Anda di halaman 1dari 120

EFEKTIVITAS AIR REBUSAN PEPAYA DALAM

MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU NIFASDI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS PARINGIN KABUPATEN BALANGAN
TAHUN 2022

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Kebidanan
HALAMAN SAMPUL

Oleh:
Rima Novalis
NIM: 11194862111337

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2022
HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING

EFEKTIVITAS AIR REBUSAN PEPAYA DALAM


MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU NIFAS DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PARINGIN KABUPATEN BALANGAN
TAHUN 2022

SKRIPSI

Oleh:
Rima Novalis
NIM: 11194862111337

Telah Disetujui untuk Diajukan dalam Ujian Skripsi


pada Tanggal 17 Februari 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Novalia Widiya Ningrum, S.S.T., M.Kes. apt. H. Ali Rakhman Hakim, M.Farm.
NIK.1166012011040 NIK. 1166012015073

ii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI

EFEKTIVITAS AIR REBUSAN PEPAYA DALAM


MENINGKATKAN PRODUKSI ASI IBU NIFAS DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PARINGIN KABUPATEN BALANGAN
TAHUN 2022

SKRIPSI

Oleh:
Rima Novalis
NIM: 11194862111337

Telah Diujikan dan Dipertimbangkan Dosen Penguji Proposal Skripsi


Pada Tanggal 22 Februari 2023

Ketua Dewan Penguji

Novalia Widiya Ningrum, S.S.T., M.Kes.


NIK. 1166012011040

Anggota Dewan Penguji Penguji Utama

apt. H. Ali Rakhman Hakim, M.Farm. Dwi Rahmawati, S.S.T., M.Kes.


NIK. 1166012015073 NIK. 1166012012049
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Jurusan Kebidanan

Apt. Noval, M.Farm. Ika Mardiatul Ulfa, S.S.T., M.Kes.


NIK. 116601205073 NIK. 1166122009027
Ketua LPPM
Universitas Sari Mulia

Putri Vidiasari Darsono, S.Si., M.Pd.


NIK.1166122015079

iii
iv
Efektivitas Air Rebusan Pepaya dalam Meningkatkan Produksi ASI Ibu
Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Paringin Kabupaten Balangan Tahun
2022
Rima Novalis1*, Novalia Widiya Ningrum1, Ali Rakhman Hakim2
1
Program Studi Sarjana Kebidanan, Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia
2
Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia

Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia.


*E-mail: novalisindrawan@gmail.com

Abstrak
Latar Belakang: ASI mengandung banyak nutrisi, oleh karena itu pemberian ASI
eksklusif penting bagi bayi berusia 0-6 bulan. Data terbaru bulan September 2022
di wilayah kerja Puskesmas Paringin, menunjukkan bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif sebanyak 67% (peringkat 5 dari 12). Puskesmas Paringin menjadi
puskesmas percontohan bagi puskesmas lain yang ada di Kabupaten Balangan, oleh
karena itu diharapkan pemberian ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Paringin
terpenuhi secara maksimal. Penyebab kurangnya pemberian ASI ekslusif salah
satunya adalah ibu yang mengalami kesulitan dalam proses laktasi.Pepaya
merupakan salah satu buah yang mengandung laktagogum, serta mudah untuk
ditemukan dengan harga terjangkau. Pemanfaatan pepaya sebagai alternatif
pelancar ASI dapat dilakukan dengan cara merebus pepaya sampai matang
kemudian air rebusan tersebut di minum.
Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas air rebusan pepaya dalam meningkatkan
produksi ASI ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Paringin Kabupaten Balangan
tahun 2022.
Metode: Metode penelitian ekperimen yang digunakan adalah Quasi experimental
design, dengan rancangan penelitian non equivalent control group design, dimana
15 responden di kelompok ekperimen dan 15 responden di kelompok kontrol.
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive random sampling. Hipotesis
diuji menggunakan Independent t test.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan efektivitas konsumsi air rebusan buah pepaya
terhadap produksi ASI pada ibu nifas menggunakan uji statistik independent t test,
diperoleh bahwa nilai p value 0,007<0,05.
Simpulan: Air rebusan pepaya efektif dalam meningkatkan produksi ASI ibu nifas
di wilayah kerja Puskesmas Paringin Kabupaten Balangan tahun 2022.
Kata Kunci:air rebusan pepaya, ibu nifas, produksi ASI.

v
Effectiveness of Papaya Boiled Water in Increasing Breast Milk Production for
Postpartum Mothers in the Working Area of the Paringin Health Center,
Balangan Regency in 2022

Rima Novalis1*, Novalia Widiya Ningrum1, Ali Rakhman Hakim2


1
Program Studi Sarjana Kebidanan, Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia
2
Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia

Banjarmasin, South Kalimantan, Indonesia.


*E-mail: novalisindrawan@gmail.com

Abstract
Background: Breast milk contains many nutrients, therefore exclusive
breastfeeding is important for babies aged 0-6 months.The latest data for
September 2022 in the working area of the Paringin Health Center, shows that 67%
of babies get exclusive breastfeeding (rank 5 out of 12). The Paringin Health Center
is a model health center in Balangan Regency, therefore it is hoped that exclusive
breastfeeding in its working area will be fulfilled optimally.Difficulty with
lactationis the reason why mothers do not give exclusive breastfeeding. Papaya
contains lactagogum, and is easy to find and affordable prices. Papaya as breast
milk booster can be done by boiling it until cooked then drink it.
Objective: To find out the effectiveness of papaya boiled water in increasing the
milk production of postpartum mothers in the working area of the Paringin Health
Center, Balangan Regency, in 2022.
Methods: The experimental research method used was Quasi experimental design,
with non-equivalent control group design, where 15 respondents in the
experimental group and 15 respondents in the control group. Sampling using
purposive random sampling technique. The hypothesis was tested using the
Independent t test.
Results: The results showed the effectiveness of papaya boiled water on breast milk
production in postpartum mothers using the independent t test, the p value was
0.007<0.05.
Conclusion: Papaya boiled water is effective in increasing the breast milk
production of postpartum mothers in the working area of the Paringin Health
Center, Balangan Regency, in 2022.
Keywords:breast milk production, papaya boiled water, post partum mother

vi
KATA PENGANTAR

Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena

anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya

penulis dapat menyelesaikan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Air

Rebusan Pepaya dalam Meningkatkan Produksi ASI Ibu Nifas di Wilayah Kerja

Puskesmas Paringin, Kabupaten Balangan Tahun 2022”.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Kebidanan (S.Keb) di Fakultas Kesehatan

Universitas Sari Mulia Banjarmasin. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, saya tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh

karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Hj. Aizar Soedarto, BSc., MBA., selaku Ketua Yayasan Indah Banjarmasin.

2. Dr. RR. Dwi Sogi Sri R, S.KG., M.Pd selaku RektorUniversitas Sari Mulia.

3. Dr. Dede Mahdiyah, M.Si, selaku Wakil Rektor I BidangAkademik dan

Kemahasiswaan Universitas Sari Mulia.

4. Hariadi Widodo, S.Ked., MPH selaku Wakil Rektor II BidangUmum dan

Keuangan Universitas Sari Mulia.

5. Dr. Adriana Palimbo, S.Si.T, M. Kes., selaku Wakil Rektor III

BidangKemahasiswaan dan Kemitraan Universitas Sari Mulia.

6. Putri Vidiasari Darsono, S.Si.,M.Pd. selaku Ketua Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sari Mulia.

7. apt.Noval, M.Farm., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia.

vii
8. Ika Mardiatul Ulfa, S.S.T., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan

Universitas Sari Mulia.

9. Zulliati, M.Keb., selaku Ketua Program Studi Sarjana Kebidanan Universitas

Sari Mulia.

10. Novalia Widiya Ningrum, S.S.T., M.Kes.selaku Pembimbing I yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dalam

penyusunan skripsi ini.

11. apt. H. Ali Rakhman Hakim, M.Farm. selaku Pembimbing II yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dalam

penyusunan skripsi ini.

12. Orang tua dan keluarga yang selalu mendoakan dan telah memberikan bantuan

dukungan material dan moral selama masa perkuliahan hingga selesainya

penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini memiliki banyak

kekurangan sehingga dengan segala kerendahan hati peneliti mengharapkan saran

dan kritik yang membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.

Saya berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat

bagi pengembangan Ilmu Kebidanan.

Banjarmasin, 2023

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...........................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING ................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI........................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................. 5
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................. 6
1.5 Keaslian Penelitian ................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12

2.1 LandasanTeori ...................................................................................... 12


2.1.1 Air Susu Ibu (ASI) .......................................................................... 12
2.1.2 Laktagogum .................................................................................... 24
2.1.3 Nifas................................................................................................ 25
10.1.4 Buah Pepaya ............................................................................. 26
2.2 KerangkaTeori ...................................................................................... 31
2.3 Kerangka Konsep ................................................................................. 32
2.4 Hipotesis ............................................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 34

3.1 Penentuan Lokasi, Waktu dan Sasaran Penelitian................................ 34


3.1.1 Lokasi Penelitian ............................................................................ 34
3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian............................................................ 34
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 35

ix
3.3.2 Sampel ............................................................................................ 36
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................... 37
3.5 Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 38
3.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ........................................... 38
3.7 Analisis Data ........................................................................................ 40
3.9 EtikaPenelitian...................................................................................... 40
3.9.1 Ethical Clereance ........................................................................... 40
3.9.2 Ijin Tempat Penelitian .................................................................... 41
3.9.3 Informed Consent ........................................................................... 41
3.9.4 Confidentiallity ............................................................................... 41
3.9.5 Benefit ............................................................................................. 41
3.9.6 Justice ............................................................................................. 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 43

4.1 Deskripsi Lokasi Penilitian .................................................................. 43


4.2 Hasil Penelitian..................................................................................... 46
4.3 Pembahasan .......................................................................................... 53
4.4 Keterbatasan ......................................................................................... 60
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 62

5.1 Simpulan ............................................................................................... 62


5.2 Saran ..................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 65

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian ................................................................. 32

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian .............................................................. 32

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian non equivalent control group design 35

Gambar 3.2 1 Skema Prosedur Pengumpulan Data ............................................... 39

Gambar 4.2 1 Grafik Rata-rata Jumlah Produksi ASI Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol per Hari ................................................................................... 49

Gambar 4.2 2. Box-plot Independent T Test .......................................................... 52

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.5.1 Keaslian Penelitian ...............................................................................6

Tabel 3.1 Definisi Operasional .............................................................................. 37

Tabel 4.1.1 Rincian Desa dan Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Paringin . 43

Tabel 4.1 2 Sarana Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Paringin ...................... 45

Tabel 4.2. 1 Karakteristik Responden.................................................................... 46

Tabel 4.2.2 Distribusi Air Rebusan Pepaya ........................................................... 47

Tabel 4.2.3 Rata-rata Jumlah Produksi ASI Responden Kelompok Eksperimen .. 47

Tabel 4.2.4. Hasil Uji Normalitas .......................................................................... 50

Tabel 4.2.5. Hasil Uji Homogenitas ...................................................................... 51

Tabel 4.2.6. Hasil Independent t test ................................................................... 512

xii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal Penelitian
2. Surat Permohonan Melakukan Studi Pendahuluan
3. Surat Izin Melakukan Studi Pendahuluan Dinkes Kabupaten Balangan
4. Surat Permohonan Melakukan Penelitian
5. Surat Izin Melakukan Penelitian Dinkes Kabupaten Balangan
6. Sertifikat Ethical
7. Lembar Konsultasi Pembimbing I dan Pembimbing II
8. Berita Acara Perbaikan Proposal
9. Berita Acara Perbaikan Skripsi
10. Surat Keterangan Lulus Plagiasi
11. Lembar Observasi
12. Standar Operasional Prosedur
13. Lembar Keterangan Penelitian (Informed consent)
14. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Kelompok Ekspereimen
(Informed consent)
15. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Kelompok Kontrol (Informed
consent)
16. Rekap Data Jumlah Produksi ASI
17. Hasil Uji Statistik
18. Dokumentasi Penelitian
19. Riwayat Hidup

xiii
xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Nifas merupakan proses alami yang dilalui wanita pasca persalinan (post

partum). Saat proses ini terjadi maka wanita mengalami perubahan-perubahan

fisiologis, yaitu involusi uterus dan pengeluaran iochea, perubahan psikis dan fisik,

serta laktasi atau pengeluaran air susu ibu (ASI). Laktasi merupakan suatu keadaan

di mana terjadi perubahan pada payudara ibu, sehingga seorang ibu dapat

memproduksi air susu ibu (Turlina & Wijayanti, 2015). Memberikan air susu ibu

pada bayi merupakan metode pemberian makanan yang terbaik untuk bayi.

Air susu ibu (ASI) merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktosa, dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, berguna

sebagai makanan bagi bayinya (Ari, 2015). ASI mengandung banyak nutrisi, yaitu

faktor imunologis dan memiliki bioavailabilitas yang lebih tinggi bila dibandingkan

dengan susu formula. Air susu ibu memiliki semua zat gizi dan cairan yang

diperlukan oleh bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi pada enam bulan pasca

kelahiran.

World Health Organization (WHO) dan United Nations International

Children’s Emergency Fund (UNICEF) merekomdasikan sebaiknya anak hanya

diberi Air Susu Ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan dan pemberian ASI

dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun. Pemberian air susu ibu selama enam

bulan pasca kelahiran tanpa makanan pendamping apapun dinamakan ASI

eksklusif (Muhartono, Graharti, & Gumandang, 2018)

1
2

ASI eksklusif menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 adalah

air susu ibu yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan,

tanpamenambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain

(Peraturan Pemerintah, 2012).Pemberian air susu ibu memiliki keuntungan ditinjau

dari segi kesehatan dan sosioekonomi, serta menurunkan angka kesakitan dan

kematian bayi, hal ini telah dibuktikan diberbagai penelitian (Kharisma, Ariyoga,

& Sastramihardja, 2011). Hal ini menunjukkan pentingnya pemberian ASI

eksklusif kepada bayi berusia 0-6 bulan.

Data terbaru sampai bulan September 2022 di wilayah kerja Puskesmas

Paringin, menunjukkan bahwabayi yang telah mendapatkan ASI eksklusif

sebanyak 67%, sedangkan sebanyak 33% bayi masih belum mendapatkan ASI

eksklusif. Pencapaian ini merupakan peringkat kelima dari 12 puskesmas yang ada

di Kabupaten Balangan. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada ibu di wilayah kerja

Puskesmas Paringin yang belum dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Puskesmas Paringin menjadi puskesmas percontohan bagi puskesmas lain yang ada

di Kabupaten Balangan, oleh karena itu diharapkan pemberian ASI eksklusif di

wilayah Puskesmas Paringin terpenuhi secara maksimal. Berdasarkan hasil

pengamatan awal penelitian, faktor penyebabkurangnya pemberian ASI ekslusif

salah satunya adalah ibu yang mengalami kesulitan dalam proses laktasi.

Sedikitnya pengeluaran ASI menjadi masalah utama bagi ibu

nifas(postpartum), selain masalah puting susu tenggelam atau datar, payudara

bengkak, bayi yang tidak mau menyusu karena berlidah pendek atau teknik

menyusui yang kurang tepat (Dewi & Sunarsih, 2013). Penyebab kurang lancarnya
3

ASI juga dimungkinkan karena faktor hormon atau makanan yang dikonsumsi. Hal

ini juga memungkinkan pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi ikut tidak maksimal.

Produksi ASI yang tidak maksimal dapat disebabkan karena beberapa hal,

diantaranya jenis makanan yang tidak mengandungcukup gizi, tidak melakukan

perawatan payudara, faktor kejiwaan ibu yang terganggu, dan trauma pasca

kontrasepsi hormonal. Beberapa saran yang perludiperhatikan para ibu yang sedang

memberikan ASI pada bayi, yaitu mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan

yang dapat meningkatkan volume ASI pada saat masa menyusui dimulai setelah

melahirkan (masa nifas). Bagi ibu nifas saran serta dukungan sangat diperlukan

agar proses menyusui berjalan lancar dan diharapkan dapat memberikan ASI

eksklusif.

Masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan memanfaatkan alam sebagai

bahan berkhasiat obat. Indonesia memiliki 7.000 jenis tanaman berkhasiat obat,

tetapi kurang dari 300 jenis yang telah dimanfaatkan rutin dalam industri obat

tradisional (OT) (Kharisma et al., 2011). Beberapa tanaman berkhasiat sebagai

laktagogum. Laktagogum adalah zat yang dapat meningkatkan produksi air susu

ibu, atau sering disebut pelancar ASI. Pepaya yang mempuyai nama latin Carica

papaya merupakan salah satu buah yang mengandung laktagogum seperti

flavonoid, alkanoid, saponin, tannin, quinon, dan steroid/ triterpenoid. Buah juga

memiliki kandungan nutrisi yang tinggi seperti enzim-enzim, vitamin A, B, C, dan

E, serta mineral (Istiqomah, Wulanadari, & Azizah, 2015). Buah pepaya menjadi

salah satu bahan makanan yang mempunyai banyak manfaat serta mudah

didapatkan oleh masyarakat karena dapat dengan mudah ditanam di pekarangan


4

rumah (Istiqomah, Wulanadari, & Azizah, 2015). Selain itu buah pepaya juga

termasuk buah dengan harga yang terjangkau di pasaran. Buah pepaya yang mudah

diperoleh dan mempunyai kandungan laktagogum menjadikan pepaya sebagai

alternatif pelancar ASI.

Beberapa penelitian menggunakan buah pepaya dalam upaya meningkatkan

produksi ASI telah dilakukan, anatara lain penelitian dari Sri Banun Titi Istiqomah,

Dewi Triloka Wulanadari, dan Ninik Azizah (2015)menguji pengaruh buah pepaya

terhadap kelancaran produksi ASI ibu menyusi; Desti Nataria dan Sherly Oktiarini

(2018) menguji pengaruh buah pepaya terhadap peningkatan produksi ASI; Aning

Pattypeilohy dan Dina Melanieka Sitikhe Henukh (2019), menguji pengaruh air

rebusan pepaya dalam meningkatkan produksi ASI ibu nifas; Wirdaningsih (2020),

menguji pengaruh buah pepaya terhadap kelancaran ASI ibu menyususi; Irma

Yanti (2021), menguji pengaruh rebusan pepaya terhadap peningkatan produksi

ASI ibu menyusui; Zuliyana dan Siska Indrayani (2021); menguji efek konsumsi

buah pepaya terhadap produksi ASI ibu postpartum; serta Hayatul Rahimah dan

Rohmatul Fadhila (2022), membahas konsumsi buah pepaya sebagai salah satu

alternatif usaha dalam meningkatkan produksi ASI. Dari hasil penelitian-penelitian

tersebut menunjukkan bahwa buah pepaya mempunyai potensi menjadi salah satu

alternatif bahan makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI atau pelancar

ASI.

Pemanfaatan buah pepaya sebagai alternatif pelancar ASI dapat juga

dilakukan dengan cara merebus buah pepaya sampai matang kemudian air rebusan

tersebut di minum. Cara ini dilakukan karena tidak semua orang menyukai buah
5

pepaya, sehingga diberikan inovasi alternatif untuk tetap mendapatkan manfaat dan

kandungan dari buah pepaya. Dengan adanya inovasi ini diharapkan menjadi salah

satu terobosan atau solusi bagi para ibu nifas yang sedang menyusui di wilyah kerja

puskesmas Paringin agar dapat memperoleh pelancar ASI yang bermanfaat, mudah

didapatkan, serta terjangkau untuk mendukung tercapainya ASI eksklusif.

Berdasarkan dari data dan pengamatan sampai saat ini maka dilakukan

penelitian untuk melihat efektivitas air rebusan pepaya dalam meningkatkan

produksi ASI Ibu Nifas di wilayah kerja Puskesmas Paringin Kabupaten Balangan

tahun 2022.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana efektivitas air rebusan pepaya dalam

meningkatkan produksi ASI ibu nifasdi wilyah kerja Puskesmas Paringin

Kabupaten Balangan tahun 2022?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektivitas air rebusan pepaya dalam meningkatkan

produksi ASI ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Paringin Kabupaten Balangan

tahun 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui produksi ASI pada ibu nifas sebelum mengkonsumsi air rebusan

pepaya.
6

b. Mengetahui produksi ASI pada ibu nifas setelah mengkonsusmsi air rebusan

pepaya.

c. Menganalisisefektivitaskonsumsi air rebusan buah pepaya terhadap produksi

ASI pada ibu nifas.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam berbagai hal, yaitu

sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini bagi peneliti diharapkan menjadi sarana belajar dalam

rangka menambah pengetahuan, untuk menerapkan teori yang telah didapatkan

selama masa perkuliahan dan juga untuk mengadakan penelitian lebih lanjut

tentang efektivitas air rebusan pepaya dalam meningkatkan produksi ASI ibu

nifas serta diharapkan dapat menjadi informasi atau sumber data sebagai bahan

evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan peneliti.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur sebagai dasar

penelitan khususnya efektivitas air rebusan pepaya dalam meningkatkan

produksi ASI ibu nifas.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Ibu Nifas
7

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memotivasi ibu yang

baru saja melahirkan untuk untuk dapat memberikan ASI pada bayinya dengan

meningkatnya produksi ASI.

b. Puskesmas Paringin Kabupaten Balangan

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan unutk memberikan

informasi kepada ibu baru dalam memberikan ASI kepada bayinya.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian terdahulu yang berkaitan mengenai manfaat buah pepaya

terhadap produksi ASI, disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1.5.1 Keaslian Penelitian

NO PENELITI JUDUL METODE HASIL


PENELITIAN
1 Sri Banun Titi Pengaruh Buah Desain penelitian Kolerasi antara dua
Istiqomah, Pepaya Terhadap menggunakan variabel sebesar 0,793
Dewi Triloka Kelancaran eksperimen dan perbedaan nilai rata-
Wulanadari, dan Produksi ASI Pada one group before rata peningkatan produksi
Ninik Azizah Ibu Menyusui di and after ASI pada ibu yang tidak
(2015) Desa Wonokerto intervention mengkonsumsi dan yang
Wilayah design, atau pre mengkonsumsi buah
Puskesmas and post test pepaya adalah 4,0500
Peterongan design. Teknik dengan sig 0,000. Karena
Jombang Tahun sampling sig <0,05, maka rata-rata
2014 menggunakan produksi ASI sebelum
teknik random dan sesudah konsumsi
sampling. buah pepaya adalah
berbeda.
2 Desti Nataria Peningkatan Desain penelitian Adanya pengaruh
dan Sherly Produksi ASI yang digunakan pemberian buah pepaya
Oktiarini (2018) dengan Konsumsi adalah Quasi muda dalam bentuk sayur
Buah Pepaya Experimental bening terhadap
dengan peningkatan produksi
menggunakan ASI. Rata-rata produksi
metode One grup ASI responden
pre-test post-test. sebelum dan sesudah
Teknik sampling diberikan intervensi
menggunakan adalah 9,27 dengan
teknik non random
standar deviasi 0,108.
8

(porposive Hasil uji statistik


sampling) didapatkan nilai sig. (2
tailed) = 0,0005
(<0,005) artinya ada
perbedaan yang
bermakna antara
produksi ASI sebelum
dan sesudah diberikan
intervensi sayur buah
pepaya.
3 Aning Pengaruh Desain penelitian Hasil analisis uji
Pattypeilohy Pemberian Air yang digunakan Wilcoxon menunjukkan
dan Dina Rebusan Buah adalah Pre sebagian besar atau
Melanieka Pepaya dalam Eksperimental 87,5% ibu mengalami
Sitikhe Henukh Meningkatkan dengan rancangan peningkatan produktivitas
(2019) Produksi ASI Ibu One Group Pretest ASI. Dengan nilai ρ-value
Nifas di Posttest. Teknik sebesar 0,001< α (0,05),
Puskesmas sampling ini menunjukkan bahwa
Manutapen. menggunakan ada pengaruh yang
purposive sampling signifikan produksi ASI
sebelum dan sesudah
diberikan air rebusan
buah papaya.
4 Wirdaningsih Pengaruh Desain penelitian Ada pengaruh pemberian
(2020) Pemberian Buah yang digunakan buah pepaya terhadap
Pepaya Terhadap adalah Quasi kelancaran ASI pada Ibu
Kelancaran ASI Eksperimental menyusui di Praktek
Pada Ibu dengan rancangan Mandiri Bidan Wilayah
Menyusui di One Group Pretest Kerja Puskesmas Muara
Praktek Mandiri Posttest dengan Badak, dengan hasil uji
Bidan Wilayah kelompok statistik pvalue
Kerja Puskesmas pembanding. 0,001<0,05.
Muara Badak. Teknik sampling
menggunakan
purposive sampling
5 Irma Yanti Pengaruh Rebusan Desain penelitian Ada pengaruh pemberian
(2021) Buah Pepaya yang digunakan rebusan buah pepaya
(Carica papaya L) adalahQuasi terhadap peningkatan
Terhadap Eksperimen yang produksi ASI pada ibu
Peningkatan rancangannya menyusui di PMB Nelly
Produksi ASI Pada menggunakan one Harahap Panyanggar
Ibu Menyusui di group Pretest- Kecamatan
Praktek Mandiri posttest design. Padangsidimpuan Utara
Bidan Nelly Teknik sampling Tahun 2021 dengan nilai
Harahap menggunakan pvalue 0,001.
Panyanggar Purposive
Kecamatan sampling.
Padangsidimpuan
Utara Tahun 2021
9

6 Zuliyana dan Efek Konsumsi Desain penelitian Korelasi antara 2 variabel


Siska Indrayani Buah Pepaya menggunakan one sebesar 0,742 dan
(2021) Terhadap group before and perbedaan nilai ratarata
Peningkatan after intervention peningkatan produksi ASI
Produksi Asi Pada design, atau pre pada ibu yang tidak
Ibu Postpartum di and post test mengkonsumsi dan
Wilayah design. Teknik mengkonsumsi buah
Puskesmas Siak sampling pepaya adalah 4,141
Dan Puskesmas menggunakan dengan sig 0,000, maka
Mempura random sampling. berarti bahwa rata-rata
produksi ASI sebelum
dan sesudah konsumsi
buah pepaya mengalami
perbedaan. Dapat
disimpulkan bahwa
pemberian buah pepaya
dapat mempengaruhi
peningkatan produksi ASI
ibu postpartum di
Wilayah Kerja Puskesmas
Siak dan Puskesmas
Mempura
7 Hayatul Efforts To Increase Desain penelitian Upaya untuk
Rahimah dan Breast Milk ini menggunakan meningkatkan produksi
Rohmatul Production: metode literature ASI adalah konsumsi
Fadhila (2022) Literature Review riview bahan makanan alami,
pijat, memberikan
afirmasi positif.

Keaslian penelitian yang dilakukan dapat dilihat dari beberapa aspek

berikut.

1.5.1 Judul

Judul penelitian sebelumnya yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini

adalah penilitian yang dilakukan oleh Aning Pattypeilohy dan Dina Melanieka

Sitikhe Henukh ( 2019) serta Irma Yanti (2021). Pada kedua penelitian tersebut

memuat kata rebusan buah pepaya untuk meningkatkan produksi ASI. Walaupun

memiliki judul yang hampir sama tetapi kriteria responden yang digunakan sebagai

subjek penelitian berbeda. Pada penelitian oleh Aning Pattypeilohy dan Dina
10

Melanieka Sitikhe Henukh (2019), walaupun pada judulnya tertulis ibu Nifas

sebagai subjek penelitian, tetapi tidak ada kriteria spesifik mengenai masa nifas dari

subjek. Pada penelitian oleh Irma Yanti (2021), subjek yang termuat dalam judul

adalah ibu menyusui sehinga tidak terbatas pada ibu Nifas. Jadi walaupun memiliki

judul yang mirip, tetapi fokus responden pada penelitian ini berbeda.

1.5.2 Variabel Penelitian

Beberapa penelitian sebelumnya variabel independen yang digunakan

adalah buah pepaya yang dikonsumsi secara langsung atau dalam bentuk sayur buah

pepaya. Pada penelitian ini berfokus pada air rebusan buah pepaya. Walaupun ada

dua penelitian yang menggunakan rebusan buah pepaya sebagai variabel

independennya juga, tetapi variable dependennya berbeda. Pada penelitian oleh

Aning Pattypeilohy dan Dina Melanieka Sitikhe Henukh (2019), variabel

dependennya produksi ASI ibu nifas saja tanpa da kriteria batasan masa nifas, jika

pada penelitia ini kriteria ibu nifas yang ditetukan yaitu <30 hari. Pada penelitian

oleh Irma Yanti (2021), varibel independennya yaitu produksi ASI ibu menyusui,

sehingga jelas berbeda dengan pennelitian ini yang menggunakan variabel

independen produksi ASI ibu nifas.

1.5.3 Metode Penelitian

Beberapa penelitian sebelumnya menggunakan rancangan atau desain

penelitian one group Pretest-posttest design, sedangkan penelitian ini

menggunakan desain penelitian non equivalent control group design.

1.5.4 Tempat dan Tahun Penelitian


11

Penelitian-penelitian sebelumnya dilakukan di luar provinsi Kalimantan

Selatan, sedangkan penelitian ini dilakukan di Kabupaten Balangan, Provinsi

Kalimantan Selatan. Penelitian sebelumnya yang terbaru dan sangat relevan dengan

penelitian ini dilakukan pada tahun 2021, sedangkan penelitian ini baru dilakukan

pada bulan Januari 2023.


12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Air Susu Ibu (ASI)

a. Pengertian ASI

Air susu ibu (ASI) dalam Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012

merupakan cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu. Pemberian ASI selama

enam bulan setelah kelahiran disebut ASI eksklusif. Air susu ibu (ASI)

merupakan emulsi lemak di dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam

anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu, sebagai makanan bagi

bayinya (Ari, 2015). Roesli (2015) mengungkapkan bahwa ASI eksklusif

merupakan bayi yang hanya diberi ASI saja tanpa tambahan lainnya seperti

susu formula, madu, air putih, jeruk, dan makanan padat misal pisang, pepaya,

biscuit, bubur susu, bubur nasi, dan tim. Depkes RI (2018) juga mendefinisikan

ASI eksklusif merupkan air susu ibu yang diberikan kepada bayi tanpa

memberikan makanan dan minuman lain sejak lahir sampai usia enam bulan,

kecuali obat dan vitamin.

Air susu ibu yang diberikan dengan jumlah yang cukup merupakan

makanan terbaik bagi bayi, karena dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama

enam bulan pertama. Kelebihan yang dimiliki oleh ASI, antara lain mudah

dicerna, selain itu ASI mengandung zat gizi yang sesuai, mengandung enzim-

enzim untuk mencerna zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. ASI

memiliki perbandingan atau rasio kandungan antara Whey dan Casein yang

12
13

sesuai untuk bayi. Rasio Whey dan Casein pada ASI sebesar 65:35. Whey yang

lebih banyak adalah salah satu keunggulan dari ASI, hal ini menyebabkan

protein ASI lebih mudah diserap. Hal ini tentunya berbeda dengan susu sapi

yang mempunyai rasio Whey dan Casein sebesar 20:80, yang jumlah Casein

lebih banyak sehingga tidak mudah diserap (Depkes RI, 2018).

b. Manfaat Pemberian ASI

ASI menjadi bahan makanan alamiah bagi bayi yang lahir sudah cukup

bulan. Keunggulan ASI antara lain mudah diperoleh serta selalu dalam keadaan

segar dan bebas dari berbagai macam bakteri, oleh karena itu meminimalisir

terjadinya ganggunan saluran pencernaan. Bayi yang diberi ASI sangat jarang

di temukan alergi, di bandingkan bayi yang diberi susu sapi. Menurut Roesli

(2015), gejala muntah dan kolik lebih jarang ditemukan pada bayi yang

mendapatkan ASI.

Manfaat memberikan ASI selain dirasakan oleh bayi juga dirasakan

oleh ibu. Bagi ibu memberikan ASI mempunyai manfaat antara lain yaitu

mengurangi perdarahan setelah persalinan, mempercepat pemulihan kesehatan

ibu, menunda kehamilan berikutnya serta mengurangi resiko terkena kanker

payudara (Depkes RI, 2018).

