Artikel PPM - Ade Rizal Nurhasan - 19503241029
Artikel PPM - Ade Rizal Nurhasan - 19503241029
Email: aderizal.2019@student.uny.ac.id.
ABSTRAK
Pengenalan Permainan Tradisional merupakan salah satu sub program individu
mahasiswa KKN UNY Dusun Gebayan yang tergabung dalam program Taman Bermain dan
Olahraga. Program ini dilatar belakangi oleh banyaknya permainan tradisional di tanah jawa
yang saat ini sangat jarang dimainkan oleh anak-anak di Indonesia khususnya di lokasi kami
berkegiatan KKN yaitu Dusun Gebayan. Secara umum saat ini banyak dari anak-anak di
Indonesia yang cenderung lebih menyukai game online dari gadget dibanding dengan
memainkan permainan-permainan tradisional. Padahal permainan tradisional merupakan
warisan budaya bangsa yang sangat perlu dilestarikan. Kegiatan yang dilakukan antara lain
pengenalan permainan tradisional pada anak seperti petak umpet, gobak sodor, lompat karet,
congklak, engklek, serta permainan tradisional lokal yaitu lutungan/panjat bambu dengan
sasaran yaitu anak-anak di Dusun Gebayan yang rata-rata merupakan siswa dengan jenjang
pendidikan TK-SD. Kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Antusias peserta
kegiatan cenderung meningkat di setiap kegiatan yang dilaksanakan. Peserta kegiatan merasa
senang, semangat, serta lebih memahami dan mengetahui berbagai macam permainan
tradisional dan jenis-jenis olahraga yang dimainkan.
PENDAHULUAN
1. Bermain
Bermain merupakan hal yang identik memberikan pandangan bahwa salah satu cara
dengan anak-anak. Bagi anak-anak bermain untuk melepaskan emosi anak adalah melalui
merupakan hal yang menyenangkan. Bermain aktivitas bermain. Anak dapat mengembangkan
dilakukan oleh anak tanpa beban dengan penuh rasa harga dirinya dan dapat menguasai
perasaan bahagia. Itulah alasan bermain beberapa keterampilan sosial melalui aktivitas
merupakan lawan dari aktivitas bekerja (Suyadi, bermain. (Montolalu, 2013, hal. 79)
2010, hal. 283). Hal serupa juga dikemukakan Menurut Berk (2006, hal. 599-600),
oleh Moritsz Lazarus bahwa bermain itu bermain memiliki beberapa tahapan seperti
berbeda dengan bekerja. Anak dapat yang dikemukakan oleh Rubin & Fein
menghilangkan kelelahannya dalam belajar Vandenber, yaitu :
melalui aktivitas bermain (Mutiah, 2010, hal. 1) Bermain fungsional (Functional Play),
95). Sigmund Freud dan Erik Erikson juga tahapan ini biasanya mulai terlihat saat anak
berusia 1-2 tahun. Pada tahapan ini anak pada aktivitas bermain karena biasanya
biasanya beraktivitas dengan atau tanpa alat tahap ini diawali saat anak memasuki masa
permainan, misalnya bermain mobil- pubertas.
mobilan atau berjalan di sekitar ruangan. Menurut Hurlock (1978, hal. 326-328),
2) Bermain bangun membangun (Constructive bermain dibagi dalam dua kategori, yaitu:
Play), tahapan ini mulai terlihat saat anak 1) Bermain aktif, pada kategori ini anak
berusia antara 3 – 6 tahun. Pada tahapan ini senang melakukan hal-hal yang
anak mulai menciptakan bangunan tertentu menggerakkan seluruh tubuhnya sehingga
dengan alat permainan yang tersedia dan anak mendapatkan kepuasan saat bermain.
membentuk sesuatu. Contoh aktivitas 2) Bermain bebas dan spontan, pada kategori
bermain pada tahap ini adalah menggambar ini anak tidak terikat oleh aturan permainan
atau menyusun puzzle. sehingga bebas melakukan eksplorasi pada
3) Bermain pura-pura (Make Believe Play), benda-benda di sekitarnya. Contoh kategori
tahap ini biasanya mulai terlihat saat anak bermain bebas adalah anak menonton
berusia antara 2 – 6 tahun. Anak terlihat adegan lucu atau membaca buku.
