Anda di halaman 1dari 41

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anak

Undang-undang nomor 23 tahun 2002 pasal 1 ayat (1) tentang perlindungan anak

menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)

tahun, termasuk anak yang masih berada dalam kandungan. Kozier, et al. (2010)

menyatakan bahwa anak bukanlah miniatur dari orang dewasa melainkan sebagai

individu yang unik, sehingga tidak boleh memandang anak hanya dari segi fisik

saja, anak memiliki kebutuhan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya

sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya. Menurut R.A. Kosnan (2005), Anak

adalah manusia muda dalam umur muda dalam jiwa dan perjalanan hidupnya

karena mudah terpengaruh untuk keadaan sekitarnya.

B. Cerebral Palsy

1. Pengertian

Cerebral palsy (CP) merupakan salah satu penyebab tersering gangguan fisik

pada anak dimana pada umumnya anak mengalami gangguan pergerakan

(Terri & Susan 2018). Sedangkan menurut Libryani (2015), menyatakan

bahwa CP adalah kelompok pengkondisian yang mempengaruhi fungsi

motorik dan postur akibat lesi non progresif dari perkembangan otak yang

dapat disebabkan oleh faktor antenatal (80%), intra partum (10%), dan post

natal (10%).

7
8

2. Klasifikasi CP

Di otak, terdapat 3 bagian yang berbeda yang bekerja secara bersama dalam

menjalankan dan mengontrol kerja otak yang mempunyai pengaruh pada

fungsi pergerakan dan postur tubuh, dimana bila terjadi suatu kerusakan pada

bagian otak tersebut dapat membuat seseorang menjadi penderita CP, adapun

bagian otak tersebut adalah (Terri, 2018)

Korteks; spastic CP, menyebabkan


kekakuan otot atau ketegangan otot,
gerakan lambat dan canggung

Gangliabasal;athetoid CP (athetosi
koreoathetosis), menyebabkan gerakan tidak
terkontrol, terdapat pada kaki, lengan, tangan,
serta otot-otot wajah.

Cerebellum; ataksi CP, cirinya adalah


gerakan gemetar, serta mempengaruhi
keseimbangan dan juga kesadaran
Gambar 2.1 klasifikasi CP

Ada beberapa klasifikasi CP, diantaranya adalah:

a. Berdasarkan gejala dan tanda neurologis spastic diplegia, hingga saat ini,

CP diklasifikasikan berdasarkan kerusakan gerakan yang terjadi dan dapat

di bagi menjadi 4 kategori, yaitu:

1) CP Spastic

Salah satu model CP terbanyak yaitu 70% - 80%, dimana otot

mengalami kekakuan dan secara permanen akan mengakibatkan

kontraktur. Berdasarkan ekstremitas yang terkena CP spastic dapat

digolongkan menjadi beberapa bagian, yaitu:


9

a) Monoplegia

Suatu kejadian di mana spastic yang dialami hanya mengenai satu

ekstremitas saja, di mana pada umumnya hal ini terjadi pada

ekstremitas bagian atas.

b) Diplegia

Suatu kejadian spastic yang menyerang traktus kortiko spinal

bilateral yang menyebabkan lengan pada kedua sisi tubuh saja

sedangkan sistem-sistem yang lainnya normal.

c) Hemiplegia

Suatu kejadian spastic yang menyerang traktus kortiko unilateral,

yang menyebabkan kekakuan pada ekstremitas atas atau lengan

pada salah satu sisi saja.

d) Triplegia

Suatu kejadian spatic yang menyerang tiga bagian ekstremitas

dimana pada umumnya mengenai lengan pada kedua sisi tubuh

serta salah satu kaki pada salah satu bagian sisi tubuh.

e) Quadriplegia

Suatu kejadian spastic yang mengenai ektremitas atas dan

ekstremitas bawah sehingga mengakibatkan tungkai mengalami

kesulitan dalam pergerakan (Farhana, 2013)


10

Gambar 2.2 CP spatic berdasarkan jumlah ekstremitas yang terkena

Penanganan kasus CP diplegi spastic modalitas fisioterapi yang

digunakan adalah terapi latihan metode Bobath yaitu inhibisi dan

fasilitasi yang di anggap efektif dengan kondisi gangguan fungsional

berdiri dan berjalan. Metode Bobath dapat membantu mengajarkan

postur dan pola gerak yang normal, serta memelihara kualitas tonus

normal, walaupun dalam penelitian ini belum menunjukkan peningkatan

kemampuan motorik kasar yang signifikan Purnomo et al. (2018).

2) CP Atetoid atau Diskinetik

Merupakan bentuk CP dengan ciri penderita mengalami gerakan pada

bagian tubuh yang terjadi secara spontan, bergerak perlahan, dimana

gerakan ini mengenai tangan, kaki, lengan atau tungkai, dan pada

sebagian besar kasus mengenai otot muka dan lidah sehingga


11

menyebabkan anak tampak menyeringai serta selalu mengeluarkan air

liur. Gerakan dapat meningkat pada saat stress dan pada saat anak

tertidur gerakan tersebut akan menghilang, selain itu penderita CP tipe

ini juga mengalami masalah dengan koordinasi gerakan otot bicara

(disartria), CP atetoid terjadi sekitar 10-20 % penderita.

Setiap anak dengan CP memilki kemampuan persepsi yang normal

meskipun kemampuan fonetis artikulatoris mereka berbeda. Metode

Total Physical Respon (TPR) merupakan salah satu alternative metode

yang bisa digunakan bagi guru untuk meningkatkan kompetensi dan

performasi anak dengan CP, dimana pada penelitian ini adalah

mengenai jenis komunikasi verbal atau bahasa (Furri, 2018).

Dewi, et al. (2019), menyatakan bahwa pasien anak dengan CP

memiliki kesulitan dalam melakukan proses komunikasi terutama

dalam berbicara. Hal ini disebabkan oleh adanya kekakuan pada otot

organ bicara, penggunaan komunikasi alternatif berupa sistem I-Talk

yang memiliki dua komponen utama yaitu, tombol pemanggil untuk

memanggil orang disekitar pada saat membutuhkan bantuan dan papan

gambar untuk menyampaikan kebutuhan, memberikan hasil

peningkatan komunikasi pada subjek.


12

3) CP Ataksid

Tipe CP ini jarang dijumpai, biasanya mengenai keseimbangan dan

persepsi dalam, pada kasus ini penderita sering menunjukkan

koordinasi yang buruk, berjalan tidak stabil dengan gaya berjalan kaki

terbuka lebar, meletakkan kedua kaki dengan posisi yang saling

berjauhan, kesulitan dalam melakukan gerakan cepat dan tepat,

misalnya menulis, mengancingkan baju. Penderita tipe ini juga sering

mengalami tremor dimulai dengan gerakan volunter, seperti mengambil

buku, menyebabkan gerakan seperti menggigil, pada jenis ini mengenai

5- 10% penderita CP.

4) CP Campuran

CP jenis ini sering ditemui pada seorang penderita yang mempunyai

lebih dari satu bentuk CP yang telah dijelaskan di atas, dimana bentuk

CP campuran yang sering ditemui adalah spastik dan gerakan athetoid

tetapi tidak mengesampingkan kemungkinan adanya kombinasi lain

juga akan di jumpai (Farhan, 2013).

b. CP berdasarkan estimasi derajat beratnya penyakit dan kemampuan

penderita untuk melakukan aktifitas normal (Wiroreno, 2010):

1) Kategori ringan

Anak masih dapat melakukan pekerjaan atau aktivitas sehari-hari serta

hanya sedikit membutuhkan bantuan khusus.


13

2) Kategori sedang

Aktivitas anak terbatas dan membutuhkan bermacam-macam bantuan

atau pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, serta dapat

bergerak maupun berbicara.

3) Kategori berat

Anak tidak dapat melakukan aktivitas fisik secara normal dan tidak

mungkin dapat hidup tanpa pertolongan orang lain.

3. Permasalahan Lain Yang Berhubungan Dengan CP

Pada anak dengan CP biasanya juga mengalami permasalahan lainnya, dimana

kelainan otak dapat mengakibatkan gangguan fungsi motorik sehingga dapat

menyebabkan kejang dan mempengaruhi perkembangan intelektual anak

tersebut, aktivitas dan perilaku, serta penglihatan dan pendengaran.