Manfaat dan keunggulan dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek

gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis,

ekonomis dan aspek penundaan kehamilan (Ramaiah, 2016):

1) Aspek Gizi

a) Kolostrum ASI mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk


14

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, terutama diare.

Walaupun sedikit klostrum yang diberikan pada bayi cukup untuk

memenuhi kebutuhan gizi bayi.

b) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan

mengandung karbohidrat dan rendah lemak, sehingga sesuai dengan

kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

c) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu feses bayi yang pertama

berwarna hitam kehijauan; komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI

d) ASI mengandung taurin, decosahexanoic (DHA) dan arachidonic

(AA). Taurin merupakan sejenis asam amino kedua terbanyak dalam

ASI yang memiliki fungsi sebagai neurotransmitter serta berperan

penting dalam proses maturasi atau pematangan sel otak. DHA dan

AA merupakan sel lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated

fatty acids). DHA dan AA diperlukan dalam pembentukan sel–sel

otak agar optimal. DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/

disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-

masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asamlinoleat).

2) Aspek Imunologik

a) Dalam ASI terkandung zat anti infeksi, terjamin bersih dan bebas

kontaminasi.

b) ASI terkhusus kolostrumnya mengandung immunoglobulin A (Ig.A)

yang cukup tinggi. Sekretori Ig A dapat melumpuhkan bakteri

pathogen E. coli serta berbagi virus pada saluran pencernaan.


15

c) ASI mengandung laktoferin, yaitu sejenis protein yang merupakan

komponen zat kekebalan yang berperan mengikat zat besi di saluran

pencernaan. ASI juga mengandung lysosim, yaitu enzim yang

melindungi bayi terhadap bakteri (E.coli dan Salmonella) dan virus.

Jumlah Lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak dibandingkan

dalam susu sapi (Depkes RI, 2018).

d) Sel darah putih dalam ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel

per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu Brochus-Asociated Lympocyte

Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue

(GALT) antibodi saluran pernafasan dan Mammary Asociated

Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.

e) Faktor bifidus, yaitu sejenis karbohidrat. Mengandung nitrogen yang

menunjang pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus. Bakteri ini

menjaga keasaman flora pada usus bayi dan berfungsi menghambat

pertumbuhan bakteri yang merugikan.

3) Aspek Psikologik

a) Rasa percaya diri ibu untuk menyusui. Ibu yang mampu menyusui

dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Proses menyusui

dipengaruhi oleh emosi pada diri ibu dan kasih sayang ibu terhadap

bayi, hal ini akan meningkatkan hormon oksitosin yang pada akhirnya

akan meningkatkan produksi ASI (Depkes RI, 2018).

b) Interaksi Ibu dan Bayi. Pertumbuhan dan perkembangan psikologik

bayi tergantung pada kedekatan ibu dan bayi tersebut. Pengaruh


16

kontak langsung ibu dan bayi yaitu ikatan kasih sayang ibu dan bayi

terjadi karena berbagai rangsangan misalkan sentuhan kulit (skin to

skin contact).

4) Aspek Kecerdasan

a) Interaksi ibu dan bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan

dalam perkembangan sistem syaraf otak yang dapat meningkatkan

kecerdasan bayi.

b) Penelitian menunjukkan bahwa IQ bayi yang diberi ASI memiliki

poin IQ 4,3 poin lebih tinggi saat usia 18 bulan, 4-6 poin lebih tinggi

saat usia 3 tahun, dan 8,3 poin lebih tinggi pada usia 8,5 tahun,

dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.

5) Aspek Neurologis

Saat bayi menghisap payudara, melatih koordinasi syaraf menelan,

menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih

sempurna.

6) Aspek Ekonomis

Ibu yang memberikan ASI secara eksklusif tidak perlu mengeluarkan

biaya tambahan untuk makanan bayi sampai bayi berumur 6 bulan, jadi

lebih hemat pengeluaran.

7) Aspek Penundaan Kehamilan

Menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga

dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah atau secara umum

dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).


17

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

Produksi ASI dapat meningkat ataupun menurun, hal ini tergantung

stimulasipada kelenjar payudara. Haryono dan Setianingsih (2014)

menjelaskan beberapa faktor yang mempengruhi produksi ASI, yaitu :

1) Frekuensi Penyusuan

Frekuensi penyusuan direkomendasikan sedikitnya 8 kali perhari

pada periode awal setelah melahirkan.Frekuensi penyusuan ini berkaitan

dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara (Nugroho,

2011).

2) Berat lahir bayi

Berat lahir bayi berpengauh dengan kekuatan bayi untuk

menghisap, frekuensi dan durasi lamanya penyusuan, hal ini akan

mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin untuk

memproduksi ASI (Nugroho, 2011).

3) Umur kehamilan saat melahirkan

Bayi prematur (lahir saat umur kehamilan kurang dari 34 minggu)

memiliki kondisi sangat lemah serta tidak mampu menghisap secara

efektif, sehingga menyebabkan produksi ASI lebih rendah daripada bayi

yang lahir tidak prematur. Kemampuan menghisap pada bayi premature

lemah disebabkan berat badan yang rendah serta belum sempurnanya

fungsi organ (Nugroho, 2011).

4) Umur dan paritas


18

Ibu yang telah melahirkan bayi lebih dari satu kali, menurut

Nugroho (2011) produksi ASI pada hari ke-4 setelah melahirkan lebih

tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali.

5) Stress dan penyakit akut

Produksi ASI dapat berlangsung dengan lancar apabila ibu merasa

rileks dan nyaman. Keadaan ibu yang cemas dan stres dapat meghambat

produksi ASI sehingga mengganggu proses laktasi. Penyakit infeksi

kronik dan akut juga dapat mempengaruhi produksi ASI (Nugroho, 2011).

6) Konsumsi rokok

Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin yang

menyebabkan menghambat pelepasan oksitosin. Jika kerja hormon

prolaktin dan oksitosin terganggu maka volume ASI akan berkurang

(Nugroho, 2011).

7) Konsumsi alkohol

Walaupun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat

membuat ibu rileks dan membantu mengeluarkan ASI, namun etanol dapat

menghambat produksi oksitosin (Nugroho, 2011).

8) Pil kontrasepsi

Pil kontrasepsi atau pil KB yang berupa kombinasi estrogen dan

progestin yang diminum oleh ibu menyusui dapat menurunkan jumlah dan
19

lama ASI, namun bila pil kontrasepsi atau pil KB hanya mengandung

progestin saja makan tidak mempengaruhi jumlah ASI (Nugroho, 2011).

9) Makanan ibu

Ibu yang kekurangan gizi dapat mengurangi jumlah produksi ASI

dan bahkan mungkin berhenti memproduksi ASI. Pasalnya, jumlah

makanan yang dimakan ibu selama hamil tidak memungkinkannya

menyimpan cadangan lemak di dalam tubuhnya, yang nantinya digunakan

sebagai bagian dari ASI dan sebagai sumber energi saat menyusui

(Haryono & Setianingsih, 2014).

10) Dukungan suami dan keluarga.

Perasaan ibu menjadi bahagia, senang, jika mendapat dukungan dari

suami dan keluarga. Hal ini akan membuat ibu lebih menyayangi bayinya

dan ini akan mempengaruhi pengeluaran ASI lebih banyak (Haryono &

Setianingsih, 2014).

11) Perawatan payudara

Perawatan payudara ibu dapat dilakukan mulai usia kehamilan

masuk antara 7-8 bulan. Payudara yang terawat dengan baik dapat

mempengaruhi produksi ASI yang lebih banyak sehingga mencukupi

kebutuhan bayi. Perawatan payudara yang baik juga mencegah puting

lecet ketika diisap bayi. Dalam 6 minggu terakhir kehamilan perlu

dilakukan pemijatan pada payudara. Pengurutan atau pemijatan payudara

akan menghindari penyumbatan duktus laktiferus, dengan demikian ASI

akan keluar dengan lancar (Haryono & Setianingsih, 2014).


20

12) Jenis persalinan

Ibu melahirkan secara normal dapat langsung menyusui bayinya

setelah lahir. ASI keluar pada hari pertama kelahiran. Pada persalinan

dengan operasi sesar (sectio caesaria), ibu seringkali mengalami kesulitan

untuk menyusui segera setelah melahirkan, terutama ibu yang diberikan

anestesi (bius) total. Ibu dengan melahirkan secara sesar biasanya tidak

bisa memberikan ASI pada bayinya pada satu jam pertama setelah

persalinan. Selain itu, kondisi luka bekas operasi di perut ibu dapat

menghambat proses laktasi (Haryono & Setianingsih, 2014).

13) Rawat gabung

Menyatukan kembali bayi dengan ibunya seteah lahir akan

meningkatkan frekuensi pemberian ASI. Bayi menerima ASI lebih sering

sehingga timbul refleks oksitosin yang merangsang refleks prolaktin untuk

menghasilkan ASI kembali. Selain itu, refleks oksitosin juga mendukung

proses fisiologis involusi uterus atau rahim yaitu proses pengembalian

ukuran rahim seperti sebelum hamil (Haryono & Setianingsih, 2014).

d. Memaksimalkan Kualitas dan Kuantitas ASI

Pengosongan payudara akan merangsang kelenjar payudara untuk

memproduksi ASI lebih banyak lagi, oleh karena itu diharapkan setiap selesai

menyusui ibu memastikan bahwa payudara benar-benar menjadi kosong. Hal

penting dan perlu diperhatikan supaya proses menyusui berjalan lancar, adalah

kelancaran produksi ASI. Haryono dan Setianingsih (2014) menjelaskan

beberapa upaya untuk memproduksi ASI lebih banyak dan meningkatkan


21

kualitas ASI adalah sebagai berikut :

1. Menimbulkan kepercayaan diriibu

Kepercayaan diri dan keyakinan ibu bahwa memiliki kemampuan

untuk dapat dengan baik memberikan ASI sangat penting karena hal ini

mempengaruhi kerja hormon oksitosin yang berperan dalam produksi ASI.

Keyakinan dan kepercayaan diri yang kuat merupakan faktor determinan

penting yang mendorong keberhasilan pemberian ASI (Kurniawan, 2013).

Menambah pengetahuan seputar ASI dan proses menyusui dapat

menumbuhkan kepercayaan diri ibu (Fikawati & Syafiq, 2015).

2. Menyusui dengan benar

Penerapan teknik menyusui dengan posisi serta perlekatan yang

dianjurkan akan dapat memaksimalkan produksi ASI (Fikawati & Syafiq,

2015).

3. Menghindari penggunaan dot/ kempeng.

Tekstur dot/ kempeng dibandingkan dengan tekstur payudara

sangat berbeda, karena dot/ kempeng terbuat dari karet. Jika bayi sudah

terlanjur diberikan dan terbiasa menggunakan dot/ kempeng ada

kemungkinan bayi menolak untuk diberikan ASI secara langsung terutama

saat produksi ASI dalam jumlah sedikit (Fikawati & Syafiq, 2015).

4. Tidak memberikan susu formula dan makanan lain kepada bayi.

Pemberian susu formula dan makanan lain pada bayi akan

membuat bayi merasa kenyang sehingga mengurangi konsumsi ASI.

Dengan kata lain hal ini mengurangi proses isapan bayi ke payudara.
22

Padahal isapan bayi dapat merangsang hormon oksitosin dan hormon

prolaktin untuk mengeluarkan ASI. Pemberian makanan dini juga dapat

meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi pada bayi seperti diare dan

meningitis (Fikawati & Syafiq, 2015).

5. Memberikan ASI sesering mungkin

Memberikan ASI kepada bayi secara langsung berarti terjadi

rangsangan isapan bayi ke payudara ibu. Seperti yang kita ketahui isapan

bayi dapat merangsang hormon oksitosin dan hormon prolaktin untuk

mengeluarkan ASI.

6. Memperbanyak konsumsi makanan bergizi

Asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh ibu menjadi salah

satu faktor yang mempengaruhi komposisi dan jumlah produksi ASI

(Fikawati & Syafiq, 2015).

7. Melakukan pemijatan punggung

Pemijatan punggung mempunyai manfaat untuk merangsang

pengeluaran hormon oksitosin. Pemijatan dapat menjadikan kerja hormon

oksitosin lebih optimal sehingga produksi ASI menjadi lancar (Fikawati &

Syafiq, 2015).

8. Ibu selalu rileks

Kondisi ibu yang rileks akan membuat ibu lebih tenang yang

kemudian memunculkan refleks oksitosin sehingga merangsang produksi

ASI (Fikawati & Syafiq, 2015).

9. Menyiapkan peralatan ASI perah bila ibu bekerja atau bepergian bersama
23

bayi.

Ibu yang bekerja hendaknya memompa ASI nya untuk disimpan

sebagian di dalam kulkas atau lemari pendingin. Saat ibu bepergian

bersama bayi dan ingin menyusui bayi di tempat umum, ibu dapat

menyiapkan peralatan untuk menutupi payudara ketika menyusui

(Fikawati & Syafiq, 2015).

10. Dukungan keluarga dan tenaga kesehatan

Berbagai penelitian menyebutkan bahwa dukungan suami dan

keluarga sangat penting dalam menunjang keberhasilan ibu memberikan

ASI eksklusif pada bayinya (Fikawati & Syafiq, 2015).

11. Berkonsultasi pada petugas kesehatan apabila ASI tidak banyak keluar

Jika semua hal pada poin sebelumnya sudah dilakukan akan tetapi

produksi ASI masih sedikit, ibu dapat melakukan konsultasi dengan

petugas kesehatan. Petugas kesehatan bisnya akan memberikan

galaktogogen yang berupa makanan, obat herbal atau obat yang dapat

meningkatkan produksi ASI (Fikawati & Syafiq, 2015).

e. Mengukur Peningkatan Produksi ASI

Untuk mengetahui apakah ada peningkatan produksi ASI, dapat

dilakukan dengan cara membandingkan volume ASI yang dikeluarkan dengan

cara memompa ASI secara manual atau dengan alat bantu dari waktu ke waktu

dengan jangka waktu yang ditentukan. Menurut penelitian dari Zuliyana dan

Indriyani (2021) peningkatan produksi ASI pada ibu menyusui dilihat dari
24

frekuensi volume produksi ASI yang diperah selama 15 menit dengan alat

pompa ASI, yang kemudian ASI yang telah diperah dimasukkan ke dalam

botol ukur untuk mengetahui volume ASI yang dikeluarkan.Pengambilan ASI

dilakukan setelah 2 jam pengosongan ASI di payudara(Kamalah, Suherlin, &

Pasaribu, 2021). Peningkatan produksi ASI diukur dengan mengukur jumlah

volume ASI yang diproduksi.

2.1.2 Laktagogum

Laktagogum adalah zat yang dapat meningkatkan dan melancarkan

produksi ASI, atau biasa disebut pelancar ASI (ASI Booster). Sampai saat ini

masyarakat masih menaruh kepercayaan besar pada laktagogum dari bahan

tradisional alamiah dibandingkan hasil produksi pabrik yang modern ataupun

sintetik karena telah dibuktikan berdasarkan pengalaman secara turun-temurun

(Kaliappan, 2018). Walaupun sudah banyak produk laktagogum olahan yang

beredar di pasaran.

Cara kerja laktagogum dengan merangsang pengeluaran hormon oksitosin

dan prolaktin seperti alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid yang efektif dalam

meningkatkan sekresi dan pengeluaran ASI. Mekanisme kerja laktagogum dalam

meningkatkan laju sekresi dan produksi ASI yaitu dengan langsung merangsang

aktivitas protoplasma pada sel-sel sekretoris kelenjar susu/ mamae dan ujung saraf

sekretoris dalam kelenjar susu yang mengakibatkan sekresi air susu meningkat, atau

merangsang hormon prolaktin yang merupakan hormon laktagonik terhadap

kelenjar mamae pada sel-sel epitelium alveolar yang akan merangsang laktasi (Sari,

2003).
25

2.1.3 Nifas

Masa nifas atau post partum atau disebut juga puerpurium. Kata puerpurium

berasal dari bahasa latin, kata “Puer” artinya bayi dan “Parous” artinya melahirkan.

Nifas didefinisikan sebagai darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan

atau setelah melahirkan (Anggraini, 2010). Masa nifas merupakan periode atau

masa yang mana terjadi perubahan pada kodisi reproduksi ibu pasca melahirkan.