berpura-pura menirukan kegiatan orang- Sementara itu Sheriden (2011, hal. 14-
orang yang pernah dilihatnya dalam 16), mengemukakan beberapa kategori bermain,
kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh anak yaitu:
bermain dengan memerankan tokoh polisi 1) Active Play, kategori ini banyak melibatkan
atau dokter yang pernah ditemuinya atau anggota tubuh sehingga sangat bermanfaat
pernah dilihatnya di televisi. untuk anak-anak. Contoh kategori active
4) Permainan dengan peraturan (Games with play adalah permainan lompat tali.
Rules), pada tahap ini anak sudah bisa 2) Explorative and Manipulative Play,
mematuhi aturan dalam permainan. Contoh kategori permainan ini sangat bermanfaat
permainan pada tahap ini adalah permainan untuk perkembangan motorik kasar,
monopoli dan ular tangga. motorik halus, dan koordinasi mata-tangan.
Menurut Hurlock (1978, hal. 324) Anak juga mendapatkan kesempatan untuk
perkembangan bermain pada anak melalui mengeksplorasi lingkungannya dan mencari
empat tahap, yaitu: tahu tentang sifat benda melalui inderanya.
1) Tahapan penjelajahan (exploratory stage), 3) Imitative Play, kategori permainan ini
pada tahap ini anak mulai melakukan sudah bisa dimainkan jika anak sudah
aktivitas penjelajahan dengan merangkak mampu mengontrol gerakan tubuhnya,
dan berjalan. memanipulasi objek di sekitarnya, dan
2) Tahap mainan (toy stage), pada tahap ini mulai memahami bahasa sederhana.
anak mulai berpikir bahwa mainannya Biasanya kategori permainan ini dimainkan
dapat berperilaku seperti manusia sehingga oleh anak berusia 7 - 8 bulan.
sering mengajak berbicara mainannya 4) Constructive (or End Product) Play,
layaknya teman bermainnya. kategori permainan ini memerlukan
3) Tahap bermain (play stage), pada tahap ini kombinasi dari kemampuan motorik dan
jenis permainan anak mulai banyak. Anak sensorik beserta pemahaman kognitif dan
mulai bermain dengan berbagai alat simbolik dari anak.
permainan dan lama kelamaan menjadi 5) Make Believe or Pretend Play, kategori
games, olahraga, serta bentuk permainan permainan ini seperti bermain peran. Anak
lain yang juga dilakukan oleh orang memerankan tokoh yang pernah dilihatnya
dewasa. dalam kehidupan sehari-hari.
4) Tahap melamun (daydream stage), pada 6) Games with Rule, kategori permainan ini
tahap ini anak mulai berkurang minatnya anak sudah belajar tentang aturan, berbagi,
kesabaran, kedisiplinan, dan sikap sportif. untuk mengembangkan otot-ototnya dan energi
Anak juga mulai belajar bekerja sama yang ada (Mutiah, 2010). Ketika bermain anak
dengan tim, khususnya pada permainan akan belajar mengambil keputusan dan
kelompok. menyusun strategi dalam menyelesaikan
Achroni (2012, hal. 16-18), permainan. Hal ini tentunya akan berdampak
mengemukakan tentang beberapa manfaat pada keterampilan anak (Thobrani & Mumtaz,
bermain bagi anak, yaitu: 2011, hal. 44)
1) Melalui kegiatan bermain, anak Dari pendapat para ahli tersebut, dapat
mendapatkan kegembiraan dan hiburan ditarik kesimpulan bahwa bermain permainan
sehingga terhindar dari stres serta merupakan salah satu jenis aktivitas fisik yang
bermanfaat bagi kesehatan fisik, mental, dapat mengembangkan kemampuan kognitif,
dan prestasi akademiknya. sosial, fisik, serta kemampuan emosi anak-anak.
