Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bongkar muat adalah kegiatan yang mendukung kelancaran angkutan dari
dan ke kapal ke suatu pelabuhan sehingga kegiatan bongkar muat barang dari
dan ke kapal mempunyai kedudukan yang penting. Mengingat kegiatan usaha
PBM meliputi kegiatan pembongkaran dan pemuatan barang dari dan ke kapal
pengangkut. Usaha bongkar muat yang dilakukan perusahaan bongkar muat
merupakan kegiatan jasa yang bergerak dalam kegiatan bongkar muat dari dan
ke kapal, yang terdiri dari kegiatan stevedoring, cargodoring dan
receiving/delivery. Proses pembongkaran muatan sering mengalami
keterlambatan, hal ini dapat menyebabkan penurunan efektifitas kerja
sehingga menimbulkan kerugian baik waktu maupun materi. Sarana
pengangkut yang kurang efektif dan kendala kemacetan, pada saat
pembongkaran sering kali sarana pengangkut biasanya truk ke dermaga
kurang lancar, kurang armada dan terkandala oleh cuaca, sehingga merupakan
salah satu faktor penyebab lambatnya proses bongkar muat. Tidak
maksimalnya pengetahuan tentang pembongkaran muatan, adanya kongesti
pelabuhan juga kekurangan peralatan penunjang pembongkaran muatan
merupakan masalah-masalah dalam kegiatan bongkar muat.
Dalam proses pemuatan dan pembongkaran di pelabuhan maka pihak
kapal, perusahaan serta pihak pelabuhan harus berkoordinasi supaya
menunjang kelancaran pemuatan dan pembongkaran dari kapal ke pelabuhan
ataupun sebaliknya dari pelabuhan ke kapal. Pada saat kegiatan bongkar muat
berlangsung agar memperoleh hasil yang memuaskan maka harus dikerjakan
dengan sungguh-sungguh, harus ada selalu petugas yang mengawasi selama
kegiatan bongkar muat berlangsung dan tidak lupa menyiapkan dokumen-
dokumen yang dibutuhkan seperti berita acara, time sheet, dan tally sheet yang
bertujuan untuk membuktikan bahwa kegiatan bongkar muat telah sesuai

1
2

dengan prosedur. Keadaan sekarang ini banyak pihak pengguna jasa baik
pengirim maupun penerima barang yang kecewa dengan pelayanan jasa
bongkar muat barang karena banyaknya resiko yang timbul terhadap barang
yang dikirim oleh pengguna jasa, sehingga mengakibatkan kerugian. Oleh
sebab itu harus ada kejelasan tanggung jawab dari perusahaan bongkar muat
Untuk pengoptimalan pelayanan yang baik, maka perusahaan di tuntut
untuk mencapai produktivitas yang tinggi dan untuk memenuhi standar yang
telah di tetapkan perusahaan, maka perlu di buatkan suatu prosedur
penanganan mengenai proses bongkar muat untuk mempermudah dan
mengefisienkan proses pemuatan di pelabuhan. Dalam hal ini perusahaan
bongkar muat merupakan peran utama dalam bidang bongkar muat, sangat
berperan besar dalam menunjang kebutuhan kegiatan bongkar muat untuk
menangani seperti muatan Clinker, Batubara dan Gypsum natural.
Adapun alasan pemilihan sumber penulisan tentang peran perusahaan
bongkar muat karena perlunya kebutuhan bongkar muat dalam kelancaran
arus barang dalam perdaganagan niaga. Salah satu kapal yang mengangkut
muatan Clinker adalah MV. Worldera 6. Maka dari itu penulis akan
membahas “PROSES PEMUATAN SEMEN CLINKER OLEH PT.
VARIA USAHA BAHARI PADA KAPAL MV. WORLDERA 6 DI
PELABUHAN KHUSUS PT. SEMEN INDONESIA TUBAN”.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam suatu perumusan ilmiah, perumusan masalah merupakan hal yang
sangat penting, karena perumusan masalah akan mempermudah dalam
melakukan penelitian dan dalam mencari jawaban lebih akurat. Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah
yang penulis kemukakan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pemuatan Semen Clinker Oleh PT. Varia Usaha Bahari
pada kapal MV. Worldera 6 di Pelabuhan Khusus PT. Semen Indonesia
Tuban?
3