Permasalahan yang berhubungan dengan CP (Berker dan Yalcin, 2010),

diantaranya yaitu:

a. Ganguan Mental (Mental Impairment)

Pada anak dengan CP sepertiganya mengalami masalah intelegensia

ringan, sepertiganya mengalami masalah sedang hingga berat serta

sepertiganya lagi tidak mengalami permasalahan. Anak CP dengan spastic

quadriplegi sering mengalami masalah dengan gangguan mental

b. Kejang atau Epilepsi

Pada anak dengan CP sering di temui adanya kejang, dimana pada saat

kejang aktivitas elektrik di otak yang awalnya normal akan mengalami


14

masalah akibat adanya letupan listrik yang tidak terkontrol. Anak CP yang

disertai epilepsi disebabkan karena aktivitas listrik yang dapat menyebar

keseluruh otak sehingga dapat menyebabkan kejang pada seluruh tubuh

seperti kejang tonik – klonik, atau gangguan tersebut hanya mengenai satu

bagian otak sehingga mengakibatkan kejang parsial.

Kejang tonik-klonik dapat mengakibatkan anak dengan CP mengalami

penurunan kesadaran, twitching pada kedua kaki dan tangan, serta adanya

kejang pada bagian tubuh dan mengakibatkan terganggunya sistem

perkemihan. Kejang parsial dapat dikategorikan menjadi simplek atau

kompleks, dimana pasien dapat mengalami halusinasi, berjalan tidak

seimbang, gerakan yang tidak terkendali serta tanpa tujuan bahkan dapat

mengalami ganggguan kesadaran.

c. Gangguan Pertumbuhan (Growth Problems)

Gangguan pertumbuhan sering terjadi pada CP dengan derajat sedang

hingga berat, terutama dapat terjadi pada CP quadriparesis. Gangguan

pertumbuhan merupakan sebutan dalam menggambarkan anak yang

mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya

meskipun anak tersebut mendapatkan asupan makanan yang cukup baik.

Pada bayi, gangguan pertumbuhan dapat terlihat dari kenaikan berat badan

yang tidak sesuai dengan usianya, pada anak usia dini, pertumbuhan dan

perkembangannya dapat terlihat sangat pendek, sedangkan untuk remaja,

dapat terlihat sebagai gabungan antara sangat pendek serta tidak terlihat
15

adanya tanda kematangan seksual. Gangguan pertumbuhan dapat terjadi

karena nutrisi yang tidak adekuat dan fungsi otak yang mengalami

gangguan dalam mengontrol proses tumbuh kembang. Pada bagian otot

yaitu, otot kaki yang mengalami kekakuan mempunyai kecenderungan

lebih kecil dibanding dengan otot normal. Sebagian besar dapat ditemukan

pada penderita CP dengan tipe spastik hemiplegia, hal ini disebabkan,

tungkai pada bagian yang mengalami spastik tidak dapat tumbuh seperti

pada tungkai yang normal.

d. Gangguan Penglihatan dan Pendengaran (Impaired vision of hearing)

Anak dengan CP dapat menderita strabismus, yaitu adanya ketidaksamaan

antara otot mata bagian kanan dan kiri yang mengakibatkan mata tidak

tampak segaris. Hal ini dapat menimbulkan gejala penglihatan ganda. Jika

permasalahan tersebut tidak segera dilakukan tindakan dapat

mengakibatkan gangguan penglihatan berat yang terjadi pada satu mata

dan sebenarnya dapat diintervensi dengan kemampuan visus tertentu,

misalnya membatasi jarak pandang.

Pada anak CP yang mengalami strabismus dapat direkomendasikan terapi

pembedahan. Hemianopia dapat dialami oleh anak dengan hemiparesis,

yaitu suatu keadaan anak mengalami kecacatan visus atau kebutaan yang

mengenai lapang pandang normal pada bagian satu sisi. Hemianopia

homonymous, merupakan kelainan yang mengenai lapang pandang pada


16

kedua mata. Selain permasalahan pada penglihatan anak dengan CP juga

dapat mengalami gangguan pendengaran.

e. Sensasi dan Persepsi abnormal (Abnormal sensation and perception)

Kemampuan dalam merasakan sensasi seperti sentuhan dan nyeri sering

mengalami gangguan pada anak dengan CP, selain itu anak dengan CP

juga mengalami permasalahan dalam merasakan sensasi dan dalam

mengenali suatu benda melalui sensasi (stereognosia)

f. Feeding problems.

Permasalahan nutrisi pada anak dengan CP dapat disebabkan karena

kesulitan dalam mengunyah, menelan, bahkan menggigit, hal ini

disebabkan CP dapat mempengaruhi cara anak dalam menggerakkan

wajah, mulut, serta kepala. Penelitian yang dilakukan oleh Speyer, et al.

(2019) berdasarkan 42 artikel yang dikumpulkan mengenai prevalensi

masalah air liur, menelan dan makan pada orang dengan CP, dengan

menggunakan meta analysis didapatkan hasil bahwa, 44,0% (95% CI 35,6-

52,7) untuk air liur, 50,4% (95% CI 36,0-64,8) untuk masalah menelan,

dan 53,5% (95% CI 40,7-65,9) untuk masalah makan. Hal ini

menunjukkan bahwa orang dengan CP beresiko tinggi untuk kekurangan

gizi serta dehidrasi, pneumonia, aspirasi yang menyebabkan kualitas hidup

kurang baik. Usman dan Asghar (2017), menyatakan bahwa lima puluh

persen anak-anak yang menderita CP memiliki kemampuan makan yang

tidak memadai. Masalah makan ini terkait dengan disfungsi motorik oral
17

yang umum pada pasien CP, selain itu masalah makan juga

mengakibatkan komplikasi yang berbeda pada anak dengan CP.

Kusumah (2017), menyatakan bahwa, salah satu tema yang didapatkan

dalam penelitian kualitatifnya adalah perilaku adaptif dan mal adaptif ibu

selama merawat anak dengan CP, diantaranya yaitu; 1). memberi

kebutuhan nutrisi, 2). Membantu pemenuhan kebutuhan personal hygine,

3). Membantu memenuhi kebutuhan eliminasi.

Melunovic, et al. (2017) mengatakan bahwa anak dengan CP merupakan

orang-orang dengan gangguan motor yang berat yang secara signifikan

mempengaruhi berat badan jika dibandingkan dengan anak yang sehat.

Salah satu penyebab adalah adanya disfungsi oromotor, yang memiliki

dampak negatif kepada status gizi, hal ini juga terjadi bukan hanya kepada

anak CP dengan gangguan motorik yang berat tetapi juga terjadi pada anak

dengan gangguan motorik yang ringan. Ketergantungan makan pada

orangtua selama makan serta lamanya waktu makan juga penting.

Pemantauan secara berkala terhadap status gizi dengan anak CP sangatlah

penting untuk meningkatkan kualitas hidup dari anak dengan CP maupun

keluarganya.

g. Communication

Anak dengan CP mengalami gangguan dalam mengendalikan otot pada

bibir, rahang, serta mulut, selain itu juga anak dengan CP mempunyai
18

masalah dalam mengendalikan otot pernafasan untuk mengeluarkan suara,

sehingga mereka mengalami permasalahan dalam kejelasan berbicara .

Penelitian oleh Ferdous, et al. (2018), menyatakan bahwa secara umum

anak dengan CP memiliki kurang presisi articulator, seperti menghasilkan

vocal yang paling mudah karena tidak membutuhkan gerakan dinamis dari

struktur artikulator. Sebaliknya, transisi fonetik seperti konsonen yang

paling sulit untuk menghasilkan karena memerlukan kontrol motorik

halus, dimana kontrol motorik halus digunakan untuk memindahkan

artikulator. Ketika seorang anak memiliki masalah dengan artikulasi, maka

anak tersebut akan mengalami kesulitan dalam membuat suara-suara

tertentu.

h. Drooling

Anak dengan CP memiliki masalah dalam mengendalikan otot pada

bagian mulut serta tenggorokan sehingga mengakibatkan keluarnya air liur

yang tidak disengaja dari mulut. Hal ini dapat mengakibatkan adanya

gangguan pada bagian kulit yang berat dan anak tersebut akan mengalami

keterasingan dari teman-teman yang sesuai dengan usianya.