2) Kemampuan motorik kasar anak dapat Terdapat beberapa tahapan dan dalam bermain.
distimulasi melalui kegiatan bermain. Walaupun beberapa istilah yang dipakai oleh
Kemampuan motorik kasar berkaitan para ahli diatas berbeda, namun secara garis
dengan aktivitas yang melibatkan otot-otot besar tahapan bermain dapat dikategorikan
besar. Contoh aktivitas motorik kasar berdasarkan tahap usia perkembangan anak.
adalah melompat, berjalan, berlari, Terdapat pula beberapa pendapat yang
mengayunkan tangan, dan sebagainya. mengemukakan tentang kategori bermain.
3) Kemampuan motorik halus dapat Kategori tersebut dikelompokkan berdasarkan
distimulasi melalui kegiatan bermain. usia anak. Walaupun terdapat beberapa
Aktivitas motorik halus berkaitan dengan perbedaan pendapat kategori bermain dari para
gerakan otot-otot kecil dan koordinasi ahli tersebut, namun tujuan dari pengkategorian
mata-tangan. Contoh aktivitas motorik tersebut tetaplah sama yaitu sebagai sarana
halus adalah menggambar, memasang stimulus anak yang disesuaikan berdasarkan
kancing, menggunting, dan sebagainya. usianya. Bermain dapat bermanfaat baik bagi
4) Kemampuan konsentrasi anak bisa dilatih anak, selain fisik, bermain juga dapat digunakan
melalui aktivitas bermain. sebagai sarana mengembangkan kemampuan
5) Aktivitas bermain dapat mendorong kognitif, sosial, serta kemampuan emosi anak-
spontanitas anak agar anak mampu berpikir anak.
dan bertindak cepat ketika ingin melakukan
sesuatu. Hal ini bisa dilatih melalui 2. Permainan Tradisional
permainan yang bersifat kompetisi Dahulu, anak-anak lebih sering bermain
6) Aktivitas bermain juga dapat menstimulasi dan beraktivitas fisik bersama diluar rumah.
kemampuan sosial anak. Aktivitas bermain Sangat sering dijumpai anak-anak bermain
dapat melatih kesabaran, empati, layang-layang, petak umpet, gobak sodor, dll.
kemandirian, kejujuran, dan kepercayaan Bahkan ketika malam hari pun anak-anak juga
diri anak. sering melantunkan tembang-tembang
7) Aktivitas bermain dapat mencegah risiko tradisional.
anak mengalami obesitas karena anak Permainan tradisional merupakan
banyak melakukan aktivitas fisik. Aktivitas simbolisasi dari pengetahuan yang turun
yang membuat anak banyak bergerak temurun dan mempunyai bermacam-macam
sangat baik untuk menyehatkan tubuh dan fungsi atau pesan dibaliknya Permainan
menguatkan otot-otot anak. tradisional merupakan hasil budaya yang besar
Proses tumbuh kembang anak bisa nilainya bagi anak-anak dalam rangka
distimulasi melalui aktivitas bermain. Fungsi berfantasi, berekreasi, berkreasi, berolah raga
bermain terhadap sensori motorik anak penting yang sekaligus sebagai sarana berlatih untuk
hidup bermasyarakat, keterampilan, kesopanan dampak lain dari seringnya memainkan yaitu
serta ketangkasan (Andriani, 2012) menurunnya perkembangan sosial, emosional
Sebagian besar permainan tradisional dan dan mental anak. Oleh karena itu, seiring
olahraga merupakan ekspresi budaya asli dan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi
cara hidup yang memberikan kontribusi saat ini harus diimbangi dengan upaya
terhadap identitas umum kemanusiaan telang pengendalian dan penyaringan agar dampak
menghilang dan yang masih bertahan juga negatif dapat terminimalisir bagi generasi
terancam hilang atau punah karena pengaruh penerus bangsa khususnya anak-anak.
globalisasi dan harmonisasi keragaman warisan Selain perkembangan teknologi, ada
olahraga dunia (Boro, 2015, hal. 88). Menurut beberapa hal yang menjadi faktor semakin
data yang dikutip dalam buku Javaansche menurunnya eksistensi permainan tradisional.
Meisjespelen en Kindertiedjes karangan H. Tedi, (2015, hal. 8) menyatakan bahwa
Overbeck disebutkan bahwa jumlah permainan hilangnya permainan tradisional disebabkan
anak dari seluruh tanah Jawa sebanyak 697 oleh beberapa faktor yaitu:
permainan (Purwaningsih, 2006) 1) Sarana dan tempat bermain tidak ada.