2. Dokumen apa yang diperlukan dalam pelayanan jasa pemuatan Semen


Clinker oleh PT. Varia Usaha Bahari di Pelabuhan Khusus PT. Semen
Indonesia Tuban?
3. Hambatan apa yang di hadapi dalam proses pemuatan Semen Clinker oleh
PT. Varia Usaha Bahari pada kapal MV. Worldera 6 di Pelabuhan Khusus
PT. Semen Indonesia Tuban?
4. Bagaimana alur trucking dalam proses pemuatan Semen Clinker pada
kapal MV. Worldera 6 mulai dari masuk gerbang pelabuhan hingga
keluar dari pelabuhan?
5. Alat-alat apa saja yang diperlukan dalam proses pemuatan Semen Clinker
pada kapal MV. Worldera 6 di Pelabuhan Khusus PT. Semen Indonesia
Tuban?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan


1. Tujuan Penulisan
Dalam karya tulis ini tujuan penulis ingin melihat dan merasakan
secara langsung dunia kerja yang selama ini penulis kenal hanya dalam
perkuliahan. Sekaligus membandingkan dan menetapkan disiplin ilmu
yang penulis dapat selama berpendidikan di kampus UNIVERSITAS
MARITIM “AMNI” Semarang. Dalam penulisan ini penulis mempunyai
tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui persiapan apa saja yang dilakukan dalam proses
kegiatan pemuatan Clinker yang di fasilitasi oleh PT. Varia Usaha
Bahari Cabang Tuban.
b. Untuk mengkaji Dokumen-dokumen apa saja yang diperlukan dalam
Pelayanan pemuatan Clinker oleh PT. Varia Usaha Bahari Cabang
Tuban.
c. Untuk mengetahui hambatan yang terjadi saat kegiatan pemuatan
Clinker pada kapal MV. Worldera 6.
d. Untuk mengetahui alur trucking dalam pelaksanaan kegiatan pemuatan
Clinker pada kapal MV. Worldera 6.
4

e. Untuk mengetahui perlengkapan apa saja yang diperlukan dalam


proses kegiatan pemuatan Clinker di Pelabuhan Khusus PT. Semen
Indonesia Tuban
2. Kegunaan Penulisan
Dalam penulisan ataupun pemyusunan karya tulis ini diharapkan
dapat memberikan kegunaan bagi penulis maupun pembaca sebagai
berikut:
a. Bagi penulis
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
menyelesaikan program Diploma Tiga (D3) jurusan Ketatalaksanaan
Pelayaran Niaga dan Kepelabuhan, serta memperdalam wawasan
mengenai kegiatan pemuatan Clinker.
b. Bagi Universitas Maritim “AMNI” Semarang
Diharapkan karya tulis ini dapat menambah referensi dan sebagai
sarana hubungan kerja sama antara Akademi dengan PT. Varia Usaha
Bahari.
c. Bagi Perusahaan
Bagi perusahaan penulisan ini diharapkan dapat memberi masukan
sebagai bahan evaluasi atas kegiatan yang selama ini dilakukan dalam
rangka meningkatkkan pelayanannya kepada pengguna jasa di
Pelabuhan Khusus PT. Semen Indonesia Cabang Tuban.
d. Bagi Pembaca
Karya tulis ini diharapkan dapat Menambah pengetahuan bagi para
pembaca tentang pelayanan jasa yang di berikan Oleh PT. Varia Usaha
Bahari Cabang Tuban dalam Menangani pemuatan Clinker.

