Anda di halaman 1dari 65

PERATURAN KAPOLRI

No. 1/2009
PENGGUNAAN KEKUATAN
DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN
Program Pelatihan Perkap 01/2009

2/23/2009 1
Tujuan Program
 Penggunaan Kekuatan

 Untuk memberikan panduan dalam tindakan

kepolisian yang memerlukan penggunaan kekuatan,

untuk menghindari penggunaan kekuatan yang


berlebihan dan tidak bertanggung jawab.

 Untuk membuat Mekanisme Penegakan Peraturan

Penggunaan Kekuatan.

2/23/2009 2
Definisi Penggunaan Kekuatan
Penggunaan Kekuatan adalah segala penggunaan/
pengerahan daya, potensi atau kemampuan anggota
Polri dalam rangka melaksanakan tindakan
kepolisian.
( Bab I, Pasal 1 )

2/23/2009 3
■ Penggunaan kekuatan harus sesuai dengan

tingkat ancaman dan harus seimbang dan


meminimalkan resiko luka/korban di pihak
masyarakat, resiko kerusakan harta benda,
benda-benda budaya, dan lingkungan alam.

2/23/2009 4
Tujuan Penggunaan Kekuatan :

 Mencegah, menghambat, atau menghentikan


tindakan pelaku kejahatan atau tersangka yang
sedang berupaya atau sedang melakukan tindakan
yang bertentangan dengan hukum; atau

2/23/2009 (Bab 1, Pasal 4, Ayat 2)


Tujuan Penggunaan Kekuatan

■ Mencegah pelaku kejahatan atau


tersangka melarikan diri atau melakukan
tindakan yang membahayakan anggota
Polri atau masyarakat;

2/23/2009 (Bab 1, Pasal 4, Ayat 2)


Tujuan Penggunaan Kekuatan
 Melindungi diri atau masyarakat dari ancaman atau
perbuatan pelaku kejahatan atau tersangka yang
dapat menimbulkan luka parah atau mematikan; atau

2/23/2009 (Bab 1, Pasal 4, Ayat 2)


Tujuan Penggunaan Kekuatan
 Melindungi kehormatan kesusilaan atau harta benda
diri sendiri atau masyarakat dari serangan yang
melawan hak dan/atau mengancam jiwa manusia.

(Bab 1, Pasal 4, Ayat 2)


2/23/2009
Anggota polisi harus, jika sesuai,

mempertimbangkan penggunaan
alternatif-alternatif, misalnya mengelabui,
cara-cara yang tidak mematikan, metoda-
metoda psikologis dan negosiasi.

2/23/2009 9
Tiap Kekuatan Harus Dibatasi

■ Baik intensitas maupun lamanya, untuk


mencapai tujuan yang sah secara hukum.
■ Situasi yang sangat mendesak secara
operasional dapat menyebabkan
penggunaan kekuatan dengan segera.

2/23/2009 10
Enam Prinsip Penggunaan Kekuatan

 Legalitas

 Nesesitas

 Proporsionalitas

 Kewajiban Umum

 Preventif

 Masuk Akal (Reasonable )

2/23/2009 11
Legalitas
 Penggunaan kekuatan harus sesuai dengan hukum
yang berlaku.
 Penggunaan kekuatan harus digunakan hanya untuk
mencapai tujuan penegakan hukum yang sah dan
tidak bertentangan dengan hukum.

2/23/2009 12
Nesesitas
 Penggunaan kekuatan dapat dilakukan bila memang
diperlukan dan tidak dapat dihindarkan berdasarkan
situasi yang dihadapi.
 Satu tingkat kekuatan tertentu digunakan ketika
semua cara yang lebih rendah telah
dipertimbangkan atau telah dicoba.

2/23/2009 13
Proporsionalitas
Penggunaan kekuatan harus dilaksanakan
secara seimbang antara ancaman yang
dihadapi dan tingkat kekuatan atau respon
anggota Polri, sehingga tidak menimbulkan
kerugian/korban/penderitaan yang berlebihan.

