884-Article Text-1729-1-10-20170929
884-Article Text-1729-1-10-20170929
ABSTRAK
Kata Kunci: berbagi pengetahuan, teori reasoned action, teori planned behavior
ABSTRACT
This study explores the factors that inhibit the behavior of knowledge sharing – from
behavioral perspective - among minimarket employees in West Java. Behavior intention has
long been found to be significantly associated with actual behavior. So, this research employed
the theory of reasoned action (TRA) and the theory of planned behavior (TPB). In total, 403
responses from employees of minimarket organization in West Java were collected. The
theoritical model was validated within the context of a single empirical study. The finding
provided significant statistical support for the research model, for about 29% of the variance in
the knowledge sharing intention and 36,6% variance in the actual knowledge sharing behavior.
In total, 4 of the 5 hypothesized relationship were supported.
2003; Marquardt, 2002; DeTienne & 2005) yang sulit dikodifikasikan (Raharso,
Jackson, 2001; Staples et al., 2001; Meso 2009a). UKM juga menghadapi tantangan
& Smith, 2000). Kemampuan untuk penggunaan dan penciptaan pengetahuan.
mengelola pengetahuan akan menjadi Ketika teknologi yang bisa digunakan
pekerjaan utama para pekerja-pengetahuan untuk mengelola pengetahuan tumbuh
(Marquardt, 2002). Dalam ekonomi yang dengan pesat, pengetahuan dapat dikoleksi,
berbasis “brain” (knowledge-based disimpan, dan diakses untuk meningkatkan
organization) bukannya “brawn” (otot), kinerja. Akan tetapi, pengetahuan yang
organisasi fokus pada terciptanya aset tersimpan dalam individu pegawai
intelektual yang dihasilkan dari manajemen merupakan aset yang paling berharga,
pengetahuan (Tapscott, 1996). tetapi pengetahuan tersebut jarang
Karena manajemen pengetahuan dibagikan kepada individu yang lain (Hu,
memberikan manfaat yang signifikan bagi 2009: 980). Padahal, fokus dari
organisasi (Yang, 2008), sektor usaha kecil manajemen pengetahuan adalah bagaimana
dan menengah (UKM) juga berbagi pengetahuan untuk menciptakan
mengaplikasikan manajemen pengetahuan “value-added benefits” pada organisasi
(Megdadi et al. 2012; Izaskun et al., 2012; (van den Hooff & Ridder, 2004;
Staplehurst & Ragsdell, 2010; Delahaye, Liebowitz, 2001).
2005; Wong & Aspinwall, 2005; McAdam Tidak mengherankan, semenjak
& Reid, 2001). Kogut & Zander (1992) menyatakan bahwa
UKM memiliki peran dalam kemampuan organisasi dalam mentransfer
membangun perekonomian nasional pengetahuan merupakan raison d’être,
(Hadiyati, 2011). Terbukti, ketika krisis penelitian dalam domain knowledge
ekonomi melanda Indonesia pada 1997, sharing telah menjadi arena yang
UKM merupakan salah satu pilar menjanjikan dalam penelitian manajemen
penyelamat perekomian nasional. Stel dan pengetahuan (dalam Alexopoulos &
Thurik (2004) menyatakan bahwa UKM Monks, 2004). Oleh karena itu, berbagi
memiliki peran dalam peningkatan pengetahuan merupakan faktor terpenting
kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, dalam implementasi manajemen
pembangunan ekonomi pedesaan, serta pengetahuan (van den Hooff & Ridder,
peningkatan ekspor nonmigas. UKM 2004; Mason & Pauleen, 2003; Robertson,
merupakan “driving force” dari 2002).
