Anda di halaman 1dari 18

MODUL PERKULIAHAN

Komunikasi
Non Verbal
Modul Standar untuk digunakan
dalam Perkuliahan di Universitas
Widyatama

FakultasProgram Studi Tatap Muka Kode MKDisusun Oleh

04
Ekonomi dan BisnisManajemen S1 0211404Team Teaching MK Komunikasi Bisnis

Abstract Kompetensi

Mata kuliah ini memberikan Mahasiswa mampu memahami


pemahaman kepada mahasiswa mengenai presentasi lisan, mampu
mengenai komunikasi nonverbal dalam berkomunikasi verbal dan nonverbal di
berkomunikasi di lingkungan bisnis hadapan audiens, mampu
maupun diluar bisnis. Mata kuliah ini mengembangkan kreatif dan inovatif,
juga memberikan kesempatan kepada mampu membuat konseptualisasi,
mahasiswa untuk memahami lebih mampu mengembangkan leadership dan
dalam mengenai teknik komunikasi non influence serta mampu menyelesaikan
verbal yang baik dan benar supaya masalah pada saat melakukan presentasi
pesan dapat tersampaikan dengan tepat
serta mengeksplorasi kemampuannya
dalam komunikasi non verbal di depan
audiens (presentasi).

Komunikasi Non Verbal

Pendahuluan
Manusia berkomunikasi menggunakan kode verbal dan nonverbal. Kode nonverbal disebut
isyarat atau bahasa diam (silent language). Melalui komunikasi nonverbal kita bisa mengetahui
suasana emosional seseorang, apakah ia sedang bahagia, marah, bingung, atau sedih. Kesan awal
kita mengenal seseorang sering didasarkan pada perilaku nonverbalnya, yang mendorong kita untuk
mengenal lebih jauh. Deskripsi singkat mengenai Komunikasi Non Verbal adalah mempelajari dan
menggali berbagai aspek tentang bagaimana melakukan komunikasi bisnis yang efektif, baik segi
teknis maupun non teknis.
Tujuan intruksional umum dalam Komunikasi Non Verbal setelah mengikuti mata kuliah ini
mahasiswa mampu menjelaskan mengenai perencaan pesan tertulis. Serta relevansi dalam mata kuliah
ini sebagai yang membekali mahasiswa dengan kemampuan soft skill komunikasi, dimana
kemampuan soft skill ini akan di bergunakan bagi mahasiswa dalam kesuksesannya dalam
menjalankan pekerjaan sebagai profesional sebgai pebisnis.
Tujuan intruksional khusus, setelah mempelajari pokok pembahasan ini mahasiswa mampu
menjelaskan dan memahami mengenai komunikasi non verbal, mampu mengkonseptuallisasikan
dengan konteks bisnis yang nyata serta mampu meningkatkan kemampuan kounikasi non verbal
dilapangan.

KOMUNIKASI NON VERBAL


Dalam berkomunikasi seseorang bukan menggunakan keterampilan komunikasi verbal akan
tetapi juga menggunakan ekspresi wajah, gerakan tangan, gerakan bola mata, gerakan tangan, intonasi
suara dan sebagainya. Keterampilan komunikasi dengan menggunakan Bahasa tanpa non verbal.
Komunikasi non verbal penting diperhatikan bila kita berkomunikasi dengan orang lain karena
komunikasi nonverbal juga mengandung makna yang dapat menguatkan atau menolak komunikasi
verbal.

A. Pengertian Komunikasi Non Verbal


Komunikasi nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Pesanpesan nonverbal
sangat berpengaruh terhadap komunikasi. Pesan atau simbol-simbol nonverbal

sangat sulit untuk ditafsirkan dari pada simbol verbal. Bahasa verbal sealur dengan bahasa

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


2 Team Teaching Komunikasi Bisnis
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
nonverbal, contoh ketika kita mengatakan “ya” pasti kepala kita mengangguk. Komunikasi nonverbal
lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan. Komunikasi nonverbal jauh
lebih banyak dipakai daripada komuniasi verbal. Komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada.
Komunikasi nonverbal meliputi semua aspek komunikasi selain kata-kata sendiri seperti
bagaimana kita mengucapkan kata-kata (volume), fitur, lingkungan yang mempengaruhi interaksi
(suhu, pencahayaan), dan bendabenda yang mempengaruhi citra pribadi dan pola interaksi (pakaian,
perhiasan, mebel).
Sebuah studi yang dilakukan Albert Mahrabian (1971) yang menyimpulkan bahwa tingkat
kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7% berasal dari bahasa verbal, 38% dari vocal suara, dan
55% dari ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa jika terjadi pertentangan antara apa yang
diucapkan seseorang dengan perbuatannya, orang lain cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat
nonverbal.
Menurut Aditiawarman (2000) komunikasi non verbal adalah komunikasi tanpa menggunakan
kata-kata. Rasberry (2004) mengatakan bahwa komunikasi nonverbal adalah tindakan dan perilaku
manusia dan makan yang terkandung di dalam perilaku tersebut. Komunikasi non verbal mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan komunikasi verbal. Menurut Knapp (2004) komunikasi non verbal
berhubungan dengan komunikasi verbal melalui enam cara:
1. Mengulang (repeating), misalnya seseorang berkata "dia berjalan menuju ruang
tunggu". Sambil tangannya menunjuk ke arah ruang tunggu.
2. Kontradiksi (contradicting), seseorang berkata "saya tidak marah" dengan suara yang keras
dan muka merah dan mata melotot.
3. Subtitusi (substituting), seseorang mengatakan sesuatu yang tidak anda percayai, dan tidak
berkata apa-apa hanya memandang dengan kepala bawah dan alis mata naik. Ini tentu saja
berarti "ayolah, jangan bohong".
4. Melengkapi (complimenting). Seseorang berkata " saya senang bertemu anda" dengan mata
bersinar dan wajah tersenyum lebar.
5. Menekankan (accenting). Seseorang berkata "saya tidak ingin bertemu dengan anda lagi"
sambil memukul meja saat mengatakan tidak ingin.
6. Menghubungkan dan mengatur. Seseorang mengangkat tangannya dan ini
mengindikasikan bahwa ia ingin mengatakan sesuatu. Atau dosen meletakan jari telunjuk
di bibir untuk meminta mahasiswannya diam.