Wanita akan mengalami perubahan fisiologis di mana uterus mengalami

pengerutan kembali menjadi ukuran semul (Prastiwi, 2018). Masa nifas terjadi

mulai dari plasenta lahir dan berakhir saat alat-alat kandungan atau genetalia

kembali seperti keadaan semula.

. Puerperium (masa nifas) berlangsung sekitar 6 atau 42 hari,. Selama

rentang waktu tersebut merupakan waktu yang diperlukan ibu untuk memulihkan

alat kandungan ke keadaan yang normal. Tahapan masa nifas dibagi menjadi 3

sebagai berikut.

a. Puerperium Dini

Kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Pada

agama Islam masa ini dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium Intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia atau kandungan yang dapat

berlangsung 6-8 minggu.

c. Remote Puerperium

Waktu pemulihan untuk sehat sempurna, terutama jika selama kehamilan atau

saat persalinan mengalami komplikasi. Waktu yang diperlukan untuk sehat


26

sempurna dapat berlangsung berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan

(Anggraini, 2010).

2.1.4 Buah Pepaya

a. Definisi Buah Pepaya

Buah pepaya adalah jenis tanaman herba yang tergolong dalam family

Carecacae. Ada empat genus untuk buah pepaya yaitu carica, jarilla, jacaranta

dan cylicomoroph. Buah ini berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat

bahkan kawasan sekitar daerah tropis maupun sub tropis. Pemberian nama

pepaya di dalam bahasa Indonesia diadopsi dari bahasa Belanda yaitu papaja,

kemudian mengadopsi juga dari bahasa arawak yaitu papaya, jika dalam bahasa

banjar disebut kaustila.

Morfologi tanaman pepaya secara umum tidak bercabang, tinggi dapat

mencapai 5-10 meter dengan tata letak daun yang berbentuk spiral pada batang

pohon bagian atas. Bentuk daun menyirip lima tangkai yang panjang dan

berlubang di bagian tengah bentuknya dapat bercangap ataupun tidak. Pepaya

merupakan tumbuhan monodiecious (berumah tunggal sekaligus berumah dua)

dengan tiga kelamin yaitu : tumbuhan jantan, tumbuhan betina, dan tumbuhan

banci (hermafrodit). Buah pepaya berbentuk bulat memanjang dengan ujung

biasanya meruncing, ketika muda berwarna hijau gelap dan setelah masak hijau

muda hingga kuning jingga (Bonaditya, 2014).

Tanaman pepaya adalah tanaman buah tropika yang beriklim basah.

Angin diperlukan untuk penyerbukan bunga, maka angin tidak boleh terlalu

kencang. Suhu udara yang optimum untuk pertumbuhan tanaman pepaya


27

berkisar antara 22-26°C, kelembaban udara kurang lebih 40%. Tanah yang

subur, gembur, dan banyak mengandung humus dan memiliki daya menahan air

yang tinggi merupakan tanah yang baik untuk tanaman pepaya Derajat

keasaman tanah (pH tanah) yang ideal adalah netral dengan pH 6-7. Kandungan

air dalam tanah adalah hal yang penting dalam pertumbuhan tanaman pepaya.

Air yang terlalu banyak dan menggenang dapat mengundang penyakit jamur

yang dapat merusak akar hingga tanaman layu bahkan mati. Jika kekeuranagn

air, maka tamanan akan kurus, daun, bunga dan buah rontok. Pepaya dapat

ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 700-1000 m di atas permukaan

laut (Bonaditya, 2014)

b. Kandungan Buah Pepaya

Pepaya sebagai salah satu buah yang mengandung laktagogum

merupakan buah tropis yang dikenal dengan sebutan Carica papaya. Buah

pepaya juga merupakan salah satu jenis buah yang mengandung nutrisi tinggi

dan memiliki segudang manfaat bagi kesehatan. Penanaman pepaya yang

membutuhkan suhu rendah bagi pertumbuhannya menjadikan pepaya sangat

cocok ditanam di daerah tropis, menjadi hal yang wajar jika populasi tanaman

pepaya sangat mudah ditemukan di Indonesia. Masyarakat Indonesia dapat

memperoleh buah pepaya untuk konsumsi sehari-hari dengan mudah dan

terjangkau. Tanaman pepaya telah dimanfaatkan oleh masyarakat sejak dulu.

Senyawa aktif yang terkandung didalamnya yaitu enzim papain, karotenoid,

alkaloid, flavonoid, monoterpenoid, mineral, vitamin, glukosinolat, dan

karposida vitamin C, A, B, E, serta mineral. Pepaya juga memiliki efek


28

gastroprotektif, antibakterial, laksatif, dan laktagogum yang khasiatnya terlah

terbukti secara ilmiah (Istiqomah et al., 2015).

Kandungan laktagogum (lactagogue) dalam pepaya dapat menjadi salah

satu cara untuk meningkatkan produksi ASI sehingga dapat menjadi ssalah satu

strategi untuk menanggulangi gagalnya pemberian ASI eksklusif yang

disebabkan oleh produksi ASI yang rendah atau kurang. Mekanisme kerja

laktagogum dalam meningkatkan laju sekresi dan produksi ASI adalah secara

langsung merangsang aktivitas protoplasma pada sel-sel sekretoris kelenjar

susu/ mamae sehingga ujung saraf sekretoris dalam kelenjar susu guna sekresi

air susu meningkat, atau merangsang hormon prolaktin (hormon laktagonik)

terhadap kelenjar mamae pada sel-sel epitelium alveolar yang akan merangsang

laktasi (Istiqomah et al., 2015).

Pada penelitian ini menggunakan Pepaya Calline adalah buah lokal asli

Indonesia termasuk famili Caricaceae dan mulai banyak ditanam oleh petani di

berbagai daerah karena banyaknya permintaan di pasar. Buah pepaya Calline

banyak dijual di supermarket-supermarket besar dengan label pepaya

California. Sebetulnya nama California itu nama yang diberikan oleh pedagang

agar terdengar eksklusif di mata konsumen sedangkan Pepaya Callina sendiri

merupakan hasil pemuliaan dari IPB (Soekardi, dalam Wirdaningsih, 2020).

Pepaya Calline atau Pepaya California adalah hasil pemuliaan di

Indonesia. Pepaya California tumbuh di lahan yang subur dan sedikit berpasir

dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan 1000-

2000 mm/tahun dan kelembaban udara 40% dengan pH tanah berada pada
29

antara 6 dan 7, walau bisa tumbuh di mana saja tapi akan menjdi tidak optimal

jika tidak pada kondisi tersebut. Aspek gizi dari Pepaya Calline yaitu (Soekardi,

dalam Wirdaningsih, 2020):

1) Kandungan karotenoid pada pepaya tinggi, vitamin C dan E yang berperan

sebagai antioksidan mampu menyingkirkan radikal bebas yang dapat

menyebabkan kanker.

2) Mengandung mineral, yaitu kalium, magnesium serta serat. Hal ini

membuat pepaya baik bagi kesehatan untuk memenuhi kebutuhan kalium di

masa menyusui.

3) Kandungan enzim papain yang penting untuk mempercepat proses

pencernaan protein, bisa sebagai obat diare, sakit maag dan sembelit. Dan

enzim papain mampu memecah serat daging sehingga daging mudah

dicerna dan terdapat baik di kulit, daging buah maupun bijinya.

Pepaya yang digunakan adalah pepaya muda. Kandungan kimia buah

pepaya muda mengandung polifenol dan steroid. Produksi ASI meningkat

dipengaruhi oleh adanya polifenol dan steroid yang mempengaruhi reflek

prolaktin yang nantinya merangsang alveolus untuk pembentukan ASI dan

polifenol juga mempengaruhi hormon oksitosin yang akan menjadikan produksi

ASI lebih deras dan lancar dibandingkan sebelum mengkonsumsi buah pepaya

(Istiqomah et al., 2015).

c. Cara Pengolahan Air Rebusan Buah Pepaya untuk Meningkatkan Produksi ASI

Ibu Nifas
30

Air rebusan pepaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah buah

pepaya yang masih muda direbus dalam air mendidih sampai matang (Yanti,

2021). Cara pengolahan air rebusan buah pepaya untuk meningkatkan produksi

ASI Ibu nifas sesuai dengan standar operasional prosedur yang dibuat oleh Yanti,

(2021), adalah sebagai berikut.

1) Bersihkan buah pepaya

2) Kupas kulitnya

3) Potong-potong buah pepaya dengan berat 1 potongnya 100 gram. Kemudian

setiap potongan di bagi menjadi 3 (hal ini untuk mempermudah proses

pematangan)

4) Didihkan air 500 ml atau 2 gelas air, rebus 3 potong buah pepaya (100 gram)

dalam air tersebut sampai matang, kurang lebih 5-10 menit.

Air rebusan buah pepaya tersebut nantinya akan dikonsumsi dalam 1 hari oleh

ibu nifas sebagai pelancar ASI.

d. Prosedur Mengukur Peningkatan Produksi ASI untuk Menilai Pengaruh Air

Rebusan Pepaya.

1) Responden dianjurkan untuk mengosongkan payudara, 2 jam sebelum

pengambilan ASI (memompa ASI) (Kamalah et al., 2021).

2) Pengambilan ASI dilakukan selama 15 menit dalam satu kali pemerahan

(tiap payudara) dengan alat pompa ASI (Zuliyana & Indriyani, 2021).
31

3) Pengambilan ASI sebelum diberikan intervensi berupa air rebusan pepaya

selama 15 menit, setelah 2 jam pengosongan payudara. PengambilanASI

setelah diberikan intervensi dimulai pada hari kedua setelah diberikan

intervensi sampai hari ke-7 selama 15 menit setiap kali pemerahan, setelah

2 jam pengosongan payudara, dan dilakukan pada waktu yang sama setiap

harinya. Volume ASI diukur dalam satuan milliliter (ml) dengan

menggunakan botol ukur dalam keadaan steril. Hasil pemerahan ASI

kemudian dikembalikan lagi pada responden untuk dikonsumsi oleh

bayinya.

4) Menghitung rata-rata hasil volume ASIyang dihasilkan selama 7 hari

pemberian intervensi. Peningkatan produksi ASI diukur dengan mengukur

jumlah volume produksi ASI.

2.2 KerangkaTeori

Kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada skema di bawah ini :

Ibu nifas mulai menyusui bayinya.

Kendala yang biasa dialami saat menyusui adalah


kurangnya volume ASI yang diproduksi

Diperlukan laktagogum atau pelancar ASI


sebagai upaya meningkatkan produksi ASI

Buah pepaya memiliki kandungan laktagogum


yang membantu meningkatkan laju sekresi dan
produksi ASI dengan merangsang aktivitas
protoplasma pada sel-sel sekretoris kelenjar susu
dan ujung saraf sekretoris dalam kelenjar susu
yang mengakibatkan sekresi air susu meningkat,
32

Sumber: Wirdaningsih, 2020


Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

2.3 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Nursalam,

2015). Kerangka konsep dapat membantu peneliti untuk menghubungkan hasil

penemuan dalam penelitian dengan teori. Kerangka konsep pada penelitian ini

dapat dilihat pada gambar berikut :

Air Rebusan Produksi ASI Ibu


Pepaya Nifas Meningkat

2.4 Hipotesis Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Hipotesa atau hipotesis merupakan pernyataan sebagai jawaban sementara

atas pertanyaan penelitian, yang harus di uji kasahihannya secara empiris

(Nursalam, 2015). Hipotesis dapat dianggap sebagai kesimpulan yang bersifat

sangat sementara. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah merupakan suatu

jawaban atau dugaan sementara yang bisa dianggap benar dan bisa dianggap salah,
33

sehingga memerlukan pembuktian dari kebenaran hipotesis tersebut melalui

penelitian yang akan dilakukan. Hipotesis dari penelitian ini adalah:

Ha : Air rebusan pepaya efektif dalam meningkatkan produksi ASI ibu nifas di

wilayah kerja Puskesmas Paringin Kabupaten Balangan tahun 2022.

Ho : Air rebusan pepaya tidak efektif dalam meningkatkan produksi ASI ibu nifas

di wilayah kerja Puskesmas Paringin Kabupaten Balangan tahun 2022.


14
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Penentuan Lokasi,Waktu dan Sasaran Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Paringin, Kabupaten Balangan,

Provinsi Kalimantan Selatan.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2023.

3.1.3 Sasaran Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah ibu nifas kurang dari 40 hari.

3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian

3.2.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan/

intervensi pada subjek penelitian, dengan tujuan menilai pengaruh suatu perlakuan

pada variabel independen (variabel bebas) terhadap variabel dependen (variabel

terikat). Metode penelitian ekperimen yang digunakan adalah Quasi experimental

design atau disebut dengan motode penelitian eksperimen semu. Disebut demikian

karena sifatnya yang mendekati penelitian eksperimen sebenarnya. Quasi

experimental design merupakan eksperimen yang mempunyai kelompok control,

tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variable-variabel luar

yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2017). Biasanya

34
35

digunakan dalam penelitian yang subjeknya manusia yang berarti subjek tidak

dapat dimanipulasi dan dikontrol secara intensif (Syamsuddin & Damaianti, 2011).

3.2.2 Rancangan Penelitian

Rancangan atau desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah non equivalent control group design. Pada rancangan ini objek penelitian

dibagi menjadi dua yaitu kelompok control dan kelompok perlakuan (eksperimen).

Pemilihan kedua kelompok ini tidak dilakukan secara acak (Notoatmodjo, 2015).

Rancangan ini dapat diilustrasikan sebagai berikut.

E O1 X O2
K O3 O4

Sumber : Notoatmodjo, 2015


Gambar 3.1Rancangan Penelitian non equivalent control group
design
Keterangan :

O1: Observasi produksi asi sebelum perlakuan (Pretest kelompok eksperimen)

X : Pemberian air rebusan pepaya (Perlakuan/ intervensi)

O2: Observasi produksi asi setelah perlakuan (Posttest kelompok eksperimen)

O3: Observasi produksi asi (Pretest kelompok kontrol)

O4: Observasi produksi asi (Pretest kelompok kontrol)

3.3 PopulasidanSampelPenelitian

3.3.1 Populasi

Populasi subjek penelitian ini adalah semua ibu nifaskurang dari 40 hari

terhitung sampai bulan Desember 2022 di wilayah kerja Puskesmas Paringin

Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, sejumlah 48 orang.


36

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas dalam kategori baru

melahirkan kurang dari 40 hari, yang berada di wilayah kerja Puskesmas Paringin

Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan. Sampel yang digunakan

berjumlah 30 orang dengan 15 orang pada kelompok eksperimen dan 15 orang pada

kelompok kontrol, karena penelitian ini merupakan penelitian eksperimen (Gay &

Diehl, 1992). Teknik sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan

salah satu teknik non random sampling, di mana peneliti menentukan pengambilan

sampel dengan cara menetapkan ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian,

sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. Menurut Arikunto

(2016) teknik purposive sampling adalah teknik mengambil sampel dengan tidak

berdasarkan random, daerah atau strata, melainkan berdasarkan pertimbangan yang

berfokus pada tujuan tertentu. Kriteria pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1) Ibu nifas tinggal di wilayah kerja Puskesmas Paringin.

2) Ibu nifas masih dalam masa nifas <40 hari.

3) Ibu nifas bersedia menjadi responden.

b. Kriteria Eksklusi

1) Ibu nifas dalam keadaan gawat darurat

2) Ibu nifas dalam kondisi tidak sadar

3) Ibu nifas mengonsumsi suplemen ASI

4) Ibu nifas dengan penyakit penyerta yang dapat bereaksi terhadap kandungan
37

zat pada buah pepaya.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan sesuatu yang digunakna sebagai ciri, sifat

atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu

konsep pengertian tertentu, misal umur, jenis kelamin, pendidikan, status

perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2015). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari

d. Variabel Independen (Bebas) : Air rebusan pepaya

e. Variabel Dependen (Terikat) : Produksi ASI ibu nifas

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan pengertian variabel yang diungkapkan

dalam konsep secara operasional, praktik, dan nyata dalam lingkup objek

penelitian. Berikut tabel definisi operasional.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel
Penelitian
Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
pada kelas
ekserimen
Variabel Bebas (Independent variable)
Air rebusan Terapi komplementer Lembar 1= Nominal
pepaya yang digunakan Observasi Diberikan air
dengan cara merebus Efektivitas Air rebusan
buah pepaya dalam air Rebusan Pepaya pepaya.
mendidih hingga dalam 2 = Tidak
matang, untuk Meningkatkan doberikan air
meningkatkan Produksi Asi Ibu rebusan
produksi ASI bagi Ibu Nifas(Wirdaning pepaya.
nifas (Yanti, 2021). sih, 2020)
Variabel Terikat (Dependent Variable)
38

Produksi ASI Volume ASI ibu nifas Lembar 1. Ada Nominal


ibu nifas pada kelompok Observasi peningkatan
eksperimen yang Efektivitas Air volume
dipompa sebelum dan Rebusan Pepaya produksi
sesudah diberikan dalam ASI
intervensi/perlakuan, Meningkatkan 2. Tidak ada
dibandingkan volume Produksi Asi Ibu peningkatan
ASI kelompok Nifas volume
kontrol(Wirdaningsih, (Wirdaningsih, produksi
2020). 2020). ASI.