Gayatrina, et al. (2018), dalam penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui kebutuhan dalam perawatan anak dengan CP mengalami

drooling menghasilkan sepuluh tema yaitu: 1) kebutuhan mengatasi

drooling, 2) kebutuhan untuk mengatasi perasaan sedih, malu, hancur,

rendah diri, sakit hati, sensitive, tersinggung bila anak direndahkan, tidak
19

tega, perasaan menolak, tidak terima, takut, dan menyalahkan diri sendiri,

3) kebutuhan mengatasi rasa malu anak dan respon negative temannya, 4)

kebutuhan pembiayaan untuk terapi anak, 5) kebutuhan kekuatan rasa

semangat, rasa syukur, kesabaran dan ikhtiar ibu, 6) kebutuhan untuk

diterima oleh masyarakat dan perhatian oleh pemerintah, 7) kebutuhan

modifikasi buku dan alat pengering drooling, 8) upaya perawatan ibu

mengatasi drooling, 9) pemahaman ibu yang kurang , 10) harapan ibu

terhadap yayasan dan pemerintah tentang pelayanan kesehatan, pendidikan

serta kemandirian anak.

i. Incontinence

Anak dengan CP mungkin akan mengalami suatu keadaan dimana secara

tidak sadar melakukan BAK pada waktu melaksanakan aktifitas fisik serta

mungkin juga akan melakukan BAK di tempat tidur, permasalahan

tersebut disebabkan terganggunya kontrol pada otot kandung kemih.

Penelitian yang dilakukan oleh Ghorbanpour, et al. (2018), menyatakan

bahwa anak-anak dengan CP memiliki masalah cukup tinggi dengan

gangguan tidur dibandingkan dengan anak-anak normal, perbedaan ini

lebih memungkinkan karena kognitif, emosional serta masalah kesehatan

fisik pada anak dengan CP dapat meningkatkan kinerja tidur yang buruk.

Ketidakmampuan mengubah posisi tubuh sepanjang malam juga dapat

berkontribusi untuk gangguan tidur.


20

4. Manajemen terapeutik

Manajemen terapeutik pada anak dengan CP adalah membantu anak mencapai

perkembangan dan fungsi optimum di dalam keterbatasan penyakit. Terapi

terutama bersifat preventif, simtomatik, dan suportif. Manajemen spastisitas

dapat menjadi prioritas utama dan akan ditentukan oleh temuan klinis, dengan

melibatkan banyak disiplin ilmu termasuk dokter umum, dokter spesialis,

perawat, ahli terapi fisik, ahli terapi okupasi, ahli terapi wicara, ahli diet,

psikolog, konselor, guru dan orang tua.

Manajemen medis berfokus untuk meningkatkan mobilitas melalui

penggunaan mobilitas terapeutik dan obat. Penggunaan modalitas terapeutik,

seperti terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi wicara penting dalalm

meningkatkan mobilitas dan perkembangan pada anak yang mengalami CP,

(Terri dan Susan, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Kusumah (2017), didapatkan salah satu tema

yaitu tentang perkembangan kesehatan anak CP. Perkembangan kesehatan

anak CP terjadi hampir pada seluruh partisipan. Beberapa partisipan mengakui

dengan diadakannya terapi sinar anaknya mengalami kemajuan perkembangan

yang baik meskipun lambat perkembangannya, selain terapi sinar yang

dilakukan secara rutin mereka juga melatih anaknya sesuai kemampuan.

Partisipan secara rutin mengajari anaknya duduk, mengajari berjalan,

mengajak bicara agar anaknya bisa berkomunikasi.


21

5. Dampak anak dengan CP terhadap orangtua

CP merupakan gangguan seumur hidup yang dapat mengakibatkan gangguan

fisik dan kognitif yang berat. Pada beberapa kasus, gangguan fisik

mengharuskan perawatan harian intensif pada anak, dengan memberi

perawatan yang intens setiap hari, dapat mengakibatkan kelelahan pada orang

tua. Menyesuaikan diri dengan tuntutan penyakit multidimensi sulit dilakukan.

Anak sering kali dirawat inap dan harus menjalani beberapa pembedahan

korektif yang dapat membebani keluarga termasuk aspek financial (Terri dan

Susan, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Riberio, et al. (2016) menyatakan bahwa

merawat anak dengan CP yang mengalami kerusakan ringan merupakan

tantangan serius dan overbundens bagi orang tua. Masalah emosional dua kali

lebih mungkin pada anak-anak dengan CP, hal ini meningkatkan tingkat stress

pada orang tua dan pengasuh mereka, sehingga mereka memiliki kesehatan

yang tidak baik dari segi fisik maupun psikologis.

Glinac, A, et al. (2017), menyatakan bahwa ibu dari anak dengan CP

mempunyai tekanan psikologis, berada pada pengaruh stress dan depresi,

khawatir akan masa depan anak mereka, sebagian besar menghabiskan waktu

mereka di gizi, kesehatan, pengobatan, rehabilitasi anak, faktor keuangan

(transportasi, perawatan anak, terapi, peralatan adaptif) yang menyebabkan

turunnya kualitas hidup ibu, berbeda dengan ibu yang memiliki anak normal

dimana mempunyai lebih banyak waktu luang.


22

Gomez (2017), menyatakan bahwa seorang ibu yang memiliki anak dengan

cerebral palsy akan memiliki tingkat stress yang sangat tinggi, karena

kewajibannya dalam merawat anak dengan CP. Ibu juga akan mempunyai

waktu yang sedikit untuk menikmati kegiatan santai dan istirahat, bahkan

terkadang mereka sedikit mengabaikan kesehatan dirinya sendiri, selain itu ibu

akan merasa stress dan khawatir akan masa depan anaknya yang menderita

CP.

De Andra, et al. (2017) mengungkapkan bahwa pedoman yang diterima oleh

ibu dari tim kesehatan perlu di sesuaikan dengan lingkungan masing-masing

baik anak dan keluarga mereka, menunjukkan bahwa disamping pentingnya

intervensi pendidikan orang tua dalam kesehatan adalah penting untuk

melaksanakan pelatihan yang berkesinambungan untuk tim stimulasi dini

dengan focus pada pendekatan yang berpusat pada keluarga.

C. Teori Keperawatan Cronic Sorrow

1. Konsep Utama Teori

Salah satu konsep model teori keperawatan yang merupakan middle range

teori adalah teori chronic sorrow. Teori ini berisi tentang fenomena yang

spesifik permasalahan yang terjadi akibat dari penyakit kronis diantaranya

proses berduka, kehilangan, faktor pencetus dan metode manajemennya.

a. Berduka kronis (chronic sorrow)

Proses berduka merupakan suatu perbedaan yang terjadi sebagai akibat

dari suatu proses kehilangan karakteristik perspasif serta menetap.

Pengalaman kehilangan pada seseorang bisa terjadi secara berulang


23

sehingga berpotensi progresif maupun periodic (Alligood, 2014).

b. Kehilangan (Loss)

Proses kehilangan terjadi akibat adanya perbedaan antara harapan

dengan kenyataan maupun pengalaman yang pernah dialami. Seperti

pada anak normal dengan anak yang mempunyai penyakit kronik, pada

kondisi yang sangat berbeda dengan keadaan normal. Penelitian yang

dilakukan oleh Valentina (2014), menyatakan bahwa faktor yang

membantu adaptasi secara psikologis pada orangtua yang memiliki

anak CP terdiri dari empat faktor, yaitu: karakteristik CP, dukungan

social, sudut pandang terhadap masalah serta strategi koping. Cara

orangtua dalam menerima keadaan anaknya merupakan cara yang

dilakukan secara berkelanjutan dan mewujudkan kemampuan orangtua

untuk beradaptasi. Stress serta rasa khawatir bukan hanya terlihat pada

saat diagnosa ditegakkan, tetapi juga dapat terlihat karena kelelahan

dalam merawat anak. Dukungan sosial yang diberikan dari keluarga,

tetangga, layanan kesehatan merupakan bagian dari komponen yang

dapat mendukung orangtua dalam beradaptasi dengan kondisi anak

CP.

c. Peristiwa Pencetus (Triger Events)

Penyebab dari berduka kronis, dapat disebaban karena kondisi, serta

keadaan yang menyebabkan proses kehilangan terjadi lebih dari satu

kali sehingga dapat membuat perasaan berduka semakin tidak baik.

(Alligood, 2014).
24

d. Metode Manajemen (Management Method)

Metode Manajemen merupakan salah satu cara agar seseorang dapat

menerima kondisi berduka kronis. Metode manajemen ini terbagi

menjadi dua yaitu internal (koping yang berasal dari individu

seseorang) dan eksternal (koping yang berasal dari luar individu

seperti dukungan masyarakat maupun tenaga kesehatan). Kedua

mekanisme koping tersebut akan berhasil diterapkan jika seseorang

yang mengalami kondisi berduka kronis mampu mengatur perasaan

secara baik, sehingga tidak akan membuat seseorang tersebut

mengalami perasaan yang makin membuatnya berduka.

Mekanisme koping salah satunya adalah respon kognitif contohnya

berfikir positif, seseorang dalam melakukan tindakan disesuaikan

dengan kemampuan dirinya. Contoh respon interpersonal adalah pergi

bergabung dalam komunitas yang memiliki kesamaan permasalahan

(group) untuk berkomunikasi dengan orang lain. Respon emosional

seperti menangis maupun mengungkapkan perasaan lainnya.