B. Mengapa Kita Perlu Mempelajari Komunikasi Non Verbal


Adapun beberapa alasan mengapa kita perlu mempelajari komunikasi nonverbal antara lain:

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 Team Teaching Komunikasi Bisnis
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
1. Tidak terdapat pesan komunikasi non verbal yang universal.
Setiap pesan diciptakan oleh individu yang unik dengan latar belakang budaya yang
beragam.
2. Seringkali kita membuat kesimpulan tentang pesan dengan cepat tanpa memikirkannya
terlebih dahulu.
Apabila kita tidak memiliki pengetahuan tentangg komunikasi non verbal maka kesimpulan
yang kita buat tidak akan baik.
3. Kita menjadi semakin tidak sensitif terhadap prilaku orang lain.
Kita sering mengabaikan pesan yang disampaikan dengan suatu perasaan atau emosi. Maka
dengan mempelajari komunikasi non perbal kita dapat meningkatkna sinsitivitas kita
terhadap perilaku orang lain.
4. Pesan non verbal seringkali lebih kuat dari pesan verbal.
Ketika pesan non verbal dan pesan verbal berbenturan, maka sering kali kita akan
menerima pesan non verbal sebagai pesan sebenarnya yang ingin disampaikan oleh
pengirim pesan.
5. Pesan non verbal memperjelas pesan verbal.
Seringkali pesan nonverbal seperti gerakan tubuh, isyarat bertujuan untuk menekankan dan
memperkuat pesan verbal.
6. Pesan nonverbal seringkali digunakan lebih banyak dibandingkan dengan pesan verbal.
Menurut riset yang dilakukan oleh Albert Mehrabian, hanya 7 % dari pesan yang kita terima
di dapat dari kata-kata, 93 % pesan kita terima melalui intonasi suara, isyarat, ekspresi wajah,
dan gerakan tubuh.
C. Komunikasi Lingkungan
Ingatlah kembali kantor perusahaan yang pernah anda datangi setiap area yang ada dalam
kantor tersebut mengandung pesan tertentu yang berhubungan dengan pemilik ruangan tersebut.
Ruang direktur tentu akan berbeda dengan ruang pegawai operasional baik dari segi luas, maupun
bentuk fasilitas yang tersedia di ruangan tersebut. Jadi ruangan dapat juga mengkomunikasikan
pesan tertentu.
a. Desain Ruang Kantor
Dewasa ini banyak perusahaan yang menggunakan ruang kantor terbuka (open space office).
Konsep ruang terbuka ini bertujuan untuk mengoptimalkan arus lalulintas pegawai dan
pekerjaan. Menurut penelitian ruang terbuka menunjukkan suasana yang demokratis,
meningkatkan komunikasi, fleksibelitas, dan juga produktifitas diantara pekerja.
b. Warna Ruang

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


4 Team Teaching Komunikasi Bisnis
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Warna juga digunakan untuk mengkomunikasikan suatu pesan. Warna merah dianggap
sebagai sesuatu sikap yang agresif, gembira, menstimulus dan kegembiraan.
c. Pengaturan Tata Letak Meja dan Kursi
Ada beberapa pengaturan tata letak meja dan kursi yang biasa dilakukan di kantor antara
lain:
 Penempatan standar
Dalam penataan ini menunjukan bahwa pemilik ruangan menunjukan kekuasaanya
dan hanya memberikan sedikit kebebasan kepada tamu.
 Pengaturan bersahabat
Dalam penataan ini terdapat suasana yang lebih bersahabat.
 Di belakang meja
Adalah suatu penataan ruang dimana pemilik ruang dan tamu dapat berkomunikasi
dengan akrab karena penghalang sudah dihilangkan.
 Pengaturan netral
Suatu penataan ruang dimana terdapat suasana informal sehingga ruang dan tamu
dapat berkomunikasi dengan akrab dan personal.
d. Jarak
Ada beberapa jarak yang biasanya diambil oleh individu pada waktu ia
berkomunikasi, antara lain :
 Jarak intim
 Jarak pribadi
 Jarak sosial
 Jarak publik
e. Simbol
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering merespon berbagai simbol yang kita temui tanpa
kita sadari. Misalnya anda melihat berbagai yang sudah diakui secara internasional. Simbol
untuk menunjukan kamar kecil, dilarang merokok atau dilarang parkir.
f. Komunikasi Fisik
Seringkali kita tidak kita mengkomunikasikan sesuatu misalnnya: ekspresi wajah, gerakan
tangan, mata, sentuhan, suara dan lain sebagainnya.
g. Isyarat
Bahasa isyarat dari gerakan tangan, kaki atau anggota tubuh lainnya untuk

menyampaikan pesan secara nonverbal.

