Makalah Farmokologi Pemberian Obat Inhalasi-1
Makalah Farmokologi Pemberian Obat Inhalasi-1
INHALASI
Disusun Oleh :
P1337421022085
Dosen Pengampu :
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah farmakologi. Makalah ini berisikan tentang
PEMBERIAN OBAT INHALASI diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III
A.Simpulan......................................................................................................................................10
B. Saran.............................................................................................................................................10
3
BAB I
PENDAHULUAN
Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat
kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat
proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Obat harus sesuai dosis agar efek
terapi atau khasiatnya bisa kita dapatkan.
Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksud untuk peningkatan keamanan dan
ketepatan penggunaan distribusi yang terdiri dari obat bebas,obat keras, psikotropika
dan narkotika, obat bebas terbatas yang akan dibahasUntuk mengawasi penggunaan
obat oleh rakyat serta untuk menjaga keamanan penggunaannya, maka pemerintah
menggolongkan obat. Serta untuk melihat penggunaan obat bisa dilihat dari indikasi
dan kontraindikasi serta efek samping obat secara mendetail pada pembahasan
selanjutnya.
4
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas dari
saluran napas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama cepatnya
dengan efek yang di hasilkan oleh pemberian obat secara intravena. Cara pemberian ini
di gunakan untuk obat-obat berupa gas (misalnya, beberapa obat anestetik) atau obat
yang dapat di dispersi dalam suatu eorosol. Rute tersebut terutama efektif untuk
penderita-penderita dengan keluhan- keluhan pernapasan misalnya, asma atau
penyakit paru obstruktif kronis karena obat yang diberikan langsung ketempat kerjanya
efek samping sistemik minimal.Obat diberikan dengan inhalasi akan terdispersi melalui
aerosol semprot, asap atau bubuk sehingga dapat masuk ke saluran napas. Jaringan
alverokapiler menyerap obat dengan cepat. Inhaler dosis terukur (metered-dose
inhaler/MDI) dan inhaler bubuk kering (Dry Power Inhaler/DPI) biasanya memiliki
efek local seperti dilate bronkus. Namun, beberapa obat dapat menyebabkan efek
sistemik yang serius. Yang menerima obat melalui inhalasi biasanya memiliki penyakit
pernapasan kronis seperti asma kronis, emfisema, atau bronchitis masing-masing
masalah pernapasan memerlukan obat inhalasi yang berbeda. Sebagai contoh, klien
dengan asma biasanya menerima obat anti imflamasi karena asma merupakan penyakit
imflamasi sementara klien dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) menerima
brokoladilator karena biasanya mereka memiliki masalah dengan bronkokostriks.
Beberapa inhaler mengandung kombinasi dari obat “darurat” dan “perbaikan”
(capriotti, 2005).
6
B. MACAM-MACAM JENIS INHALASI
Pemakaian alat perenggang (spacer) mengurangi deposisi (penumpukan) obat dalam
mulut (orofaring), sehingga mengurangi jumlah obat yang tertelan, dan mengurangi
efek sistemik. Deposisi (penyimpanan) dalam paru pun lebih baik, sehingga didapatkan
efek terapeutik (pengobatan) yang baik. Obat hirup dalam bentuk bubuk kering (DPI =
Dry Powder Inhaler) seperti Spinhaler, Diskhaler, Rotahaler, Turbuhaler, Easyhaler,
Twisthaler memerlukan inspirasi (upaya menarik/menghirup napas) yang kuat.
Umumnya bentuk ini dianjurkan untuk anak usia sekolah.
7
Pengobatan asma harus dilakukan secara tepat dan benar untuk mengurangi gejala
yang timbul. Pengobatan asma memerlukan kerja sama antara pasien, keluarga, dan
dokternya. Oleh karena itu pasien asma dan keluarganya harus diberi informasi lengkap
tentang obat yang dikonsumsinya; kegunaan, dosis, aturan pakai, cara pakai dan efek
samping yangmungkin timbul. Pasien hendaknya juga menghindari faktor yang menjadi
penyebab timbulnya asma. Selain itu, pasien harus diingatkan untuk selalu membawa
obat asma kemanapun dia pergi, menyimpan obat-obatnya dengan baik, serta mengecek
tanggal kadaluarsa obat tersebut. Hal ini perlu diperhatikan agar semakin hari kualitas
hidup pasien semakin meningkat.
3. Nebulizer
Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol secara
terus menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang
ultrasonik sehingga dalam prakteknya dikenal 2 jenis alat nebulizer yaitu ultrasonic
nebulizer dan jet nebulizer. Hasil pengobatan dengan nebulizer lebih banyak
bergantung pada jenis nebulizer yang digunakan. Nebulizer yang dapat menghasilkan
partikel aerosol terus menerus ada juga yang dapat diatur sehingga aerosol hanya
timbul pada saat penderita melakukan inhalasi sehingga obat tidak banyak terbuang.
Keuntungan terapi inhalasi menggunakan nebulizer adalah tidak atau sedikit
memerlukan koordinasi pasien, hanya memerlukan pernapasan tidal, beberapa jenis
obat dapat dicampur (misalnya salbutamol dan natrium kromoglikat). Kekurangannya
adalah
karena alat cukup besar, memerlukan sumber tenaga listrik dan relatif mahal.
PROSEDUR PERAWATAN DENGAN NEBULIZER
1. Letakkan kompresor udara pada permukaan yang mendukung untuk beratnya.
Lepaskan
selang dari kompresor.