Manajemen eksternal adalah tindakan yang diberikan oleh tenaga

kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan dengan tenaga

kesehatan yang profesional dan kompeten serta adanya caring dari para

pemberi asuhan secara professional dapat meningkatkan perasaan

nyaman bagi mereka, (Alligood, 2014).


25

e. Inefektif Managemen

Inefektif manajemen merupakan bagian dari ketidak efektifan koping

individu dalam menangani perasaan berduka, sehingga timbul rasa

ketidaknyamanan.

f. Effective Management

Effective management merupakan bagian dari mekanisme koping

individu yang dapat mengatasi perasaan berduka sehingga

meningkatkan perasaan nyaman.

g. NCRCS menyatakan jika berduka kronis merupakan suatu masalah

yang dapat diatasi bila seseorang dapat melakukan manajemen

perasaannya secara baik. Strategi koping internal :

1) Action (tindakan), merupakan respon yang berasal dari seseorang

yang mengalami kesedihan kronis maupun dari tenaga

kesehatannya. seperti metode distraksi yang sudah digunakan

untuk mengatasi nyeri. Penelitian yang dilakukan oleh Kamila

(2018), menyatakan bahwa para ibu dengan anak CP memiliki

tingkat stress yang sangat tinggi, sehingga membuat mereka harus

melakukan usaha dalam mengatasi stress yaitu koping. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa problem focus koping pada ibu

yang memiliki anak dengan CP memiliki kategori yang tinggi. Hal

ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak dengan CP

cenderung menggunakan problem focused coping saat menghadapi

kesulitan atau masalah yang dihadapi ketika mengasuh anak

dengan CP.
26

2) Kognitif, mekanisme koping ini juga sering digunakan, misalnya

berpikir positif, ikhlas menerima semua ini.

3) Interpersonal, mekanisme koping interpersonal misalnya

melakukan konsultasi dengan psikologi maupun ahli jiwa,

bergabung dengan kelompok pendukung, untuk berbagi

pengalaman.

4) Emosional, mekanisme koping emosional misalnya adalah

menangis dan mengekspresikan emosi. Penelitian yang dilakukan

oleh Ikasari (2017), menyatakan bahwa orangtua dengan anak CP

mempunyai prioritas agar anak dapat memiliki kemandirian dalam

menjalankan kebutuhan sehari-harinya, kondisi anak dengan CP

yang tergantung kepada orang lain dalam melakukan aktivitas

sehari-harinya dapat berlangsung seumur hidup sehingga membuat

kondisi stress pada ibu. Regulasi emosi merupakan strategi baik

sadar maupun tidak sadar terkait apa yang digunakan individu

untuk memodulasi respon emosional mereka dalam bentuk

perasaan, perilaku, dan respom fisiologis terkait suatu kejadian.

Hasil penelitian didapat bahwa semakin tinggi regulasi emosi maka

semakin rendah pula stress yang dihadapi ibu dalam mengasuh

anak dengan CP, demikian pula sebaliknya bahwa semakin rendah

regulasi emosi yang dimiliki ibu maka semakin tinggi pula tingkat

stress yang dialami oeh ibu.


27

Strategi manajemen akan dianggap berhasil jika seseorang yang

mengalami kondisi berduka berulang dapat mengatasi perasaan

kehilangan tersebut. Tindakan yang diberikan oleh tenaga kesehatan

dengan cara bersikap empati, pemberian edukasi, maupun tindakan

professional lainnya sehingga seseorang dapat merasa lebih nyaman.

Devina (2016), menyatakan bahwa seorang ibu yang mengasuh anak

dengan CP, sering mengalami situasi yang dapat mengakibatkan stress,

sehingga seorang ibu yang merupakan pengasuh utama pada anak

dengan CP membutuhkan suatu kepribadian yang dapat membuatnya

bisa bertahan dalam situasi yang membuatnya stress.

Penelitian yang dilakukan oleh Kusumah (2017), salah satu tema yang

didapatkan dalam penelitiannya adalah harapan ibu selama merawat

anak CP, tema ini terdiri dari dua kategori yaitu, harapan kesembuhan

anak, yang diungkapkan keempat partisipan dalam penelitian ini,

harapan ini diungkapkan bahwa mereka mempunyai keinginan anaknya

sembuh kembali normal. Kategori kedua yaitu, meningkatnya

pelayanan kesehatan, dari lima partisipan menginginkan peningkatan

yang lebih baik. Dua partisipan menginginkan peningkatan dalam hal

skill petugas kesehatan, attitude perawat harus lebih ditingkatkan

menjadi lebih ramah dan care, penambahan jumlah fasilitas pendukung

untuk peningkatan kesehatan anak, serta penambahan jumlah sumber

daya manusia (SDM).


28

LIFE SPAN

Chronic sorrow

Loss Pervasive
experience
Permanent
disparity
Ongoing
Periodic
Single event
Potentially progressive

Trigger
events
Management
methode

External
Internal

Ineffective Effective

discomfort
Increased
comfort

Gambar 2.3 Model system perawatan cronic sorrow, Alligood, 2014

2. Asumsi Teori

a. Clarity (kejelasan)

Teori chronic sorrow menggambarkan fenomena yang terjadi pada

individu yang mengalami kehilangan. Hubungan antar konsep

diartikan secara jelas sehingga menghasilkan pemahaman yang tepat.

Teori Chronnic sorrow memberikan pemahaman kepada individu


29

dalam menghadapi dan memahami suatu proses kehilangan atau

berduka yang memanjang.

Teori chronic sorrow terdiri dari adanya penyebab berduka

(antecenden), triger event, dan metode manajemen (internal dan

eksternal). Metode manajemen yang digunakan dapat direspon secara

baik maupun tidak baik yang pada akhirnya akan mempengaruhi

kenyamanan. Jika manajemen yang digunakan baik maka orang

tersebut akan mendapatkan kenyamanan dalam kondisi berdukanya

tetapi jika manajemen yang digunakan tidak baik, maka orang tersebut

akan mengalami ketidaknyamanan.

Teori chronic sorrow mempunyai kesamaan dengan teori keperawatan

lainnya yaitu menganggap individu, keluarga dan kelompok,

merupakan focus utama dari perawatan, tetapi pada teori ini

dukungan masyarakat kurang diperhatikan sebagai faktor pendukung

pada orang yang megalami berduka kronis. Konsep dalam teori ini

menganggap bahwa tenaga kesehatan merupakan sumber manajemen

eksternal yang dapat meningkatkan rasa nyaman, melalui pemberian

asuhan yang professional, peningkatan caring, peran empatik serta

edukasi.

Individu dengan pengalaman kesedihan biasanya akan menggunakan

metode manajemen dalam mengatasinya. Metode yang digunakan

berasal dari internal (koping personal) maupun dari eksternal


30

(dukungan orang yang berharga maupun tim kesehatan). Metode

manajemen tersebut akan efektif, jika individu yang mengalami

berduka kronis dapat meningkat perasaan Kenyamanannya. Akan

Tetapi metode tersebut tidak efektif jika terjadi hal sebaliknya.

b. Simplicity (kesederahaan)

Kesederhanan dalam teori ini tampak dari fokus yang berorientasi

hanya pada fase berduka kronis. Pada teori chronic sorrow proses

berduka merupakan suatu hal yang alami serta dapat berkembang,

selain itu dalam teori ini memaparkan sub konsep yang terdiri dari

metode manajemen internal dan eksternal. Dalam metode manajemen

yang digunakan oleh pasien maupun keluarga sebagai primary care

giver dapat menghasilkan dua respon yaitu respon efektif dan inefektif

c. Generality ( Keumuman / generalisasi)

Teori ini berawal dari adanya penelitian pada orangtua yang memiliki

anak dengan permasalahan fisik maupun kognitif, melalui adanya

pembuktian yang telah diamati, maka teori ini diperluas untuk

memasukkan beberapa faktor dari pengaruh kehilangan. Konsep teori

chronic sorrow ini dapat diterapkan dengan jelas tentang rentang

kehilangan serta dapat digunakan dalam membantu seseorang yang

mengalami kehilangan dan berduka yang berkepanjangan.


