Makalah Metodologi Studi Islam
Makalah Metodologi Studi Islam
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1
-AGNAT WIQOYATI -ALFARIZI AKBARIAN
-NISFIA TUROMDIAH -EVAN RIFA’I
-JUNIAR RACHMA DITA -AMARUL MU’MININ
KATA PENGANTAR
\\
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup di dunia dengan memiliki hakdan kewajiban.
Hak tersebut salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan adalahsuatu proses panjang yang
bertujuan menghantarkan seorang yang memilikikekuatan spritual dan intelektual. Tempat dalam
mencapai cita-cita
melalui pendidikan itu sendiri adalah sekolah. Sekolah merupakan bagian pokok atauutama
untuk mengembangkan berbagai karakter, sikap, kemampuan sertaketerampilan seorang
individu. Dalam sekolah terdapat aktivitas untukmengembangkan ilmu pengetahuan, melatih
mental, serta
mengembangkan potensi. Pada dasarnya setiap manusia mempunyai potensi, sehingga manusiam
ampu untuk hidup berkembang dalam proses pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran sangat dibutuhkan tiga hal penting yaitu materi pembelajaran, proses
pembelajaran, dan hasil pembelajarannya.Setiap sekolah memberikan materi pelajaran sesuai
dengan tingkatannya.Mengupas sedikit tentang akidah akhlak, Pokok dari akhlak terhadap Allah
adalahmeyakini keberadaan Allah SWT dengan melalui keesaan-Nya serta sifatkesempurnaan-
Nya. Islam merupakan agma yang sanga kompleks. Sehinggadalam memahaminya pun
dibutuhkan cara yang tepat agar dapat tercapai suatu pemahaman yang utuh tentang islam. Di
indonesia sejak islam masuk pertama kalisampai saat ini telah timbul berbagai
macam pemahaman yang berbea mengenaiislam. Sehingga dibutuhkan penguasaan tentang cara-
cara yang digunakan dalammemahami islam. Maka dari itu, dalam makalah ini akan membahas
mengenaimetodologi serta beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi studi islam.
B.Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan metodologi?
2.Apa yang dimaksud dengan studi islam?
3.Mengapa studi islam penting untuk dipelajari?
4.Bagaimana sejarah pertumbuhan studi islam?
C.Tujuan penulisan
1.Mengetahui dan memahami tentang metodologi studi islam.
2.Mengembangkan pemikiran pembaca, tentang pentingnya mempelajaristudi islam.
3.Mengetahui sejarah pertumbuhan studi islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Metodologi
Metode secara bahasa atau etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitumeta yang berarti
sepanjang dan hodos yang berarti jalan. Bermaksud bahwa suatu jalan yang di tempuh untuk
dalam suatu hal untuk mencapai suatu tujuan.Pengertian lain, bahwa metode artinya suatu
ilmu ataupun cara menyampaikansegala sesuatu kepada orang lain. Apabila metode bergabung
dengan kata logos yang maknanya akan berubah. Logos bermakna “studi tentang” atau bisa
juga diartikan “teori tentang”. Maka secara keseluruhan metodologi di artikan sebagai metode
atau cara-cara yang berlaku dalam kajian atau sebuah penelitian. Terlihat jelas bahwa arti
metodologi merupakan suatu cara-cara yang digunakan untuk mengakaji suatu ilmu ataupun
permasalahan secara keseluruhan, sehingga menemukan titik temu. Metodologi adalah studi
tentang metode yang digunakan suatu bidang ilmu agar memperoleh pengetahuan mengenai
pokok persoalan dari ilmu melalui aspek tertentu melalui penyelidikan. Penyelidikan inilah
yang nantinya akan dijadikan sebuah kunci jawaban atas segala perkara yang muncul.Bahkan
Metedologi juga suatu ilmu yang membicarakan bagaimana cara menyampaikan atau
menyajikan bahan pelajaran sehingga dapat diserap, dipahami dan dikuasai oleh anak didik,
maka mempelajari metedologi saja, memang belum merupakan jaminan seorang guru akan
berhasil dengan baik akan tugasnya.Sebagai akibat dari perubahan sosial dan kemajuan dibidang
teknologi, maka muncullah berbagai persoalan baru yang menuntut kepada manusia untuk segera
menyesuaikan dengan perubahan-perubahan tersebut.Contoh kegiatan metedologi islam, pada
abad ke-14 sampai ke-16Masehi, Aristoteles (384-322 SM) orang jenius melebihi da ri Francis
Bacon, Platolebih jenius dari Roger Baconn. Mengapa kedua orang Bacon itu menjadi salah
satu faktor dalam kemajuan sains, sekalipun kedua orang tersebut jauh lebih rendah, tetapi
justru membawa kemajuan kemajuan ilmiah dan kebangkitan.