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


5 Team Teaching Komunikasi Bisnis
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Contoh :
 Isyarat ring atau oke
 Tanda acungan jempol
 Anggukan atau geleng kepala

D. Aspek Non Linguistik dari Pembicaraan


Terdapat beberapa aspek lain dari bahasa selain dari kata-kata. Biasannya pengertian suatu
kata akan tergantung pada cara seseorang mengucapkan bukan hanya pada definisi yang terkandung
dalam kata tersebut di kamus. Untuk menyadari pentingnnya hal ini dapat dilakukan sesuatu
latihan berikut ini. Cobalah ucapkan kalimat berikut dengan penyampaian yang berbeda beda
berdasarkan penekanan kata yang digaris bawahi:
 Baik saya akan mengerjakannya secepat mungkin
 Baik saya akan mengerjakannya secepat mungkin
 Baik saya akan mengerjakannya secepat mungkin
 Baik saya akan mengerjakannya secepat mungkin
 Baik saya akan mengerjakannya secepat mungkin
 Baik saya akan mengerjakannya secepat mungkin
Dari latihan di atas, kita dapat merasakan bahwa kita memberikan pesan yang berbeda dengan
menggunakan kalimat yang sama dan respon yang akan diberikan oleh lawan bicara kita juga
akan berbeda.
E. Penampilan
Penampilan seseorang juga berpengaruh terhadap keberadaanya, cara berpakaian sering
kali diabaikan seseorang, padahal dari hasil penelitian yang dilakukan oleh bebrapa ahli, penampilan
seseorang akan mempengaruhi lingkungan sekitar. Warna coklat dan keabuan dianggap sebagai warna
yang menunjukan wibawa dan cocok untuk dunia bisnis. Garuda Indonesia mempekerjakan desainer
terkenal untuk merancang pakaian seragam pramugari dan pilotnya.
F. Jenis – Jenis Komunikasi Non Verbal
Komunikasi nonverbal memiliki beberapa jenis yaitu:
1. Sentuhan (haptic) Sentuhan atau tactile message, merupakan pesan nonverbal nonvisual dan
nonvokal. Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan
berbagai emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Alma I Smith, seorang peneliti
dari Cutaneous Communication Laboratory mengemukakan bahwa berbagai perasaan yang
dapat disampaikan melalui

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


6 Team Teaching Komunikasi Bisnis
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
sentuhan, salah satunya adalah kasih sayang (mothering) dan sentuhan itu memiliki khasiat
kesehatan.
2. Komunikasi Objek Penggunaan komunikasi objek yang paling sering adalah penggunaan
pakaian. Orang sering dinilai dari jenis pakaian yang digunakannya, walaupun ini termasuk
bentuk penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi.
Contohnya dapat dilihat pada penggunaan seragam oleh pegawai sebuah perusahaan, yang
menyatakan identitas perusahaan tersebut.
3. Kronemik Chronomics refers to how we perceive and use time to define identities and
interactions. (Wood.2007). Kronemik merupakan bagaimana komunikasi nonverbal yang
dilakukan ketika menggunakan waktu, yang berkaitan dengan peranan budaya dalam konteks
tertentu.
Contohnya Mahasiswa menghargai waktu. Ada kalanya kita mampu menilai bagaimana
mahasiswi/mahasiswa yang memanfaatkan dan mengaplikasikan waktunya secara tepat dan
efektif.
4. Gerakan Tubuh (Kinestetik) Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu
kata atau frasa. Beberapa bentuk dari kinestetik yaitu:
 Emblem, yaitu gerakan tubuh yang secara langsung dapat diterjemahkan kedalam
pesan verbal tertentu. Biasanya berfungsi untuk menggantikan sesuatu.
Misalnya, menggangguk sebagai tanda setuju; telunjuk di depan mulut tanda jangan
berisik.
 Ilustrator, yaitu gerakan tubuh yang menyertai pesan verbal untuk menggambarkan
pesan sekaligus melengkapi serta memperkuat pesan. Biasanya dilakukan secara
sengaja.
Misalnya, memberi tanda dengan tangan ketika mengatakan seseorang gemuk/kurus.
 Affect displays, yaitu gerakan tubuh khususnya wajah yang memperlihatkan perasaan
dan emosi.
Seperti misalnya sedih dan gembira, lemah dan kuat, semangat dan kelelahan, marah
dan takut. Terkadang diungkapkan dengan sadar atau tanpa sadar. Dapat mendukung
atau berlawanan dengan pesan verbal.
 Regulator, yaitu gerakan nonverbal yang digunakan untuk mengatur, memantau,
memelihara atau mengendalikan pembicaraan orang lain. Regulator terikat dengan
kultur dan tidak bersifat universal.

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


7 Team Teaching Komunikasi Bisnis
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Misalnya, ketika kita mendengar orang berbicara, kita menganggukkan kepala,
mengkerutkan bibir, dan fokus mata.
 Adaptor, yaitu gerakan tubuh yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan fisik dan
mengendalikan emosi. Dilakukan bila seseorang sedang sendirian dan tanpa
disengaja.
Misalnya, menggigit bibir, memainkan pensil ditangan, garukgaruk kepala saat
sedang cemas dan bingung.
Selain gerakan tubuh, ada juga gerakan mata (gaze) dalam komunikasi nonverbal. Gaze
adalah penggunaan mata dalam proses komunikasi untuk memberi informasi kepada pihak lain
dan menerima informasi pihak lain. Fungsi gaze diantaranya mencari unpan balik antara
pembicara dan pendengar, menginformasikan pihak lain untuk berbicara, mengisyarakatkan sifat
hubungan (hubungan positif bila pandangan terfokus dan penuh perhatian. Hubungan negatif bila
terjadi penghindaran kontak mata), dan berfungsi pengindraan. Misalnya saat bertemu pasangan
yang bertengkar, pandangan mata kita alihkan untuk menjaga privasi mereka.
5. Proxemik Proxemik
Proxemik Proxemik adalah bahasa ruang, yaitu jarak yang gunakan ketika berkomunikasi
dengan orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi berada. Pengaturan jarak
menentukan seberapa dekat tingkat keakraban seseorang dengan orang lain. jarak mampu
mengartikan suatu hubungan. Richard West dan Lynn H. Turner pada Introducing
Communication theory (2007) membagi zona proksemik pada berbagai macam pembagian,
yaitu :
 Jarak intim, jaraknya dari 0 – 45 cm. (Fase dekat 0-15 cm, Fase Jauh 15-45 cm), jarak
ini dianggap terlalu dekat sehingga tidak dilakukan di depan umum
 Jarak personal, jaraknya 45-120 cm . (Fase dekat 45 -75 cm yang bisa disentuh
dengan uluran tangan; Fase jauh 75 - 120 cm yang bisa disentuh dengan dua uluran
tangan. Jarak ini menentukan batas kendali fisik atas orang lain, yg bisa dilihat
rambut, pakaian, gigi, muka. Bila ruang pribadi ini diganggu, kita sering merasa tidak
nyaman.
 Jarak sosial, jaraknya 120 – 360 cm
 Jarak publik, lebih dari 360-750 cm
6. Lingkungan
Lingkungan juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Diantaranya
adalah penggunaan ruang, jarak, temperatur, penerangan, dan warna.