31

d. Empirical Precision (Presisi Empiris)

Middle range teori memiliki karakteristik area tertentu sehingga

mempermudah peneliti dalam mempelajari fenomena, dengan jumlah

variable tertentu, peneliti dapat menyamaratakan hipotesa yang

berkaitan dengan penelitian pada tindakan keperawatan yang dapat

meningkatkan keberhasilan metode manajemen pada kehilangan

berulang. Sindeaux, et al. (2016), mengatakan bahwa dukungan social

yang dirasakan oleh pengasuh anak-anak dengan CP merupakan

variabel penting untuk memahami dampak dari kecacatan pada

hubungan perawatan dengan stress orangtua. Dukungan social dan

aspek sosiodemografi dapat meningkatkan pengetahuan tentang proses

pengasuhan serta memberikan alasan untuk perumusan pemberian

layanan yang efektif.

Penelitian yang dilakukan oleh Lord, et al. (2018), didapatkan bahwa

dari hasil pencarian literature diidentifikasi tiga tema utama yaitu; a).

membangun hubungan kepercayaan, b). memungkinkan orang tua

untuk mengatasi, c). untuk orangtua dan professional keperawatan

kesehatan untuk melihat intervensi sebagai prioritas.

Penelitian yang dilakukan oleh Purbo (2016), menyatakan bahwa

kepribadian ibu terkait dengan cara ibu menghadapi situasi yang ada,

karena kepribadian terkait dengan cara individu memandang sesuatu

menghadapi tekanan, dan menjalani kehidupan sehari-hari. Seseorang


32

yang berkepribadian tangguh akan melihat tekanan sebagai

kesempatan, melihat setiap kondisi secara lebih optimis dan mau

terlibat secara aktif dalam peristiwa hidup yang dialami. Kepribadian

tangguh membantu ibu menanggapi secara lebih positif tantangan yang

muncul karena mengasuh anak penyandang CP.

Ramanandi, et al. (2019), menyatakan berdasarkan hasil tinjauan

literatur, para peneliti menyimpulkan bahwa pengasuh orangtua,

terutama ibu-ibu, pengalaman tingkat stres yang lebih tinggi dan

depresi, secara keseluruhan memiliki kualitas hidup yang rendah

dibandingkan dengan orangtua dari anak-anak yang sehat. Faktor-

faktor konsisten terkait dengan ini adalah: perilaku anak dan masalah

kognitif, self-efficacy yang rendah, serta dukungan sosial yang rendah.


33

D. Artikel Terkait
No Judul/Peneliti/Jurnal Desain dan Sampel Tujuan Penelitian Hasil Kesimpulan
1 Penyesuaian Psikologis Desain penelitian Tujuan dalam Dukungan secara emosional yang Penelitian ini memberikan gambaran
Orangtua Dengan Anak menggunakan metode penelitian ini adalah didapat dari lingkunagn seperti dari tentang beberapa faktor yang
Cerebral Palsy. kualitatif dengan untuk mengeskplor keluarga besar, serta pihak yayasan mendukung penyesuaian psikologis
pendekatan penerimaan secara yang menyelenggarakan terapi bagi orangtua dengan disabilitas. Empat
Tience Debora Valentina. fenomenologi. psikologis pada orang anak-anaknya, dan juga diskusi faktor yang dimaksud adalah
sample dalam tua dengan anak CP yang dilakukan bersama dengan karakteristik disabilitas anak,
Psikologia:Jurnal penelitian ini adalah orangtua lain yang memiliki anak dukungan sosial, sudut pandang
Pemikiran & Penelitian empat pasang orang CP. Dukungan tersebut membuat terhadap
Psikologi tua dengan anak CP orangtua mampu bertahan. masalah dan strategi koping
Tahun 2014, Vol. 9, No. dimana usia anak yaitu Rekomendasi
2, hal. 57-64 pada usia 10-17 tahun adanya penelitian yang dapat lebih
www.jurnal.usu.ac.id/psik mengeksplor faktor lain terkait
ologia psikologis orangtua dengan anak CP
34

No Judul/Peneliti/Jurnal Desain dan Sampel Tujuan Penelitian Hasil Kesimpulan


2 Hubungan Antara Metode pengumpulan Penelitian ini Uji asumsi dilakukan dengan uji Berdasarkan hasil penelitian, maka
Regulasi Emosi Dengan data pada penelitian ini bertujuan untuk normalitas dan linearitas. Hasil uji dapat disimpulkan bahwa terdapat
Stres Pengasuhan Ibu menggunakan metode mengetahui normalitas di atas variabel Stres hubungan negatif antara variabel
Yang Memiliki Anak skala psikologi yang hubungan antara Pengasuhan menunjukkan nilai regulasi emosi dengan variabel stres
Cerebral Palsy. terbagi menjadi dua Regulasi Emosi Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,967 dalam merawat/mengasuh anak
skala, yaitu skala stres dengan Stres dengan p=0,307 (P>0,05) cerebral palsy. Kesimpulan tersebut
Anindya Ikasari, Ika pengasuhan dengan 37 Pengasuhan Ibu yang dan Regulasi Emosi menunjukkan berarti bahwa semakin tinggi
Febrian Kristiana. aitem valid dan memiliki anak nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar regulasi emosi maka semakin rendah
koefisiensi reliabilitas cerebral palsy 0,620 dengan p = 0,836 (P>0,05). pula stres daam mengasuh/merawat,
Jurnal Empati, Oktober = 0,941, sedangkan Hal ini menunjukan bahwa stres demikian pula sebaliknya bahwa
2017 Volume 6 (Nomor skala pengasuhan dan regulasi emosi semakin rendah regulasi emosi ibu
4), halaman 323-328 regulasi emosi dengan memiliki data berdistribusi normal. maka semakin tinggi pula stres ibu
total 37 aitem valid Hasil uji linieritas menunjukan nilai dalam mengasuh/merawat anak
dan koefisiensi F sebesar 12,250 dengan signifikasi dengan cerebral palsy.
reliabilitas 0,972. p=.001 (p < ,05), dengan demikian
sample dalam dapat disimpulkan bahwa hubungan Rekomendasi
penelitian ini adalah antara regulasi emosi dan stres Bagi peneliti selanjutnya yang ingin
ibu yang memiliki pengasuhan adalah linier. Hasil melakukan penelitian dengan topic
anak cerebral palsy analisis regresi sederhana ini, diharapkan dapat meneliti pada
dan tercatat aktif menunjukan besarnya koefisien subjek yang memiliki stress
mengikuti terapi di korelasi antara regulasi emosi pengasuhan tinggi dengan penelitian
PNTC (Pediatric and dengan stres pengasuhan sebesar - kualitatif.
Neurodevelopmental 0,451 dengan signifikansi 0,001.
Therapy Centre)dan Hal ini menujukan ada hubungan
YPAC Surakarta. negatif antara variable regulasi
Teknik pengambilan emosi dengan variabel stres
sumpel mengunakan pengasuhan ibu yang memiliki anak
teknik quota sampling cerebral palsy.
dengan melibatkan 30
orang untuk uji coba
alat ukur dan 50 untuk
penelitian
35

No Judul/Peneliti/Jurnal Desain dan Sampel Tujuan Penelitian Hasil Kesimpulan


3 Determinants of parent Sampel dalam Tujuan Sebuah pencarian literatur Tema serta konsep yang dihasilkan
delivered therapy penelitian ini adalah utama dari kajian ini diidentifikasi 17 artikel, yang dalam penelitian, dapat dijadikan
interventions in children jurnal yang terbit di, adalah untuk memenuhi kriteria inklusi. Tiga sebagai rujukan untuk dukungan
with cerebral palsy: A Medline, memperoleh tema utama diidentifikasi: (a) orangtua maupun perawat
qualitative synthesis and PubMed,Scopus,Emba pemahaman yang membangun hubungan profesional dalam memberikan
checklist. se, CINAHL, dan lebih dalam faktor- kepercayaan, (b) memungkinkan intervensi kepada anal dengan CP,
Cochrane, dengan faktor penentu orang orang tua untuk mengatasi, dan (c)
Clarissa Lord, Tim kriteria inklusi sebagai tua yang efektif untuk orang tua dan profesional
Rapley, Claire Marcroft, berikut: perawatan kesehatan untuk melihat
Janice Pearse, Anna menggambarkan intervensi sebagai prioritas.
Basu. pengalaman orangtua,
perawat profesional
DOI: 10.1111/cch.12592 yang memberikan
perawatan pada anak-
anak dan remaja usia 0
- 18 tahun dengan
cerebral palsy.
Desain dengan
menggunakan metode
kualitatif yang dinilai
Pendekatan etnografi
4 Gambaran hardiness pada Penelitian ini juga Dengan adanya Dalam penelitian ini ditemukan Berdasarkan penelitian yang telah
sebagai ibu pengasuh menggunakan metode penelitian ini dapat bahwa ketiga ibu menganggap, dilakukan, didapatkan kesimpulan
Utama anak cerebral kualitatif dengan menambah perannya dalam mengasuh anak gambaran ketangguhan pada diri ibu
palsy. pendekatan aplikasi teori mereka merupakan sebuah yang menjadi pengasuh utama anak
Lani Devina, Handayani fenomenologi, dengan hardiness dalam tanggungjawab dan bukanlah CP. Gambaran ketangguhan tersebut
Penny mendeskripsikan bidang anak sebuah beban. Ketiga ibu juga dapat dijelaskan melalui tiga dimensi
IJDS 2016: Vol.3: No. 1: gambaran yang berkebutuhan khusus. merasakan adanya perubahan positif yang dimiliki oleh ibu yaitu
Page 26 - 33 mendalam terkait dalam diri mereka seperti merasa commitment, control, dan challange.
pengalaman ibu semakin dewasa dan juga semakin
mengasuh/merawat bertanggungjawab. Tidak tertutup
anak CP dan kemungkinan untuk dimensi
ketangguhan yang challange mempengaruhi dimensi
36