Sedangkan kedua orang jenius tidak mampu membawa Eropa ke arah kemajuan, justru
sebaliknya, kedua orang tersebut membuat stagnasi dan kebodohan dunia.
1. Sebagai doktrin dari tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudahfinal dalam arti
absolute, dan diterima apa adanya.
2. Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusiadalam kaitannya
dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadapdoktrin agamanya.
3. Sebagai interaksi sosial, yaitu realitas umat islam.Bila islam dilihat dari tiga sisi, maka
ruang lingkup studi islam dapatdibatasi pada tiga sisi tersebut. Oleh karena sisi doktrin
merupakan suatukenyakinan atas kebenaran teks wahyu, maka hal ini tidak
memerlukan penelitian didalamnya
Dari hadits di atas kita tahu bahwa sejak jauh-jauh hari Rasulullah telahmenginformasikan
(mensinyalir) tentang adanya perpecahan umat. Hadist
diatas bukanlah isapan jempol belaka.di Indonesia saja, telah muncul beberapa aliranagama baru
yang muncul dari suatu agama -terutama Islam- sejak puluhan tahunyang lalu.pada umumnya,
pelopor sekaligus pemimpinnya mengaku sebagai
”orang pilihan” yang diutus oleh Tuhan sebagai juru selamat atau penyempurna suatu agama
bagi umat manusia.Penyimpangan-penyimpangan tersebut tidak akan terjadi jika manusia -
khususnya umat Islam- memahami dan menguasai metodelogi studi agama, yangdalam hal ini
adalah metodologi studi Islam.Para penyebar paham-paham yang menyeleweng ini menganggap
bahwa apayang mereka perbuat adalah suatu hal yang benar. Padahal hal itu tidaklah benar.Allah
SWT berfirman:
’’Barang siapa yang berpaling dari pengajaran rabb Yang Maha Pemurah (al
-
Qur’an), maka kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan), dan syaitan
itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya .Dan sesungguhnya
syaitan- syaitan itu benar-benar memalingkan mereka dari jalan yang benar, sedangkan
mereka mengaku bahwa mereka mendapat petunjuk.”
(Qs.Az-Zukhruf:36-37)
Itulah mengapa Allah SWT memeritahkan manusia untuk banyak-banyakmembaca (Qs AlAlaq),
baik membaca secara harfiah maupun maknawiyah(memperhatikan dan memikirkan), agar kita
tidak mudah tergelincirdari jalanyang benar.Sebagian besar yang mempelajari al-
Qur’an tanpa disertai pemikiran dan perenungan yang mendalam. Mereka memakai bahasa al-
Qur’an secara lugas saja tanpa memperhatikan ilmu kalam, filologi sastra, dan ilmu baca lainnya
di dalammempelajari Al-Qur’an. Itulah mengapa sebagian orang yang ’’nyeleweng’’
adalah orang yang diaggap berilmu dan sebagian yang lain adalah orang awam.Dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh ilmu Abdillah bin abbas, RasulullahSAW bersabda:
’’Ummu Abdillah berkata, pada waktu itu aku di makkah, Nabi SAW berdiri
pada suatu malam lalu memanggil-manggil
, ’’Apakah aku telah menyampaikan?”
Nabi mengulanmg-ngulang sampai tiga kali …”Akan datang pada manusia suatu
zaman ,mereka itu mempelajari al-Qur’an lalu membacanya, kemudian mereka
berkata, kami telah mengkaji dan mengajarkan al-Qur’an maka siapa orang
/golongan yang baik dari ada golongan kami? (mereka ujub), maka apakah pada
mereka itu masih terdapat kebaikan? Para sahabat
bertanya,”YaRosulullah siapakah sebenarnya merekia itu?” Nabi menjawab,
’’Mereka itu dari kalangan kaum (umat islam),dan mereka itu akan menjadi kayu bakar api
neraka.”
Dimasa sekarang ini dimana umat Islam sedang mengalami tantangankehidupan dunia dan
budaya modern, studi keIslaman menjadi sangat urgen.Urgensi Islam tersebut dapat diuraikan
dan di fahami sebagai berikut:Umat Islam saat ini berada dalam kondisi problematis, saat ini
umat Islammasih berada dalam piosisi termarginalkan (pinggir) dan lemah dalam aspek
kehidupan sosial budaya yang harus berhadapan dengan dunia modern yang majudan canggih
untuk itu umat Islam harus melakukan gerakan pemikiran yangmenghasilkan konsep yang
cemerlang dan operasional untuk mengantisipasi perkembangan tersebut.Jika umat Islam hanya
berpegang pada ajaran Islam penafsiran ulama-ulamaIslam terdahulu yang merupakan warisan
turun temurun yang dianggapnya
sudah paling benar, maka mereka mengalami kemandekan intelektual, melalui pendekatan yang
bersifat objektif rasional studi Islam mampu memberi alternatifdari kondisi tersebut.