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


8 Team Teaching Komunikasi Bisnis
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
7. Vokalik
Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam sebuah ucapan, yaitu cara berbicara.
Misalnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara,
kualitas suara, intonasi, dan lain-lain.
G. Fungsi Komunikasi Non Verbal
Kadar semangat harus disesuaikan, tidak terlalu monoton ataupun terlalu semangat, karena
mempengaruhi kesan terhadap audiens. Sikap mental juga harus di perkuat agar tidak merusak
konsentrasi.
Mark Knapp (1978) menyebut bahwa kode nonverbal dalam berkomunikasi memiliki fungsi
untuk :
1. Repeating (Repetisi) , yaitu mengulang kembali pesan yang disampaikan secara verbal.
Contohnya mengangguk kepala ketika mengatakan ‘Iya’ dan menggelengkan kepala
ketika mengatakan ‘Tidak’.
2. Substituting (Substitusi) , yaitu mengantikan lambang-lambang verbal. Contohnya
menggoyangkan tangan anda dengan telapak tangan menghadap depan sebagai penganti
kata ‘Tidak’ saat pedagang menghampiri anda. kita tidak perlu secara verbal menyatakan
kata "menang", namun cukup hanya mengacungkan dua jari kita membentuk huruf `V'
(victory) yang bermakna kemenangan. Menyatakan rasa haru tidak dengan kata-kata,
melainkan dengan mata yang berlinang-linang.
3. Contradicting (Kontradiksi) , yaitu menolak pesan verbal atau memberikan makna lain
terhadap pesan verbal. Contohnya seorang suami mengatakan ‘Bagus’ ketika dimintai
komentar istrinya mengenai baju yang baru dibelinya sambil matanya terus terpaku pada
koran yang sedang dibacanya.
4. Complementing (Komplemen) , yaitu melengkapi dan memperkaya pesan maupun makna
nonverbal. Contohnya melambaikan tangan saat mengatakan selamat jalan.
5. Accenting (Aksentuasi) , yaitu menegaskan pesan verbal atau mengaris bawahinya.
Contohnya Mahasiswa membereskan buku-bukunya atau melihat jam tangan ketika jam
kuliah berakhir atau akan berakhir, sehingga dosen sadar diri dan akhirnya menutup
kuliahnya.
Dalam perkembangannya, fungsi komunikasi nonverbal dipandang sebagai pesan- pesan yang
holistik, lebih dari pada sebagai sebuah fungsi pemrosesan informasi yang sederhana. Fungsi-fungsi
holistik mencakup identifikasi, pembentukan dan manajemen kesan, muslihat, emosi dan struktur
percakapan. komunikasi nonverbal terutama berfungsi mengendalikan (controlling), dalam arti kita
berusaha supaya orang lain dapat melakukan apa yang kita perintahkan.

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


9 Team Teaching Komunikasi Bisnis
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Hickson dan Stacks menegaskan bahwa fungsi-fungsi holistik tersebut dapat diturunkan
dalam 8 fungsi, yaitu pengendalian terhadap percakapan, kontrol terhadap perilaku orang lain,
ketertarikan atau kesenangan, penolakan atau ketidaksenangan, peragaan informasi kognitif, peragaan
informasi afektif, penipuan diri (self-deception) dan muslihat terhadap orang lain.
Komunikasi nonverbal digunakan untuk memastikan bahwa makna yang sebenarnya dari
pesan-pesan verbal dapat dimengerti atau bahkan tidak dapat dipahami. Keduanya, komunikasi verbal
dan nonverbal, kurang dapat beroperasi secara terpisah, satu sama lain saling membutuhkan guna
mencapai komunikasi yang efektif.
H. Karakteristik Komunikasi Non Verbal
Komunikasi nonverbal memiliki karakteristik yang bersifat universal, diantaranya:
1. Komunikatif, yaitu perilaku yang disengaja/tidak disengaja untuk mengkomuniasikan
sesuatu sehingga pesan yang ada bisa diterima secara sadar. Contoh mahasiswa
memandang keluar jendela saat kuliah yang menunjukkan perasaan bosan.
2. Kesamaan perilaku, yaitu kesamaan perilaku nonverbal antara 1 orang dengan orang lain.
Secara umum bisa dilihat pada gerak tangan, cara duduk, berdiri, suara , pola bicara,
kekerasan suara, cara diam.
3. Artifaktual, yaitu komunikasi nonverbal bisa juga dalam bentuk artefak seperti cara
berpakaian, tata rias wajah, alat tulis, mobil, rumah, perabot rumah & cara menatanya,
barang yang dipakai seperti jam tangan.
4. Konstektual, yaitu bahasa nonverbal terjadi dalam suatu konteks. membantu tentukan
makna dari setiap perilaku non verbal. Misalnya, memukul meja saat pidato akan berbeda
makna dengan memukul meja saat dengar berita kematian.
5. Paket, yaitu bahasa nonverbal merupakan sebuah paket dalam satu kesatuan. Paket
nonverbal jika semua bagian tubuh bekerjasama untuk komunikasikan makna tertentu.
Harus dilihat secara keseluruhan (paket) dari perilaku tersebut Contoh : ada cewek lewat
kemudian kedipkan mata. Gabungan paket verbal dan nonverbal, misalnya marah secara
verbal disertai tubuh & wajah menegang, dahi berkerut. Hal yang wajar jadi tidak
diperhatikan. Dikatakan tidak satu paket bila menyatakan “Saya senang berjumpa dengan
anda” (verbal) tapi hindari kontak mata atau melihat/ mencari orang lain (non verbal).
6. Dapat dipercaya, Pada umumnya kita cepat percaya perilaku non verbal. Verbal & non
verbal haruslah konsisten. Ketidak konsistenan akan tampak pada bahasa nonverbal yang
akan mudah diketahui orang lain. Misalnya seorang pembohong akan banyak melakukan
gerakangerakan tidak disadari saat ia berbicara.