2/23/2009 14
Kewajiban Umum
 Anggota Polri diberi kewenangan untuk bertindak
atau tidak bertindak menurut penilaian sendiri, untuk
menjaga, memelihara ketertiban dan menjamin
keselamatan umum.

2/23/2009 15
Preventif
■ Tindakan kepolisian mengutamakan
pencegahan.

2/23/2009 16
Masuk Akal (Reasonable )
 Tindakan kepolisian diambil dengan
mempertimbangkan secara logis situasi dan kondisi
dari ancaman atau perlawanan pelaku kejahatan
terhadap petugas atau bahayanya terhadap
masyarakat.

■ Jumlah kekuatan harus masuk akal dan


diperlukan untuk menangani kekuatan yang
digunakan terhadap orang lain dan tidak
berlebihan, menurut seseorang yang berpikiran
masuk akal dan hati-hati.

2/23/2009 17
Prioritas Keselamatan
Keselamatan siapa yang
Diprioritaskan Ketika ada
Kejadian Penggunaan
Kekuatan?

2/23/2009 18
Prioritas Keselamatan
KORBAN dan Anggota Masyarakat Lainnya

ANGGOTA POLRI

TERSANGKA

2/23/2009 19
. Fakta-fakta atau situasi-situasi yang
tidak diketahui oleh anggota Polri
bersangkutan saat kejadian
penggunaan kekuatan, tidak boleh
dijadikan pertimbangan dalam
menentukan kemudian apakah
kekuatan yang telah digunakan
dibenarkan atau tidak.

2/23/2009 20
Ketika anggota Polri
menggunakan kekuatan,
kekuatan tsb. haruslah
merupakan respon terhadap
perilaku atau tindakan
tersangka!

2/23/2009 21
Respon
 Definisi
 Respon adalah kekuatan yang digunakan oleh anggota
Polri untuk mempengaruhi atau menetralisir tindakan-
tindakan fisik yang melanggar hukum yang dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok orang, atau sebuah
tindakan yang dilakukan oleh anggota Polri untuk
mengendalikan suatu situasi.
 Potensi cedera/luka fisik pada orang yang terlibat
semakin besar dengan meningkatnya tingkat respon
yang digunakan.

2/23/2009 22
Tindakan/Perlawanan Pasif
■ Perlawanan pasif
adalah tindakan yang dilakukan oleh satu atau lebih
orang yang tidak mencoba menyerang, tetapi perilaku
mereka mengganggu atau dapat mengganggu ketertiban
atau keselamatan masyarakat, dan tidak mengindahkan
perintah anggota Polri untuk menghentikan perilaku
tersebut.

2/23/2009 23
Apa respon polisi terhadap
tindakan/perlawanan pasif
yang ditunjukkan tersangka?

2/23/2009 24
Kekuatan Tingkat Satu
 Kekuatan yang memiliki dampakdeterrent /pencegahan.
 Tidak berpotensi menimbulkan cedera/luka fisik.
 Diterapkan dengan bentuk kehadiran anggota Polri, yang
dapat diketahui melalui (Bab II, Pasal 6):
▪ Seragam Polisi atau rompi atau jaket bertuliskan “POLISI”
▪ Kendaraan bertanda POLRI;
▪ Lencana kewenangan Polri; atau
▪ Identifikasi lisan dengan meneriakkan kata “POLISI”.

2/23/2009 25
Kekuatan Tingkat Dua
Perintah Lisan
 Tidak berpotensi menimbulkan cedera/luka fisik.

 Kebanyakan situasi dapat diselesaikan melalui


keterampilan-keterampilan komunikasi atau arahan lisan
yang efektif.
 Dalam konfrontasi lisan, rasa takut dan amarah harus
diredam terlebih dahulul sebelum orang tersebut dapat
memahami perintah anggota Polri.

