Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ESAI

Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB)

Sisi Gelap Cyberbullying dengan Kesehatan Mental

Oleh

Amalul Trin Fauzan

Kelompok 14

Merpati S

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2023
PENDAHULUAN

Media sosial merupakan sebuah platform yang menghubungkan komunikasi


dan interaksi antar individu melalui jarak jauh. Tanpa batas waktu dan ruang,
komunikasi dapat tercipta melalui sebuah gadget dan internet yang terhubung.
Indonesia mempunyai pengguna aktif yang paling besar dalam penggunaan Youtube,
Whatsapp, Instagram, Tiktok dan Facebook, aplikasi tersebut merupakan aplikasi
yang palung sering di gunakan oleh masyarakat Indonesia (We Are Social, 2021).
Media sosial mengikutsertakan penggunanya ke dalam budaya baru yang dapat
mengubah pola pikir dan perilaku manusia dan dapat mengarahkan menjadi
antisosial.
Pengguna media sosial sebagian besar adalah para remaja, biasanya
menggunakannya untuk membagikan tentang kegiatan pribadinya, seperti
curhatannya dan foto-foto bersama temannya. Menggunakan media sosial,
seseorang dengan bebas memberikan komentar serta menyalurkan pendapatnya
kepada pengguna lain tanpa ada rasa khawatir. Hal tersebut dikarenakan
penggunaan media sosial seseorang penggunanya dapat memalsukan dirinya dan
juga sangat mudah untuk melakukan tindakan kejahatan. Hal ini paling berpengaruh
kepada remaja karena mereka berada pada usia transisi dimana kesehatan mental
masih labil. Adanya perubahan sosio emosional inilah yang membuat masa remaja,
merupakan masa sensitif pada anak dan menjadi sangat penting untuk diperhatikan,
karena pada masa ini remaja berada pada tahap mencari identitas diri, dan mencari
kesenangan.
Pada dasarnya fungsi sosial media adalah untuk memperluas interaksi sosial
dan menciptakan komunikasi dialogis antar banyak individu serta membangun
personal branding pada diri seseorang. Namun, jika tidak dikelola dengan baik,
perkembangan teknologi potensial membawa dampak negatif pada kesehatan
mental.

ISI

Media sosial seakan-akan menjadi tempat untuk ajang penggunanya untuk


mengekspresikan diri dan memamerkan kegiatan sehari-hari. Hal tersebut tentu
memunculkan rasa iri pada pengguna lain. Rasa iri tersebut dapat menimbulkan
gangguan mental berupa depresi kepada penggunanya. Banyak penggunanya merasa
depresi, tertekan, hingga memutuskan untuk bunuh diri karena dipermalukan oleh
pengguna lain di media sosial. Hal ini terjadi karena perubahan pola interaksi dalam
keluarga karena adanya teknologi, Fitri (2017). Seperti yang kita lihat, saat ini anak-
anak dengan usia dibawah 10 tahun sudah memiliki gadget sendiri. Hal ini tentunya
akan berdampak buruk dikarenakan anak-anak tersebut akan hanya fokus dengan
kesibukannya masing-masing dibandingkan dengan interaksi dengan keluarga. Hal
tersebut akan menyebabkan semakin maraknya kejahatan di media sosial.
Penggunaan sosial media tidak jarang ditemukan berbagai hal negatif seperti
komentar buruk yang diberikan oleh seseorang terhadap orang lain, baik kepada
publik figur atau bahkan kepada orang yang dikenali. Hal tersebut dapat dilakukan
secara terang-terangan melalui akun pribadi ataupun akun anonim. Komentar buruk
yang diberikan dapat berupa penghinaan fisik, hinaan yang menyangkut SARA,
bahkan fitnah yang dapat merugikan seseorang. Hal itu dapat menyakiti
seseorang bahkan dapat membahayakan nyawa jika seseorang tersebut memiliki
mental yang tidak cukup kuat dikarenakan perbuatan orang-orang yang tidak
bertanggung jawab dan tidak bijak dalam menggunakan media sosial. Kesehatan
mental atau jiwa menurut undang – undang nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan
jiwa merupakan kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya.

Di media sosial, pengguna juga dapat memalsukan identitas dirinya dengan


mudah, Cahyono (2016). Hal ini terbukti dengan banyaknya pengguna media sosial
yang membuat akun khusus untuk melakukan kegiatan seperti hate comment,
stalking, pengiriman gambar yang mengandung pornografi, mengirimkan kode
jahat, dan pelanggaran privasi lainnya, Rahayu (2012). Dalam tingkat lanjut,
pemalsuan identitas ini dapat berujung pada tindak kejahatan, seperti penipuan
atau pemerasan. Bashir (2017) memaparkan bahwa penggunaan media sosial
berhubungan dengan beberapa masalah seperti pelecehan secara online, sexting,
cyberbullying, stres, kelelahan, kesepian, depresi, penurunan kemampuan
intelektual, menekan emosi, dan kurangnya konsentrasi. Sadagheyani (2021)
menambahkan bahwa penggunaan media sosial juga berhubungan dengan masalah
kecemasan, kualitas tidur yang buruk, pikiran untuk melukai diri sendiri dan bunuh
diri, peningkatan tekanan psikologis, ketidakpuasan citra tubuh, FoMo (Fear of
Missing out) atau ketakutan seseorang ketika kehilangan kesempatan untuk terus
terhubung dengan pengalaman sosial), serta penurunan kepuasan hidup. Oleh
karena itu, diperlukan peran serta masyarakat dan kepolisian dalam mencegah
atau mengurangi terjadinya cyberbullying di media sosial. Cyber bullying adalah
tindakan bullying atau penindasan yang menggunakan teknologi untuk menyakiti
orang lain dengan sengaja dan berulang-ulang Prabawati, (2013). Hal ini dilakukan
dengan mengintimidasi dan melecehkan korban melalui perangkat teknologi. Pelaku
ingin melihat seseorang terluka dan melakukan banyak cara untuk menyakiti
korban. Kurangnya kesadaran korban pelanggaran privasi untuk melapor ke pihak
yang berwenang juga ikut mendorong terjadinya cyberbullying di media sosial.
Kebanyakan korban memilih untuk tidak memberitahukan masalah tersebut,
bahkan kepada orang terdekat sekalipun. Diantara peran masyarakat dalam
mencegah atau mengurangi cyberbullying di media sosial diantaranya adalah
dengan meningkatkan pengetahuan agama sehingga tidak mudah terpengaruh oleh
lingkungan luar, memberikan batasan waktu penggunaan media sosial pada anak,
serta mengontrol akun media sosial anak Sakban dan Sahrul, (2018). Apabila sedang
melihat kejadian cyberbullying, sebaiknya dilaporkan kepada pihak yang berwenang,
contohnya kepada polisi. Peran polisi dalam mencegah cyberbullying adalah dengan
melakukan pembinaan terhadap pelaku cyberbullying sehingga mereka lebih
merasa bersalah dan tidak berniat untuk mengulangi perbuatan tersebut kembali.
Selain itu, tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh polisi adalah dengan
kerjasama dengan mahasiswa untuk mengkampanyekan anti-cyberbullying,
melibatkan partai politik untuk pendidikan kepada kader-kader partai,
menetapkan secara tegas pelaku cyberbullying, serta mengadakan perlombaan
yang berhubungan dengan kampanye anti-cyberbullying (Sakban dan Sahrul, 2018).
Untuk itu, cyberbullying dalam ranah hukum masih perlu dikaji terkait berada dalam
kategori delik aduan atau delik biasa karena dapat mempengaruhi kesehatan mental
bagi korbannya dan dapat berakibat fatal sampai hilangnya nyawa.

PENUTUP

Kondisi cyberbullying di Indonesia sudah berada dalam taraf tinggi dengan


fakta kasus cyberbullying di Indonesia sudah banyak terjadi. Maka, cyberbullying
seharusnya ditanggapi dengan serius,terutama dengan adanya kebijakan-
kebijakan hukum untuk menindak dan menghukum para pelaku cyberbullying.
Hal ini karena keberadaan media sosial semakin memberi peluang bagi pengguna
untuk berkomentar buruk. Cyberbullying di media sosial berdampak pada kondisi
psikologis dan kejiwaan korban. Kondisi ini mengakibatkan korban mengalami
depresi, sedih yang berlarut-larut, frustasi, dan kehilangan kepercayaan diri.
Penanggulangan cyberbullying di media sosial dapat dilakukan dengan
mempertegas penegakan hukum dan menciptakan kondisi nyaman oleh
pemerintah. Selain itu dibutuhkan juga peran orang tua dalam memperketat
pemantauan, meningkatkan dukungan, dan memberikan edukasi kepada anaknya.
Namun ada cara untuk menanggulangi kecanduan media sosial, dengan cara
membatasi penggunaan media sosial, mencari informasi selain dari media sosial,
mencari kegiatan yang positif, menggunakan media sosial dengan bijak, lepas dan
hapus aplikasi media sosial. Dengan demikian efek dari penggunaan media sosial
menjadi menurun terhadap kesehatan mental penggunanya.
DAFTAR PUSTAKA

We Are Social. 2021 . Digital 2021 : Indonesia .


https://datareportal.com/reports/digital-2021-indonesia
Bashir, H., & Bhat, S. A. 2017. Effect of Social Media on Mental Health: A Review. The
International Journal of Indian Psychology, 4(3): 125–131
Darurat Kesehatan Mental bagi Remaja – Environmental Geography Student
Association (ugm.ac.id)
Sakban, A., & Sahrul, S. (2018). Pencegahan Cyberbullying di Indonesia. DeePublish.
Rahayu, F. S. (2012). Cyberbullying sebagai dampak negatif penggunaan teknologi
informasi. Journal of Information System, 8(1), 22-31.
Fitri, S. (2017). Dampak positif dan negatif sosial media terhadap perubahan sosial
anak. Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran, 1(2),
118-123
Andiarna, F. et al. (2020).Analisis Penggunaan Media Sosial Terhadap Kejadian
Insomnia Pada Mahasiswa, 17(2), pp. 37–42. doi:
https://doi.org/10.26576/profesi.v17i2.26.
Rahman, M. (2019) ‘Impact of social networking sites on sleeping habits : A case of
university students in Bangladesh’, pp. 63–80. doi:
10.30547/worldofmedia.2.2019.4.

Anda mungkin juga menyukai