Menurut Gustiana Mega Anggita, Siti 2) Adanya penyempitan waktu, terlebih lagi
Baitul Mukarromah, Mohammad Arif Ali semakin kompleksnya tuntutan zaman
(2018: 55-59), permainan tradisional terhadap anak yang semakin membebani.
merupakan salah satu sarana bermain bagi anak. 3) Permainan tradisional terdesak oleh
Selain bermanfaat bagi kesehatan, kebugaran permainan modern dari luar negeri dimana
dan tumbuh kembang anak, terdapat juga nilai- tidak memakan tempat, tak terkendala
nilai positif yang terkandung dalam permainan waktu baik itu siang hari, pagi, sore ataupun
tradisional misalnya kejujuran, kerja sama, malam bisa dilakukan serta tidak perlu
sportif, tolong menolong, tanggung jawab, menunggu orang lain untuk bermain.
disiplin dan masih banyak lagi dimana hal-hal 4) Terputusnya pewarisan budaya yang
tersebut dapat membangun karakter anak. dilakukan oleh generasi sebelumnya dimana
Selain itu, Permainan tradisional lebih mereka tidak sempat mencatat, mendata dan
efektif dari kegiatan sehari-hari dalam rangka mensosialisasikan sebagai produk budaya
untuk mengembangkan kontrol objek, masyarakat kepada generasi dibawahnya.
kemampuan lokomotor dan keterampilan dasar (Kovačević & Opić, 2014) menyatakan
(Akbar, 2009, hal. 126) bahwa permainan tradisional jarang dimainkan
Seiring dengan perkembangan zaman dan pada jam istirahat sekolah dan class meeting,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi hal tersebut terjadi karena beberapa hambatan
(IPTEK), beberapa permainan tradisional yang berhubungan dengan kurangnya ruang dan
tersebut sudah sangat jarang ditemui. Saat ini, waktu untuk bermain di sekolah karena jumlah
anak-anak lebih cenderung untuk memainkan siswa di kelas yang banyak dan sedikitnya
permainan modern sepeti game online atau ruang untuk bermain.
permainan yang terdapat pada gadget. Menurut Berdasarkan beberapa opini dan pendapat
anak-anak, permainan online dinilai lebih diatas permainan merupakan suatu warisan
variatif untuk dimainkan. Padahal hal tersebut budaya yang wajib untuk dilestarikan.
merupakan hal yang kurang baik bagi Permainan tradisional terdapat nilai-nilai positif
perkembangan kemampuan fisik anak. Anak yang terkandung misalnya kejujuran, kerja
hanya duduk tanpa melakukan aktivitas fisik sama, sportif, tolong menolong, tanggung
yang dapat membantu motorik mereka. Hal jawab, disiplin merupakan sarana bermain yang
tersebut dapat berakibat menurunnya kesehatan baik bagi kesehatan fisik namun juga berfantasi,
anak, seperti kesehatan mata dan meningkatnya berekreasi, berkreasi, berolah raga yang
risiko obesitas akibat kurang gerak. Adapun sekaligus sebagai sarana berlatih untuk hidup
bermasyarakat, keterampilan, kesopanan serta 2) Manfaat :
ketangkasan. Terdapat banyak faktor yang a. Peserta kegiatan dapat mengetahui
mempengaruhi menurunnya eksistensi dari berbagai macam permainan tradisional
permainan tradisional di kalangan anak-anak yang sudah jarang dimainkan saat ini.
saat ini. Faktor tersebut antara lain, kurangnya b. Peserta kegiatan mampu meningkatkan
pengawasan terhadap perkembangan teknologi, kemampuan belajar bagaimana caranya
semakin minimnya sarana dan prasarana, bekerja sama, berempati dengan orang
terputusnya pewarisan budaya, serta lain, dan bahkan mulai membangun
tergusurnya permainan tradisional tersebut pertemanan.
dengan permainan-permainan modern. Oleh c. Setelah melaksanakan kegiatan, peserta
sebab itu, kita wajib melestarikan permainan kegiatan akan merasa terhibur dan
tradisional tersebut. senang karena terfasilitasi dengan baik.