1.4 Sistematika Penulisan


Agar susunan pembahasan terarah pada pokok masalah dan memudahkan
dalam pemahaman, maka penulis memberikan gambaran secara garis besar
tentang sistematika penulisan karya tulis yang dibagi kedalam 5 bab sebagai
berikut:
5

BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam hal ini menjelaskan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penulisan, serta sistematika
penulisan.
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang teori yang digunakan dalam penyususnan karya
tulis. Baik teori yang berasal dari buku, jurnal ilmiah maupun
media cetak online.
BAB 3 : METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam bab ini penulis menguraikan teknik-teknik pengumpulan
data dalam mendukung keberhasilan penyusunan karya tulis.
Sumber dalam memperoleh data-data juga dijelaskan secara
terperinci dalam sub-bab ini
BAB 4 : PEMBAHASAN DAN HASIL
Dalam bab ini berisikan tentang deskripsi objek pengamatan yaitu
PT. Varia Usaha Bahari Cabang Tuban dan hasil pembahasan atas
5 rumusan masalah yang di ambil penulis mengenai penanganan
pemuatan Clinker oleh perusahan bongkar muat PT. Varia Usaha
Bahari Cabang Tuban di kapal MV. Worldera 6 di Pelabuhan
Khusus PT. Semen Indonesia Tuban.
BAB 5 : PENUTUP
Bab ini berisi tentang jawaban dari tujuan dan merupakan inti dari
pembahasan pengamatan atau kesimpulan serta saran. Ditunjukan
kepada perusahaan atau tempat pengambilan data.
DAFTAR PUSTAKA
Dalam lembar ini terdapat berbagai sumber-sumber yang
membantu penulis dalam penulisan karya tulis.
LAMPIRAN
Dalam hal ini lampiran berisi dokumen tambahan yang
ditambahkan (dilampirkan) ke dalam karya tulis ilmiah ini.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bongkar Muat


Menurut Ardian Fernanda (2011) Bongkar Muat adalah kegiatan bongkar
muat di pelabuhan dari dan ke kapal pada dasarnya bongkar dari dan ke kapal itu
sendiri dirumuskan sebagai pekerjaan membongkar barang dari atas kapal dan
menempatkanya di atas dermaga atau ke dalam palka atau sebaliknya, memuat
dari atas dermaga atau ke dalam palka atau sebaliknya, memuat dari atas dermaga
atau dari dalam tongkang dan menempatkanya ke atas deck atau ke dalam palka
kapal yang menggunakan derek kapal. Dari pengertian kegiatan bongkar muat
barang di pelabuhan di atas, dapat diketahui bahwa pada dasarnya bongkar muat
tersebut merupakan kegiatan pemindahan barang angkutan, baik dari kapal
pengangkut ke dermaga atau ke tongkang maupun sebaiknya dari dermaga atau
tongkang ke atas deck kapal pengangkut.
Menurut Martius Eka Pratama (2017). Membedakan kegiatan bongkar
muat yaitu secara langsung dan tidak langsung, perbedaannya adalah:
1. Secara langsung
Cara langsung ini kerap kali disebut “Truck Lossing” artinya pemuatan atau
pembongkaran dari truck langsung ke kapal atau pembongkaran dari kapal
langsung ke truck, cara truck lossing ini memerlukan ijin khusus karena ada
beberapa komponen untuk pembayaran OPP/OPT dibebaskan.
2. Secara tidak langsung
Cara tidak langsung adalah kegiatan bongkar muat dari kapal ke dermaga,
perpindahan barang dari dermaga ke gudang transit, kegiatan penyusunan dan
penyimpanan barang di gudang transit dan selanjutnya kegiatan delivery kepada
penerima barang atau yang mewakili.
Kegiatan bongkar muat dapat dilakukan ketika kapal berada di dermaga,
jetty, ditengah laut (loading point) atau antara kapal ke kapal (ship to
shiptransfer). Kegiatan bongkar muat barang umum (general cargo) di dermaga

6
7

dilaksanakan melalui empat tahapan, yakni operasi kapal (ship operation), operasi
dermaga (quey transfer operation), operasi gudang dan lapangan (storage
operation), dan operasi penyerahan dan penerimaan barang (delivery and receive
operation).