perekonomian suatu bangsa (Samitowska, Salah satu bentuk bisnis UKM
2011). adalah bisnis ritel atau eceran; berupa pasar
UKM mengadopsi manajemen modern dalam format minimarket. Menurut
pengetahuan dalam rangka memenangkan Ardiansyah et al. (2013a: 3), bisnis ritel
persaingan (Staplehurst & Ragsdell, 2010; atau eceran di Indonesia sungguh sangat
Alam et al., 2009). Akan tetapi, menggiurkan. Deretan investor dan peritel
MacAdam & Reid (2001) serta asing yang memadati industri pasar modern
Supyuenyong et al. (2009) menyatakan Indonesia terus bertambah. Mereka hadir
bahwa implementasi manajemen dengan mengakuisisi ritel yang ada atau
pengetahuan di UKM berbeda dengan membangun sendiri jaringan ritel. Bisnis
perusahaan besar. Secara alamiah, ritel, terutama yang menyediakan
pengetahuan dalam UKM berwujud dalam kebutuhan sehari-hari, memang tidak
bentuk pengetahuan tasit (Egbu et al., pernah sepi dari permintaan. Bahkan
Perilaku Berbagi Pengetahuan (Knowledge Sharing) 45
Karyawan Minimarket
dalam kondisi kritis, selama masyarakat al., 1988). Akan tetapi, dua teori tersebut
masih membutuhkan barang-barang masih jarang digunakan dalam studi pada
kebutuhan sehari-hari, permintaan tersebut area knowledge sharing (Ryu et al., 2003),
tetap ada (Ardiansyah et al., 2013a: 3). terutama dalam setting bisnis eceran
Terbukti omset bisnis ritel di Indonesia berbentuk minimarket, terutama di negara
berada pada kisaran Rp140-150 triliun pada sedang berkembang seperti Indonesia.
2012 dan pada 2013 diperkirakan akan Literatur knowledge sharing umumnya
tumbuh sebesar 15% (Ardiansyah et al., berbasis pada pengalaman organisasi di
2013b: 4). Format minimarket terus Barat (Cohen, 1998) dan asumsi-asumsi
tumbuh karena bertambahnya jumlah kelas teori Barat (Davison & Ou, 2007). Tsui
menengah di Indonesia. Oleh karena itu, (2006) menggambarkan hal tersebut
minimarket merupakan primadona dari sebagai sebuah perspektif etik, yaitu
format bisnis ritel di Indonesia (Ardiansyah melihat Indonesia dari luar (outside);
et al., 2013b: 4). bukannya menggunakan perspektif emic,
Untuk memenangkan persaingan yaitu: memandang Indonesia dari dalam
dalam bisnis eceran, hasil kajian Raharso (inside).
(2006) dan Raharso (2009b) menyatakan Jadi, penelitian ini diharapkan akan
bahwa inovasi merupakan salah satu kunci mengisi kesenjangan penerapan knowledge
bagi bisnis eceran untuk menjadi pemimpin sharing dalam bisnis eceran berbentuk
pasar. Di pihak lain, kajian Saenz et al. minimarket di Indonesia. Model
(2012), Hu et al. (2012), Liao et al. knowledge sharing tersebut akan menjadi
(2007), Lin (2007), Liebowitz (2002), bahan bagi pemilik dan pengelola
dan Jarvenpaa & Staples (2001) minimarket untuk meningkatkan daya
mendemonstrasikan bahwa knowledge kompetitisi mereka sehingga mereka bisa
sharing berperan dalam mengembangkan menjadi unggul secara berkelanjutan.
kapabilitas inovasi dalam organisasi. Jadi, Sudah selayaknya, minimarket milik
agar bisnis eceran memenangkan bangsa Indonesia yang menjadi pemimpin
persaingan, aktivitas berbagi pengetahuan pasar dalam bisnis ini, jangan sampai
merupakan salah satu rute yang bisa dikalahkan oleh peritel dari negara lain.
diimplementasikan untuk menghasilkan
bisnis eceran yangn inovatif. 1.1 Masalah Penelitian
Oleh karena itu, tujuan penelitian TRA menyarankan bahwa perilaku
ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor individu ditentukan oleh kehendak atau niat
apa yang mempromosikan aktivitas berbagi berperilaku (behavioral intention) dan
pengetahuan dalam bisnis eceran berformat kehendak tersebut merupakan fungsi dari
minimarket di Jawa Barat. Uji empiris sikap (attitude) dan norma subjektif
perilaku knowledge sharing di antara para (subjective norm) (Fishbein & Ajzen,
karyawan minimarket di wilayah Jawa 1975). Model TRA kemudian direvisi
Barat dilakukan dengan mengadopsi teori dengan menambahkan sebuah konstruk,
psikologi sosial, yaitu theory of the yaitu kendali perilaku yang dirasakan
reasoned action (TRA) (Fishbein & Ajzen, individu (perceived behavioral control).