No Judul/Peneliti/Jurnal Desain dan Sampel Tujuan Penelitian Hasil Kesimpulan


dimiliki oleh ibu commitment, ataupun antar dimensi Rekomendasi dari penelitian ini
Jumlah partisipan yang saling adalah,
terlibat sebanyak tiga mempengaruhi satu sama lain  bahwa dalam penelitian ini
orang karena peneliti pemilihan partisipan dilakukan
sudah mendapatkan berdasarkan asumsi peneliti,oleh
data yang berulang karena itu untuk penelitian
setelah sampai pada selanjutnya diharapkan pemilihan
subjek ketiga. partisipan berdasarkan alat ukur
agar terbukti valid.
 penelitian selanjutnya diharapkan
dapat menambahkan informasi
terkait faktor yang mempengaruhi
ketangguhan secara mendalam
bukan hanya berdasarkan tiga
dimensi yang dimliki oleh
ketangguhan.
 Penelitian selanjutnya dapat
menggali mengenai kepuasan
berdasarkan dari pengalaman
positif pengasuhan anak dengan
CP

5 Hubungan Antara Sample dalam Tujuan penelitian Hasil penelitian menunjukkan Kesimpulan
Hardiness Dengan penelitian ini adalah, dilakukan, untuk bahwa problem focused coping Penelitian ini didapatkan adanya
Problem Focused Coping ibu yang memiliki mengetahui pada ibu yang memiliki anak hubungan positif antara hardiness
Pada Ibu Yang Memiliki anak cerebral palsy di hubungan antara cerebral palsy berada pada kategori dengan problem focused coping pada
Anak Cerebral Palsy Di Yayasan Pembinaan Hardiness dengan tinggi sebanyak 39 dengan ibu yang memiliki anak cerebral
Kota Surakarta. Anak Cacat (YPAC) problem focused prosentase 67,24%. Hal ini palsy dengan nilai koefiensi korelasi
Surakarta dan coping pada ibu yang menunjukkan bahwa mayoritas ibu r = 0,599 dan signifikansi sebesar
Meiska Yusrona Kamila, Pediatric and memiliki anak cenderung menggunakan problem- 0,000 (p < 0,05), berarti semakin
Hastaning Sakti. Neurodevelopmental cerebral palsy di focused coping saat menghadapi tinggi hardiness maka semakin tinggi
Therapy Centre Kota Surakarta. kesulitan atau masalah yang problem focused coping, dan
(PNTC). dihadapi ketika mengasuh anak sebaliknya ketika semakin rendah
37

No Judul/Peneliti/Jurnal Desain dan Sampel Tujuan Penelitian Hasil Kesimpulan


Jurnal Empati, Oktober Populasi dalam cerebral palsy. Tingginya skor hardiness maka semakin rendah
2018, Volume 7 (Nomor penelitian ini problem focused coping juga problem focused coping.
4), Halaman 67-73 berjumlah 70 orang menunjukkan bahwa ibu yang
dengan rincian, 42 memiliki anak cerebral palsy Rekomendasi, peneliti selanjutnya
orang rutin terapi di mampu melakukan coping yang diharapkan memperhatikan serta
YPAC Surakarta dan berfokus pada masalah dengan baik, mempertimbangkan keterbatasan dari
28 orang rutin terapi di hal tersebut ditunjukkan dengan ibu penelitian yang telah dilakukan,
Pediatric and mencari informasi mengenai sehingga diperoleh data yang lebih
Neurodevelopmental cerebral palsy, aktif mendampingi maksimal, dan dapat mengeksplor
Therapy Centre anak dalam menjalani terapi, dan faktor internal lainnya yng
(PNTC). berkonsultasi dengan guru atau berhubungan dengan problem focus
psikolog di yayasan. coping.
Sampel yang
digunakan pada
penelitian ini dipilih
dengan metode
purposive sampling
6 The nature of language Desain penelitian, Tujuan dari Secara umum, kebanyakan pasien Kesimpulan
problem in Bangladeshi menggunakan metode penelitian ini adalah, anak-anak CP memiliki kurang Pada anak CP yang lahir tidak
children with cerebral cross-sectional secara untuk melihat presisi artikulator. Simple menangis segera saat setelah lahir,
palsy: an observation deskriptif. permasalahan 'SteadyState' fonem seperti vokal ditemukan permasalahan dalam
using neurolinguistic bahasa pada anak- yang paling mudah untuk mengartikulasikan kata.
approach. Sample penelitian, anak Bangladesh menghasilkan karena mereka tidak
dilakukan pada anak- dengan CP atas dasar membutuhkan gerakan dinamis dari Rekomendasi
F Ferdous, MF Alam, anak Bangladesh pendekatan struktur artikulator. Sebaliknya, Penelitian selanjutnya agar
MMR Chisty, JI Ali, berusia antara 3 neurolinguistik transisi fonetik seperti konsonan menggunakan sampel yang lebih
NMW Rahman. sampai 18 tahun. yang paling sulit untuk besar, sehingga dapat
Sebanyak memproduksi karena mereka menggambarkan tingkat masalah
doi: 10 anak-anak dengan memerlukan kontrol motorik halus. pada anak dengan CP dalam konteks
http://dx.doi.org/10.3329/ CP. social serta untuk meningkatkan
mediscope.v5i1.36722 kualitas hidup.
38

No Judul/Peneliti/Jurnal Desain dan Sampel Tujuan Penelitian Hasil Kesimpulan


7 Parental Stress and Social Sampel pada Tujuan dari penelitian Ditemukan bahwa sebagian besar Kesimpulan,
Support of Caregivers of penelitian ini ini adalah untuk peserta memiliki stress pada Penelitian ini bermanfaat untuk
Children With Cerebral dilakukan terhadap menggambarkan orangtua yang tinggi dan persepsi pengembangan strategi pencegahan,
Palsy. 100 orang sebagai sosio demografi, stres tinggi dukungan sosial. aspek serta mengurangi tingkat stres pada
pengasuh utama anak orangtua, dukungan tertentu dari persepsi dukungan orangtua dengan anak CP, yang
Mayara Barbosa dengan CP, dengan sosial bagi pengasuh sosial dan indicator sosio demografi dilihat dari dukungan sosial serta
Sindeaux Lima memperhatikan sosio utama anak-anak dikaitkan dengan stres. kualitas dukungan dari pasangan.
Vagner dos Santos demografi. dengan CP dari ibu . Rekomendasi,
Cardoso kota di Timur Penelitian selanjutnya dapat lebih
Simone Souza da Costa Desain penelitian Amazon. memahami dari segi psikologis
Silva dengan menggunakan keluarga anak dengan CP, stress pada
Paidéia analisis data statistik orangtua, serta dukungan sosial,
deskriptif, teknik karena dalam penelitian, anak
may-aug. 2016, Vol. 26, analisis multivariat diasumsikan sebagai bagian dari
No. 64, 207-214. sistem yang terintegrasi.
doi:10.1590/1982-
43272664201608.
8 Family adaptation to Sampel pada Tujuan dari penelitian Hasil penelitian menyatakan bahwa, Kesimpulan,
cerebral palsy in penelitian ini ini adalah untuk 31,8% orang tua yang hidup dengan Meningkatnya kualitas hidup anak
adolescents: A European dilakukan kepada 286 menggambarkan seorang remaja dengan CP yang mengalami kecacatan , bukan
multicenter study. keluarga yang adaptasi keluarga menunjukkan stres yang tinggi yang hanya berfokus kepada kondisi fisik,
memiliki anak CP terhadap kecacatan signifikan memerlukan bantuan melainkan kepada faktir-faktor
Audrey Guyarda, Susan. pada usia 13-17 tahun. dan untuk profesional. Stres utama adalah pendukung seperti keluarga, serta
Michelsenb, Catherine mengidentifikasi tingkat gangguan motorik dan sikap positif dari orangtua. Temuan
Arnaudc, and Jerome Desain penelitian faktor-faktor penentu gangguan perilaku pada remaja. penelitian ini dapat menjadi
Fauconniera. menggunakan metode yang terkait dengan Sebuah fungsi keluarga yang baik informasi bagi keluarga yang
wawancara secara penggunaan model merupakan faktor dukungan terbaik. beresiko mengalami stress berat,
Published in final edited langsung. teoritis global. terkait dengan kondisi anak yang
form as: Res Dev Disabil. mengalami masalah psikologis.
2017 February ; 61: 138–
150.
doi:10.1016/j.ridd.2016.1
1.010
39