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


9 Team Teaching Komunikasi Bisnis
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
7. Dikendalikan oleh aturan, sejak kecil kita belajar kaidah-2 kepatutan melalui pengamatan
perilaku orang dewasa. Misalnya: Mempelajari penyampaian simpati (kapan, dimana,
alasan) atau menyentuh (kapan, situasi apa yang boleh atau tidak boleh).
Dari komunikasi yang kita lakukan, komunikasi verbal hanya memiliki porsi 35%, sisanya
65% adalah komunikasi nonverbal. Bahasa yang umum digunakan dalam komunikasi verbal
itu memiliki lebih banyak keterbatasan dibandingkan dengan komunikasi nonverbal.
Keterbatasan tersebut dipengaruhi oleh faktor integritas, faktor, budaya, faktor pengetahuan,
faktor kepribadian, faktor biologis dan faktor pengalaman. Komunikasi verbal dan nonverbal
itu saling melengkapi satu sama lain. Meskipun beda cara maupun bentuk tetap saja tujuan
utama dari komunikasi verbal dan nonverbal itu sama yaitu bertujuan untuk menyampaikan
pesan untuk mendapatkan respon, timbal balik maupun efek.
I. Pendekatan Dalam Teori Komunikasi Non Verbal
Permulaan dari studi komunikasi nonverbal modern seringkali diidentifikasikan dengan karya
Darwin: The Expression of Emotions in Man and Animals. Perhatian Darwin terhadap komunikasi
nonverbal terutama berkaitan dengan fungsinya sebagai sebuah teori untuk menjelaskan mengenai
penampilan (theory of performance), sebuah cara berpidato yang mengindikasikan suasana hati, sikap
atau perasaan.
Dari karya Darwin ini, perhatian terhadap komunikasi nonverbal telah memunculkan kajian
antardisiplin. Dari hasil karyanya pula, telah dikembangkan tiga perspektif teoritis, yaitu the
ethological approach (studi mengenai kesamaan-kesamaan antara perilaku manusia dengan perilaku
binatang), the anthropological approach dan the functional approach. Dari ketiga pendekatan ini
muncul sejumlah teori-teori yang menjelaskan tentang fenomena nonverbal yang dapat diterapkan
dalam konteks komunikasi.
1. Ethological Approach (Pendekatan Etologi) Menurut Darwin, emosi manusia seperti halnya
emosi dari binatang dapat dilihat dari wajahnya. Darwin mengasumsikan bahwa komunikasi
nonverbal dari makhluk hidup (species) yang berbeda sebenarnya adalah sama. Orang-orang
yang mendukung pandangan Darwin seperti Morris, Ekman dan Friesen percaya bahwa
ekspresi nonverbal pada budaya mana pun esensinya sama, karena komunikasi nonverbal
tidak dipelajari, is adalah bagian alami dari keberadaan manusia. Dua contoh etologis yang
sering disebut-sebut adalah senyuman dan ekspresi wajah yang dapat ditemukan pada kultur
mana pun juga.
a. Teori struktur kumulatif
Dalam teorinya ini, Ekman dan Friesen memfokuskan analisisnya pada

makna yang diasosiasikan dengan kinesic. Teori mereka disebut cumulative

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


11 Team Teaching Komunikasi Bisnis
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
structure atau meaning centered karena lebih banyak membahas mengenai makna
yang berkaitan dengan gerak tubuh dan ekspresi wajah ketimbang struktur perilaku.
Mereka beranggapan bahwa seluruh komunikasi nonverbal merefleksikan dua hal:
apakah suatu tindakan yang disengaja dan apakah tindakan harus menyertai pesan
verbal. Hal ini dapat dicontohkan pada kasus ketika seseorang menceritakan sesuatu
sambil gerak tangannya yang menunjukkan tinggi dan ekspresi wajah yang gembira.
Gerak tangan yang menunjukkan tinggi ini tidak akan memiliki arti tanpa disertai
ungkapan verbal, jadi tindakan ini disengaja dan memiliki makna tertentu. Lain
halnya dengan ekspresi wajah yang gembira, yang dapat berdiri sendiri dan dapat
diartikan tanpa bantuan pesan verbal. Meskipun demikian, kedua tindakan tersebut
telah menambahkan kepada makna yang berkaitan dengan interaksi antara kedua
orang tersebut, dan ini oleh Ekman dan Friesen disebut sebagai
`expressive behavior'.
Selanjutnya, Ekman dan Friesen mengidentifikasi lima kategori dari expressive
behavior yaitu emblem, ilustrator, regulator, adaptor, dan penggambaran perasaan, di
mana masing-masing memberikan kedalaman pada makna yang berkaitan dengan
situasi komunikasi. Emblem adalah gerakan tubuh atau ekspresi wajah yang memiliki
nilai sama dengan pesan verbal, yang disengaja, dan dapat berdiri sendiri tanpa
bantuan pesan verbal. Contohnya adalah setuju, pujian, atau ucapan selamat jalan
yang dapat digantikan dengan anggukan kepala, acungan jempol, atau lambaian
tangan.Ilustrator adalah gerakan tubuh atau ekspresi wajah yang mendukung dan
melengkapi pesan verbal. Misalnya raut muka yang serius ketika memberikan
penjelasan untuk menunjukkan bahwa yang dibicarakan adalah persoalan serius, atau
gerakan tangan yang menggambarkan sesuatu yang sedang dibicarakan. Sementara
itu, regulator adalah tindakan yang disengaja yang biasanya digunakan dalam
percakapan, misalnya mengenai giliran berbicara. Bentuk-bentuk lain dari regulator
dalam percakapan antara lain adalah senyuman, anggukan kepala, tangan yang
menunjuk, mengangkat alis, orientasi tubuh, dan sebagainya, yang kesemuanya
berperan dalam mengatur anus informasi pada suatu situasi percakapan. Kategori
keempat adalah adaptor yaitu tindakan yang disengaja, yang digunakan untuk
menyesuaikan tubuh dan menciptakan kenyamanan bagi tubuh atau emosi. Terdapat
dua subkategori dari adaptor, yaitu: `self' (seperti menggaruk kepala, menyentuh
dagu atau hidung) dan `object' (menggigit pinsil,