1975) dan theory of planned behavior Model ini selanjutnya diberi nama TPB
(TPB) (Azjen, 1991). TRA dan TPB telah (Ajzen, 1991; Ajzen, 1987). Dalam
terbukti mampu memprediksi perilaku penelitian ini, model TRA dan TPB
individu dalam setting sosial (Sheppard et menyarankan bahwa behavioral intention
46 Sigma-Mu Vol.6 No.2 – September 2014
mereduksi atau mengeliminasi upaya-upaya pengetahuan (Bock & Kim, 2002). Tujuan
“redundant reinvention”. Tidak utama dari aktivitas tersebut adalah
mengherankan apabila Ryu et al. (2003) mentransfer pengetahuan individu menjadi
menyatakan bahwa knowledge sharing bisa aset dan sumber daya organisasi (Dawson,
menjadi alat untuk menghasilkan organisasi 2001). Adanya aktivitas knowledge sharing
yang berkualitas dan efisien. Jadi, menyebabkan anggota organisasi bisa
organisasi yang tidak memiliki praktik mengaktualisasi visi-visi organisasi
knowledge sharing yang efektif dan efisien (Olatokun & Nneamaka, 2012).
akan gagal dalam memperoleh manfaat Berbagi pengetahuan antar-
inovasi bisnis dan pertumbuhan dari individu dalam suatu organisasi merupakan
intelektual kapital karyawannya (Raharso, aktivitas penting untuk menciptakan,
2011b: 69). mendeseminasi, dan mengelola
Knowledge sharing dapat pengetahuan dalam semua tingkat
didefinisikan sebagai aktivitas mentransfer organisasi (Ipe, 2003). Kemampuan
pengetahuan tasit maupun implisit dari satu organisasi dalam memanfaatkan
individu, kelompok, atau organisasi pada pengetahuan bergantung pada individu,
pihak lain (Lee, 2001 dalam Zawawi et al., yang secara aktual melakukan aktivitas
2011). Connelly & Kelloway (2003) menciptakan, membagi, serta
menyatakan knowledge sharing sebagai mengaplikasikan pengetahuan.
satu set perilaku yang melibatkan Pengetahuan akan bermanfaat ketika
pertukaran informasi dari satu individu ke anggota organisasi mau membagi
individu lain. Ryu et al. (2003: 113) pengetahuan yang mereka miliki dan
berpendapat bahwa knowledge sharing menciptakan pengetahuan baru dari
adalah perilaku mendiseminasi pengetahuan pengetahuan yang diperoleh dari individu
dari satu individu kepada individu lain lain. Jadi, knowledge sharing merupakan
dalam satu organisasi. Kadang-kadang, tindakan dasar untuk mewujudkan adanya
knowledge sharing juga disebut sebagai pengetahuan yang dapat dibagikan kepada
knowledge transfer (Davenport & Prusak, anggota organisasi. Aktivitas ini penting
2000 dalam Zawawi et al., 2011). Ling et karena menyediakan relasi antara
al. (2009) mendefinisikan knowledge pengetahuan yang tersimpan dalam
sharing sebagai diseminasi informasi dan individu menjadi pengetahuan organisasi.
pengetahuan ke seluruh organisasi. Pengetahuan ini akan dikonversi menjadi
Knowledge sharing juga dapat didefinisikan “economic and competitive value” bagi
sebagai aktivitas bagaimana individu organisasi (Hendriks, 1999).