2.2 Ruang Lingkup Kegiatan Bongkar Muat di Pelabuhan


Menurut Ardian Fernanda (2011), Sebagaimana telah diterangkan di atas,
bahwa fungsi PBM adalah memindahkan barang angkutan dari dermaga dan ke
kapal. Dalam hal ini, kegiatan pemindahan barang tersebut terdiri dari kegiatan
Stevedoring, Cargodoring, maupun Receiving/Delivery. Perusahaan Bongkar
Muat Barang dari dan ke kapal menegaskan bahwa ruang lingkup kegiatan
bongkar muat barang di pelabuhan meliputi:
1. Stevedoring
Stevedoring adalah kegiatan membongkar dari atau ke kapal, dermaga,
tongkang, truk atau memuat dari atau ke dermaga. Tongkang, truk, ke atau dalam
palka kapal dengan menggunakan Derek kapal.
2. Cargodoring
Cargodoring adalah kegiatan jasa pelayanan yang berupa pekerjaan
mengeluarkan sling (extackle) dari lambung kapal di atas dermaga, ke dan
menyusun di dalam gudang Lini I atau lapangan penumpukan barang atau
sebaliknya.
3. Receiving/Delivery
Receiving/Delivery yaitu jasa pelayanan yang berupa pekerjaan mengambil
dari timbunan barang/tempat penumpukan barang di gudang atau lapangan
penumpukan barang dan menyerahkan barang sampai tersusun di atas
kendaraan/alat angkut secara rapat di pintu darat lapangan penumpukan barang
atau sebaliknya.

2.3 Tenaga Bongkar Muat


Tenaga Bongkar Muat adalah tenaga bongkar muat yang disediakan oleh
perusahaan bongkar muat (PBM) yang terdiri dari:
8

1. Stevedoring
a. Stevedore adalah pelaksana penyusun rencana dan pengendalian kegiatan
bongkar/muat di atas kapal.
b. Chief Tally Clerk adalah penyusun rencana pelaksana dan pengendali
perhitungan fisik, pencatatan dan survei kondisi barang pada setiap
pergerak an bongkar/muat dan dokumentasi serta membuat laporan secara
periodik.
c. Foremen adalah pelaksana dan pengendali kegiatan operasional
bongkar/muat barang dari dan ke kapal sampai ke tempat penumpukan
barang dan sebaliknya serta membuat laporan periodik hasil kegiatan
bongkar muat.
d. Tally Clerk adalah pelaksana yang melakukan kegiatan perhitungan
pencatatan jumlah, merek, dan kondisi setiap gerakan barang berdasarkan
dokumen serta membuat laporan.
e. Mistry adalah pelaksana perbaikan kemasan barang dalam kegiatan
stevedoring, cargodoring, receiving/delivery.
f. Wachman adalah pelaksana keamanan barang pada kegiatan stevedoring,
cargodoring, receiving/delivery.
2. Cargodoring
a. Quay supervisior adalah petugas pengendali kegiatan operasional bongkar
muat barang di dermaga dan mengawasi kondisi barang sampai ke tempat
penimbunan atau sebaliknya.
b. Tally Clerk adalah pelaksana yang melakukan kegiatan perhitungan
pencatatan jumlah, merek, dan kondisi setiap gerakan barang berdasarkan
dokumen serta membuat laporan.
c. Wachman adalah pelaksana keamanan barang pada kegiatan stevedoring,
cargodoring, receiving/delivery.
9

3. Receiving/Delivery
a. Tally Clerk adalah pelaksana yang melakukan kegiatan perhitungan
pencatatan jumlah, merek, dan kondisi setiap gerakan barang berdasarkan
dokumen serta membuat laporan.
b. Mistry adalah pelaksana perbaikan kemasan barang dalam kegiatan
stevedoring, cargodoring, receiving/delivery.
c. Wachman adalah pelaksana keamanan barang pada kegiatan stevedoring,
cargodoring, receiving/delivery.

2.4 Pengertian Clinker


Menurut International Maritime Solid Bulk Cargoes (IMSBC) Code
(2016) Clinker merupakan bahan utama yang digunakan untuk pembuatan semen
yang dihasilkan dari proses pembakaran dalam kiln, berbentuk butiran-butiran
kecil dan berdiameter 0-40 mm. pada umumnya clinker tergolong muatan yang
mudah mengeras apabila terkena air, di samping itu muatan ini juga berdebu.
Clinker di bentuk dengan membakar batu kapur dengan tanah liat. Pembakaran ini
menghasilkan benjolan-benjolan kasar yang kemudian dihancurkan menjadi
bubuk halus untuk menghasilkan semen.
Clinker tergolong muatan yang tidak memiliki bahaya khusus dan tidak
mudah terbakar. Sebelum memuat clinker palka harus keadaan bersih dan kering
mengingat muatan ini sangat mudah sekali mengeras apabila bercampur dengan
air.