2/23/2009 26
Kekuatan Tingkat Dua
Ini menuntut adanya keterampilan komunikasi
efektif dan kesabaran.
 Sikap profesional dan percaya diri dalam
menggunakan perintah lisan membuat
.
pengendalian situasi menjadi jauh lebih mudah
Pada setiap tahapan penggunaan kekuatan yang
dilakukan dapat diikuti dengan komunikasi lisan/
ucapan dengan cara membujuk, memperingatkan
dan memerintahkan untuk menghentikan tindakan
pelaku kejahatan atau tersangka (Bab II, Pasal 7, ayat
(1)).
(Bab II, Pasal 7, Ayat (1))
2/23/2009 27
Kekuatan Tingkat Tiga
Kendali Tangan Kosong Lunak
Sangat kecil kemungkinannya menyebabkan luka/
cedera fisik

 Banyak teknik kendali yang dapat digolongkan


sebagai Kendali Tangan Kosong Lunak.

 Teknik kendali tangan kosong lunak dapat digunakan


juga untuk tingkat perlawanan lainnya.

2/23/2009 28
Kekuatan Tingkat Tiga
 Sebagian teknik ini bisa berupa sesuatu yang ringan
seperti gerakan-gerakan untuk membimbing orang
dengan lembut hingga teknik-teknik yang lebih
Clamp
dinamis, seperti teknik kuncian “ ”.

2/23/2009 29
Kekuatan Tingkat Tiga
 Teknik-teknik Tangan Kosong Lunak terdiri dari:
 Kendali-kendali persendian/kuncian

 Teknik-teknik pengawalan/membawa

2/23/2009 30
Tindakan/Perlawanan Aktif
 Tindakan/perlawanan Aktif adalah sebuah tindakan
oleh seseorang atau sekelompok orang yang
berupaya untuk melepaskan diri atau melarikan diri
dari anggota Polri tanpa menunjukakn upaya untuk
menyerang anggota Polri.

2/23/2009 31
Apa respon polisi terhadap
tindakakan/perlawanan aktif
tersangka?

2/23/2009 32
Kekuatan Tingkat Empat
 Kendali Tangan Kosong Keras
Potensi menimbulkan Luka/Cedera Fisik adalah: SEDANG
 Tingkat kekuatan ini adalah untuk tingkat-tingkat perlawanan
yang lebih tinggi
 Digunakan ketika bentuk kendali yang lebih rendah telah
gagal atau tidak dapat diterapkan karena tingkat
perlawanan pelaku dianggap berada pada tingkat yang
membahayakan.

2/23/2009 33
Kekuatan Tingkat Empat
Penggunaan teknik-teknik ini dapat menyebabkan
luka/cedera ringan terhadap pelaku/tersangka;
tetapi luka/cedera tersebut jauh lebih baik dibanding
jika tingkat kekuatan lebih tinggi digunakan.
Teknik-teknik kendali tangan kosong keras meliputi
teknik-teknik yang menggunakan kepalan tangan,
lengan bawah, tungkai kaki, atau kaki.

2/23/2009 34
Kekuatan Tingkat Empat
 Titik-titik sasaran yang disarankan adalah bagian
tubuh yang memiliki banyak massa otot, seperti
tungkai kaki, lengan, dan pundak.
 Jika dilakukan dengan benar, pukulan-pukulan ini
akanmenimbulkan gelombang kejtu alir (keram otot),
sehingga menghambat aksi otot.
 Petugas mungkin perlu memukul bagian-bagian tubuh
yang menimbulkan potensi cedera lebih besar,
misalnya di persendian atau yang ada tulangnya.

2/23/2009 35
Tindakan/Perlawanan Agresif
 Tindakan/perlawanan agresif adalah suatu tindakan
oleh seseorang atau sekelompok orang untuk
menyerang anggota Polri, harta benda atau
kehormatan kesusilaan.

2/23/2009 36
Apa respon polisi terhadap
tindakan/perlawanan
agresif tersangka ?

2/23/2009 37
Kekuatan Tingkat Lima
 Kendali menggunakan Senjata Tumpul/Senjata
Berbahan Kimia dan peralatan standar Polri lainnya.
 Berpotensi besar menyebabkan luka/cedera fisik
ringan

2/23/2009 38
Kekuatan Tingkat Lima
 Peraturan memberi kewenangan untuk membawa
dan menggunakan tongkat kepolisian (T & lainnya
yang diwenangkan): Alat pemukul bentuk lain tidak
diperbolehkan untuk dibawa.