2. Sebelum melakukan perawatan ini, cuci tangan terlebih dahulu dengan subun
kemudian keringkan.
3. Hati-hati dalam menghitung pengobatan secara tepat sesuai dengan perintah dan
letakkan
dalam tutup nebulizer.
4. Pasang atau gunakan tutup nebulizer dan masker atau sungkup.
5. Hubungkan pipa ke kompresor aerosol dan tutup nebulizer.
6. Nyalakan kompresor untuk memastikan alat tersebut bekerja dengan baik.
7. Duduk dalam posisi tegak baik dalam pangkuan atau kursi.
8. Apabila menggunakan masker, letakkan dalam posisi yang tepat dan nyaman pada
bagian
wajah.
9. Apabila menggunakan (mouthpiece) letakkan secara tepat antara gigi dan lidah.
10. Bernapaslah secara normal lewat mulut. Secara periodic ambil napas dalam dan
tahan
selama 2 sampai 3 detik sebelum melepaskan napas
11. Lanjutkan perawatan ini sampai obat habis ( antara 9 sampai 10 menit).
12. Apabila pasien merasa pusing atau gelisah, hentikan perawatan dan istirahat selama
kurang lebih 5 menit.
8
C. KONTRAINDIKASI DAN INDIKASI PEMBERIAN OBAT INHALASI
INDIKASI
a. Asma Bronkialis
b. Penyakit Paru Obstruksi Kronik
c. Sindroma Obstruksi Post TB
d. Mengeluarkan dahak
KONTRAINDIKASI
a. Hipertensi
b. Takikardia
c. Riwayat alergi
d. Trakeostomi
e. Fraktur di daerah hidung, maxilla, palatum oris
f. Kontraindikasi dari obat yang digunakan untuk nebulisasi
9
4) Mencuci tangan
5) Kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.
1. Kelebihan
Efek langsung ke target pengobatan di saluran pernafasan
Lebih efektif untuk dapat mencapai konsentrasi tinggi di jalan napas
Efek sistemik minimal atau dihindarkan (tidak ada nyeri akibat injeksi)
Beberapa obat hanya dapat diberikan melalui inhalasi, karena tidak terabsorpsi
pada pemberian oral (antikolinergik dan kromolin)
Waktu kerja bronkodilator lebih cepat bila diberikan inhalasi daripada oral.
Relatif kecil, ringan, dan mudah dibawa dalam tas, saku, atau koper
Relatif mudah digunakan dengan petunjuk yang benar.
2. Kekurangan
Sulit bagi beberapa orang untuk berkoordinasi, terutama anak kecil,cacat mental,
dan orang usia tua (lansia).
Ukuran relatif kecil, mudah dibawa, dan relatif mudah hilang. Olehkarena itu
terkadang sulit untuk ditemukan pada saat dibutuhkan secara mendadak (misal:
saat terjadi perburukan serangan asma).
Membutuhkan aliran inspirasi tertentu untuk menggerakkan obatobatan,
membuat kurang ideal pada saat perburukan gejala (seperti pada asma atau
PPOK).
10
BAB III
3.1 Kesimpulan
Inhalasi adalah alat pengobatan dengan cara memberi obat untuk dihirup agar dapat
langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya. Alat ini biasanya
digunakan dalam proses perawatan penyakit saluran pernapasan yang akut maupun
kronik, misalnya pada penyakit asma. Inhalasi adalah pengobatan dengan cara
memberikan obat dalam bentuk uap kepada klien langsung melalui alat pernapasannya
(hidung ke paru-paru). Inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati
permukaan luas dari saluran napas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek
hampir sama cepatnya dengan efek yang di hasilkan oleh pemberian obat secara
intravena. Cara pemberian ini di gunakan untuk obat-obat berupa gas (misalnya,
beberapa obat anestetik) atau obat yang dapat di dispersi dalam suatu eorosol. Rute
tersebut terutama efektif untuk penderita-penderita dengan keluhan- keluhan
pernapasan misalnya, asma atau penyakit paru obstruktif kronis karena obat yang
diberikan langsung ketempat kerjanya efek samping sistemik minimal.Obat diberikan
dengan inhalasi akan terdispersi melalui aerosol semprot, asap atau bubuk sehingga
dapat masuk ke saluran napas. Jaringan alverokapiler menyerap obat dengan cepat.
Inhaler dosis terukur (metered-dose inhaler/MDI) dan inhaler bubuk kering (Dry
Power Inhaler/DPI) biasanya memiliki efek local seperti dilate bronkus.
3.2 Saran
Saran dari penulis Bijaklah dalam menggunakan obat-obatan, dan menggunakannya
secara baik dan benar. Penulis juga sadar dan megakui,masih banyak kesalahan dan
kekurangan yang harus ditutupi. Oleh karena itu,penulis dengan lapang dada menerima
kritik dan saran dari pembaca guna dan tujuan untuk memperbaiki dan melengkapi apa
yang kurang di makalah ini. Kebenaran dan keasihan hanya milik Allah dan Rasul-Nya,
kesalahan dan kekhilafan itu semua datang dari penulis yang sedang belajar.
11
DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI, 2007, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Ditjen
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta.
Indijah, S.W., Fajri, P. 2016. Bahan Ajar Cetak Farmakologi. Kemenkes RI,
Jakarta
Saridoktermuda.2011.InhalationDevice.https://saridoktermuda.wordpress.com/2011/
06/14/ (Diakses tanggal 7 April 2023)
https://id.scribd.com/doc/280832546/Sop-Inhalasi-Nebulizer
12