2.5 Persiapan Penanganan Pemuatan


Menurut Zubaidah Hanum (2014). Periapan Penanganan Pemuatan Barang
atau Pembongkaran masing-masing memiliki kegiatan sebagai berikut:
1. Kegiatan operasi pemuatan barang (Loading Cargo) melalui proses–proses
sebagai berikut:
a. Persiapan dan pengkaitan ganco muatan pada sling dan jala-jala muatan di
dermaga ataupun di atas kapal.
b. Muatan di angkat dan dimasukkan ke dalam palka kapal.
10

c. Melepaskan ganco muatan pada sling atau pun jala-jala pada muatan.
d. Kegiatan penyusunan barang/cargo di dalam palka sambil
mengembalikan ganco muatan ke dermaga ataupun di sisi kapal.
2. Kegiatan Operasi pembongkaran muatan (Discharging) melalui proses-proses
sebagai berikut:
a. Persiapan muatan dari dalam palka dan mengkaitkan ganco muatan
b. Mengangkat muatan serta menurunkanya di dermaga atau kendaraan yang
tersedia seperti truck, lorry dan kereta api.
c. Melepaskan sling dari ganco muatan.
d. Pengambilan ganco muatan ke atas kapal, kemudian mengeluarkan
muatan dari sling atau jala-jala.
Dalam pelaksanaan kegiatan bongkar muat aspek-aspek yang
mempengaruhi kinerja meliputi proses kerja dan kondisi pekerjaan, waktu yang
digunakan dan lamanya melaksanakan pekerjaan jumlah barang berupa karung
beras, karyawan harus melihat dahulu kondisi tumpukan barang apakah cukup
aman jika di bongkar sekaligus atau bertahap sesuai dengan peralatan yang
digunakan dalam pembongkaran muatan. Sedangkan karena keterbatasan alat
bongkar muat yang digunakan menyebabkan kegiatan bongkar harus dilakukan
secara bergantian, sehingga meskipun barang yang akan dibongkar sangat darurat,
namun harus menunggu giliranya. Oleh karena itu, dalam mengantisipasi alat
bongkar muat yang tidak memadai karena jumlah yang terbatas maka upaya yang
dilakukan adalah dengan melakukan koordinasi dengan bagian-bagian yang
terkait sehingga peralatan bongkar muat yang ada dapat dilakukan dengan
optimal.
Selain itu tidak sesuainya tempat pelaksanaan bongkar muat disebabkan
karena kondisi yang tidak memadai seperti gudang yang penuh saat pemuatan
barang, jika gudang penuh maka kepala regu behandle melakukan koordinasi
dengan kepala gudang untuk menempatkan barang di gudang yang lain.
11

2.6 Pengertian Muatan Kapal


Muatan kapal (cargo) merupakan objek dari dalam pengangkutan sistem
transportasi laut, dengan mengangkut muatan sebuah perusahaan pelayaran niaga
dapat memperoleh pendapatan dalam bentuk uang tambang (freight) yang sangat
menentukan dalam kelangsungan hidup perusahaan dan membiayai kegiatan di
pelabuhan. Muatan curah dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Curah Kering
Curah kering merupakan muatan curah padat dalam bentuk biji-bijian, serbuk,
bubuk, butiran butiran dan sebagainya yang dalam pembuatan/pembongkaran
dilakukan dengan mencurahkan muatan kedalam palka dengan menggunakan alat-
alat khusus. Contoh muatan curah kering antara lain biji gandum, kedelai, jagung,
pasir, semen, klinker, soda, kristal gula dan sebagainya.
2. Curah Cair (liquid bulk cargo)
Curah cair merupakan muatan yang berbentuk cairan yang diangkut dengan
menggunakan kapal-kapal khusus yang disebut kapal tanker. Contoh muatan
curah cair ini adalah bahan bakar, crude palm oil (CPO), produk kimia cair dan
sebagainya.
3. Curah Gas
Curah gas merupakan muatan curah dalam bentuk gas yang dimampatkan,
contohnya gas alam (LPG).