Umat manusia dan peradabannya saat ini sedang berada dalam keadaan
yang problematis, pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan telahmembuka era
baru dalam perkembangan budaya dan peradaban umat manusiayang dikenal dengan era
globalisasi. Pada era ini ditandai dengan semakindekatnya jarak dengan hubungan serta
komunikasi antar bangsa dan budaya umatmanusia.
Dalam suasana semacam itu, umat manusia membutuhkan aturan-aturan,nilai-nilai, dan
norma-norma serta pedoman dan pegangan hidup yang universal.Sumber-sumber tersebut dapat
diperoleh dari agama, filsafat, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun agama telah
ditinggalkan oleh perkembanganfilsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetepai, filsafat,
ilmu pengetahuan,dan teknologi tidak mampu menjadi pedoman dan pegangan hidup.
Dengandemikian, manusia modern pun sebenarnya dalam keadaan yang problematis
Harold H. Titus dan ahli filsafat yang lainnya menjelaskan situasi problematis tersebut, bahwa “
Filsafat sekarang telah mencapai kekuatan yangbesar, tetapi tanpa kebijaksanaan. “ saat ini
manusia mempunyai kemampuan
yang sangat besar untuk menguasai alam semesta. Roger Garaudy mengemukakan
bahwa “ Perkembangan filsafat dan peradaban modern saat ini telah mendorongmanusia
kepada hidup tanpa tujuan dan membawa kematian”. Hal ini merupakan akibat dari
perkembangan filsafat barat modern yang salah, yang berpegang pada:
1. 1.Konsep yang keliru tentang alam, dianggap sebagai milik manusia,sehingga mereka
berhak mengeksploitasinya sesuka mereka.
2. 2.Konsep yang tidak mengenal belas kasihan tentang hubungan mansuiayang didasarkan
atas individualisme tanpa kembali dan hanyamenghasilkan persaingan pasar.
3. 3.Konsep yang menyebabkan rasa putus asa terhadap masa depan.
Disinilah urgensi studi Islam untuk menggali kembali ajaran-ajaran Islamyang asli dan murni
serta bersifat manusaiwi dan universal, yang mempunyai daya untuk mewujudkan dirinya
sebagai rahmatan lil alamin.Dari situ kemudian dididikan dan ditransformasikan kepada
generasi penerusnya dan diharapkan dengan peradaban dan budaya modern, agar mampu
beradapan dan beradaptasi terhadapnya. Dengan demikian diharapkan bisa menawarkan
alternatif pemecahan permasalahan yang dihadapai oleh umat manusia dalam dunia modern dan
era globalisasi.
E.Tujuan Mempelajari Metodologi Studi Islam
Adapun tujuan mempelajari metodologi studi Islam secara umum, adalahsebagai berikut:
2. Usaha untuk menampilkan kembali Islam yang memiliki sejumlahkhasanah dan warisan
intelektual dari masa lalu sampai sekarang. Agarmampu menjawab tantangan ini, banyak
bergantung kepada pemikiran dancara berpikir umat Islam tentang agamanya, dengan
pola pikir ilmiah ygislami. Hal ini membutuhkan kemampuan metodologis dalam
melakukan studi Islam dalam berbagai dimensinya itu agar sesuai dengan tantanganyang
dihadapi.
3. Ajaran Islam sendiri menuntut untuk dipelajari dan dipahami melalui prosedur yang
tepat, yaitu memahami ruang lingkup dan isinya.
1.Massa Rasulullah
c.Pasca Kemerdekaan
Tahun 1952 studi islam pada tingkat dasar sampai menengahdiseragamkan melalui
jenjang: MI (6 th), MTS 93 Th), dan MA (3 th).
Pada tahun 1951 didirikan Perguruan Tinggi Agama Islam
Negri(PTAIN) yang kemudian menjadi Institute Agama Islam Negeri(IAIN) tahun
1960.Selama penggal sejarah timbulnya Islam, peradaban dunia meliputi duakerajaan:
yaitu Sasanid Persia dan Bizanti Roma yang bersuku Badui
dan pengembala unta yang hidupnya dengan cara berkabila-kabila dan berdagang.Suku
Quraisy yang hidup berdagang, yang mendominasi kota perdaganganMekkah dimana
Muhammad juga memulai aktifitasnya dan di tempat itu pulaislam pertama kali
diproklamirkan. Pendidikan Islam pada zaman awaldilaksanakan di masjid-masjid.
