Bab Ii Tinjauan Pustaka A. Anak: Cerebral Palsy (CP) Merupakan Salah Satu Penyebab Tersering Gangguan Fisik
Bab Ii Tinjauan Pustaka A. Anak: Cerebral Palsy (CP) Merupakan Salah Satu Penyebab Tersering Gangguan Fisik
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anak
Undang-undang nomor 23 tahun 2002 pasal 1 ayat (1) tentang perlindungan anak
menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yang masih berada dalam kandungan. Kozier, et al. (2010)
menyatakan bahwa anak bukanlah miniatur dari orang dewasa melainkan sebagai
individu yang unik, sehingga tidak boleh memandang anak hanya dari segi fisik
saja, anak memiliki kebutuhan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya
sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya. Menurut R.A. Kosnan (2005), Anak
adalah manusia muda dalam umur muda dalam jiwa dan perjalanan hidupnya
B. Cerebral Palsy
1. Pengertian
Cerebral palsy (CP) merupakan salah satu penyebab tersering gangguan fisik
motorik dan postur akibat lesi non progresif dari perkembangan otak yang
dapat disebabkan oleh faktor antenatal (80%), intra partum (10%), dan post
natal (10%).
7
8
2. Klasifikasi CP
Di otak, terdapat 3 bagian yang berbeda yang bekerja secara bersama dalam
fungsi pergerakan dan postur tubuh, dimana bila terjadi suatu kerusakan pada
bagian otak tersebut dapat membuat seseorang menjadi penderita CP, adapun
Gangliabasal;athetoid CP (athetosi
koreoathetosis), menyebabkan gerakan tidak
terkontrol, terdapat pada kaki, lengan, tangan,
serta otot-otot wajah.
a. Berdasarkan gejala dan tanda neurologis spastic diplegia, hingga saat ini,
1) CP Spastic
a) Monoplegia
b) Diplegia
c) Hemiplegia
d) Triplegia
serta salah satu kaki pada salah satu bagian sisi tubuh.
e) Quadriplegia
postur dan pola gerak yang normal, serta memelihara kualitas tonus
gerakan ini mengenai tangan, kaki, lengan atau tungkai, dan pada
liur. Gerakan dapat meningkat pada saat stress dan pada saat anak
dalam berbicara. Hal ini disebabkan oleh adanya kekakuan pada otot
3) CP Ataksid
koordinasi yang buruk, berjalan tidak stabil dengan gaya berjalan kaki
4) CP Campuran
lebih dari satu bentuk CP yang telah dijelaskan di atas, dimana bentuk
1) Kategori ringan
2) Kategori sedang
atau pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, serta dapat
3) Kategori berat
Anak tidak dapat melakukan aktivitas fisik secara normal dan tidak
diantaranya yaitu:
Pada anak dengan CP sering di temui adanya kejang, dimana pada saat
masalah akibat adanya letupan listrik yang tidak terkontrol. Anak CP yang
seperti kejang tonik – klonik, atau gangguan tersebut hanya mengenai satu
penurunan kesadaran, twitching pada kedua kaki dan tangan, serta adanya
seimbang, gerakan yang tidak terkendali serta tanpa tujuan bahkan dapat
Pada bayi, gangguan pertumbuhan dapat terlihat dari kenaikan berat badan
yang tidak sesuai dengan usianya, pada anak usia dini, pertumbuhan dan
dapat terlihat sebagai gabungan antara sangat pendek serta tidak terlihat
15
karena nutrisi yang tidak adekuat dan fungsi otak yang mengalami
lebih kecil dibanding dengan otot normal. Sebagian besar dapat ditemukan
tungkai pada bagian yang mengalami spastik tidak dapat tumbuh seperti
antara otot mata bagian kanan dan kiri yang mengakibatkan mata tidak
tampak segaris. Hal ini dapat menimbulkan gejala penglihatan ganda. Jika
yaitu suatu keadaan anak mengalami kecacatan visus atau kebutaan yang
mengalami gangguan pada anak dengan CP, selain itu anak dengan CP
f. Feeding problems.
wajah, mulut, serta kepala. Penelitian yang dilakukan oleh Speyer, et al.