bekerja bersama, saling menukar
pengetahuan, melakukan pembelajaran, dan 2.2 Behavioral Determinants
meningkatkan kemampuan individu untuk TPB dari Ajzen (1991) mungkin
mencapai tujuan-tujuan individu dan merupakan model sosial-psikologikal yang
organisasi (Zawawi et al., 2011). Dapat paling berpengaruh dan populer untuk
dinyatakan bahwa knowledge sharing menjelaskan dan memprediksi perilaku
adalah berbagi informasi, ide-ide, saran- manusia dalam konteks spesifik (Ajzen,
saran, dan pengalaman dari satu individu ke 2001; Jalilvand & Samiei, 2012). TPB
individu lain (Arabshahi et al., 2013). merupakan perluasan dari TRA yang
Knowledge sharing merupakan terjadi karena adanya temuan bahwa
aktivitas terpenting dari manajemen perilaku individu tidak 100% bersifat
48 Sigma-Mu Vol.6 No.2 – September 2014
sukarela dan dapat dikendalikan (Wu & positif. Sebaliknya, apabila individu
Zhu, 2012). memandang bahwa akibat dari suatu
Fishbein & Ajzen (1975) perilaku adalah suatu hal yang
menyatakan bahwa perilaku individu merugikan/negatif, attitude negatif akan
ditentukan oleh kehendak atau niat melekat pada individu tersebut. Attitude
berperilaku (behavioral intention). Hal merupakan konstruk psikologis yang
tersebut diperkuat oleh Ching-Lin (2003) penting karena bisa memengaruhi dan
yang menyatakan bahwa niat seorang memprediksi banyak perilaku (Jalilvand &
individu (human intention) merupakan Samiei, 2012).
prediktor terbaik terhadap perilaku orang Fishbein & Ajzen (1975; Refiana,
tersebut. Niat berperilaku merupakan 2002; Shih & Fang, 2004) berpendapat
prediktor terkuat dari perilaku yang bahwa attitude terhadap perilaku tertentu
ditargetkan (Jalilvand & Samiei, 2012). didasarkan sekumpulan pasangan
Niat berperilaku merupakan indikasi bahwa keyakinan (belief-evaluation). Attitude
individu sudah siap untuk terlibat atau merupakan fungsi perilaku termasuk
menjalankan suatu perilaku tertentu (Wu & keyakinan perilaku (behavioral belief)
Zhu, 2012). Ajzen (1991) selanjutnya seseorang dan evaluasi terhadap
menyatakan bahwa niat diasumsikan sudah konsekuensinya. Attitude yang dipelajari
mencakup faktor-faktor motivasional yang dari pengalaman-langsung biasanya lebih
memengaruhi perilaku. Jadi, perilaku mampu memprediksi perilaku pada masa
individu untuk berbagi pengetahuan yang akan datang daripada sikap yang
(knowledge sharing behavior) bisa dipelajari dari pengalaman-tidak-langsung
diprediksi dari niatnya (knowledge sharing (East, 1997).
intention). Dengan demikian, peneliti bisa Dalam konteks knowledge sharing,
membuat hipotesis berdasarkan kajian ketika karyawan memiliki sikap yang
tersebut, yaitu: positif terhadap aktivitas knowledge
H1. Knowledge sharing intention sharing, mereka akan memiliki niat untuk
memengaruhi knowledge sharing melakukan knowledge sharing.
behavior. Berdasarkan ulasan tersebut, peneliti bisa
Model TRA menyatakan bahwa membuat hipotesis sebagai berikut.
niat berperilaku merupakan fungsi dari H2. Knowlede sharing attitude
attitude dan subjective norm (Fishbein & memengaruhi knowledge sharing intention.
Ajzen, 1975). Selanjutnya, norma adalah suatu
Attitude merupakan suatu perasaan konvensi sosial yang mengatur kehidupan
yang bersifat suka/tidak suka terhadap suatu manusia. Norma merupakan standar
objek/tindakan (Ajzen & Fishbein, 1980). perilaku yang mencakup pedoman seberapa
Menurut East (1997), attitude adalah banyak pekerjaan yang dilakukan (Luthans,
sebuah respon evaluatif terhadap sebuah 2006).
konsep. Attitude merupakan tingkatan Subjective norm adalah tekanan
ketika individu mengevaluasi apakah suatu sosial yang dirasakan seseorang untuk
perilaku bersifat baik (favorably) atau tidak melakukan atau tidak melakukan suatu
baik (unfavorably) (Gagné, 2009). Attitude tindakan (Gagné, 2009). Subjective norm
akan positif terhadap perilaku bila individu merupakan fungsi keyakinan individu
tersebut memersepsikan bahwa akibat yang dalam hal menyetujui atau tidak menyetujui
dilakukan oleh perilaku tersebut bersifat perilaku tertentu (Refiana, 2002). Untuk
Perilaku Berbagi Pengetahuan (Knowledge Sharing) 49
Karyawan Minimarket
(Ryu et al., 2003). Perceived behavioral behavioral control adalah prediktor yang
control merujuk kepada persepsi individu nyata terhadap behavioral intention (East,
pada sulit tidaknya mereka dalam 1997; Chen et al., 2009).