No Judul/Peneliti/Jurnal Desain dan Sampel Tujuan Penelitian Hasil Kesimpulan


9 Pengaruh Terapi Latihan Sampel Penelitian Untuk mengetahui Setelah dilakukan terapi didapatkan Kesimpulan
Terhadap Peningkatan dilakukan di YPAC, pengaruh terapi hasil, tidak ada peningkatan Terapi latihan dengan metode Bobath
Kemampuan Fungsional sebanyak 8 orang latihan dengan kemampuan fungsional pasien Exercise seperti; inhibisi dan
Pada Kasus Cerebral partisipan. metode Bobath berdasarkan hasil uji paired sample fasilitasi, latihan dengan easy stand
Palsy Spastik Diplegia Exercise dalam t test, didapatkan nilai p (sig) dan latihan berjalan pada paralel bar,
Desain Penelitian meningkatkan sebesar 0.080 yang berada dibawah serta pemberian edukasi kepada
Didik Purnomo, menggunakan, metode kemampuan batas kritis yaitu >0,05, sehingga partisipan belum dapat menunjukkan
Kuswardani dan Rizka pretest-posttest dengan fungsional pada Ho diterima sedangkan Ha ditolak. hasil yang signifikan dalam
Novitasari. quasi eksperimen pasien Cerebral Maka dapat disimpulkan bahwa meningkatkan kemampuan
dengan intervensi Palsy Diplegia tidak terjadi peningkatan yang fungsional partisipan.
Jurnal Fisioterapi dan latihan dasar bobath Spastic. signifikan antara sebelum dengan
Rehabilitasi (JFR) Vol. 2, yang dibagi menjadi : sesudah terapi
No. 1, Tahun 2018, ISSN a) latihan mengontrol
2548-8716 kepala dan lengan, b)
latihan mengontrol
badan untuk duduk, c)
latihan untuk
mengontrol tungkai
untuk berdiri dan
berjalan.
10 Penerimaan Diri Pada Metode menggunakan Tujuan penelitian ini Hasil dari penelitian ini bahwa Kesimpulan,
Orang Tua Yang penelitian kualitatif adalah untuk setiap ibu dalam proses penerimaan Setiap orang memiliki penerimaan
Memiliki Anak dengan pendekatan mengetahui adanya diri tidak dapat langsung menerima diri yang berbeda dalam menghadapi
Berkebutuhan Khusus. fenomenologi melalui penerimaan diri pada suatu kondisi yang dialami, tetapi anak dengan berkebutuhan khusus,
wawancara terstruktur orang tua yang memerlukan proses dengan tahap dari tiga partisipan yang
Novira Faradina. serta observasi secara memiliki anak penerimaan diri. berpartisipasi dalam penelitian, dua
langsung berkebutuhan khusus, orang partisipan memiliki
eJournal Psikologi, 2016, terutama seorang ibu penerimaan diri yang positif dan satu
4 (4): 386-396 ISSN sample penelitian dapat memiliki orang partisipan memiliki
2477-2674, terdiri dari tiga orang penerimaan diri yang penerimaan yang negative.
ejournal.psikologi.fisip- positif ketika
unmul.org ©Copyright memiliki anak
2016. berkebutuhan khusus.
40

No Judul/Peneliti/Jurnal Desain dan Sampel Tujuan Penelitian Hasil Kesimpulan


Rekomendasi,
Penelitian selanjutnya diharapkan
dapat memperbanyak partisipan
penelitian sehingga data yang
diperoleh semakin banyak.

11 Correlation between Sleep Sample penelitian Tujuan dari Anak-anak dengan gangguan tidur Kesimpulan,
Disorders and Function in dilakukan kepada 62 penelitian ini adalah memiliki kesehatan keluarga yang Anak dengan CP mengalami
Children with Spastic anak dengan CP untuk menjelaskan lebih rendah, kualitas hidup yang permasalahan tidur yang tinggi.
Cerebral Palsy. spastic. Kriteria hubungan antara rendah dan tingkat yang lebih Selain itu, ada hubungan antara
inklusi adalah: usia gangguan tidur dan rendah dari kemandirian dalam gangguan tidur dan fungsi pada anak
Ghorbanpour Z , Hosseini antara 4 -12 tahun, fungsi pada anak- kegiatan mereka ( P < 0,05) dengan CP, sehingga perlu
SA , Akbarfahimi N , anak terdiagnosis anak dengan cerebral memperhatikan permasalahan tidur
Rahgozar M. cerebral palsy oleh palsy spastic (4-12 pada untuk meningkatkan protocol
spesialis neurologi, tahun). pengobatan agar berfungsi dengan
Iran J Child Neurol. tidak menggunakan baik pada anak CP.
Summer 2019; 13(3): 35- Anti-histamin,
44 Melatonin, dan Anti-
kejang.

Desain penelitian
menggunakan metode
deskriptif.
41

No Judul/Peneliti/Jurnal Desain dan Sampel Tujuan Penelitian Hasil Kesimpulan


12 kebutuhan dan perawatan Partisipan adalah ibu Tujuan penelitian ini Hasil dari penelitian ini Kesimpulan,
anak penyandang cerebral yang mempunyai anak adalah, menghasilkan sepuluh tema yaitu; Penelitian ini adalah, optimalisasi
palsy yang mengalami kandung dengan CP mengeksplorasi kebutuhan mengatasi drooling, pemenuhan kebutuhan dan perawatan
drooling: studi eksplorasi. yang mengalami kebutuhan dan mengatasi perasaan sedih, pada anak CP yang mengalami
drooling, terhadap 6 perawatan, serta mengatasi rasa malu, pembiayaan drooling grade IV dan V yaitu,
Andri Kenti Gayatina, ibu. harapan orangtua untuk terapi, kekuatan, rasa dengan menggunakan alat penyerap
Fitri Haryanti, Elisabeth dengan anak CP yang semangat, rasa syukur, kesabaran, drooling, dan perawatan jangka
Siti Herini. Jenis penelitian yang mengalami drooling diterima oleh masyarakat, panjang.
digunakan adalah modifikasi lingkungan, upaya
Journal Of Community penelitian kualitatif mengatasi drooling, pemahaman
Medicine And Public dengan metode ibu yang kurang, harapan ibu
Health, volume 34 no.9 fenomenologi terhadap yayasan dan pemerintah
tahun 2018 deskriptif. tentang pelayanan kesehatan.
42