2.7 Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Proses Pemuatan Clinker


Menurut Ardian Fernanda (2011) Dalam melakukan pelayanan, PBM
harus bekerja sama dengan berbagi pihak seperti PT. Pelindo, Perusahaan
Pelayaran, EMKL, Pemilik Barang Penyedia Tenaga Buruh, Adminstrasi
Pelabuhan/ADPEL, Imigrasi, Bea cukai, Karantina, Agent, Surveyor. Masing
masing pihak memiliki tugas dan tanggung jawab. Sedangkan PBM mempunyai
tanggung jawab:
1. Kelancaran kegiatan bongkar muat.
2. Keselamatan penerimaan dan penyerahan barang.
3. Kebenaran laporan yang disampaikan.
12

4. Mengatur penggunakan TKBM dan peralatan sesuai kebutuhan.

2.8 Hambatan yang di Hadapi Selama Kegiatan Pemuatan


Menurut Zubaidah Hanum. (2014) beberapa kendala sehubungan dengan
pelaksanaan kegiatan bongkar muat, seperti barang yang akan dibongkar
dobrak/jatuh, alat bongkar tidak memadai, tempat pelaksanaan bongkar muat yang
tidak sesuai, adanya kerusakan barang saat bongkar muat serta ketidaksesuaian
jumlah barang yang dimuat atau dibongkar.
Penyebab dari barang yang akan di muat dobrak/jatuh adalah kurangnya
ketelitian bagian dalam mengantisipasi kondisi barang yang akan di muat,
misalnya saat bongkar muatan barang berupa karung beras, karyawan harus
melihat dahulu kondisi tumpukan barang apakah cukup aman jika dibongkar
sekaligus atau bertahap sesuai dengan peralatan yang digunakan dalam
pembongkaran muatan.
Sedangkan karena keterbatasan alat bongkar muat yang digunakan
menyebabkan kegiatan bongkar harus dilakukan secara bergantian sehingga
meskipun barang yang akan dibongkar sangat penting, maka harus tetap
menunggu gilirannya. Oleh karena itu, dalam mengantisipasi alat bongkar muat
yang tidak memadai karena jumlahnya yang terbatas maka upaya yang dilakukan
adalah dengan melakukan koordinasi dengan bagian-bagian yang terkait sehingga
peralatan bongkar muat yang ada dapat digunakan lebih optimal.
Selain itu, tidak sesuainya tempat pelaksanaan bongkar muat disebabkan
karena kondisinya yang tidak memadai seperti gudang yang penuh saat pemuatan
barang. Jika gudang penuh maka kepala regu behandle melakukan koordinasi
dengan kepala gudang untuk menempatkan barang di gudang yang lain.

2.9 Alat-alat Penunjang Kegiatan Bongkar Muat


Alat bongkar muat adalah alat yang dipakai untuk kegiatan bongkar muat
barang dengan tujuan untuk menambah kecepatan bongkar muat, agar waktu yang
diperlukan kapal untuk bertambat dapat dipesingkat (Solossa, et al 2013). Sistem
bongkar muat merupakan gabungan dari beberapa alat bantu yang dioprasikan dan
13