3.5 Jenis dan Sumber Data

3.5.1 Jenis Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu

berupa angka yang menunjukkan volume ASI yang diproduksi sampel sebelum dan

sesudah intervensi/ perlakuan.

3.5.2 Sumber Data

Sumber data yang diperoleh merupakan data primer, yaitu data yang

diperoleh langsung dari subjek penelitian. Sumber data berupa jumlah volume ASI

yang diproduksi sampel sebelum dan sesudah intervensi.

3.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan berupa lembar observasiuntuk melihat dan

mencatat setiap data yang diperoleh dalam penelitian. Lembar observasi disadur

dari instrumen penelitian yang telah digunakan dalam penelitian Wirdaningsih

(2020).

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik Observasi.

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian


39

dari responden, yaitu dengan mengamati volume produksi ASI ibu nifas pada

kelompok eksperimen sebelum dan sesudah pemberian intervensi/perlakuan, serta

volume produksi ASI ibu nifas pada kelompok kontrol. Langkah yang dilakukan

dalam pengumpulan data tertuang pada skema berikut.

Mengurus perijinan Penandatangana surat persetujuan


pada pihak yang responden (Informed Consent) oleh
berkaitan
responden.

Peneliti mengukur produksi ASI


Peneliti membuat resbusan air pepaya untuk
sebelum dilakukan intervensi
responden kelompok eksperimen sesuai dengan
(pemberian rebusan pepaya)
takaran. Kemudian didistribusikan kepada
pada responden kelompok
responden untuk meastikan bahwa resoponden
eksperimen, begitu juga
mengkonsumsi air rebusan pepaya tersebut
responden kelompok kontrol.
Dengan cara memompa ASI
selama 15 menit (tiap payudara).
a. Bersihkan buah pepaya
b. Kupas kulitnya
Kelompok eksperimen
c. Potong-potong buah pepaya dengan berat 1
- Jumlah produksi ASI diamati
potongnya 100 gram. Kemudian setiap
setelah 2 hari mengkonsumsi
potongan di bagi menjadi 3 (hal ini untuk
air rebusan pepaya.
mempermudah proses pematangan)
- ASI dipompa setelah 2 jam
d. Didihkan air 500 ml, rebus 3 potong buah
pengosongan payudara dengan
pepaya (100 gram) dalam air tersebut
menggunakan alat pompa ASI
sampai matang, kurang lebih 5-10 menit.
selama 15 menit (tiap
(Yanti, 2021)
payudara).
- Hari ke-3 sampai ke-7, jumlah
Kelompok kontrol produksi ASI diamati setiap
- Jumlah produksi ASI diamati setelah 2 hari hari pada waktu yang sama.
kelompok eksperimen diberikan air rebusan
pepaya.
- ASI dipompa setelah 2 jam pengosongan
payudara dengan menggunakan alat pompa
ASI selama 15 menit (tiap payudara).
- Hari ke-3 sampai ke-7, jumlah produksi ASI
diamati setiap hari pada waktu yang sama.

Sumber : Yanti, 2021


Gambar 3.2 1 Skema Prosedur Pengumpulan Data
40

3.7 Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian dianalisis untuk menguji

hipotesis yang telah dibuat. Data dianalisis menggunakan uji statistik yang dipilih

berdasarkan tujuan uji yaitu tujuan komparatif (perbandingan) menggunakan

Independent T Test. Uji ini diunakan untuk mengetahui adakah perbedaan rerata

yang bermakna antara dua kelompok bebas (kelompok tidak berpasangan; sumber

data berasal dari subjek yang berbeda) yang berskala data interval/rasio. Pengujian

ini dimaksudkan untuk menyelidiki apakah air rebusan pepaya efektif dalam

meningkatkan produksi ASI ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Paringin,

Kabupaten Balangan dengan melihat perbandingan rerata antara kelompok control

dan kelompok eksperimen.

Beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam uji ini adalah normalitas,

outlier, dan homogenitas. Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah

data yang dihasilkan pada setiap kelompok nantinya berdistribusi normal atau tidak.

Pengujian Pengujian homogenitas untuk melihat adakah kesamaan varians antar

kelompok. Pengujian outlier dilakukan untuk melihat ada tidaknya outlier pada data

setiap kelompok. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS.

3.9 EtikaPenelitian

3.9.1 Ethical Clereance

Ethical clereanceatau kelayakan etik adalah suatu instrumen untuk

mengukur keberterimaan secara etik suatu rangkaian proses penelitian. Ethical

clereance penelitian adalah pedoman bagi peneliti untuk menjunjung tinggi nilai

integritas, kejujuran, dan keadilan dalam melakukan suatu penelitian. Ethical


41

clereance berupa keterangan tertulis yang diberikan oleh komisi etik penelitian

untuk riset yang melibatkan makhluk hidup.

3.9.2 Ijin TempatPenelitian

Sebelum melakukan penelitian peneliti mengajukan ijin penelitian

kepadapihak terkait di tempat penelitian, yaitu Puskesmas Paringin, Kabupaten

Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan.

3.9.3 Informed Consent

Responden diberikan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian

yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisiasi atau menolak

menjadi responden. Pada Informed Consent juga dicantumkan bahwa data yang

diperoleh hanya dipergunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

3.9.4 Confidentiallity

Subjek penelitian mempunyak hak untuk meminta bahwa data yang

diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan

kerahasiaan.

3.9.5 Benefit

Responden mempunyai hak untuk mengetahui manfaat dari penelitian.

Peneliti juga tetap mempertimbangkan resiko serta keuntungan yang akan berakibat

kepada subjek pada setiap tindakan penelitian.

3.9.6 Justice

Responden atau subjek dari penelitian mendapatkan perlakuan secara adil

baik sebelum, selama, dan sesudahkeikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya

diskriminasi.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penilitian

4.1.1 Data Geografi

Puskesmas Paringin berlokasi di alamat Jl. Jenderal Basuki Rahmat

RT01/RW 01, Kecamatan Paringin, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan.

Wilayah kerja Puskesmas Paringin meliputi 16 desa/kelurahan, yaitu 14 desa dan 2

kelurahan di Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan, yang dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 4.1.1 Rincian Desa dan Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Paringin

Desa/Kelurahan Luas Wilayah (Km2)


a. Desa Babayau 3,80
b. Desa Balang 3,20
c. Desa Balida 3,75
d. Desa Dahai 7,30
e. Desa Hujan Mas 6,70
f. Desa Kalahiang 4,70
g. Desa Lamida Bawah 5,95
h. Desa Lasung Batu 12,10
i. Desa Layap 3,25
j. Desa Lok Batung 14,55
k. Desa Mangkahayu 3,25
l. Desa Murung Ilung 6,30
m. Desa Paran 3,60
n. Kelurahan Paringin Kota 11,00
o. Kelurahan Paringin Timur 5,74
p. Desa Sungai Ketapi 4,85
Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Paringin(Paringin, 2021).

4.1.2 Data Demografi

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Balangan, jumlah

penduduk di wilayah Kecamatan Paringin pada tahun 2021 berjumlah 19.506 jiwa.

43
44

Kecamatan Paringin memiliki kepadatan penduduk 195 jiwa per km2. Pertumbuhan

perekonomian di wilayah kerja puskesmas Paringin sebagian besar berada di sector

pertambangan dan penggalian, serta pertanian dan kehutanan. Selain itu disokong

juga oleh sector perdagangan, swasta dan jasa lainnya.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Puskesmas Paringin terbagi menjadi beberapa ruang untuk memberikan jenis

pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Ruangan-ruangan tersebut

diantaranya sebagai berikut:

a. Ruang Kepala Puskesmas o. Gudang Obat

b. Ruang Tindakan p. Ruang P2P

c. Ruang Vaksinasi q. Ruang Rekam Media

d. Ruang Administrasi/ Tata Usaha r. Ruang Khusus Lansia

e. Apotek s. Ruang MTBS

f. Gudang Obat t. Ruang KIE

g. Ruang KIA u. Ruang Bermain Anak

h. Ruang KB v. Pojok ASI

i. Ruang Gizi & SDIDTK w. Ruang Kesehatan Gigi dan Mulut

j. Ruang Imunisasi x. Ruang Pemeriksaan Umum

k. Mushola y. Ruang Jaga Dokter

l. Laboratorium z. IPAL

m. Ruang Bersalin aa. Ruang Sampah Medis

n. Aula Puskesmas bb. WC


45

Sarana kesehatan pada jaringan puskesmas Paringin meliputi 3 puskesmas

pembantu (Pustu) dan 10 Poskesdes, yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 2 Sarana Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Paringin

Sarana Kesehatan Keterangan


Pustu a. Dahai
b. Kalahiang
c. Lok Batung
Poskesdes 1. Poskesdes Paringin Timur
2. Poskesdes Layap
3. Poekesdes Hujan Mas
4. Poskesdes Sungai Ketapi
5. Poskesdes Dahai
6. Poskesdes Paran
7. Poskesdes Lamida Bawah
8. Poskesdes Babayau
9. Poskesdes Balida
10. Poskesdes Mangkahayu
Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Paringin(Paringin, 2021)

4.1.4 Sistem Pelayanan

Pelayanan di Puskesmas Paringin dilaksankan dari hari Senin-Sabtu.

Pembagian jam buka pelayanan di Puskesmas Paringin dalah sebagai berikut.

a. Senin – Kamis : 08.00-11.00 wita

b. Jumat-Sabtu : 08.00-10.00 wita

Pelayanan yang disediakan di puskesmas Paringin meliputi pelayanan

kesehatan dasar, yaitu : pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan kesehatan

pada siswa SD dan setingkat, pelayanan KB, pelayanan imunisasi, gigi, serta

pelayanan kesehatan usia lanjut. Selain pelayanan dasar tersebut, puskesmas

Paringin juga melakukan pelayanan terhadap perbaikan gizi masyarakat, seperti :

pemberian vitamin A pada bayi dan balita, penimbangan balita, serta pemberian

tablet tambah darah bagi ibu hamil.

Layanan administrasi juga ddiberikan oleh puskesmas Paringin, seperti

surat keterangan berbadan sehat (SKBS), layanan BPJS, suratizin penelitian di


46

wilayah kerja puskesmas Paringin, serta administrasi lainnya sesuai kebutuhan

masyarakat. Pelayanan yang diberikan oleh puskesmas Paringin tidak hanya

berfokus pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas tersebut saja, tetapi juga

melayani masyarakat di luar wilayah kerja puskesmas Paringin.

4.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengenai efektivitas air rebusan pepaya terhadap

peningkatan produksi ASI ibu Nifas di wilayah kerja Puskesmas Paringin

Kabupaten Balangan dengan jumlah responden 30 orang terdiri dari 15 orang

kelompok eksperimen dan 15 orang kelompok kontrol adalah sebagai berikut.

a. Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi umur ibu, tindakan

inisiasi menyusui dini setelah melahirkan, serta status pekerjaan. Berikut

adalah data dari karakteristik responden.

Tabel 4.2. 1 Karakteristik Responden


Kelompok
Total
No. Karakteristik Responden Eksperimen Kontrol
n % n % n %
1. Umur Ibu
a. 20-35 tahun 15 100,00 14 93,33 29 96, 67
b. >35 tahun 0 0,00 1 6, 67 1 3,33
2. Inisiasi Menyusui Dini
Ya 9 60,00 8 53,33 17 56, 67
Tidak 6 40,00 7 46, 67 13 43,33
3. Bekerja
Ya 4 26,67 5 33,33 9 30,00
Tidak 11 73,33 10 66, 67 21 70,00
Sumber: Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 4.2.1 diperoleh karakteristik responden sebagian

besar umur ibu diantara 20-35 tahun berjumlah 29 orang (96,67%), sebagian

besar sudah melakukan inisiasi menyusui dini setelah melahirkan berjumlah 17


47

orang (56, 67%), dan sebagian besar tidak bekerja yaitu berjumlah 21 orang

(70,00%).

b. Distribusi Air Rebusan Pepaya kepada Responden

Pemberian air rebusan pepaya sebagai perlakuan atau intervensi akan

diberikan kepada kelompok eksperimen pada penelitian ini untuk mengetahui

efektivitas dari air rebusan pepaya terhadap jumlah produksi ASI ibu nifas di

wilayah kerja puskesmas Paringin Kabupaten Balangan. Berikut tabel

distribusi air rebusan pepaya kepada responden.

Tabel 4.2.2 Distribusi Air Rebusan Pepaya


Responden Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Pemberian Intervensi f % f %
Air Rebusan Pepaya 15 100 0 0
Sumber : Data Primer, 2023

Tabel 4.2.2 menunjukkan bahwa air rebusan pepaya sebagai intervensi

dalam penelitian ini didistribusikan 100% ke seluruh responden pada

kelompok eksperimen. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan

intervensi yaitu air rebusan pepaya.

c. Produksi ASI Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Paringin Kabupaten

Balangan

Jumlah produksi ASI responden pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol selama penelitian, disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.2.3 Rata-rata Jumlah Produksi ASI Responden Kelompok


Eksperimen
Rata-rata Jumlah Produksi ASI (ml)
Kelompok Posttest per hari
Responden Pretest Hari Hari Hari Hari Hari Hari Rata-rata
ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7 Posttest
Eksperimen 83,33 93,67 103,67 110,67 120,00 131,33 146,67 117,67
Kontrol 89,00 89,67 91,67 95,00 97,00 98,00 100,33 95,28
Sumber : Data Primer, 2023
48

Berdasarkan tabel 4.2.3 menunjukkan bahwa produksi ASI pada

responden kelompok eksprimen menunjukkan adanya penigkatan dari

sebelum diberikan intervensi dan setelah diberikan intervensi. Rata-rata

jumlah produksi ASI pada saat sebelum intervensi (pretest) adalah 83,33ml,

sedangkan pada hari ke-7 intervensi (posttest hari ke-7) rata-rata jumlah

produksi ASI adalah 146,67ml, yang menunjukkan adanya peningkatan

jumlah produksi ASI selama dilakukan intevensi, yaitu sejumlah 63,33 ml.

Jika dirata-rata jumlah produksi ASI kelompok eksperimen pada posttest dari

hari ke-2 sampai hari ke-7 adalah 117,67 ml.

Tabel 4.2.3 juga menunjukkan bahwa produksi ASI pada responden

kelompok kontrol juga adanya penigkatan dari pretest sampai hari ke-7 atau

posttest hari ke-7. Walaupun demikian dapat dilihat bahwa sebagian besar

jumlah produksi ASI responden pada kelompok kontrol cukup stabil artinya

tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Rata-rata jumlah produksi ASI

pada saat pretest adalah 89,00ml, sedangkan pada postets hari ke-7 rata-rata

jumlah produksi ASI adalah 100,33ml, yang menunjukkan adanya

peningkatan jumlah produksi ASI, yaitu sejumlah 11,33 ml. Jika dirata-rata

jumlah produksi ASI kelompok kontrol pada posttest dari hari ke-2 sampai

hari ke-7 adalah 95,28 ml.