No Judul/Peneliti/Jurnal Desain dan Sampel Tujuan Penelitian Hasil Kesimpulan


13 Penggunaan sistem Dalam penelitian yang Tujuan peneliti Hasil dari penelitian ini adalah,
komunikasi alternatif I- dilaksanakan peneliti memilih desain suatu sistem komunikasi alternatif Kesimpulan
Talk memilih mixed penelitian ini adalah I- Talk yang merupakan suatu Penelitian ini terlihat dari
Untuk meningkatkan methode research untuk sistem KAA jenis teknologi rendah keterampilan komunikasi subjek
keterampilan komunikasi Design, atau metode mengeksplorasi (Low Tech). Saat menggunakan yang pada awalnya belum bisa
Siswa cerebral palsy. campuran merupakan keadaan objektif ITalk, subjek yang memiliki dipahami oleh komunikan, setelah
gabungan antara dua siswa, merancangan hambatan dalam bicara dapat menggunakan I-Talk meningkat
Nurul Huda Fitriani Dewi, metode suatu melakukan komunikasi tanpa harus dengan indicator mampu memanggil
Musjafak Assjari, Mimin yang berbeda untuk instrumen atau bicara. Alat ini pun dirancang orang tua, pengasuh dan guru. Selain
Tjasmini. memecahkan suatu produk, dan dengan mengacu tingkat itu, mampu menanggapi pertanyaan
masalah secara selanjutnya kemampuan anak dalam melakukan komunikan, serta menyampaikan
JASSI_anakku Volume sistematis mengujinya. gerak. Terdapat 2 komponen utama keinginan.
20 Nomor 2, Desember Sample penelitian dalam I-Talk, yaitu bagian alat .
2019 dilakukan terhadap, yang berfungsi untuk memanggil
orang tua, pengasuh orang disekitar subjek seperti orang
dan guru tua, pengasuh atau guru
dan gambar- gambar sebagai simbol
dari keinginan dan kebutuhan
subjek.
14 Pengalaman Ibu Dalam Penelitian ini Tujuan dari penelitian Penelitian ini kesimpulan
Merawat Anak Cerebal menggunakan metode ini adalah, untuk memperoleh delapan tema utama 1. Persepsi ibu terhadap penyebab
Palsy Di kualitatif dengan mengekplorasi secara yang memberikan suatu gambaran, Cerebral Palsy yang dialami anak
Kabupaten Sumedang. pendekatan mendalam atau fenomena pengalaman ibu diketahui dari adanya kemungkinan
fenomenologi. pengalaman ibu dalam merawat anak Cerebral penyebab postnatal, penyebab
Mona Yulianti Kusumah. dalam merawat anak Palsy. Delapan tema tersebut yaitu : perinatal dan penyebab kelainan
Partisipan terdiri dari 5 Cerebral Palsy. 1) persepsi ibu tentang penyebab kongenital.
JURNAL SEHAT orang ibu yang Cerebral Palsy, 2) upaya mencari 2.Upaya ibu memberikan
MASADA Volume X mempunyai anak pertolongan terhadap masalah penanganan pada anak Cerebral
Nomor 2 Juli 2017 ISSN: Cerebral Palsy. Cerebral Palsy, 3) perkembangan Palsy, tidak lain untuk meningkatkan
1979-2344 kesehatan anak Cerebral Palsy, 4) kesehatan anak dan perkembangan
perilaku adaptif ibu dan perilaku anak dilakukan oleh ibu yang
maladaptif ibu selama merawat mempunyai anak Cerebral Palsy
anak Cerebral Palsy, 6) bentuk dan 3. Perkembangan motorik,
43

No Judul/Peneliti/Jurnal Desain dan Sampel Tujuan Penelitian Hasil Kesimpulan


sumber hambatan yang ditemui ibu bahasa/berbicara, psikososial serta
selama merawat anak Cerebral terjadinya masalah pertumbuhan
Palsy, 7) harapan ibu selama sangat penting untuk dipantau dan
merawat anak Cerebral Palsy, 8) dikaji secara benar sehingga
respon psikologis yang ibu rasakan diharapkan tidak akan terjadi
selama merawat anak Cerebral komplikasi
Palsy. 4. Perilaku ibu dalam merawat anak
CP perlu ditingkatkan, terutama
dalam pemberian nutrisi, personal
hygine serta eliminasi. Pemberian
nutrisi yang baik diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan
yang baik pada anak CP
5. Dukungan moril dan dukungan
biaya sangat diperlukan oleh ibu
dalam merawat anak CP melihat
dampaknya sangat besar pada diri
ibu.
6. Hambatan yang ditemukan oleh
ibu selama merawat anak CP lebih
banyak berasal eksternal atau dari
luar keluarga, seperti petugas
kesehatan (dokter, perawat, dan
bidan), jasa pelayanan kesehatan
belum memberikan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan oleh ibu.
7. Harapan ibu dalam merawat anak
CP lebih berarah kepada kesembuhan
anak, anak tumbuh normal seperti
anak yang lainnya dan anak biasa
berjalan serta bersekolah
8. Makna merawat anak Cerebral
Palsy lebih mengarah pada respon
44

No Judul/Peneliti/Jurnal Desain dan Sampel Tujuan Penelitian Hasil Kesimpulan


psikologis yang ditunjukan ibu
selama ibu merawat anak Cerebral
Palsy.

Rekomendasi
Perawat anak hendaknya,
meningkatkan wawasan dan
keterampilan dalam memberikan
dukungan bagi ibu yang memiliki
anak dengan ganguan tumbuh
kembang seperti Cerebral Palsy,
sehingga ibu mengerti kemana
melakukan pemeriksaan, terapi atau
pengobatan untuk anakknya. Perawat
hendaknya melakukan sosialisasi
kepada masyarakat umum mengenai
Cerebral Palsy dan perawatannya.
45

E. Aplikasi Teori Keperawatan Cronic Sorrow Terhadap Orang


Tua Dengan Anak CP
Teori cronic sorrow mempunyai konsep utama tentang berduka kronis yang

merupakan kesenjangan yang terjadi sebagai akibat dari suatu kehilangan yang

permanen, pada penelitian ini berduka kronis disebabkan karena adanya anak

dengan disabilitas fisik maupun emosional yaitu anak dengan CP. Kehilangan

atau loss merupakan suatu kondisi kehilangan yang disebabkan karena

ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan maupun kejadian yang pernah

dialami, dalam konsep kehilangan adalah suatu keadaan dimana orang tua harus

merawat anak dengan CP, yang berbeda dalam merawat anak normal.

Trigger events merupakan suatu kejadian pencetus dapat berupa situasi, keadaan

maupun kondisi, pada konsep ini yang menjadi pencetus adalah kondisi anak

dengan CP yang mengalami permasalahan dengan fisik sehingga memerlukan

bantuan orang lain, dalam kondisi ini orang tua sering mengalami kelelahan dan

terkadang tidak memperhatikan kondisi fisik nya, hal ini lah yang menjadi

penyebab orangtua mengalami stress.

Metode manajemen merupakan suatu cara seseorang dapat menerima keadaan

berduka kronis, dalam metode manajemen terdapat dua yaitu manajemen yang

berasal dari dalam diri sendiri dalam hal ini adalah koping ibu, maupun

kepribadian ibu dalam menghadapi permasalahan yang ada, kemudian manajemen

yang berasal dari luar, hal ini dapat berupa dukungan keluarga, masyarakat, serta

tim kesehatan.
46

F. Kerangka Teori.

Loss dalam teori cronic sorrow merupakan tahap kehilangan karena adanya

ketidak seimbangan atau perbedaan antara ideal dengan situasi, tahap ini adalah

keadaan ibu yang memiliki anak dengan CP, yang berbeda dengan anak normal,

ibu akan mengalami kesedihan serta shock. Triger event adalah faktor pemicu

yang yang dapat menyebabkan kesedihan berulang, hal ini bisa disebabkan oleh

keadaan anak, dalam merawat anak CP banyak sekali yang dapat menjadikan

faktor penyebab ibu mengalami kesedihan, diantaranya adalah kejang berulang,

gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, gangguan mobilitas fisik pada anak,

gangguan komunikasi.

Seorang ibu yang memiliki anak dan merawat anak dengan CP seringkali

mengalami stress bahkan mengabaikan kesehatannya sendiri,untuk mengatasi

permasalahan tersebut ibu harus memiliki manajemen penyelesaiannya baik yang

berasal dari internal maupun ekternal, manajemen internal merupakan koping ibu

yang berasal dari dalam diri sendiri, pengalaman serta pengetahuan ibu,

sedangkan manajemen ekternal berupa dukungan yang diberikan dari suami,

keluarga serta lingkungan di sekitar ibu tinggal, jika manajemen tersebut efektif

maka akan menimbulkan rasa nyaman pada ibu dalam merawat anak dengan CP

dapat terlihat dari adanya usaha ibu dalam melakukan pengobatan serta hasil dari

pengobatan, tetapi bila manajemen tersebut tidak efektif maka ibu akan merasa

tidak nyaman serta dapat meningkatkan stress.


47

Manajemen tidak efektif yang dapat menyebabkan ibu merasa tidak nyaman

dapat berupa kelelahan, keterbatasan ibu dalam beraktifitas, serta faktor

ekonomi.

Cronic Sorrow

Pervasive

Anak dengan CP Ibu sebagai Permanent


pengasuh utama
Periodic

Potentially
progressive
Permasalahan anak dengan
Manajemen
CP:
penanganan
Mental impairment, epilepsy,
growth problems, feeding
problems, communication,
drooling, incontinence,
impaired vision or hearing, eksternal
abnormal sensational and internal
perception

 Koping  Dukungan
 Pengalaman keluarga
 Pengetahuan  Masyarakat
 Fasilitas
kesehatan

In efektif
efektif

Tidak nyaman
nyaman

Gambar 2.4 Kerangka Teori (modifikasi sumber; Alligood, 2014, Alma. et al, 2014,
Ferreira, et al, 2016, Marie Rahmat A. Gomez, 2017)

Anda mungkin juga menyukai