berperilaku seperti yang diinginkan (Ajzen, Artinya, apabila seorang karyawan
1991). merasa mampu melakukan aktivitas
Perceived behavioral control knowledge sharing, karyawan tersebut akan
merupakan fungsi keyakinan kontrol membangun niat untuk melakukan aktivitas
‘control belief’ dan akses faktor kontrol knowledge sharing dan akan melakukan
‘access to the control factor’. Yang tindakan knowledge sharing. Berdasarkan
termasuk faktor kendali adalah faktor hasil kajian literatur tersebut, peneliti
internal (seperti keahlian, kemampuan, membuat hipotesis sebagai berikut:
informasi, emosi) dan faktor eksternal H4. Perceived behavioral control
(misal: situasi/lingkungan). Perceived memengaruhi knowledge sharing intention.
behavioral control mengindikasikan bahwa H5. Perceived behavioral control
motivasi individu dipengaruhi oleh persepsi memengaruhi knowledge sharing behavior.
seberapa sulit perilaku “X” dapat
dilakukan, termasuk di dalamnya sampai di METODE PENELITIAN
mana keberhasilan yang mungkin akan Desain penelitian ini adalah
dicapai individu tersebut bila berperilaku deskriptif dan eksploratori dengan unit
“X” (Refiana, 2002). analisis adalah karyawan minimarket di
Seperti yang diasumsikan Fishbein wilayah Jawa Barat. Populasi penelitian
dan Ajzen (1975), individu biasanya cukup adalah semua karyawan yang bekerja di
rasional dan mampu menggunakan minimarket yang ada di wilayah Jawa
informasi yang mereka miliki secara Barat. Teknik sampling dilakukan dengan
sistematis. Jadi, apabila individu merasa menggunakan random sampling (Kuncoro,
dia tidak memiliki sumber daya/kesempatan 2003: 114) terhadap para karyawan yang
untuk melakukan sesuatu, individu tersebut bekerja di minimarket yang tersebar di
tidak akan melakukan perilaku yang Jawa Barat. Akan tetapi, peneliti
memerlukan sumber daya tersebut (bahkan menetapkan kuota minimal adalah sebesar
dalam situasi individu memiliki attitude 400 responden. Jumlah ini sudah
positif dan subjective norm yang memenuhi syarat untuk penelitian yang
menyetujui perilaku tersebut). bersifat multivariat (Hair et al., 1998).
Konstruk perceived behavioral Metode pengumpulan data
control kompatibel dengan konsep menggunakan kuesioner berskala Likert
perceived self-efficacy dari Bandura (1982). (Soedibjo, 2005: 90), antara 1-5; 1
Perceived behavioral control memiliki bermakna “sangat tidak setuju” dan 5
pengaruh langsung kepada behavioral bermakna “sangat setuju”. Karena
intention dan behavior (tindakan/perilaku) pengumpulan data dilakukan dengan
dalam model TPB (Ryu et al., 2003; Chen menggunakan kuesioner, kesungguhan
et al., 2009). Studi yang dilakukan responden dalam menjawab pertanyaan
Bandura (dalam East, 1997) menyatakan merupakan hal yang sangat penting dalam
bahwa self-efficacy merujuk pada penilaian penelitian ini. Keabsahan hasil penelitian
seseorang tentang seberapa mampu dia sosial sangat ditentukan oleh alat ukur yang
melakukan suatu tindakan tertentu pada digunakan. Oleh karena itu, dibuat dua
masa yang akan datang. Perceived macam pengujian: uji validitas dan
Perilaku Berbagi Pengetahuan (Knowledge Sharing) 51
Karyawan Minimarket
22 SubNorm5 0,561
24 Attitude1 0,941 0,752
0,752 0,858
25 Attitude2 0,912
% Variance 12,737% 12,028% 11,863% 44,238% 7,363%
Total Variance Explained: 55,229%
Hanya ditampilkan faktor loading>0,50; level signifikansi=0,000
Attitude=knowledge sharing attitude; SubNorm=subjective norms; PBC=perceived behavioral
control; Intention=knowledge sharing intention; Behavior=knowledge sharing behavior
Sumber: hasil olah data, 2014
Analisis faktor menghasilkan lima 2006), tidak ada item pernyataan dari satu
faktor atau variabel yang selaras dengan faktor/variabel tertentu dipersepsikan oleh
pooling item yang dikembangkan dalam responden sebagai item pernyataan untuk
penelitian ini. Dengan menggunakan mengukur faktor/variabel yang lain (cross-
norma faktor loading >0,50 (Hair et al., loading). Akan tetapi, ada tiga item
54 Sigma-Mu Vol.6 No.2 – September 2014
Knowledge
sharing attitude -0,05
H2 R2=0,290 R2=0,366
Fishbein, M. & S. Middlestadt. 1997. “A Heeseok, Lee &, Choi Byounggu. 2003.
