Kasus RHD Kiki
Kasus RHD Kiki
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dibawa oleh orangtuanya ke rumah Rumah
Sakit Abdul Moeloek (RSAM) dengan keluhan sesak napas. Sesak napas dirasakan sejak 1
bulan yang lalu dan memberat dalam 1 minggu terakhir dengan frekuensi tidak menentu
(hilang timbul) dan lebih sering muncul pada malam hari serta cepat mengalami kelelahan
setelah beralih ke aktivitas fisik yang lebih berat, yang dicontohkan pasien seperti setelah
bermain bola, berlari atau saat pelajaran olahraga di sekolahnya. Sesak napas yang
dialami pasien tidak disertai bunyi mengi. Keluarga pasien mengatakan napas pasien
cenderung terlihat lebih berat pada malam hari dan beberapa kali pasien merasa lebih baik jika
tidur dengan disangga bantal yang tinggi. Pasien cenderung cepat lelah dalam 1 bulan
terakhir dan lebih jarang beraktivitas seperti biasa yaitu bermain bola karena merasa cepat
lelah dan sesak ketika berlari.Ketika istirahat,sesak dirasakan berkurang. Menurut pasien
dan keluarganya, keluhan sesak seperti ini baru pertama kali dirasakan pasien serta
keluarganya tidak ada riwayat memiliki asma atau penyakit pernapasan lainnya.
Selain sesak, pasien juga mengeluhkan batuk berdahak yang hilang timbul yang mulai
muncul sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Batuk berdahak juga dirasakan tidak
terus menerus, kadang bersamaan dengan keluhan sesak napas di malam hari.
Pasien mengaku sempat mengalami demam yang hilang timbul yang juga mulai
dirasakan sekitar 1,5 bulan sebelum masuk rumah sakit. Demam yang dialami pasien tidak
menentu waktunya dengan suhu tubuh yang tak teraba, shifing dullness (-).
tidak terdapat nyeri dan konsistensi lunak.Pada ekstremitas superior inferior tidak
didapatkan adanya sianosis dan edema. Pemeriksaan fisik di dapatkan ttv TD: 110x/m,frekuensi napas
32x/m,nadi 130x/m. Pada hasil pemeriksaan penunjang
positif dan CRP kuantitatif >12 mg/L. Pada pemeriksaan foto toraks didapatkan gambaran
jantung membesar ke lateral kanan dan kiri apeks membulat di atas diafragma, pinggang
dengan kemungkinan ruang yang mengalami dilatasi adalah ventrikel kanan, atrium kanan
dan atrium kiri. Pada pemeriksaan EKG didapatkan pemanjangan interval PR. Pada
pemeriksaan ekokardiografi didapatkan ventrikel kiri dilatasi dengan fraksi ejeksi 75%,
dengan dilatasi atrium kanan, atrium kiri, dan ventrikel kanan; kesan regurgitasi mitral berat
PERTANYAAN
Faktor risiko RHD adala: Faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit demam rematik akut
dan penyakit jantung rematik adalah usia, jenis kelamin, dan lingkungan.
Usia
Demam rematik akut paling sering terjadi pada rentang usia 5‒15 tahun, jarang terjadi di atas usia 30
tahun. Pasien yang mengalami demam rematik akut saat kecil berisiko untuk terkena penyakit jantung
rematik di kemudian hari, insidensinya mencapai 60%.[7,8]
Jenis kelamin
Insidensi demam rematik akut hampir sama antara wanita dan pria. Namun, insidensi penyakit jantung
rematik akut 1,6‒2,0 kali lebih banyak terdeteksi pada wanita. Hal ini disebabkan karena perburukan
kondisi penyakit yang umum terjadi pada saat kehamilan, dan faktor hormonal.[7,8]
Lingkungan
Prevalensi penyakit jantung rematik lebih banyak terjadi pada negara berkembang dibandingkan
dengan Negara maju. Hal ini dikaitkan dengan air yang tidak bersih, populasi yang padat, sanitasi
yang buruk, minimnya akses ke fasilitas kesehatan, serta kondisi sosial ekonomi rendah yang menjadi
faktor risiko eksternal penyakit ini.[8,10]
Kurangnya akses ke fasilitas kesehatan juga menjadi faktor risiko. Faringitis akibat Streptococcus
grup A yang tidak terdeteksi dan ditangani dengan baik dapat berlanjut menjadi demam rematik akut
dan menyebabkan sekuel penyakit jantung rematik. Pasien yang tidak mendapat antibiotik profilaksis
demam rematik akut berulang, lebih berisiko terkena penyakit jantung rematik
3. Apa manifestasi klinik lain yang dialami oleh pasien
bulan yang lalu dan memberat dalam 1 minggu terakhir dengan frekuensi tidak menentu
(hilang timbul) dan lebih sering muncul pada malam hari serta cepat mengalami kelelahan
setelah beralih ke aktivitas fisik yang lebih berat, yang dicontohkan pasien seperti setelah
bermain bola, berlari atau saat pelajaran olahraga di sekolahnya. Sesak napas yang
dialami pasien tidak disertai bunyi mengi. Keluarga pasien mengatakan napas pasien
cenderung terlihat lebih berat pada malam hari dan beberapa kali pasien merasa lebih baik jika
tidur dengan disangga bantal yang tinggi. Pasien cenderung cepat lelah dalam 1 bulan
terakhir dan lebih jarang beraktivitas seperti biasa yaitu bermain bola karena merasa cepat
Obat untuk gagal jantung diberikan hingga gagal jantung terkontrol dan gejala karditis membaik. Obat
yang dapat dipakai antara lain:
Furosemide: diberikan per oral atau intravena, dengan dosis dewasa 20‒40 mg/dosis 1‒2
kali/hari. Dosis anak 0,5‒1 mg/kgBB diberikan 2‒3 kali/hari, maksimum 6 mg/kgBB/hari atau
80 mg/hari.
Spironolakton: diberikan per oral, dosis dewasa 50‒100 mg per hari dibagi dalam 1‒2 dosis.
Dosis anak 1‒3 mg/kgBB/hari dibagi dalam 1‒2 dosis, maksimum 100‒200 mg/hari.
Enalapril: per oral pada pasien dewasa diberikan dosis awal sebesar 2,5 mg/hari, dilanjutkan
dosis pemeliharaan 10‒20 mg/hari maksimum 40 mg/hari. Dosis untuk anak 0,1 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 1‒2 dosis, tingkatkan perlahan setelah 2 minggu, maksimum 1 mg/kg/hari.
Digoxin: diberikan per oral dosis dewasa 125‒250 μg/hari. Untuk anak, dosis awal 15
μg/kgBB, kemudian setelah 6 jam 5 μg/kgBB, dilanjutkan dosis 3‒5 μg/kgBB/12 jam.[21,26]
Steroid
Pada kasus karditis berat, gagal jantung, dan perikarditis dengan efusi dapat diberikan obat golongan
steroid selama 1‒2 minggu. Dapat diberikan prednison atau prednisolon dengan dosis 1‒2
mg/kgBB/hari. Jika diberikan lebih dari 1 minggu, turunkan dosis perlahan 20‒25% per minggu,
maksimum 60 mg/hari.[21,26]
Antibiotik
Penicillin benzathine: intramuskular, dosis 450mg (600.000 U) untuk pasien <30 kg, dan 900
mg (1.200.000 U) untuk ≥30 kg. Diberikan dosis tunggal.
Phenoxymethylpenicillin: per oral, 2 kali/hari, selama 10 hari. Dosis dewasa 500 mg. Dosis
anak 15 mg/kgBB, maksimal 500 mg/hari.
Penisilin V: per oral, diberikan selama 10 hari. Dosis pasien dengan berat <20 kg adalah 250
mg 2‒3 kali/hari, sedangkan ≥20 kg diberikan 500mg 2‒3 kali/hari.
Eritromisin: per oral, diberikan selama 10 hari. Dosis sebesar 40 mg/kgBB/hari dibagi dalam
2‒3 dosis.
Cephalexin: per oral, diberikan 2 kali/hari selama 10 hari. Dosis dewasa 500 mg, sedangkan
anak 25 mg/kgBB.[21,26]
Pembedahan
Penyakit jantung rematik paling berdampak pada kondisi katup jantung. Katup jantung yang
mengalami peradangan dan perubahan morfologi akan menjadi disfungsi katup. Pada kondisi
kerusakan katup yang berat biasanya diperlukan intervensi melalui pembedahan, maupun intervensi
perkutan.