memainkan kunci).. Perilaku ini biasanya dipandang sebagai refleksi

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


12 Team Teaching Komunikasi Bisnis
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
kecemasan atau perilaku negatif. Kategori kelima adalah penggambaran emosi atau
`affect display' yang dapat disengaja maupun tidak, dapat menyertai pesan verbal
maupun berdiri sendiri. Menurut Ekman dan Friesen, terdapat tujuh bentuk affect
display yang pengungkapannya cukup universal, yaitu: marah, menghina, malu, takut,
gembira, sedih, dan terkejut. Mereka mengemukakan pula bahwa beberapa affect
display yang berbeda dapat diungkapkan secara bersamaan, dan bentuk seperti ini
disebut "affect bland".
b. Teori tindakan (Action theory)
Morris juga mengemukakan suatu pandangan mengenai kinesic yang lebih didasarkan
pada tindakan. Dia mengasumsikan bahwa perilaku tidak terbentuk dengan
sendirinya, melainkan terbagi ke dalam suatu rangkaian panjang peristiwa yang
terpisah-pisah. Menurutnya, terdapat lima kategori yang berbeda dalam tindakan
yaitu: pembawaan (inborn), ditemukan (discovered), diserap (absorb), dilatih
(trained), dan campuran (mixed). Inborn merupakan insting yang dimiliki sejak lahir,
sepertiperilaku menyusu. Discovered diperoleh secara sadar dan terbatas padastruktur
genetik tubuh, seperti menyilangkan kaki. Absorbed. Diperoleh secara tidak sadar
melalui interaksi dengan orang lain (biasanya teman) seperti meniru ekspresi atau
gerakan seseorang. Trained diperoleh dengan belajar, seperti berjalan, mengetik dan
sebagainya. Sedangkan mixed actions diperoleh melalui berbagai macam cara yang
mencakup keempat hal di atas.
2. Anthropological Approach (Pendekatan Anthropologis)
Pendekatan antropologis menganggap komunikasi nonverbal terpengaruh
oleh kultur atau masyarakat, dan pendekatan ini diwakili oleh dua teori yang dikemukakan
oleh Birdwhistell dan Edward T. Hall.
a. Analogi Linguistik
Dalam teorinya ini Birdwhistell mengasumsikan bahwa komunikasi nonverbal memiliki
struktur yang sama dengan komunikasi verbal. Bahasa distrukturkan atas bunyi dan
kombinasi bunyi yang membentuk apa yang kita sebut kata. Kombinasi kata dalam suatu
konteks akan membentuk kalimat, dan berikutnya kombinasi kalimat akan membentuk
paragraf. Birdwhistell mengemukakan bahwa hal yang sama terjadi dalam konteks
nonverbal, yaitu terdapat `bunyi nonverbal' yang disebutallokines (satuan gerakan tubuh
terkecil yang sering kali tidak dapat dideteksi). Kombinasi allokines akan membentuk
trines dalam suatu bentuk yang serupa dengan bahasa verbal, yang dalam teori ini disebut
sebagai analogi linguistik.

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


13 Team Teaching Komunikasi Bisnis
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Teori ini mendasarkan penjelasannya pada enam asumsi sebagai berikut.
 Terdapat tingkat Baling ketergantungan yang tinggi antara kelimaindera
manusia, yang bersama-sama dengan ungkapan verbal akan membentuk
`infracommunicational system'.
 Komunikasi kinesic berbeda antarkultur dan bahkan antara mikrokultur.
 Tidak ada simbol bahasa tubuh yang universal.
 Prinsip-prinsip pengulangan (redundancy) tidak terdapat pada
perilaku kinesic.
 Perilaku kinesic lebih primitif dan kurang terkendali dibanding komunikasi
verbal.
 Kita harus membandingkan tanda-tanda nonverbal secara berulang-ulang
sebelum kita dapat memberikan interpretasi yang akurat.
Keenam prinsip yang mendasari analogi linguistik ini pada dasarnya menyatakan
bahwa kelima indera kita berinteraksi atau bekerja bersama- sama untuk menciptakan
persepsi, dan dalam setiap situasi, satu atau lebih indera kita akan mendominasi
indera lainnya. Menurut Birdwhistell, perilaku kinesic bersifat unik bagi tiap kultur
atau subkultur, sehingga perbedaan individu dalam komunikasi nonverbal merupakan
fungsi kultur atau subkultur di mana individu tersebut berada. Oleh karenanya, kultur
harus diperhitungkan dalam studi tentang komunikasi nonverbal.
Prinsip ketiga menegaskan kembali bahwa perilaku nonverbal lebih banyak diperoleh
sebagai hasil belajar daripada faktor genetik yang diturunkan antar generasi. Dia juga
menganggap bahwa komunikasi nonverbal lebih bersifat melengkapi komunikasi
verbal dari pada mengulang atau menggantikannya, yaitu keduanya bekerja bersama-
sama dalam menghasilkan makna. Dan akhirnya, karena komunikasi nonverbal tidak
selalu dilakukan secara sadar dan lebih bersifat primitif, kita cenderung untuk
melupakan apa yang kita 'katakan' secara nonverbal.
Selanjutnya Birdwhistell menjelaskan bahwa fenomena parakinesic (yaitu kombinasi
gerakan yang dihubungkan dengan komunikasi verbal) dapat dipelajari melalui
struktur gerakan. Struktur ini mencakup tiga faktor yaitu: intensitas dari tegangan
yang tampak dari otot, durasi dari gerakan yang tampak, dan luasnya gerakan. Dari
faktor-faktor ini kita dapat mengenal isi berbagai klasifikasi gerakan/perilaku yang
meliputi allokine, kine, kineme (pengelompokan kine yang artinya menyerupai suatu
`kata' dalam bahasa), dan kinemorpheme (yang menyerupai kalimat dalam konteks
bahasa). Jadi