Mahmud Yunus menjelaskan bahwa pusat-pusatstudi Islam klasik adalah Mekkah dan
Madinah (Hijaz), Bashrah dan Kufah (Irak),Damaskus dan Palestina (Syam), dan Fistat
(Mesir). Madrasah Mekkah dipeloporioleh Mu’adz bin Jabal; madrasah Madinah
dipelopori oleh Abu Bakar, Umar danUstman; madrasahBashrah dipelopori oleh Abu
Musa al-Asy’ari dan Anas bin Malik; madrasah Kuffah dipelopori oleh Ali bin Abi
Thalib dan Abdullah bin Mas’ud; madrasah Damaskus (Syiria) dipelopori oleh Ubadah
dan Abu Darda; sedangkan madrasah Fistat (Mesir) dipelopori oleh Abdullah bin Amr
bin Ash’.
Pada zaman kejayaan Islam, studi Islam dipusatkan di ibukota negara,yaitu Bagdad. Di Istana
Dinasti Bani Abbas pada zaman al-Makmun (813-833), putra Harun al-Rasyid, didirikan Bait al-
Hikmah, yang dipelopori oleh khalifahsebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dengan
wajahganda,sebagai perpustakaan serta sebagai lembaga pendidikan (sekolah) dan penerjemahan
karya-karya Yunani kuno ke dalam bahasa Arab untuk melakukan
akselerasi pengembangan ilmu pengetahuan. Di samping itu, di Eropa terdapat pusatkebudayaan
yang merupakan tandingan Bagdad, yaitu Universitas Cordova yangdidirikan oleh Abdurrahman
III (929-961 M) dari Dinasti Umayah di Spanyol. DiTimur Islam, Bagdad, juga didirikan
Madrasah Nizhamiah yang didirikan olehPerdana Menteri Nizham al-Muluk; dan di Kairo,
Mesir, didirikan Universitas Al-Azhar yang didirikan oleh Dinasti Fatimiah dari kalangan
Syiah.Asal-Usul dan Pertumbuhan Studi Islam, Pendidikan Islam di Indonesiatidak pernah lepas
dari semangat penyebaran Islam yang dilakukan secara intensifoleh para pendahulu dalam
kerangka perpaduan antara konteks keindonesiaandengan keislaman. Pada awalnya pendidikan
Islam, dalam bentuk halaqah-halaqah, kemudian bentuk madrasah. Selain pesantren pendidikan
Islam diIndonesia diharapkan pada tantangan semakin berkembangnya model-
model pendidikan. Pertumbuhan minat untuk memahami Islam lebih sebagai tradisi keagamaan
yang hidup, yang historis. Ketimbang “kumpulan tatanan doktrin”yang terdapat dalam Al-qur'an
dan Hadis. Studi Islam kontenporer di Barat, berusaha keras menampilkan citra yang lebih
adil dengan mengandalkan berbagai pendekatan dan metode yang lebih canggih dalam ilmu-
ilmu sosial dankemanu
BAB III
PENUTUP
Metode memahami yang pada intinya Islam harus dilihat dari berbagaidimensi. Jika kita
meninjau Islam dari satu sudut pandangan saja, maka yang akanterlihat hanya satu dimensi saja
dari gejalanya yang bersegi banyak. Mungkin kita berhasil melihatnya secara tepat, namun tidak
cukup bila kita ingin memahaminya secara keseluruhan. Buktinya ialah Al-quran sendiri. Kitab
ini memiliki banyak dimensi, sebagiannya telah dipelajari oleh sarjana-sarjana besar sepanjang
sejarah.Satu dimensi, misalnya, mengandung aspek-aspek linguistik dan sastra Al-quran.Para
sarjana sastra telah mempelajarinya secara terperinci. Dimensi lain terdiriatas tema-tema filosofis
dan keimanan Alquran yang menjadi bahan pemikiranhagi para filosof serta para teolog hari ini.
Dimensi al-quran lainnya lagi yang belum dikenal ialah dimensi manusiawinya,
yang mengandung persoalan historis,sosiofogis, dan psikologis. Dimensi ini belum banyak
dikenal, karena sosiologi, psikologi ilmu manusia memang jauh lebih muda dibandingkan ilmu-
ilmualam. Apalagi ilmu sejarah yang merupakan ilmu termuda di dunia. Namun
yangdimaksudkan dengan ilmu sejarah di sini tidaklah identik dengan data historisataupun buku-
buku sejarah yang tergolong dalam buku-buku tertua yang pernahada.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/37589672/MAKALAH_Pengantar_Metodologi_Studi _Islam Abdull
ah,Yatimin.2010.
Studi Islam Kontemporer
.Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.Anwar,Yusuf Ali.2003.
Studi Agama Islam
.Bandung:Pustaka Setia.Hasan, Muhammad Ali.2000.
Studi Islam Al-Quran dan As-Sunnah
.Jakarta:RajaGrafindo Persada Nahlawi,Abdurrahman An.1995.
Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat.
Jakarta:Gema Insani Press. Natta,Abudin.2010.
Metodologi Studi Islam
.Jakarta:Raja Grafindo Persada