 Anggota Polri harus mendapat sertifikasi


penggunaan tongkat kepolisian.

2/23/2009 39
Kekuatan Tingkat Lima
 Senjata tingkat menengah ini dapat digunakan dalam
konfrontasi yang melibatkan kekerasan fisik dimana
tingkat kekuatan yang lebih tinggi tidak diperlukan atau
tidak sesuai, dan tingkat kekuatan yang lebih rendah
tidak sesuai dan tidak efektif.

 Tongkat kepolisian tidak boleh digunakan untuk


memukul seseorang yang sudah ditangkap dan sudah
dapat dikendalikan.

2/23/2009 40
Kekuatan Tingkat Lima
 Tingkat kekuatan ini mencakup penggunaan alat
kendali atau penahan apa saja yang diperbolehkan
oleh Polri yang diharapkan tidak akan mematikan jika
digunakan secara benar.
 Dibenarkan jika petugas meyakini dia tidak dapat
mengendalikan situasi tanpa penggunaan senjata
tingkat menengah.

2/23/2009 41
Kapan polisi dapat
menggunakan kekuatan
tingkat 6 (Enam)?

2/23/2009 42
Ketika anggota Polri atau orang
lain yang tidak bersalah berada
dalam ancaman segera luka
parah atau kematian.

2/23/2009 43
Kekuatan
Tingkat Enam
 Tingkat kekuatan ini digunakan ketika tindakan
atau perilaku pelaku kejahatan atau tersangka
dapat secara segera menyebabkan luka parah
atau kematian anggota Polri atau anggota
masyarakat;

2/23/2009 Chapter II, Article 8, paragraph (1) 44


Kekuatan
Tingkat Enam
■ Ketika anggota Polri tidak memiliki alternatif lain yang
masuk akal untuk menghentikan tindakan pelaku
kejahatan atau tersangka tersebut;

■ Ketika anggota Polri sedang mencegah larinya pelaku


kejahatan atau tersangka yang merupakan ancaman
segera terhadap jiwa anggota Polri atau masyarakat.

2/23/2009 45
Kekuatan Tingkat Enam
Tingkat Enam HANYA dibenarkan ketika kekuatan
tersebut merupakan SATU-SATUNYA pilihan yang
tersedia bagi anggota Polri, dan kekuatan tersebut
secara beralasan dan masuk akal memiliki
kemungkinan untuk “menghentikan” tindakan
pelaku kejahatan yang menunjukkan ancaman
segera luka parah atau kematian.

2/23/2009 46
Contoh-contoh ancaman :
 Melepas tembakan ke seseorang atau di tempat
yang padat,
 Sengaja menabrakkan mobil ke orang,
 Menusuk orang dengan pisau,
 Mendorong orang ke jalur bus yang tengah lewat
 Membakar stasiun pompa bensin

2/23/2009 47
Kekuatan Tingkat Enam
 Maksud penggunaan kekuatan tingkat enam oleh
anggota Polri tidaklah untuk membunuh, tetapi
sebagai satu-satunya cara yg. masuk akal untuk
“menghentikan” ancaman yg. dapat menimbulkan
luka parah atau kematian yg. ditunjukkan oleh pelaku
kejahatan.

2/23/2009 48
Kekuatan Tingkat Enam
■ Kekuatan ini tidak terbatas hanya pada
penggunaan senjata api, tetapi tindakan apa saja
yg. diambil oleh anggota Polri, yg. secara masuk
akal, akan dapat menghentikan tindakan
tersangka yang dapat menyebabkan luka parah
atau kematian bagi anggota Polri atau anggota
masyarakat.

2/23/2009 49
Penggunaan Senjata Api
Diperbolehkan untuk menggunakan senjata api atau alat
lain tanpa didahului oleh peringatan lisan atau perintah
lisan, untuk menghentikan tindakan tersangka yang
dapat secara segera menimbulkan luka parah atau
kematian anggota Polri atau masyarakat.