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


13 Team Teaching Komunikasi Bisnis
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
kita dapat menganalisis komunikasi nonverbal seperti jika kita melakukannya pada
komunikasi verbal, namun kita mengganti unit analisisnya dari `bunyi dan kata'
menjadi `gerak dan gerakan'.
b. Analogi kultural
Analogi kultural yang dikemukakan oleh Edward T. Hall membahas komunikasi
nonverbal dari aspek proxemics dan chronemics. Teori Hall mengenai proxemico
(sebagian telah dibahas pada Kegiatan Belajar 2)mengacu kepada penggunaan "ruang"
sebagai ekspresi spesifik dari kultur. Teori Hall mencakup batasan-batasan mengenai
ruang yang disebutnya sebagai lingkungan (artifactual), teritorial, dan personal. Lebih
lanjut dia mengemukakan adanya tiga jenis ruang, masing-masing dengan norma dan
ekspektasi yang berbeda, yaitu: informal space, ruang terdekat yang mengitari kita
(personal space); fixed feature space' yaitu benda di lingkungan kita yang relatif sulit
bergerak atau dipindahkan seperti rumah, tembok, dan sebagainya; dan
`semifixed feature space', yaitu barang-barang yang dapat dipindahkan yang berada dalam
fixed-feature space.
Salah satu aspek terpenting dari teori Hall adalah kajiannya mengenai preferensi
dalam personal space. Menurutnya, preferensi ruang seseorang ditentukan oleh delapan
faktor yang saling terkait yang ditemukan dalam tiap kultur. Pertama adalah, jenis
kelamin dan posisi dari orang yang sating berinteraksi, yaitu lelaki atau perempuan, dan
apakah mereka duduk, berdiri, dan sebagainya. Kedua, sudut pandangan atau "angle"
yang terbentuk oleh bahu dan dada/punggung dari orang yang berkomunikasi (faktor
sociofugal-sociopetal axis). Ketiga, posisi badan ketika berkomunikasi yang berada dalam
jarak sentuhan (faktor kinesthetic). Keempat, sentuhan dan jenis sentuhan (faktor
zero- proxemic). Kelima, frekuensi dan cara-cara kontak mata (faktor visual code).
Keenam, persepsi tentang panas tubuh yang dapat dirasakan ketika berinteraksi (faktor
thermal code). Ketujuh, odor atau bau yang tercium ketika berinteraksi (faktor olfactory
code). Delapan, kerasnya atau volume suara dalam interaksi (faktor voice loudness).
Dalam analisisnya mengenai chronemics atau waktu sebagai salah satu tanda
nonverbal, Hall mengemukakan bahwa norma-norma waktu ditemukan dalam berbagai
kultur dalam bentuknya yang berbeda-beda. Waktu memiliki apa yang disebut dengan
`formal time, 'informal time , dan 'technical time' Formal time mencakup susunan dan
siklus, memiliki nilai, memiliki durasi dan kedalaman. Informal time biasanya
didefinisikan secara lebih longgar dalam

kultur, dan bekerja pada tataran psikologis atau sosiologis, serta diungkapkan

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


15 Team Teaching Komunikasi Bisnis
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
melalui individu atau kelompok. Penggunaannya dapat berupa ungkapan
`sebentar lagi', `nanti', atau `sekarang'. Sedangkan technical time menggambarkan
penggunaan waktu secara lebih spesifik, seperti `kilometer perjam', `tahun matahari' atau
`meter per detik'.
3. Functional Approach (Pendekatan Fungsional)
Pendekatan fungsional memandang komunikasi nonverbal sebagai bertujuan dan dibatasi oleh
suatu kerangka waktu tertentu. Ini berbeda dari pendekatan ethologis di mana komunikasi
nonverbal dipandang sebagai suatu proses evolusi yang berkesinambungan dari spesies yang
lebih rendah sampai kepada manusia. Ini juga berbeda dari pendekatan antropologis di mana
fungsi tertentu dapat terjadi dalam setiap kultur. Dalam teori fungsional, norma-norma
kultural dianggap sebagai sesuatu yang telah ada (given) dan diperhitungkan dalam
kerangka waktu sebagai
`variasi kultural'. Persoalan yang muncul dengan pendekatan fungsional adalah bahwa teori-
teorinya mengemukakan sejumlah fungsi yang berbeda, beberapa di antaranya menunjukkan
kesamaan sementara sejumlah lainnya berbeda.
a. Teori metaforis dari Mehrabian
Teori Mehrabian menempatkan perilaku nonverbal ke dalam pengelompokan fungsi. Dia
memandang komunikasi nonverbal berada di antara tiga kontinum, yaitu: dominan-
submisif, menyenangkan tidak menyenangkan, dan mengairahkan tidak menggairahkan.
Perilaku nonverbal dapat ditempatkan pada setiap kontinum dan dianalisis melalui tiga
metafora yang berkaitan dengan kekuasaan dan status, kesukaan, dan tingkat responsif.
Metafora kekuasaan- status men-cerminkan tingkatan di mana perilaku nonverbal
mengkomunikasikan dominasi atau submisi. Metafora kesukaan didasarkan pada
kontinum menyenangkan-tidak menyenangkan, sedangkan metafora responsif didasarkan
pada kontinum menggairahkan-tidak menggairahkan. Hampir setiap pesan nonverbal
dapat dianalisis oleh setiap fungsinya dan diinterpretasikan dari satu atau kombinasi
fungsi-fungsi tersebut. Misalnya senyuman dapat mengindikasikan adanya kesenangan,
kegairahan dan kesukaan. Teori Mehrabian dapat diterapkan pada semua komunikasi
nonverbal, meskipun paling sesuai untuk diterapkan pada penandaan kinesic, para
language, sentuhan danjarak/ruang.
b. Teori Equilibrium
Michael Argyle dan Janet Dean mengemukakan suatu teori komunikasi nonverbal
yang didasarkan pada suatu metafora keintiman-ekuilibrium. Mereka mengemukakan
bahwa seluruh interaksi dibatasi dalam konflik antara kekuatan-