Perbandingan rata-rata jumlah produksi ASI kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol per hari dapat dilihat pada grafik berikut.
49

Rata-rata Jumlah Produksi ASI Kelompok


Eksperimen dan Kelompok Kontrol per Hari
200,00

150,00

100,00

50,00

0,00
Pretest Postest Postest Postest Postest Postest Postest
h2 h3 h4 h5 h6 h7

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Sumber : Data Primer, 2023


Gambar 4.2 1 Grafik Rata-rata Jumlah Produksi ASI Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol per Hari

Berdasarkan grafik pada gambar 4.2.1 menunjukkan bahwa

peningkatan jumlah produksi ASI responden kelompok ekperimen lebih

banyak dibandingkan dengan jumlah produksi ASI responden kelompok

kontrol. Jumlah produksi ASI responden kelompok kontrol mengalami

peningkatan dalam jumlah yang sedikit setiap harinya dibandingkan

kelompok eksperimen.

d. Efektivitas Air Rebusan Pepaya dalam Meningkatkan Produksi ASI Ibu

Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Paringin Kabupaten Balangan

Untuk mengetahui efektivitas air rebusan pepaya untuk meningkatkan

produksi ASI ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Paringin Kabupaten

Balangan menggunakan uji statistik yang dipilih berdasarkan tujuan uji yaitu

tujuan komparatif (perbandingan) menggunakan Independent TTest dengan

melihat rerata posttest jumlah produksi ASI setiap responden pada kelompok

ekperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen disebut dengan


50

kelompok 1, sedangkan kelompok kontrol disebut dengan kelompok 2. Uji

statistik dalam peelitian ini dilakukan menggunakan program SPSS. Dalam uji

statistik ini ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi.

1) Uji Asumsi

a) Uji Asumsi Normalitas

Uji nomalitas menggunakan uji Shapiro Wilk dan uji

Kolmogorov-Sminorv (Liliefors). Berikut merupakan hasil uji

normalitas.

Tabel 4.2.4. Hasil Uji Normalitas

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk


Statistik df Sig. Statistik df Sig.
1 0,216 15 0,058 0,915 15 0,162
ASI
2 0,153 15 0,200* 0,946 15 0,467
Sumber : Data Primer, 2023

Tabel 4.2.4 menunjukkan hasil uji Kolmogorov-Sminorv dan

Shapiro Wilk.Nilai p value (Sig.) pada Kolmogorov-Sminorv adalah

0,058 pada kelompok 1 dan 0,2000 pada kelompok 2, di mana keduanya

>0,05. Maka berdasarkan uji Kolmogorov-Sminorv, data setiap

kelompok berdistribusi normal. P value (Sig.) pada uji Shapiro Wilk

pada kelompok 1 sebesar 0,162, dan pada kelompok 2 sebesar 0,467 di

mana keduanya >0,05. Maka berdasarkan uji Shapiro Wilk, data setiap

kelompok berdistribusi normal. Dengan demikian asumsi normalitas

terpenuhi.
51

b) Uji Asumsi Homogenitas

Uji homogenitas menggunakan metode Levene’s test. Hasil uji

homogenitas disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.2.5. Hasil Uji Homogenitas


Levene Statistic df1 df2 Sig.
Based on Mean 3,168 1 28 0,086
Based on Median 1,421 1 28 0,243
ASI Based on Median and
1,421 1 21,860 0,246
with adjusted df
Based on trimmed mean 3,184 1 28 0,085
Sumber : Data Primer, 2023

Tabel 4.2.5menampilkan hasil uji homogenitas dengan metode

Levene’s test. Nilai Levene ditunjukkan pada baris Based on mean,

yaitu 3,168 dengan p value (Sig) sebesar 0,086>0,05. Maka dapat

diartikan bahwa terdapat kesamaan varians antar kelompok atau

homogen. Dengan demikian asumsi homogenitas terpenuhi.

c) Uji Asumsi Bebas Outlier

Untuk mendeteksi adanya outlier pada data, maka dapat dilihat

dari Box-plot. Outlier merupakan kasus atau data yang memiliki

karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-

observasil lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk

sebuah variabel tunggal atau kombinasi (Ghozali, 2011). Box-plot pada

gambar 4.2.2 memperlihatkan tidak terdapat plot-plot di atas maupun

di bawah box-plot kelompok 1 dan kelompok 2. Maka ini berarti tidak

terdapat outlier pada data yang diperoleh. Dengan demikian asusmsi

bebas outlier terpenuhi.


52

Sumber : Hasil Olah Data, 2023

Gambar 4.2 2. Box-plot Independent T Test

2) Uji Hipotesis dengan Independent T Test

Independent t test dilakukan setelah ketiga asusmsi telah terpenuhi.

Independent ttestdilakukan dengan bantuan program SPSS. Hasil

Independent t test disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.2.6. Hasil Independent T Test

thitung df ttabel Sig. (2 tailed) Mean Deffrenece


2,914 28 2,048 0,007 22,387
Sumber : Data Primer, 2023

Pada tabel 4.2.6, terdapat nilai thitung sebesar 2,914 pada df 28. Nilai

df diperoleh dari N-2, yaitu 30-2=28. Nilai thitung tersebut dibandingkan

dengan nilai ttabel pada df 28 dan probabilitas 0,05, didapatkan nilai ttabel

sebesar 2,048. Nilai thitung> ttabel; 2,914>2,048. Dengan demikian Ho ditolak

dan Ha diterima, yaitu air rebusan pepaya efektif dalam meningkatkan

produksi ASI ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Paringin Kabupaten

Balangan tahun 2022.

Hal ini juga diperkuat dengan p value atauSig. (2 tailed) yaitu

sebesar 0,007<0,05, maka ada perbedaan bermakna secara statistic antara


53

kelompok 1 dan kelompok 2. Perbedaan rata-rata kedua kelompok data

dilihat pada kolom mean difference. Perbedaan bernilai positif ini

menunjukkan bahwa rata-rata kelompok 1 (kelompok eksperimen) lebih

besar dibandingkan kelompok 2 (kelompok kontrol).

4.3 Pembahasan

4.3.1 Kontrol Perilaku Responden

a. Kelompok Eksperimen

Kontrol perilaku yang dilakukan pada kelompok eksperimen untuk

mengurangi dan mencegah adanya bias pada penelitian ini diantaranya adalah

sebagai berikut.

1) Memastikan bahwa responden telah mengosongkan payudara, 2 jam

sebelum pengambilan ASI.

2) Memberikan dan memantau setiap hari bahwa responden telah meminum

air rebusan pepaya pada jam yang sama.

3) Memastikan responden memeras ASI pada jam dan durasi yang sama setiap

harinya.

4) Memastikan responden tidak mengonsumsi suplemen pelancar ASI dan

makanan yang dipercaya dapat melancarkan ASI selain air rebusan pepaya

selama penelitian berlangsung.

b. Kelompok Kontrol

Kontrol perilaku yang dilakukan pada kelompok kontrol untuk mengurangi dan

mencegah adanya bias pada penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut.
54

1) Memastikan bahwa responden telah mengosongkan payudara, 2 jam

sebelum pengambilan ASI.

2) Memastikan responden memeras ASI pada jam dan durasi yang sama setiap

harinya.

3) Memastikan responden tidak mengonsumsi suplemen pelancar ASI dan

makanan yang dipercaya dapat melancarkan ASI selama penelitian

berlangsung.

4.3.2 Gambaran Umum Responden

a. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.2.1 menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen maupun

kelompok kontrol rentang usia ibu Nifas di wilayah kerja Puskesmas Paringin

Kabupten Balangan mayoritas pada usia 20-35 tahun, yaitu sebanyak 29 dari

30 orang (96,67%). Hal serupa juga ditunjukkan pada penelitian Yanti

(2021)mengenai pengaruh rebusan buah pepaya terhadap peningkatan

produksi ASI ibu menyusui, di mana mayoritas responden berada pada rentang

usia 20-25 tahun, yaitu sebanyak 17 dari 27 orang (63%). Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Efriani dan Astuti (2020) mengenai hubungan

umur dan pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif, yang

menyatakan bahwa ibu dengan rentang usia 20-35 tahun (60,9%) lebih

cenderung memberikan ASI eksklusif.

Secara konsep sesuai teori kelompok usia 20-35 tahun merupakan usia

efektif dalam memproduksi ASI (Suraatmaja, 2013).Pada kelompok usia 20-

35 tahun termasuk kelompok usia reproduksi sehat sehingga ibu mampu


55

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan lebih matang secara

emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas, dan

merawat bayinya (Efriani & Astuti, 2020). Peneliti berasumsi bahwa dengan

ibu memiliki pola pikir yang lebih matang dan tidak mudah menyerah serta

memiliki pemikiran yang ke arah positif dalam mengambil suatu keputusan

untuk tetap menyusui, hal ini memberikan menfaat yang merangsang hormone

prolakstin tetap bekerja dengan baik. Seperti yang kita ketahui bahwa hormone

prolakstin berfungsi merangsang sel-sel alveoli untuk memproduksi ASI.

b. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tindakan Inisiasi Menyusui Dini

Tabel 4.2.1 menunjukkan bahwa pada penelitian ini mayoritas

responden baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol

melakukan tindakan inisiai menyusui dini setelah melahirkan, yaitu sebnayak

17 dari 30 orang (56,67%). Hal serupa juga ditunjukkan pada penelitian

Wirdaningsih (2020) mengenai pengaruh pemberian buah pepaya terhadap

kelancara ASI ibu menyusui, yaitu seluruh responden melakukan inisiasi

menyusui dini setelah melahirkan. Penelitian dari Setyowati (2018),

menunjukkan hasil bahwa hampir seluruh ibu nifas dalam hal ini adalah

responden (80,6%) melakukan inisiasi menyusui dini pada waktu kurang dari

satu jam serta memproduksi ASI secara lancar. Insiasi menyusui dini dilakukan

dalam satu jam pertama akan membangun reflex hisap bayi yang akan

merangsang ujung saraf sekitar payudara ke kelenjar hipofisa yang berada di

dasar otak sehingga menghasilkan hormone prolaktin. Hormon prolaktin akan


56

merangsang payudara untuk memproduksi ASI dan dapat meningkatkan

produksi ASI (Arini, 2013).

c. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

Tabel 4.2.1 menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini baik

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol sebagian besar adalah

seorang ibu rumah tangga atau tidak bekerja, yaitu sebanyak 21 dari 30 orang

(70,00%). Hasil serupa juga ditunjukkan pada penelitian Wirdaningsih (2020)

mengenai pengaruh pemberian buah pepaya terhadap kelancara ASI ibu

menyusui, yaitu sejumlah 23 dari 42 orang responden (54,8%) adalah ibu ruma

tangga. Kecenderungan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif karena

adanya beberapa kendala yang dapat dihadapi, antara lain tidak tersedianya

tempat untuk menyusui atau memompa ASI di tempat kerja, lalu tempat kerja

yang berjarak cukup jauh dari rumah sehingga tidak dapat menyempatkan

waktu sejenak untuk menyusui.

4.3.3 Produksi ASI Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Paringin

Kabupaten Balangan

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata jumlah produksi ASI sebelum

intervensi (pretest) pemberian air rebusan pepaya pada ibu nifas di wilayah kerja

Puskesmas Paringin, Kabupaten Balangan pada kelompok eksperimen yaitu

sebanyak 83,33ml, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 89ml. Hal ini

menujukkan bahwa sebelum diberikan intervensi berupa air rebusan pepaya pada

responden kelompok ekperimen, jumlah produksi ASI responden kelompok kontrol

lebih banyak dibadingkan jumlah produksi ASI responden kelompok eksperimen.


57

Produksi ASI dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang utama

dalam mempengaruhi produksi ASI adalah faktor hormonal, yaitu hormone

prolaktin dan hormone oksitosin. Pada saat bayi menghisap payudara ibu, akan

merangsang neurohormonal pada putting susu dan areola ibu. Rangsangan tersebut

kemudian diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus dan dilanjutkan ke lobus

anterior, hormon prolaktin keluar masuk ke peredaran darah dan sampai pada

kelenjar pembuat ASI yang kemudian akan merangsang kelenjar tersebut

memproduksi ASI. Hormon oksitosin dapat dirangsang dengan adanya gerakan

reflek bayi yang memutar kepala kea rah payudara ibu ketika didekatkan pada

payudara ibu (rooting reflex). Kekurangan hormons prolaktin dan oksitosin akan

berakibat kepada sulitnya produksi ASI yang dibutuhkan untuk pemberian ASI

pada bayi (Muhartono et al., 2018).

Beberapa upaya untuk meningkatkan produksi ASI serta meningkatkan

kualitas ASI adalah dengan memperbanyak konsumsi makanan bergizi (Haryono

& Setianingsih, 2014). Asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi komposisi dan produksi ASI yang dihasilkan

oleh ibu tersebut. Di Indonesia banyak terdapat tanaman yang dipercaya berkhasiat

sebagai obat untuk terapi komplementer. Beberapa diantaranya berkhasiat sebagai

laktagogum, seperti buah pepaya. Laktagogum adalah zat yang dapat meningkatkan

atau memperlancar produksi ASI.

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata jumlah produksi ASI setelah

diberikan intervensi air rebusan pepaya (posttest) pada responden kelompok

ekperimen sebanyak 117,67ml. Sedangkan rata-rata jumlah produksi ASI krlompok


58

kontrol yang dihitung selama kelompok eksperimen diberikan intervensi adalah

sebanyak 95,28ml. Hal ini menunjukkan adanya perubahan jumlah produksi ASI

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dibandingkan dengan saat

pretest. Pada kelompok eksperimen rata-rata produksi ASI meningkat sebanyak

34,33ml, sedangkan pada kelompok kontrol meningkat sebanyak 6,28ml. Terlihat

bahwa setelah dilakukan intervensi rata-rata jumlah produksi ASI kelompok

eksprimen lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol.

Nataria dan Oktiarini (2018) menyatakan pepaya merupakan salahsatu buah

yang memiliki kandungan nutrisi tinggi dan kaya akan manfaat bagi kesehatan.

Wilayah Indonesia yang berada dalam iklim tropis sangat cocok sebagai tempat

tumbuhnya tanaman pepaya, oleh karena itu masyarakat Indonesia dapat

memperoleh buah pepaya untuk konsumsi sehari-hari dengan mudah. Buah pepaya

mengndung laktagogum sehingga memiliki potesi dalam menstimulasi hormone

prolaktin dan oksitosin seperti alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid, dan substansi

lainnya yang efektif dalam meningkatkan dan memperlancar produksi ASI.

4.3.4 Efektivitas Air Rebusan Pepaya dalam Meningkatkan Produksi ASI

Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Paringin Kabupaten Balangan

Berdasarkan hasil penelitian untuk menguji hipotesis yang ada

menggunakan independent t test. Hasil uji statistik yang dilakukan menunjukkan

hasil bahwa nilai thitung sebesar 2,914. Nilai thitung tersebut dibandingkan dengan nilai

ttabel pada df 28 dan probabilitas/tingkat kepercayaan(α) 0,05, didapatkan nilai ttabel

sebesar 2,048. Dapat dilihat bahwa Nilai thitung> ttabel; 2,914>2,048. Dengan

demikian Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu air rebusan pepaya efektif dalam
59

meningkatkan produksi ASI ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Paringin

Kabupaten Balangan tahun 2022. Hal ini juga diperkuat dengan p value atau Sig.

(2 tailed) yaitu sebesar 0,007<0,05, maka ada perbedaan bermakna secara statistic

antara kelompok 1 dan kelompok 2. Perbedaan bernilai positif yaitu sebesar 22,387,

menunjukkan bahwa rata-rata kelompok 1 (kelompok eksperimen) lebih besar

dibandingkan kelompok 2 (kelompok kontrol).

Hasil ini juga sesuai dengan penelitian dari Pattypeilohy dan Henukh

(2019), mengenai pengaruh pemberian air rebusan buah pepaya dalam

meningkatkan prdosuksi ASI ibu nifas di puskesmas Manutapen, yaitu hasil uji

wilcoxon yang dilakukan diperoleh p value 0,001<0,05, sehingga ada pengaruh

yang siginfikan produksi ASI sebelum dan sesudah diberikan air rebusan buah

pepaya. Begitu pula penelitian dari Yanti (2021), mengenai pengaruh pemberian

rebusan buah pepaya terhadap peningkatan produksi ASI ibu menyusui di PMB

Nelly Harahap Panyanggar Kecamatan Padangsidimpuan Utara, yaitu hasil uji

wilcoxon yang dilakukan diperoleh p value 0,001<0,05, sehingga terdapat pengaruh

pemberian rebusan buah pepaya terhadap peningkatan produksi ASI ibu menyusui,

terdapat 22 dari 27 responden yang produksi ASI nya meningkat.

Hal ini dapat terjadi karena pemberian air rebusan pepaya mengandung

laktagogum yang merupakan obat untuk meningkatkan produksi ASI serta

mengandung enzim papain dan kalium. Fungsi enzim papain berguna untuk

memecah protein yang dimakan sedangkan kalium berguna untuk mmenuhi

kebutuhan kalium di masa menyusui. Menurut Ayuni (2012), jika ibu kekurangan

kalium maka badan akan terasa lelah, serta dapat menyebabkan perubahan suasana
60

hati menjadi depresi, sementara saat menyusui ibu harus berpikir positif dan

bahagia. Rahimah dan Fadhilah (2022) juga menyatakan bahwa pepaya

mengandung enzim yang dapat meningkatakan ukuran diameter dari kelenjar

mamae, vitamin C, A, B, dan E, serta mineral. Kandungan vitamin A pada buah

pepaya sebanyak 0,7065 dalam 1 gram pepaya muda. Vitamin A merupakan

mikronutrien yang sangat penting bagi ibu nifas. Vitamin A dapat membantu

pituitary anterior untuk merangsang sekresi hormone prolaktin dalam epithelium

otak dan mengaktivasi sel-sel epital dalam alveoli untuk mengakomodasi air susu

dalam payudara. Pepaya mempunyai efek gastroprotektif, antibakterial, laksatif,

serta laktagogum yang khasiatnya telah terbukti secara ilmiah dari buah pepaya

(Muhartono et al., 2018). Kandungan laktagogum dalam pepaya menjadi salah satu

cara untuk meningkatkan laju sekresi dan produksi ASI sehingga menjadi strategi

untuk menanggulangi gagalnya pemberian ASI eksklusif yang disebabkan oleh

produksi ASI yang rendah (Kurniawan, 2013).

4.4 Keterbatasan

Penelitian ini merupakan peneltian langsung dengan cara mendatangi

rumah-rumah responden. Oleh karena itu, dalam penelitian ini perilaku-perilaku

yang dapat mempengaruhi jumlah produksi ASI belum dapat dikontrol secara

penuh akbat peneliti tidak dapat mengontrol responden selama 24 jam penuh. Hal

yang dapat dilakukan oleh peniliti untuk mengatasi hal tersebut adalah selalu

mengingatkan responden untuk menghindari faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi ASI. Faktor-faktor tersebut seperti dari segi konsumsi makanan yang

bergizi, tidak mengkonsumsi obat atau makanan yang dipercaya dapat menjadi ASI
61

booster atau pelancar ASI, serta memerhatikan kondisi emosional seperti stress,

banyak pikiran, dan permasalahan lainnya yang memicu pemikiran berlebih

sehingga menyebabkan berkurangnya produksi ASI.

Menurut Nugroho (2011), produksi ASI akan lancar dan baik jika ibu dalm

kondisi rileks dan nyaman. Kondisi ibu yang cemas serta stres akan mengganggu

proses laktasi atau kegiatan menyusui karena terhambatnya produksi ASI. Kondisi

rileks akan membuat ibu lebih tenang sehingga menumbuhkan refleks oksitosin

yang dapat merangsang produksi ASI lebih banyak (Fikawati & Syafiq, 2015). Oleh

karena itu kondisi emosional ibu yang sedang menyusui sangat berpengaruh

terhadap produksi ASI.


BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dan pembahasa yang telah dilakukan,

maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

5.1.1 Produksi ASI pada ibu nifas sebelum mengkonsumsi air rebusan

pepaya.

Rata-rata jumlah produksi ASI ibu nifas pada kelompok eksperimen

sebelum diberikan intervensi (pretest) atau sebelum mengonsumsi air rebusan

pepaya adalah 83,33ml, sedangkan rata-rata pretest jumlah produksi ASI ibu nifas

pada kelompok kontrol sebanyak 89ml.

5.1.2 Produksi ASI pada ibu nifas setelah mengkonsusmsi air rebusan

pepaya.

Rata-rata jumlah produksi ASI ibu nifas pada kelompok eksperimen setelah

diberikan intervensi (postest) atau setelah mengonsumsi air rebusan pepaya adalah

117,67ml, sedangkan rata-rata posttest jumlah produksi ASI ibu nifas pada

kelompok kontrol sebanyak 95, 28ml.

5.1.3 Analisis efektivitas konsumsi air rebusan buah pepaya terhadap

produksi ASI pada ibu nifas.

Hasil analisis efektivitas konsumsi air rebusan buah pepaya terhadap

produksi ASI pada ibu nifas menggunakan uji statistic independent t test, diperoleh

bahwa nilai p value 0,007<0,05, maka dapat disimpulkan bahwaair rebusan pepaya

62
63

efektif dalam meningkatkan produksi ASI ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas

Paringin Kabupaten Balangan tahun 2022

5.2 Saran

5.2.1 Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini membuktikan efektivitas air rebusan pepaya dalam

meningkatkan produksi ASI ibu nifas. Oleh karena itu, peneliti menyarankan

kepada Universitas Sari Mulia, khususnya kepada program studi kebidanan agar

dapat menjadikan skripsi ini sebagai refrensi bahan ajar dan diskusi mengenai terapi

komplementer dalam meningkatka produksi ASI sehingga mendukung program

ASI eksklusif.

5.2.2 Ibu Nifas dan/atau Ibu Menyusui

Ibu nifas dan/atau ibu menyusui sebaiknya mengonsumsi air rebusa pepaya

secara rutin sebagai alternatif pelancar ASI. Hal ini diarenakan air rebusan pepaya

dapat menstimulasi peningatan sekresi dan jumlah produksi Air Susu Ibu (ASI).

5.2.3 Puskesmas Paringin Kabupaten Balangan

Peneliti berharap puskesmas Paringin Kabupaten Balangan dapat menjadi

fasiltator, edukator, dan mengampanyekan penggunaan air rebusan pepaya kepada

ibu nifas atau ibu menyusui sebagai salah satu aternatif pelancar ASI. Peneliti

megharapkan rebusan air pepaya ini dapat diterapkan secara langsung oleh para ibu

yang sedang menyusui di wilayah kerja puskesmas Paringin Kabupaten

Balangan.Sosialisasi penerapan konsumsi air rebusan pepaya untuk meningkatkan

produksi ASI dapat dilakukan dengan membuat selebaran atau leaflet mengenai

manfaat, petunjuk pembuatan dan cara mengkonsumsi.


64

5.2.4 Peneliti Selanjutnya

Peneliti berharap peneliti selanjutya dapat mengembangkan penelitian ini

menjadi lebih baik lagi. Penelitian selanjutnya dapat meneliti terhadap subjek

dengan kriteria yang berbeda, seperti pada ibu meyusui dengan membandingkan

pada kategori paritas tertentu.


DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Y. (2010). Asuhan kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka.

Ari, D. (2015). Membesarkan Anak Hebat dengan ASI. Yogyakarta: BUKU KITA.

Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Arini, H. (2013). Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui. Yogyakarta: FlashBook.

Ayuni, R. (2012). Khasiat selangit daun ajaib tumpas beragam penyakit.


Yogyakarta: Araska.

Bonaditya. (2014). Pepaya carica. Jakarta: Penebar Swadya.

Depkes RI. (2018). Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Jilid A. Jakarta: Depkes RI.

Dewi, V. N. ., & Sunarsih, T. (2013). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.

Efriani, R., & Astuti, D. A. (2020). Hubungan Umur dan Pekerjaan Ibu Menyusui
dengan Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Kebidanan, 9(2), 153–162.
https://doi.org/10.26714/jk.9.2.2020.153-162

Fikawati, S., & Syafiq, A. (2015). Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Praktik
Pemberian Asi Eksklusif. KESMAS, 4(3), 120–131.
https://doi.org/10.21109/kesmas.v4i3.184

Gay, L. R., & Diehl, P. L. (1992). Research Methods for Business and.
Management. New York: MacMillan Publishing Company.

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Semarang: Universitas Diponegoro.

Haryono, R., & Setianingsih, S. (2014). Manfaat Asi Eksklusif Untuk Buah Hati
Anda. Yogyakarta: Gosyen Publising.

Istiqomah, S. B. T., Wulanadari, D. T., & Azizah, N. (2015). PENGARUH BUAH


PEPAYA TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI PADA IBU
MENYUSUI DI DESA WONOKERTO WILAYAH PUSKESMAS
PETERONGAN JOMBANG TAHUN 2014. JURNAL EDU HEALTH, 5(2),
102–108. Retrieved from
https://www.journal.unipdu.ac.id/index.php/eduhealth/article/view/477/424

Kaliappan, N. D. (2018). Pharmacognostical Studies on The Leaves of Plectranthus


amboinicus (Lour) Spreng. Int J Green Pharm, 8(3), 182–184.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.4103/0973-8258.42740

65
66

Kamalah, R., Suherlin, I., & Pasaribu, I. H. (2021). Artikel history. Jurnal
Kebidanan Sorong, 1(1), 35–43. Retrieved from
https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/365/346

Kharisma, Y., Ariyoga, A., & Sastramihardja, H. S. (2011). EEfek Ekstrak Air
Buah Pepaya (Carica papayaL.) Muda terhadap Gambaran Histologi Kelenjar
MammaMencit Laktasi. MKB, 43(4), 160–165.
https://doi.org/10.15395/mkb.v43n4.63

Kurniawan, B. (2013). Determinan Keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif


Determinants of the Successful of Exclusive Breast Feeding. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, 27(4), 236–240. Retrieved from
https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/365/346

Muhartono, Graharti, R., & Gumandang, H. P. (2018). Pengaruh Pemberian Buah


Pepaya (Carica Papaya L.) terhadap Kelancaran Produksi Air Susu Ibu (ASI)
pada Ibu Menyusui. Medula, 8(1), 39–43. Retrieved from
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/2097

Nataria, D., & Oktiarini, S. (2018). Peningkatan Produksi ASI dengan Konsumsi
Buah Pepaya. Jurnal Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi, 9(1), 1–4.

Notoatmodjo, S. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, T. (2011). ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nursalam. (2015). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan, Pedoman Skripi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Jakarta: Sagung Seto.

Paringin, P. (2021). Profil Kesehatan Puskesmas Paringin Tahun 2021. Balangan.

Pattypeilohy, A., & Henukh, D. M. S. (2019). PENGARUH PEMBERIAN AIR


REBUSAN BUAH PAPAYA DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI
ASI IBU NIFAS DI PUSKESMAS MANUTAPEN. CHMK MIDWIFERY
SCIENTIFIC JOURNAL, 2(2), 33–38.

Pemerintah, P. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU
EKSKLUSIF (2012). Retrieved from
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PP No. 33 ttg Pemberian
ASI Eksklusif.pdf

Prastiwi, R. S. (2018). PENGOBATAN TRADISIONAL ( JAMU ) DALAM


PERAWATAN KESEHATAN IBU. Jurnal SIKLUS, 7(1), 263–267.
Retrieved from https://www.researchgate.net/profile/Ratih-
Prastiwi/publication/326847002_PENGOBATAN_TRADISIONAL_JAMU
_DALAM_PERAWATAN_KESEHATAN_IBU_NIFAS_DAN_MENYUS
67

UI_DI_KABUPATEN_TEGAL/links/5b69180892851ca650511b73/PENGO
BATAN-TRADISIONAL-JAMU-DALAM-PERAWATAN-KESEHATAN-
IBU-NIFAS-DAN-MENYUSUI-DI-KABUPATEN-TEGAL.pdf

Rahimah, H., & Fadhilah, R. (2022). EFFORTS TO INCREASE BREAST MILK


PRODUCTION: LITERATURE REVIEW. LUX MENSANA, 1(2), 56–63.
Retrieved from
https://journal.jfpublisher.com/index.php/jsh/article/view/36/62

Ramaiah, S. (2016). ASI dan Menyusui. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Roesli, U. (2015). Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Sari, I. (2003). Daya Laktagogum Jamu Uyup-uyup dan Ekstrak Daun Katu
(Sauropus androgynous Merr.) pada Glandula ingluvrca merpati. Majalah
Farmasi Indonesia, 14(1), 265–269. Retrieved from
https://indonesianjpharm.farmasi.ugm.ac.id/index.php/3/article/view/734/595

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suraatmaja. (2013). Buku Pintar ASI Eksklusif. Jakarta: Sagung Seto.

Syamsuddin, A. ., & Damaianti, V. S. (2011). Metode Penelitian. Pendidikan


Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Turlina, L., & Wijayanti, R. (2015). Pengaruh pemberian serbuk daun pepaya
terhadap kelancaran asi pada ibu nifas di bpm ny. hanik dasiyem, amd.keb di
Kedungpring Kabupaten Lamongan. Surya : Jurnal Media Komunikasi iIlu
Kesehatan, 7(1), 14–22. Retrieved from
https://library.unej.ac.id/index.php?p=show_detail&id=174304

Wirdaningsih. (2020). PENGARUH PEMBERIAN BUAH PEPAYA TERHADAP


KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN
WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BADAK. POLITEKNIK
KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR.

Yanti, I. (2021). PENGARUH REBUSAN BUAH PEPAYA (CARICA PAPAYA L)


TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI
PRAKTEK MANDIRI BIDAN NELLY HARAHAP PANYANGGAR
KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN UTARA TAHUN 2021. Universitas
Aufa Royhan.

Zuliyana, & Indriyani, S. (2021). EFEK KONSUMSI BUAH PEPAYA


TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI ASI PADA IBU
POSTPARTUM DI WILAYAH PUSKESMAS SIAK DAN PUSKESMAS
MEMPURA. MENARA Ilmu, XV(2), 124–129.
67
LAMPIRAN

69
Lampiran 1

Jadwal Penelitian

November Desember Januari Februari Maret


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1 Penyusunan proposal
2 Seminar proposal
3 Revisi Proposal
4 Perijinan Penelitian
5 Persiapan Penelitian
6 Pelaksanaan Penelitian
7 Pengolahan Data
8 Penyusunan Skripsi
9 Sidang Skripsi
10 Revisi Skripsi
11 Mengurus publikasi jurnal
12 Tahap Final
Lampiran 2

Surat Permohonan Melakukan Studi Pendahuluan

Lampiran 3
Surat Izin Melakukan Studi Pendahuluan Dinkes Kabupaten Balangan
Lampiran 4
Surat Permohonan Melakukan Penelitian
Lampiran 5.

Surat Izin Melakukan Penelitian


Lampiran 6
Sertifikat Ethical
Lampiran 7
Lembar Konsultasi Pembimbing I dan Pembimbing II

Catatan Proses Bimbingan/Form.Konsultasi

PEMBIMBING I : NovaliaWidiyaNingrum, S.S.T, M.Kes

Tanggal Paraf
No Materi Bimbingan Saran
Bimbingan Pembimbing
`1 17-11-2022 Pembimbinganjudul Pengaturanjudul
proposal skripsi yang tepat
2 22-11-2022 Judul Accepted di Buatformulirjudulda
LPPM nlanjutpembuatan
proposal
3 27-22-2022 Konsultasi BAB I Perbaikan
sesuaiarahanuntuk
BAB I danlanjutkan
BAB II
4 30-11-2022 Perbaikan BAB I Perbaikansesuaiarah
dankonsultasi BAB an BAB II danLanjut
II BAB III

5 09-12-2022 Konsultasi BAB I-II Perbaikansesuaiarah


an BAB II danlanjut
Konsultasi BAB III BAB III
6 18-12-2022 Konsultasi BAB I- Perbaikansesuaiarah
BAB III andan ACC
Siapkan seminar
proposal
Daftarsidang
proposal
Catatan Proses Bimbingan/Form.Konsultasi

PEMBIMBING I : NovaliaWidiyaNingrum, S.S.T, M.Kes

Tanggal Paraf
No Materi Bimbingan Saran
Bimbingan Pembimbing
1 26-12-2022 Bimbinganperbaikan Perbaikitatatulis
proposal Perhatikantatabahasa
skripsisetelahsidang
proposal
2 03-01-2023 Bimbinganperbaikan ACC Perbaikan
proposal proposal skripsi
skripsisetelahrevisi
Lanjutkan BAB IV
dan BAB V
3 09-01-2023 Konsultasi BAB IV Tambahkanpembaha
sansecararinci

Perbaikidan
perhatikan
jumlahabstrakharus
250 kata saja
4 14-01-2023 Konsultasirevisi Perbaikansesuaiarah
BAB IV an BAB IV dan
BAB V
5 23-01-2023 Konsultasirevisi Perbaikansesuaiarah
BAB IV an BAB IV dan
BAB V
6 27-01-2023 Konsultasi BABV Kesimpulandan
saran ditambahkan

ACC
Arahanuntukpersiap
an maju sidang hasil
Catatan Proses Bimbingan/ Form.Konsultasi

PEMBIMBING II : apt. Ali Rakhman Hakim, M.Farm

No Tanggal Materi Bimbingan Saran Paraf


Bimbingan Pembimbing
1 15-11-2022 Pembimbingan Pengatura njudul
judul proposal yang tepat
skripsi
2 27-11-2022 Judul Accepted di Buat formulir judul
LPPM dan lanjut
pembuatan
proposal

3 28-22-2022 Konsultasi BAB I Perbaikan sesuai


arahan untuk BAB
I dan lanjutkan
BAB II

4 30-11-2022 Perbaikan BAB I Perbaikan sesuaia


dan konsultasi rahan BAB II dan
BAB II Lanjut BAB III
5 14-12-2022 Konsultasi BAB I- Perbaikan sesuai
II arahan BAB II dan
lanjut BAB III
Konsultasi BAB III
6 20-12-2022 Konsultasi BAB I- Perbaikan sesuai
BAB III arahan dan ACC
Siapkan seminar
proposal
Daftar sidang
proposal
Catatan Proses Bimbingan/ Form.Konsultasi

PEMBIMBING II : apt. Ali Rakhman Hakim, M.Farm

Tanggal Materi Paraf


No Saran
Bimbingan Bimbingan Pembimbing
1 26-12-2022 Bimbingan Perbaiki tata tulis
perbaikan Pengambilan sampel
proposal skripsi memakai teknik yang
setelah sidang mudah
proposal
2 03-01-2023 Bimbingan ACC Perbaikan
perbaikan proposal skripsi
proposal skripsi
setelah revisi Lanjutkan BAB IV dan
BAB V
3 10-01-2023 Konsultasi BAB Tambahkan
IV pembahasan
4 15-01-2023 Konsultasi revisi Perbaikan sesuai arahan
BAB IV BAB IV dan BAB V
5 24-01-2023 Konsultasi revisi Cek daftar isi
BAB IV munculkan daftar tabel
dan gambar sesuaikan
dan teliti kembali
6 27-01-2023 Konsultasi BAB Kesimpulan dan saran
V ditambahkan

ACC
Lampiran 8

BERITA ACARA PERBAIKAN PROPOSAL SKRIPSI

NamaMahasiswa : Rima Novalis


NIM : 11194862111337
Judul : Efektivitas Air Rebusan Pepaya Dalam Meningkatkan
Produksi ASI Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas
Paringin Kabupaten Balangan Tahun 2022
Tanda
No Nama Penguji Masukan Tanggal
Tangan
1 Dwi Rahmawati, 1. BAB I menambahkan data 23/ 12 / 2022 1.
S.S.T.,M.Kes. untuk menguatkan alasan
pengambilan judul
2. Tata tulis diperbaiki
3. Memasukan sumber
literature dari penelitian
sebelumnya dan menuliskan
perbedaan penelitian
terdahulu dengan penelitian
yang akan dilakukan
4. Menambahakan penyakit-
penyakit yang tidak boleh
diberikan rebus papaya.
Pelajari riwayat penyakit
5. Variable bebas dan variable
terikat melampirkan referensi
dan tahun dilampirkan
6. Lembar Observasi diperbaiki
dan lengkapi jadwal
penelitian

2 Novalia Widiya 1. Validitas dan Uji 23 / 12 / 2022 2.


Ningrum, Reliabilitasnya hapus saja
S.S.T.,M.Kes 3. Lembar Observasi dijadikan
satu antara Lembar
Observasi kelompok
exprimen dan kelompok
kontrol
4. Naskah Proposal diperbaiki
Lampiran 9
lppm.unism.ac.id

BERITA ACARA PERBAIKAN


SKRIPSI

NamaMahasiswa :Rima Novalis


NIM : 11194862111337
Judul :Efektivitas Air Rebusan Pepaya Dalam Meningkatkan
ProduksiASI Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas
Paringin Kabupaten Balangan Tahun 2022

Tanggal TandaTan
No NamaPenguji Masukan Disetujui gan
1 Dwi Rahmawati, 1. Tandatangan di lembar persetujuan 22/ 02/2023
S.S.T.,M.Kes. dilengkapi
2. Keaslian penelitian dengan
melengkapi materai Rp. 10.000,-
3. Kata pengantar diperbaiki susunan
nama-namanya
4. Abstract ditonjolkan bahwa alas an
pengambilan judul
5. Tata lakasana SOP, teori SOP
penelitian
6. Perbedaan dengan teoriter dahulu
7. Pembahasan ditambahkan kendala
kendalanya, contoh dari segi
pengetahuan responden

2 Novalia Widiya 1. Abstract diperbaiki 22/ 02/2023


Ningrum, S.S.T., 2. Susunan struktur pada kata
M.Kes pengantar
3. BAB III diperbaiki untuk kata
akan, sebaiknya ditiadakan
4. Cara menulis definisi
operasionalnya diperbaiki kembali
5. BAB IV gambaran Do distribusi
air rebusan pepaya, olah tabel
silang
3 apt. H. Ali Rakhman 1. Membuat poster/ leafleat tuntuk 22/ 02/2023
Hakim. M. Farm. mempermudah promosi ke
masyarakat
2. Tata tulis diperhatikan kembali
Lampiran 10. Surat Keterangan Lulus Plagiasi
Kelompok Ekperimen

Lampiran 11

LEMBAR OBSERVASI
PRODUKSI ASI IBU NIFAS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARINGIN
KABUPATEN BALANGAN TAHUN 2022

Nomor Responden : ………………………………..


Nama Responden (inisial) : ………………………………..

A. Identitas Responden
1. Umur ………tahun
2. Inisiasi Menyusui Dini q. Ya
r. Tidak
*lingkari pilihan yang
sesuai
3. Bekerja a. Ya
b. Tidak
*lingkari pilihan yang
sesuai
B. Jumlah produksi ASI sebelum konsumsi air rebusan pepaya ………..ml
C. Jumlah produksi ASI setelah konsumsi air rebusan pepaya
1. Hari 2 ………..ml
2. Hari 3 ………..ml
3. Hari 4 ………..ml
4. Hari 5 ………..ml
5. Hari 6 ………..ml
6. Hari 7 ………..ml
Kelompok Kontrol

LEMBAR OBSERVASI

EFEKTIVITAS AIR REBUSAN PEPAYA DALAM MENINGKATKAN


PRODUKSI ASI IBU NIFAS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARINGIN
KABUPATEN BALANGAN TAHUN 2022

Nomor Responden : ………………………………..


Nama Responden (inisial) : ………………………………..

A. Identitas Responden
1. Umur ………tahun
2. Inisiasi Menyusui Dini s. Ya
t. Tidak
*lingkari pilihan
yang sesuai
3. Bekerja c. Ya
d. Tidak
*lingkari pilihan
yang sesuai
B. Jumlah produksi ASI (saat kelompok ekperimen belum konsumsi ………..ml
air rebusan pepaya)
C. Jumlah produksi ASI (saat kelompok ekperimen sudah konsumsi
air rebusan pepaya)
1. Hari 2 ………..ml
2. Hari 3 ………..ml
3. Hari 4 ………..ml
4. Hari 5 ………..ml
5. Hari 6 ………..ml
6. Hari 7 ………..ml
Lampiran 12
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
NAMA SOP SOP AIR REBUSAN PEPAYA DALAM MENINGKATKAN
PRODUKSI ASI IBU NIFAS
PENGERTIAN Tindakan pembuatan dan pemberian air rebusan pepaya kepada ibu
nifas
TUJUAN Meningkatkan produksi ASI ibu nifas
PETUGAS Peneliti
ALAT DAN 1. Buah pepaya muda 3 potong (100 gr)
BAHAN 2. Air 500ml.
3. Panci dan pengaduk
4. Kompor
5. Gelas
6. Lembar Observasi
PROSEDUR A. Tahap Prainteraksi
PELAKSANAAN 1. Cuci tangan
2. Menyiapkan alat dan bahan
B. Tahap Orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan, cara pembuatan rebusan buah pepaya dan
cara mengonsumsinya.
4. Menanyakan kesediaan dan kesiapan responden.
C. Tahap Kerja
1. Responden dianjurkan untuk mengosongkan payudara, 2 jam
sebelum pengambilan ASI
2. Pumping ASI sebelum mengkonsumsi air rebusan pepaya,
pada hari pertama penelitian selama 15 menit simpan di botol
ukur dan catat berapa volumenya (ml).
3. Bersihkan buah pepaya
4. Kupas kulitnya
5. Potong-potong buah pepaya dengan berat 1 potongnya 100
gram. Kemudian setiap potongan di bagi menjadi 3 (hal ini
untuk mempermudah proses pematangan)
6. Didihkan air 500 ml, rebus 3 potong buah pepaya (100 gram)
dalam air tersebut sampai matang, kurang lebih 5-10 menit.
7. Hasil air rebusan pepaya dikonsumsi dalam jangka 1 hari.
Lakukan perebusan dengan takaran yang sama sampai hari ke
tujuh.
8. Pumping ASI kembali di hari kedua sampai hari ke tujuh dan
hasilnya dicatat dalam lembar observasi.
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan
2. Mencatat hasil kegiatan
Sumber : (Yanti, 2021)
Lampiran 13
Lembar Keterangan Penelitian (Informed consent)

Nama Peneliti : Rima Novalis


NIM : 11194862111337
Alamat : Jl. Gunung Pandau, RT 09, Kel. Paringin Timur, Kec.
Paringin,Kab. Balangan, Kalimantan Selatan.
Judul Penelitian : Efektivitas Air Rebusan Pepaya dalam Meningkatkan
Produksi ASI Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas
Paringin, Kabupaten Balangan Tahun 2022.

Peneliti merupakan mahasiswa program studi Sarjana Kebidanan, Jurusan


Kebidanan, Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia. Penelitian ini dilakukan
dengan cara mengukur produksi ASI Ibu nifas yang bersedia menjadi responden,
dan memberikan air rebusan pepaya untuk dikonsumsi selama 7 hari.
Responden dalam penelitian ini diminta secarasukarela. Anda berhak
menolak jika tidak ingin ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Informasi yang
diberikan Anda dalam penelitian ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian
ini. Peneliti akan menjaga segala kerahasiaan responden. Jika ada penjelasan yang
belum jelas, Anda dapat bertanya kepada peneliti. Jika Anda sudah memahami
penjelasan ini dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, silahkan
menandatangani lembar persetujuan menajdi responden yang terlampir. Manfaat
penelitian ini untuk responden adalah menambah pengetauan tentang terapi
kontemporer untuk meningkatkan produksi ASI.
Paringin, Desember 2022
Peneliti

Rima Novalis

CP: 081388140531 (Rima)


Lampiran 14
Lembar Persetujuan
Menjadi Responden Kelompok Eksperimen (Informed consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : …………………………………………………..
Umur : …………………………………………………..
Alamat : …………………………………………………..
Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh :
Nama Peneliti : Rima Novalis
NIM : 11194862111337
Alamat : Jl. Gunung Pandau, RT 09, Kel. Paringin Timur, Kec.
Paringin, Kab. Balangan, Kalimantan Selatan.
Judul Penelitian : Efektivitas Air Rebusan Pepaya dalam Meningkatkan
ProduksiASI Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas
Paringin, Kabupaten Balangan Tahun 2022.

Saya bersedia meminum air rebusan pepaya dan dilakukan pengukuran


produksi ASI selama 7 hari ke depan. Dengan syarat, semua hasil yang diperoleh
hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan serta
semua informasi pribadi responden tidak akan dipublikasikan.
Demikian surat pernyataan ini saya sampaiakn, agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Paringin, Januari 2023


Responden

(………………………)
Lampiran 15
Lembar Persetujuan
Menjadi Responden Kelompok Kontrol (Informed consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : …………………………………………………..
Umur : …………………………………………………..
Alamat : …………………………………………………..
Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh :
Nama Peneliti : Rima Novalis
NIM : 11194862111337
Alamat : Jl. Gunung Pandau, RT 09, Kel. Paringin Timur, Kec.
Paringin, Kab. Balangan, Kalimantan Selatan.
Judul Penelitian : Efektivitas Air Rebusan Pepaya dalam Meningkatkan
ProduksiASI Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas
Paringin, Kabupaten Balangan Tahun 2022.

Saya bersedia dilakukan pengukuran produksi ASI selama 7 hari ke depan.


Dengan syarat, semua hasil yang diperoleh hanya akan digunakan untuk
kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan serta semua informasi pribadi
responden tidak akan dipublikasikan.
Demikian surat pernyataan ini saya sampaiakn, agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Paringin, Januari 2023


Responden

(………………………)
Lampiran 16. Rekap Data Jumlah Produksi ASI
Kelompook Eksperimen
Jumlah Produksi ASI Kelompok Eksperiman (ml)
Postest
Responden Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Rata-
Pretest
rata
postest
1 80 85 95 95 105 115 120 102,50
2 100 100 115 125 125 155 170 131,67
3 80 90 105 115 125 135 155 120,83
4 90 110 125 135 140 145 165 136,67
5 90 95 105 115 130 135 155 122,50
6 20 20 30 50 90 100 135 70,83
7 70 70 75 75 80 85 95 80,00
8 100 120 125 125 130 135 145 130,00
9 75 75 95 100 110 115 125 103,33
10 100 140 150 160 170 175 185 163,33
11 100 110 125 125 130 155 175 136,67
12 100 115 120 125 130 135 145 128,33
13 100 110 115 125 135 150 160 132,50
14 45 55 60 65 75 105 120 80,00
15 100 110 115 125 125 130 150 125,83
Rata-rata 83,33 93,67 103,67 110,67 120,00 131,33 146,67 117,67
Kelompok Kontrol
Jumlah Produksi ASI Kelompok Kontrol (ml)
Postest
Responden Rata-
Pretest
Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 rata
Postest
1 90 90 95 100 105 105 105 100,00
2 80 80 85 85 85 90 90 85,83
3 80 80 80 85 85 85 90 84,17
4 100 100 105 110 110 105 105 105,83
5 95 95 95 100 100 105 105 100,00
6 100 100 105 105 105 105 105 104,17
7 90 95 95 115 115 115 120 109,17
8 115 115 115 115 120 115 120 116,67
9 80 85 85 85 90 95 95 89,17
10 90 90 90 95 100 100 105 96,67
11 60 60 65 65 65 70 70 65,83
12 100 100 100 100 105 105 105 102,50
13 80 80 80 80 85 85 90 83,33
14 65 65 65 70 70 70 75 69,17
15 110 110 115 115 115 120 125 116,67
Rata-rata 89,00 89,67 91,67 95,00 97,00 98,00 100,33 95,28
Lampiran 17. Hasil Uji Statistik
a. Deskriptof statistik

b. Uji Normalitas

c. Uji Homogenitas
d. Bebas Outlier

e. Independent t test
Tabel t statistika
Lampiran 18. Dokumentasi Penelitian
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Rima Novalis

Tempat Tanggal Lahir : Banjarnegara, 17 Februari 1988

Alamat Lengkap : Jl. Gunung Pandau, RT 09, Kelurahan Paringin


Timur, Kecamatan Paringin, Kabupaten
Balangan
Nomor Telpon : 081388140531

E-Mail : novalisindrawan@gmail.com

: 1. Ayah : Herry Hantoro


Nama Orang Tua
2. Ibu : Martiyah
Nama Suami : Ilham Indrawan Prasetyo

Riwayat Pendidikan Formal : 1. SDN 02 Bawang


2. SLTPN 01 Bawang
3. SLTAN 01 Wanadadi
4. DIII Akbid Kemenkes Depkes Magelang
Riwayat Pendidikan Non Formal : 1. APN
2. IUD Implan
3. Asfiksia
Pengalaman Organisasi : -

Anda mungkin juga menyukai