Striking Lack of Evidence for “Knowledge Management Enablers,
Nonbelief-based Attitude Formation Processess, and Organizational
and Change: A Response to Five Performance: An integrative View
Commentaries”, Journal of and Empirical Examination”,
Consumers Psychology, Vol. 6, No. Journal of Management Informations
2, pp. 107-115. System, Summer, Vol. 20, No. 1, pp.
Fishbein, M. & I. Ajzen. 1975. Belief, 179-228.
Attitude, Intention and Behavior: An Hendriks, P. 1999. “Why Share
introduction to theory and research. Knowledge? The Influence of ICT
Reading, MA: Addison-Wesley. on the Motivations for Knowledge
Fortin, D. R. 2000. “Clipping Coupons in Sharing”, Knowledge and Process
Cyberspace: A Proposed Model of Management, Vol. 6, No. 2, pp. 91-
Behavior for Deal-prone 100.
Consumers”, Psychology and Hu, Meng-Lei Monica. 2009. “Knowledge
Marketing, Vol. 17, pp. 515-534. Sharing and Innovative Service
Gagné, Marylène. 2009. “A Model of Behavior Relationship: Guanxi as
Knowledge-Mharing Motivation”, Mediator”, Social Behavior and
Human Resources Management, Personality, Vol 37, No. 7, pp. 977-
July-August, Vol. 48, No. 4, pp. 571- 992.
589. Hu, Monica Meng-Lei; Tsung-Lin Ou; &
Hadiyati, Ernani. 2011. “Kreativitas dan Lee-Cheng Lin. 2012. “Effects of
Inovasi Berpengaruh terhadap Social Exchange and Trust on
Kewirausahaan Usaha Kecil”, Knowledge Sharing and Service
Jurnal Manajemen dan Inovation”, Social Behavior and
Kewirausahaan, Vol. 13, No. 1, Personality, Vol. 40, No. 5, pp.
Maret, hal. 8-16. 783-800.
Hair, Jr., Joseph F.; Rolph E. Anderson; Ipe, M. 2003. “Knowledge Sharing in
Ronald L. Tatham; William C. Organization: Conceptual
Black. 1998. Multivariate Data Framework”, Human Resources
Analysis with Reading. New Jersey: Development Review, Vol. 2, No. 4,
Prentice Hall. pp. 337-359.
Hair, Jr., Joseph F.; William C. Black; Islam, Z.; Z. A. Ahmad; &,H. Mahtab.
Barry J. Babin; Rolph E. Anderson; 2010. “The Mediating Effects of
,Ronald L. Tatham. 2006. Socialization on Organizational
Multivariate Data Analysis. Upper Contexts and Knowledge Sharing”,
Saddle, New Jersey: Pearson Journal of Knowledge Global, Vol.
Education. 3, No. 1, pp. 31-48
Hansen, Sean & Michel Avital. 2005. Izaskun, Alvares Meaza; Cilleruelo
“Share and Share Alike: the Social Carrasco Ernesto; Zamanillo
and Technological Influences on Elguezabal Ibon; & Zarrabeitia
Knowledge Sharing Behavior”, Case Bilbao Enara. 2012. “Knowledge
Western Reserve University, USA. Management Practice in SME, Case
Sprouts: Working Papers on Studi in Basque Country SME”, 6th
Information Systems, Vol. 3, No. 13. International Conference on
Perilaku Berbagi Pengetahuan (Knowledge Sharing) 61
Karyawan Minimarket