dipergunakan untuk kegiatan bongkar muat dari kapal ke dermaga atau


sebaliknya. Tujuannya adalah melaksanakan bongkar muat secepatnya
(produktif), menghindari resiko keruskan terhadap barang, peralatan dan
kecelakaan kerja serendah mungkin, melaksanakaan seluruh perencanaan bongkar
muat sebagimana tertera di dalam stowage plan, menghasilkan stabilitas kapal
yang aman, menghindari terjadinya long hatch, over hatch dan long distance.
Pada system bongkar muat pelayanannya dipengaruhi oleh jenis muatan dan jenis
kapal. Berikut adalah alat-alat bongkar muat pada kapal curah kering (Dry Bulk
Carier):
a. Crane Kapal
Alat ini biasanya terletak dibagian tengah kapal, berfungsi untuk mengangkat
cargo dari palka kapal, kemudian di pindahkan ke dermaga. Lengan dari crane
kapal harus panjang, sehingga dapat memindahkan dari palka ke dermaga. Sistem
yang digunakan pasa crane kapal serupa dengan crane pada umumnya, yakini
menggunakan kabel baja, dengan motor sebagai penggeraknya.
b. Loader
Alat ini adalah kendaraan yang di pakai dalam cleaning (pembersihan sisa di
atas palka kapal) yang berfungsi mengumpulkan muatan yang bersebaran yang
ada di dalam palka kapal sehingga muatan dapat terjangkau oleh crane kapal
untuk di muat ke luar palka kapal. Dan kendaraan ini juga berfungsi untuk
meratakan muatan yang ada di dalam palka agar ruang muatan dapat digunakan
secara optimal.
c. Grab
Grab adalah alat yang digerakan oleh crane kapal sering digunakan untuk
bongkar/ muat khususnya muatan vurah kering. Yang berfungsi mengambil
muatan daria ats palka kapal kemudian di pindahkan ke hopper.
d. Hopper
Hopper adalah alat pelengkap dalam rangkaian bongkar muat yang berfungsi
sebagai tempat penerima material umpan yang berasal dari grab yang selanjutnya
di pindahkan ke truk untuk pengiriman barang.
14

e. Exchavator
Exchavator adalah alat berat yang dipergunakan untuk memindahkan material.
Dalam proses bongkar muat alat ini berperan dalam proses cleaning
(pembersihan) pada saat muatan dalam palka sedikit atau untuk mempermudah
grab dalam memindahkan mautan.
f. Sling
Sling adalah jerat untuk memuat yang dibuat dari tali kawat baja, gunanya
untuk mengangkut muatan dan alat berat dari palka kapal.
g. Hook Crane
Hook Crane terletak pada ujung sling crane, dan berfungsi untuk dikaitkan
pada beban atau grab.

2.10 Dokumen yang Diperlukan dalam Pemuatan Clinker


Menurut Benny A.S (2011) Setiap Kegiatan yang dilaksanakan pasti
terdapat suatu dokumen-dokumen dalam kegiatan tersebut untuk menunjangnya
agar kegiatan tersebut berjalan lancar sesuai dengan prosedur pembongkaran dan
tidak adanya salah komunikasi. Dalam penanganan pemuatan Clinker yang
dikerjakan oleh PBM ,di perlukan dokumen-dokumen untuk membantu
kelancaran arus pemuatan barang, yaitu :
a. Tally Sheet.
Tally Sheet yaitu lembaran hitungan yang menjelaskan berapa banyak muatan
yang akan di muat atau bongkar dari kapal.
b. Daily Report
Daily Report merupakan laporan harian jumlah tonagge/kubikasi yang di
bongkar/muat perpalka perhari.
c. Time Sheet
Time Sheet merupakan laporan tentang rincian waktu yang di gunakan oleh
perusahaan bongkar muat.
d. Statement Of Fact (SOF)
Statement Of Fact (SOF) merupakan rekapitulasi dari seluruh time sheet yang
dibuat selama kegiatan bongkar muat berlangsung.
15

e. Stowage Plan
Stowage Plan merupakan gambar dari irisan memanjang/penampilan sebuah
kapal dengan muatan yang menjunkan tempat-tempat penyusunan muatan.
f. Draft Survey Sheet
Draft Survey Sheet merupakan dokumen yang berisi draft kapal pada saat
sebelum muatan di bongkar dan setelah muatan di bongkar dari pihak
surveyor owner.

2.11 Alur Trucking dalam kegiatan pemuatan


Dalam kegiatan pemuatan cargo clinker di pelabuhan biasanya
menggunakan akomodasi berupa truck. Hal ini desebabkan oleh mudahnya akses
jalan dan murahnya biaya dalam pengoperasian pengiriman cargo. Adapun alur
pengiriman cargo menggunakan truck sebagai berikut:
a. Pengambilan Cargo
Truck menuju ke gudang peyimpanan untuk mengambil cargo yang akan
diangkut. Dalam pengambilan cargo tersebut sopir truck akan diberi surat
jalan dan surat perintah pengiriman yang terdiri dari 3 lampir.
b. Tiba di Gerbang Pelabuhan
Truck disini akan menyerah surat jalan untuk dapat memasuki pelabuhan dan
juga bukti cargo yang di muat di dalam truck.
c. Pembongkaran Muatan
Dalam pembongkaran muatan truck diarahkan ke samping palka oleh TKBM
dan menyerahkan surat perintah pengiriman.
d. Setelah Bongkar
Truck akan keluar dari dermaga serta membawa surat bongkar cargo untuk
diserahkan kepada staff gudang.
BAB 3