2/23/2009 50
Melepaskan Tembakan ke atau
dari Kendaraan Bergerak
Penggunaan senjata api dari dan ke arah kendaraan
bergerak atau kendaraan yang melarikan diri
diperbolehkan, dengan kehati-hatian yang tinggi dan
tidak menimbulkan resiko baik terhadap anggota Polri itu
sendiri atau masyarakat (Bab II, Pasal 9).
 Anggota Polri harus membandingkan keuntungan
melepaskan tembakan dari atau ke arah kendaraan
bergerak dengan resiko luka atau kematian yang dapat
ditimbulkan terhadap orang lain.
 Penggunaan senjata api ke arah kendaraan yang
sedang melarikan diri harus dihindari jika diyakini
bahwa tembakan tersebut akan memunculkan resiko
terhadap anggota Polri atau orang lain.

2/23/2009 51
Matriks Urutan Tingkat Penggunaan Kekuatan

2/23/2009 52
Eskalasi dan De-Eskalasi
Kekuatan
 Anggota Polri harus memilih tingkat kekuatan
berdasarkan tingkat ancaman pelaku kejahatan atau
tersangka dengan memperhatikan prinsip-prinsip
penggunaan kekuatan sebagaimana diberikan di Perkap
No. 1 /2009 (Bab II, Pasal 5, Ayat (2)).

 Tingkat kekuatan/teknik yang digunakan oleh petugas


ditentukan oleh petugas saat itu, berdasarkan tingkat
perlawanan/ancaman tersangka.

 Jika pelaku meningkatkan tingkat perlawanannya, maka


anggota Polri dapat menaikkan (eskalasi) tingkat
kekuatan yang digunakan untuk mengendalikan pelaku.

2/23/2009 53
Eskalasi dan De-Eskalasi
Kekuatan
Sebaliknya, jika pelaku menurunkan atau berhenti
melawan, anggota Polri tersebut harus menurunkan
(de-eskalasi) tingkat kekuatan yang digunakannya.
Anggota Polri tidak diharuskan menggunakan tingkat
kekuatan yang sama persis dengan tingkat perlawanan
yang ditunjukkan pelaku.
Anggota Polri harus menggunakan kekuatan minimum
yang diperlukan untuk menangani dan mengendalikan
perlawanan pelaku yang melanggar hukum.
2/23/2009 54
Tembakan Peringatan
■ Dalam hal tindakan pelaku kejahatan atau
tersangka dapat menimbulkan bahaya
ancaman luka parah atau kematian
terhadap anggota Polri atau masyarakat
atau dapat membahayakan keselamatan
umum dan tidak bersifat segera, anggota
Polri diperbolehkan melepaskan tembakan
peringatan. (Bab VI, Pasal 15, ayat (1)).

2/23/2009 Chapter VI, Article 15, Paragraph (1).


Tembakan Peringatan
Tembakan peringatan harus dilakukansecara aman
beralasan dan masuk akal untuk menghentikan tindakan
pelaku kejahatan atau tersangka, serta tidak
menimbulkan ancaman atau bahaya bagi orang-orang di
sekitarnya. (Bab VI, Pasal 15, ayat (2)).

2/23/2009 - Chapter VI, Article 15, paragraph (1).


Tembakan Peringatan
Tembakan peringatan hanya dapat
dilepaskan ketika anggota Polri tersebut
yakin secara beralasan dan masuk akal
bahwa tembakan peringatan dapat
dilepaskan secara aman, dengan
mempertimbangkan semua situasi yang ada.

2/23/2009 57
Tembakan Peringatan
Pada dasarnya, tembakan peringatan sangat tidak
dianjurkan, kecuali jika tembakan peringatan tersebut
membawa manfaat dalam upaya penegakan hukum dan
dilepaskan secara sangat berhati-hati dengan
mempertimbangkan semua situasi, sebagaimana
disyaratkan oleh Peraturan Kapolri No. 1 Tahun 2009.

