yang


berhubungan atau faktor risiko, saran penggunaan, dan aktivitas keperawatan. nalisis data dalam
perumusan diagnosa keperawatan dimulai dengan pengelompokan data yang diperoleh dari
anamnesa, pengamatan dan pemeriksaan fisik lalu hasil yang didapat dibandingkan dengan
standar (kondisi normal), sehingga dapat diketahui permasalahan kesehatan yang dialami pasien
dan dapat dirumuskan masalah kesehatan.

Pengetahuan perawat menentukan tindakan perawat dalam memberikan pelayanan kepada


pasien, sehingga tindakan perawat yang dilandasi oleh pengetahuan akan memberikan pelayanan
yang lebih baik dibandingkan dengan perawat yang melakukan tindakannya tanpa didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan perawat sangat berpengaruh terhadap kelengkapan pengisian
dokumentasi asuhan keperawatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian diketahui bahwa dari
271 dokumen yang menjadi sampel sebagian besar dokumentasi asuhan keperawatan ruang
bedah periode triwulan I di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya diisi secara tidak lengkap.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan uji statistik Chi square, diketahui bahwa
terdapat hubungan pengetahuan perawat dengan kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan
keperawatan. Ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ardika (2012).

Penutup

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan uji statistik Chi square, diketahui bahwa
terdapat hubungan pengetahuan perawat dengan kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan
keperawatan. Pengetahuan perawat menentukan tindakan perawat dalam memberikan pelayanan
kepada pasien, sehingga tindakan perawat yang dilandasi oleh pengetahuan akan memberikan
pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan perawat yang melakukan tindakannya tanpa
didasari oleh pengetahuan. Salah satu proses keperawatan adalah diagnosa keperawatan, diagnose
keperawatan merupakan suatu hal yang penting untuk menghasilkan dan meningkatkan suatu
intervensi keperawatan. Intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang dilakukan
perawat berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan outcoem
pasien/klien.

Daftar Pustaka

1. Simamora, R. H., Bukit, E., Purba, J. M., & Siahaan, J. (2017). Penguatan kinerja
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan melalui pelatihan ronde keperawatan di
rumah sakit royal prima medan. Jurnal pengabdian kepada masyarakat, 23(2), 300-304.
2. Heni Apriyani (2015). Identifikasi Diagnosa Keperawatan pada Pasien di Ruang Paru
Sebuah Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015
3. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
4. Rinawati, Prema. (2018). KOMPETENSI PERAWAT DALAM MERUMUSKAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD
TUGUREJO SEMARANG. Manuscript: repository Unimus. Hal: 1-9.
5. Nuryani, Nurul. Susanti, Dwi Dahlia. (2014). HUBUNGAN PENGETAHUAN
PERAWAT DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN
KEPERAWATAN DI RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA. Jurnal
Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, Vol.3, No.1. Hal: 5-9
6. Astar, Fatmawati. Tamsah, Hasmin. Kadir, Ikhasana. (2018). PENGARUH
PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI
PUSKESMAS TAKALALA KABUPATEN SOPPENG. MIRAI : JOURNAL OF
MANAGEMENT VOL. 1 NO. 2. Hal: 33-53.
7. Abd, R., Mohamed, R., Rabo, A., & El-zeftawy, A. M. A. (2015). Tuberculosis Patients ’
Perspective of Quality of Care Provided By Nurses after Implementing Nursing
Intervention at Chest Governorate Hospitals in Gharbia, 3(6), 27– 38.
8. NANDA International. (2014). NANDA International Nursing Diagnosis: Definitions &
Classification 2015-2017. (S. Herdman, T.H. and Kamitsuru, Ed.) (Tenth edit). Oxford:
WILEY Blackwell
9. NANDA-I. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012 – 2014.
Jakarta:EGC.
10. Supratti. Ashriady. (2016). PENDOKUMENTASIAN STANDAR ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAMUJU, INDONESIA.
Jurnal Kesehatan MANARANG, Volume 2, Nomor 1. Hal: 44-50
11. Sari, Harum Selfia. Agianto. Wahid, Abdurrahman. (2015). BATASAN
KARAKTERISTIK DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN (ETIOLOGI)
DIAGNOSA KEPERAWATAN: HAMBATAN MOBILITAS FISIK PADA PASIEN
STROKE. Batasan Karakteristik dan Etiologi DK Vol.3/No.1. Hal: 12-19

Anda mungkin juga menyukai