METODE PENGUMPULAN DATA

3.1 Jenis dan Sumber Data


Proses penulisan merupakan usaha pendalaman ilmu pengetahuan.
Kegiatan penulisan secara umum dilakukan bermula berangkat dari suatu ilmu
pengetahuan yang sudah ada. Didalam mendapatkan masalah penulisan, seorang
penulis dituntut melakukan kegiatan mencari dan menemukan masalah penelitian.
1. Jenis Data
Menurut Rahmadi 2011, jenis data dibagi menjadi 2 antara lain:
a. Data kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau
perilaku yang diamati.
b. Data kuantitatif, yaitu prosedur penelitian yang menemukan pengetahuan
dengan menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan
keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penulisan karya tulis ilmiah adalah subyek darimana data
dapat diperoleh. Dalam karya tulis ini, menurut Ibnu Hadjar terdapat 3 sumber
data yang dapat digunakan untuk menulis ulasan kepustakaan, yaitu:
a. Sumber data primer
Sumber data primer yaitu sumber data yang berisi hasil penelitian atau
tulisan yang merupakan karya asli peneliti atau teoritis yang orisinal.
Contoh sumber data primer adalah hasil penelitian yang dipublikasikan
dalam jurnal ilmiah profesional, laporan penelitian, tesis, disertasi.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder yaitu sumber data yang berisi hasil penelitian atau
tulisan yang dipublikasikan oleh penulis yang tidak secara langsung
melakukan penelitian atau bukan penemu teori. Contoh sumber data
sekunder yaitu buku bacaan, buku teks, ensiklopedia. Artikel-artikel

16
17

dalam majalah ilmiah yang diterbitkan oleh perguruan tinggi di Indonesia


pada umumnya merupakan sumber data sekunder karena sedikit sekali
yang melaporkan teori baru.

3.2 Metode Pengumpulan data


Dalam melaksanakan penelitian, menurut Haddy Suprapto (2017) penulis
menggunakan beberapa metode tertentu dalam mengumpulkan data yang
tersusun secara sistematis sesuai dengan tujuan penelitian. Metode yang penulis
gunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode kualitatif.
Berikut beberapa teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini:
1. Tinjauan Langsung atau Observasi.
Observasi adalah kegiatan meninjau suatu kegiatan di tempat tertentu
secara cermat dan teliti dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan dan
bahan kajian. Penulis melakukan observasi di PT. Varia Usaha Bahari
cabang Tuban. Selain mengumpulkan data secara mandiri, penulis juga
memperoleh informasi melalui pihak-pihak yang terkait dengan
pembuatan disbursement di PT.Varia Usaha Bahari. Hal ini penulis
lakukan agar memperoleh tambahan ilmu dari pakar-pakar yang sangat
berpengalaman di bidangnya.
2. Wawancara
Menurut Sugiyono (2019) wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data untuk menemukan permasalahan yang harus diamati
dan juga apabila penulis ingin mengetahui hal-hal dari informan yang
lebih mendalam. Dalam observasi ini,penulis melakukan wawancara
secara mendalam dengan pihak Operasional dari PT. Varia Usaha Bahari.
Ciri khas dari metode ini adalah adanya pertukaran informasi secara
verbal dengan satu orang atau lebih. Terdapat peran pewawancara yang
berusaha untuk menggali informasi dan memperoleh pemahaman dari
responden.
18

3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,
dokumentasi ini dapat berbentuk tulisan maupun gambar. Studi dokumentasi
ini diperoleh oleh penulis dari proses penyelesaian pembuatan disbursement
yang ada di PT.Varia Usaha Bahari. Menurut Sugiyono (2019), studi
dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode kualitatif.
Bahkan kredibilitas hasil penelitian kualitatif akan semakin tinggi jika
melibatkan atau menggunakan studi dokumen dokumen dalam metode
kualitatif.

Anda mungkin juga menyukai