masalah air liur, menelan dan makan pada orang dengan CP, dengan
52,7) untuk air liur, 50,4% (95% CI 36,0-64,8) untuk masalah menelan,
kurang baik. Usman dan Asghar (2017), menyatakan bahwa lima puluh
tidak memadai. Masalah makan ini terkait dengan disfungsi motorik oral
17
yang umum pada pasien CP, selain itu masalah makan juga
dalam penelitian kualitatifnya adalah perilaku adaptif dan mal adaptif ibu
dampak negatif kepada status gizi, hal ini juga terjadi bukan hanya kepada
anak CP dengan gangguan motorik yang berat tetapi juga terjadi pada anak
keluarganya.
g. Communication
bibir, rahang, serta mulut, selain itu juga anak dengan CP mempunyai
18
vocal yang paling mudah karena tidak membutuhkan gerakan dinamis dari
tertentu.
h. Drooling
yang tidak disengaja dari mulut. Hal ini dapat mengakibatkan adanya
gangguan pada bagian kulit yang berat dan anak tersebut akan mengalami
rendah diri, sakit hati, sensitive, tersinggung bila anak direndahkan, tidak
19
tega, perasaan menolak, tidak terima, takut, dan menyalahkan diri sendiri,
i. Incontinence
tidak sadar melakukan BAK pada waktu melaksanakan aktifitas fisik serta
fisik pada anak dengan CP dapat meningkatkan kinerja tidur yang buruk.
4. Manajemen terapeutik
dapat menjadi prioritas utama dan akan ditentukan oleh temuan klinis, dengan
perawat, ahli terapi fisik, ahli terapi okupasi, ahli terapi wicara, ahli diet,
seperti terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi wicara penting dalalm
Penelitian yang dilakukan oleh Kusumah (2017), didapatkan salah satu tema
fisik dan kognitif yang berat. Pada beberapa kasus, gangguan fisik
perawatan yang intens setiap hari, dapat mengakibatkan kelelahan pada orang
Anak sering kali dirawat inap dan harus menjalani beberapa pembedahan
korektif yang dapat membebani keluarga termasuk aspek financial (Terri dan
Susan, 2018).
tantangan serius dan overbundens bagi orang tua. Masalah emosional dua kali
lebih mungkin pada anak-anak dengan CP, hal ini meningkatkan tingkat stress
pada orang tua dan pengasuh mereka, sehingga mereka memiliki kesehatan
khawatir akan masa depan anak mereka, sebagian besar menghabiskan waktu
turunnya kualitas hidup ibu, berbeda dengan ibu yang memiliki anak normal
Gomez (2017), menyatakan bahwa seorang ibu yang memiliki anak dengan
cerebral palsy akan memiliki tingkat stress yang sangat tinggi, karena
kewajibannya dalam merawat anak dengan CP. Ibu juga akan mempunyai
waktu yang sedikit untuk menikmati kegiatan santai dan istirahat, bahkan
terkadang mereka sedikit mengabaikan kesehatan dirinya sendiri, selain itu ibu
akan merasa stress dan khawatir akan masa depan anaknya yang menderita
CP.
Salah satu konsep model teori keperawatan yang merupakan middle range
teori adalah teori chronic sorrow. Teori ini berisi tentang fenomena yang
b. Kehilangan (Loss)
pada anak normal dengan anak yang mempunyai penyakit kronik, pada
untuk beradaptasi. Stress serta rasa khawatir bukan hanya terlihat pada
CP.
(Alligood, 2014).
24
kesehatan yang profesional dan kompeten serta adanya caring dari para
e. Inefektif Managemen
ketidaknyamanan.
f. Effective Management
dengan CP.
26
pengalaman.
regulasi emosi yang dimiliki ibu maka semakin tinggi pula tingkat
Penelitian yang dilakukan oleh Kusumah (2017), salah satu tema yang
anak CP, tema ini terdiri dari dua kategori yaitu, harapan kesembuhan
LIFE SPAN
Chronic sorrow
Loss Pervasive
experience
Permanent
disparity
Ongoing
Periodic
Single event
Potentially progressive
Trigger
events
Management
methode
External
Internal
Ineffective Effective
discomfort
Increased
comfort
2. Asumsi Teori
a. Clarity (kejelasan)
tetapi jika manajemen yang digunakan tidak baik, maka orang tersebut
pada orang yang megalami berduka kronis. Konsep dalam teori ini
edukasi.
b. Simplicity (kesederahaan)
hanya pada fase berduka kronis. Pada teori chronic sorrow proses
selain itu dalam teori ini memaparkan sub konsep yang terdiri dari
giver dapat menghasilkan dua respon yaitu respon efektif dan inefektif
Teori ini berawal dari adanya penelitian pada orangtua yang memiliki
dari hasil pencarian literature diidentifikasi tiga tema utama yaitu; a).
kepribadian ibu terkait dengan cara ibu menghadapi situasi yang ada,
faktor konsisten terkait dengan ini adalah: perilaku anak dan masalah
D. Artikel Terkait
No Judul/Peneliti/Jurnal Desain dan Sampel Tujuan Penelitian Hasil Kesimpulan
1 Penyesuaian Psikologis Desain penelitian Tujuan dalam Dukungan secara emosional yang Penelitian ini memberikan gambaran
Orangtua Dengan Anak menggunakan metode penelitian ini adalah didapat dari lingkunagn seperti dari tentang beberapa faktor yang
Cerebral Palsy. kualitatif dengan untuk mengeskplor keluarga besar, serta pihak yayasan mendukung penyesuaian psikologis
pendekatan penerimaan secara yang menyelenggarakan terapi bagi orangtua dengan disabilitas. Empat
Tience Debora Valentina. fenomenologi. psikologis pada orang anak-anaknya, dan juga diskusi faktor yang dimaksud adalah
sample dalam tua dengan anak CP yang dilakukan bersama dengan karakteristik disabilitas anak,
Psikologia:Jurnal penelitian ini adalah orangtua lain yang memiliki anak dukungan sosial, sudut pandang
Pemikiran & Penelitian empat pasang orang CP. Dukungan tersebut membuat terhadap
Psikologi tua dengan anak CP orangtua mampu bertahan. masalah dan strategi koping
Tahun 2014, Vol. 9, No. dimana usia anak yaitu Rekomendasi
2, hal. 57-64 pada usia 10-17 tahun adanya penelitian yang dapat lebih
www.jurnal.usu.ac.id/psik mengeksplor faktor lain terkait
ologia psikologis orangtua dengan anak CP
34
5 Hubungan Antara Sample dalam Tujuan penelitian Hasil penelitian menunjukkan Kesimpulan
Hardiness Dengan penelitian ini adalah, dilakukan, untuk bahwa problem focused coping Penelitian ini didapatkan adanya
Problem Focused Coping ibu yang memiliki mengetahui pada ibu yang memiliki anak hubungan positif antara hardiness
Pada Ibu Yang Memiliki anak cerebral palsy di hubungan antara cerebral palsy berada pada kategori dengan problem focused coping pada
Anak Cerebral Palsy Di Yayasan Pembinaan Hardiness dengan tinggi sebanyak 39 dengan ibu yang memiliki anak cerebral
Kota Surakarta. Anak Cacat (YPAC) problem focused prosentase 67,24%. Hal ini palsy dengan nilai koefiensi korelasi
Surakarta dan coping pada ibu yang menunjukkan bahwa mayoritas ibu r = 0,599 dan signifikansi sebesar
Meiska Yusrona Kamila, Pediatric and memiliki anak cenderung menggunakan problem- 0,000 (p < 0,05), berarti semakin
Hastaning Sakti. Neurodevelopmental cerebral palsy di focused coping saat menghadapi tinggi hardiness maka semakin tinggi
Therapy Centre Kota Surakarta. kesulitan atau masalah yang problem focused coping, dan
(PNTC). dihadapi ketika mengasuh anak sebaliknya ketika semakin rendah
37
11 Correlation between Sleep Sample penelitian Tujuan dari Anak-anak dengan gangguan tidur Kesimpulan,
Disorders and Function in dilakukan kepada 62 penelitian ini adalah memiliki kesehatan keluarga yang Anak dengan CP mengalami
Children with Spastic anak dengan CP untuk menjelaskan lebih rendah, kualitas hidup yang permasalahan tidur yang tinggi.