2/23/2009 58
Faktor yang Mempengaruhi
Perlawanan Pelaku
 Jumlah dan jenis perlawanan/ancaman akan bervariasi
dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
▪ Umur pelaku
▪ Jenis kelamin pelaku
▪ Kemampuan/keterampilan fisik pelaku
▪ Tingkat kemungkinan keberhasilan perlawanan tsb.
(ukuran tubuh, kekuatan)
▪ Senjata/peralatan yg. Tersedia (tongkat, pisau, pistol)
▪ Alkohol, narkotik, obat
▪ Kondisi mental pelaku
▪ Jumlah pelaku dibandingkan jumlah anggota Polri yang
menangani.
2/23/2009 59
Perlindungan & Bantuan Hukum
(Bab IV, Pasal 12)

 Anggota Polri yang menggunakan kekuatan dalam


pelaksanaan tindakan kepolisian sesuai dengan
prosedur yang berlaku berhak mendapatkan
perlindungan dan bantuan hukum oleh Polri sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku.
 Hak anggota Polri sebagaimana dimaksud di atas
wajib diberikan oleh institusi Polri.

2/23/2009 Chapter IV, Article 12


Pertanggungjawaban
(Bab IV, Pasal 13)
Setiap individu anggota Polri wajib bertanggung
jawab atas pelaksanaan penggunaan kekuatan
dalam tindakan kepolisian yang dilakukannya.

Dalam hal pelaksanaan penggunaan kekuatan


dalam tindakan kepolisian yang didasarkan pada
perintah atasan/pimpinan, anggota Polri yang
menerima perintah tersebut dibenarkan untuk tidak
melaksanakan perintah, bila perintah atasan/
pimpinan bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan.
2/23/2009 Chapter IV, Article 13
Pertanggungjawaban
(Bab IV, Pasal 13)
■ Penolakan pelaksanaan perintah atasan/pimpinan untuk
menggunakan kekuatan dalam tindakan kepolisian
sebagaimana dimaksud di atas harus dapat
dipertanggungjawabkan dengan alasan yang masuk akal.

■ Atasan/pimpinan yang memberi perintah kepada


anggota Polri untuk melaksanakan penggunaan kekuatan
dalam tindakan kepolisian, harus turut bertanggung
jawab atas resiko/akibat yang terjadi sepanjang tindakan
anggota tersebut tidak menyimpang dari perintah atau
arahan yang diberikan.

2/23/2009 62
Pertanggungjawaban
(Bab IV, Pasal 13)
Pertanggungjawaban atas resiko yang
terjadi akibat keputusan yang diambil oleh
anggota Polri ditentukan berdasarkan
hasil penyelidikan/penyidikan terhadap
peristiwa yang terjadi oleh Tim Investigasi.

Tim Investigasi sebagaimana dimaksud


di atas dibentuk sesuai ketentuan yang
berlaku.
2/23/2009 63
Ringkasan
Setelah kejadian penggunaan kekuatan, tidak perduli
bagaimana situasinya, anggota Polri bersangkutan akan
menjelaskan tindakan yang dilakukannya ke atasan, dan
bahkan, jika diperlukan, ke pengadilan.
Oleh sebab itu, anggota Polri harus mampu menjelaskan
kenapa tingkat kekuatan yang digunakan tersebut dapat
dibenarkan.
Penjelasan yang membenarkan penggunaan kekuatan dalam
tindakan kepolisian, sebagaimana dibahas di kelas, harus
diberikan secara jelas, sehingga anggota Polri tidak akan ragu-
ragu lagi ketika dihadapkan pada situasi yang mengharuskan
dia membuat keputusan tersebut di lapangan.

2/23/2009 64
Ringkasan
Akibat dari keragu-raguan atau ketiadaan tindakan
anggota Polri yang disebabkan kurangnya pelatihan,
dapat membahayakan.

Anggota Polri harus melindungi masyarakat dan dirinya


sendiri serta menjalankan fungsinya sebagai anggota
Polri tanpa membahayakan orang lain.

2/23/2009 65

Anda mungkin juga menyukai