kekuatan penarik dan penolak. Kekuatan yang menarik dan mendorong antara

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


16 Team Teaching Komunikasi Bisnis
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
satu orang dengan orang lainnya cenderung untuk menyeimbangkan suatu hubungan.
Kekuatan tersebut dijumpai dalam perilaku nonverbal yang berkaitan dengan pendekatan
(jarak yang lebih dekat, kontak mata yang lebih banyak, sentuhan dan gerakan tubuh yang
lebih sering) dan penghindaran (jarak yang lebih jauh, kurangnya kontak mata, dan
jarangnya sentuhan dan gerakan tubuh). Lebih lanjut Argyle dan Dean mengemukakan
bahwa ketika kita berinteraksi, kits mengalami atau menggunakan seluruh saluran
komunikasi yang ada, dan suatu perubahan dalam satu saluran nonverbal akan
menghasilkan perubahan pada saluran lainnya sebagai kompensasi.
c. Teori fungsional dari Patterson
Patterson mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal memiliki lima fungsi, yaitu:
memberikan informasi, mengekspresikan keintiman, mengatur interaksi, melaksanakan
kontrol sosial, dan membantu pencapaian tujuan. Memberikan informasi antara lain
membiarkan seseorang mengerti tentang perasaan kita. Mengekspresikan keintiman dapat
dilakukan melalui sentuhan. Pengaturan interaksi antara lain mengatur giliran berbicara
dalam percakapan. Melaksanakan kontrol sosial digunakan ketika kits mengekspresikan
pandangan. Membantu pencapaian tujuan biasanya bersifat impersonal, misalnya
sentuhan yang terjadi ketika seorang penata rambut sedang menata rambut kita.
d. Teori Fungsional Komunikatif
Teori yang dikemukakan oleh Burgoon ini memfokuskan kepada `kegunaan, motif, atau
hasil dari komunikasi'. Teori ini menjelaskan peran yang dimiliki oleh komunikasi
nonverbal terhadap hasil komunikasi, seperti persuasi dan desepsi (pengelabuan). Dengan
demikian teori ini telah mengalihkan perhatian dari suatu pemahaman mengenai
bagaimana cara kerja komunikasi nonverbal, kepada apa yang dilakukan komunikasi
nonverbal. Burgoon mengemukakan terdapat sedikitnya sembilan fungsi, dari komunikasi
emosional sampai pemrosesan informasi dan pemahaman. Teori ini memandang suatu
inisiatif untuk berinteraksi sebagai bersifat multi fungsional dan sebagai suatu bagian
penting dari proses komunikasi. Jadi fokusnya bukan sekedar pada apa yang ditampilkan
oleh perilaku nonverbal, tetapi juga pada hubungan antara perilaku tersebut dengan
tujuan-tujuan yang ada di baliknya.
LATIHAN
Siswa mempersiapkan diri untuk melakukan presentasi dengan tema yang paling disukai,
mempersiapkannya secara tertulis dan mempresentasikan bahan yang telah disiapkan untuk
ditampilkan secara online.

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


17 Team Teaching Komunikasi Bisnis
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
1. Jelaskan komunikasi non verbal !
2. Jelaskan Teori Fungsional Komunikatif !
3. Beri contoh bagaimana pengaturan letak kursi dan meja dapat mengkomunikasikan sesuatu !
4. Apa yang dimaksud dengan logo ? jelaskan bagaimana logo dapat digunakan sebagai
komunikasi non verbal !
5. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi arti komunikasi non verbal !
DAFTAR PUSTAKA

Pratminingsih, Sri Astuti. 2006. Komunikasi Bisnis. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Aditiawarman. 2002. Komunikasi Bisnis, Buku Ajar. ARS Internasional.
Thill, Jhon V and Courtland L. Bovee. 2003. Business Communication. Nrw York: Mc GrawHill Inc.
Penrose, Jhon M; Rsberry Robert W. 2004. Business Communication for Manager.
Knapp, Mark L. Non Verbal Communication in Human Interaction, Holt Rinehart and Watson.
Morrisan dan Andy Corry Wardhany, Teori Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009. Richard West
dan Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi,
Jakarta: Salemba Humanika, 200).
Widyo Nugroho, Modul Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal.
Faisal Wibowo . Komunikasi Verbal dan Nonverbal. 2010
Ani Atih. Komunikasi Verbal dan Nonverbal dalam Hubungan Interpersonal. Universitas Negeri
Jakarta , 2015

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


18 Team Teaching Komunikasi Bisnis
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai