Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS ENTIKONG
Jl. Lintas Malindo Entikong (78557)
Telepon (0564) 31294 Email : puskesmasentikong46@gmail.com

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


NOMOR : 08/KAK/PKMETK

TENTANG
UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2018

A. PENDAHULUAN
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan
investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk
meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Oleh karena itu, menjadi suatu
keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatan demi kesejahteraan masyarakat.
Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Masalah gizi terjadi di setiap siklus
kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia
lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena
pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat
dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi.
Keadaan gizi yang baik merupakan syarat utama dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas. Masalah gizi dapat terjadi
disetiap siklus kehidupan, dapat terjadi sejak dalam kandungan (janin), bayi,
anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Periode dua tahun pertama kehidupan
merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. Ganguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat
permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa
selanjutnya terpenuhi.
B. LATAR BELAKANG
Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini,
selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga
menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius. Dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014, perbaikan status gizi
masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan menurunkan prevalensi
balita gizi kurang (underweight) menjadi 15% dan prevalensi balita pendek
(stunting) menjadi 32% pada tahun 2014. Hasil Riskesdas dari tahun 2007 ke
tahun 2013 menunjukkan fakta yang memprihatinkan dimana underweight
meningkat dari 18,4% menjadi 19,6%, stunting juga meningkat dari 36,8%
menjadi 37,2%, sementara wasting (kurus) menurun dari 13,6% menjadi 12,1%.
Riskesdas 2010 dan 2013 menunjukkan bahwa kelahiran dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) <2500 gram menurun dari 11,1% menjadi 10,2%.
Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan
dan pola asuh tidak tepat, yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak
berkembang maksimal, mudah sakit dan berdaya saing rendah, sehingga bisa
terjebak dalam kemiskinan. Seribu hari pertama kehidupan seorang anak adalah
masa kritis yang menentukan masa depannya, dan pada periode itu anak
Indonesia menghadapi gangguan pertumbuhan yang serius. Yang menjadi
masalah, lewat dari 1000 hari, dampak buruk kekurangan gizi sangat sulit
diobati. Untuk mengatasi stunting, masyarakat perlu dididik untuk memahami
pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak balita. Secara aktif turut serta dalam
komitmen global (SUN-Scalling Up Nutrition) dalam menurunkan stunting, maka
Indonesia fokus kepada 1000 hari pertama kehidupan (terhitung sejak konsepsi
hingga anak berusia 2 tahun) dalam menyelesaikan masalah stunting secara
terintergrasi karena masalah gizi tidak hanya dapat diselesaikan oleh sektor
kesehatan saja (intervensi spesifik) tetapi juga oleh sektor di luar kesehatan
(intervensi sensitif). Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42
Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan Indonesia menunjukkan prevalensi balita berat kurang
berdasarkan indikator berat badan menurut Umur (BB/U) berhasil diturunkan
dari 18,4% tahun 2007 menjadi 17,9% tahun 2010, namun pada tahun 2013
sedikit meningkat menjadi 19,6 %. Prevalensi balita pendek berdasarkan
indikator tinggi badan menurut umur (TB/U) turun dari 36,8% tahun 2007
menjadi 35,6% tahun 2010, namun pada tahun 2013 sedikit meningkat menjadi
37,2%. Untuk Indikator berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) secara
nasional prevalensi sangat kurus tahun 2013 masih cukup tinggi yaitu 5,3 %,
terdapat penurunan dibandingkan tahun 2010 yaitu 6,0 % dan tahun 2007
sebanyak 6,2 %. Demikian pula halnya dengan prevalensi kurus menurut BB/TB
sebesar 6,8 % juga menunjukkan adanya penurunan dari 7,3 % (tahun 2010)
dan 7,4 % (tahun 2007). Secara keseluruhan prevalensi anak balita kurus dan
sangat kurus menurun dari 13,6 % pada tahun 2007 menjadi 12,1 % pada tahun
2013. Hasil tersebut secara nasional telah mendekati pencapaian target
prevalensi gizi kurang yang ditetapkan dalam Milleniium Development Goals
(MDGs) yaitu 15,5% pada tahun 2015. Meskipun mendekati target pencapaian,
tetapi kondisi ini tetaplah mencengangkan dan sangat memprihatinkan.
C. PENGORGANISASIAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA
1. Pengorganisasian

PELINDUNG

Kepala Puskesmas Entikong

dr. Hidayat Samiaji

PENANGGUNGJAWAB PROGRAM GIZI

Nani Maulidia,A.Md.Gz

PELAKSANA

Siskawati Laila, S.Gz


D. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai upaya untuk mewujudkan kondisi gizi yang baik dalam siklus
kehidupan manusia sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
2. Tujuan Khusus
a. Memantau perkembangan masalah gizi di wilayah kerja Puskesmas
Entikong.
b. Mencegah masalah gizi di wilayah kerja Puskesmas Entikong.
c. Mengatasi masalah gizi di wilayah kerja Puskesmas Entikong.
E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

No Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan


1 Penanggulangan 1. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
gizi buruk penyuluhan
2. Pemberian makanan tambahan pemulihan
3. Pemantauan status gizi
4. Surveilans dan pelacakan gizi buruk
5. Konseling gizi
2 Penanggulangan 1. Monitoring garam beryodium
gangguan akibat
kekurangan
iodium
3 Penanggulangan 1. Pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas
kekurangan Vit A 2. Pemberian kapsul vitamin A pada bayi dan balita
4 Penanggulangan 1. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
anemia gizi besi 2. Pemberian tablet Fe pada remaja putri

F. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN


1. Penanggulangan gizi buruk
Pemberian PMT kepada balita gizi buruk berupa pemberian susu secara
bertahap setiap bulannya. Selama pemberian PMT, balita dipantau berat
badannya. Pemberian PMT kepada Ibu Hamil KEK berupa susu ibu hamil
selama 90 hari berturut-turut. Selama pemberian PMT ibu dipantau Berat
Badan, LILA.
2. Penanggulangan gangguan akibat kekurangan iodium
Monitoring/Pemeriksaan garam dilakukan di Sekolah Dasar disetiap sekolah.
Murid-murid dengan jumlah 26 orang disetiap sekolah diminta membawa
garam kesekolah, kemudian diwawancarai mengenai beberapa hal tentang
garam misalnya: tempat membeli garam, wadah penyimpanan, tempat
meletakkan dan juga dilakukan pemeriksaan iodium dengan menggunakan
iodine tes.
3. Penanggulangan kekurangan vitamin A
Vitamin A diberikan kepada Bayi usia 6-11 bulan dengan dosis 100.000 IU
berupa 1 butir kapsul dengan warna biru dan kepada anak balita usia (1-5)
tahun dengan dosis 200.000 IU berupa 1 butir kapsul dengan warna merah
pada bulan februari dan agustus. Ibu nifas juga diberikan Vitamin A 2 butir
yang harus diminum 1 butir segera setelah persalinan dan satu butir lagi 24
jam berikutnya.
4. Penanggulangan anemia gizi besi
Penanggulangan anemia dilakukan dengan pemberian Tablet Fe. Pemberian
Tablet Fe diberikan kepada ibu hamil dengan jumlah 90 butir selama
kehamilan dengan ketentuan trimester pertama diberikan 30 butir, trimester
kedua 30 butir dan trimester ketiga 30 butir. Ibu nifas juga diberikan tablet Fe
sebanyak 30 butir selama nifas dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
anemia gizi besi pada ibu hamil dan menyusui. Remaja putri juga diberikan
tablet Fe yang harus diminum sebanyak 1 butir setiap hari selama 10 hari
yang dimulai pada hari pertama menstruasi.
G. SASARAN
1. Sasaran kegiatan penanggulangan gizi buruk adalah balita gizi kurang dan
gizi buruk serta ibu hamil KEK.
2. Sasaran kegiatan pencegahan gangguan akibat kekurangan iodium adalah
anak sekolah dasar di setiap sekolah
3. Sasaran kegiatan penanggulangan kekurangan Vitamin A adalah ibu nifas,
bayi dan balita yang ada diwilayah kerja Puskesmas Entikong.
4. Sasaran kegiatan penanggulangan kegiatan anemia gizi besi adalah ibu
haml dan remaja putri.
H. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

No Nama Bulan
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pemberian
PMT
Penyuluhan
2 Pemberian
PMT
Pemulihan
3 Pelacakan gizi
buruk
4 Pemberian
PMT Bumil
KEK
5 Monitoring
garam
beryodium
6 Pendistribusian
kapsul vitamin
A
7 Pendistribusian
tablet Fe pada
remaja
8 Rumah Gizi

I. TEMPAT PELAKSANAAN
Tempat pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan masing-masing pada proses
rincian kegiatan
J. PEMBIAYAAN
Pembiayaan pelaksanaan kegiatan dibiayai oleh dana DAK, dan sebagiannya
didanai oleh BPJS.
K. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Evaluasi pelaksanaan kegiatan untuk melihat apakah kegiatan sudah
terlaksana sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Evaluasi ini dilakukan setiap
sebulan sekali pada forum lokmin bulanan dan setiap 3 bulan sekali pada forum
lokmin tribulan. Pelaporan dibuat dan dilaporkan kepada kepala Puskesmas.
L. PENCATATAN, PELAPORAN & EVALUASI PROGRAM
Dokumentasi yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah bukti
pelaksanaan kegiatan (notulen, daftar hadir dan undangan). Pelaporan kegiatan
dilakukan ketika telah selesai melakukan kegiatan dan dilaporakan kepada
penanggungjawab UKM dan kepala Puskesmas. Evaluasi dilakukan setiap
bulan dan tribulan dengan melakukan analisis terhadap pelaksanaan kegiatan.

M. PENUTUP
Demikian kerangka acuan kegiatan ini, dibuat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Entikong, 09 Januari 2018


MENGETAHUI
KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG Koordinator Program Gizi

dr.HIDAYAT SAMIAJI Nani Maulidia, A.Md.Gz


NIP197509152005021003 NIP 197602252000032003

Anda mungkin juga menyukai