Cerebral Palsy. spastic. Kriteria hubungan antara rendah dan tingkat yang lebih Selain itu, ada hubungan antara
inklusi adalah: usia gangguan tidur dan rendah dari kemandirian dalam gangguan tidur dan fungsi pada anak
Ghorbanpour Z , Hosseini antara 4 -12 tahun, fungsi pada anak- kegiatan mereka ( P < 0,05) dengan CP, sehingga perlu
SA , Akbarfahimi N , anak terdiagnosis anak dengan cerebral memperhatikan permasalahan tidur
Rahgozar M. cerebral palsy oleh palsy spastic (4-12 pada untuk meningkatkan protocol
spesialis neurologi, tahun). pengobatan agar berfungsi dengan
Iran J Child Neurol. tidak menggunakan baik pada anak CP.
Summer 2019; 13(3): 35- Anti-histamin,
44 Melatonin, dan Anti-
kejang.
Desain penelitian
menggunakan metode
deskriptif.
41
Rekomendasi
Perawat anak hendaknya,
meningkatkan wawasan dan
keterampilan dalam memberikan
dukungan bagi ibu yang memiliki
anak dengan ganguan tumbuh
kembang seperti Cerebral Palsy,
sehingga ibu mengerti kemana
melakukan pemeriksaan, terapi atau
pengobatan untuk anakknya. Perawat
hendaknya melakukan sosialisasi
kepada masyarakat umum mengenai
Cerebral Palsy dan perawatannya.
45
merupakan kesenjangan yang terjadi sebagai akibat dari suatu kehilangan yang
permanen, pada penelitian ini berduka kronis disebabkan karena adanya anak
dengan disabilitas fisik maupun emosional yaitu anak dengan CP. Kehilangan
dialami, dalam konsep kehilangan adalah suatu keadaan dimana orang tua harus
merawat anak dengan CP, yang berbeda dalam merawat anak normal.
Trigger events merupakan suatu kejadian pencetus dapat berupa situasi, keadaan
maupun kondisi, pada konsep ini yang menjadi pencetus adalah kondisi anak
bantuan orang lain, dalam kondisi ini orang tua sering mengalami kelelahan dan
terkadang tidak memperhatikan kondisi fisik nya, hal ini lah yang menjadi
berduka kronis, dalam metode manajemen terdapat dua yaitu manajemen yang
berasal dari dalam diri sendiri dalam hal ini adalah koping ibu, maupun
yang berasal dari luar, hal ini dapat berupa dukungan keluarga, masyarakat, serta
tim kesehatan.
46
F. Kerangka Teori.
Loss dalam teori cronic sorrow merupakan tahap kehilangan karena adanya
ketidak seimbangan atau perbedaan antara ideal dengan situasi, tahap ini adalah
keadaan ibu yang memiliki anak dengan CP, yang berbeda dengan anak normal,
ibu akan mengalami kesedihan serta shock. Triger event adalah faktor pemicu
yang yang dapat menyebabkan kesedihan berulang, hal ini bisa disebabkan oleh
keadaan anak, dalam merawat anak CP banyak sekali yang dapat menjadikan
gangguan komunikasi.
Seorang ibu yang memiliki anak dan merawat anak dengan CP seringkali
berasal dari internal maupun ekternal, manajemen internal merupakan koping ibu
yang berasal dari dalam diri sendiri, pengalaman serta pengetahuan ibu,
keluarga serta lingkungan di sekitar ibu tinggal, jika manajemen tersebut efektif
maka akan menimbulkan rasa nyaman pada ibu dalam merawat anak dengan CP
dapat terlihat dari adanya usaha ibu dalam melakukan pengobatan serta hasil dari
pengobatan, tetapi bila manajemen tersebut tidak efektif maka ibu akan merasa
Manajemen tidak efektif yang dapat menyebabkan ibu merasa tidak nyaman
ekonomi.
Cronic Sorrow
Pervasive
Potentially
progressive
Permasalahan anak dengan
Manajemen
CP:
penanganan
Mental impairment, epilepsy,
growth problems, feeding
problems, communication,
drooling, incontinence,
impaired vision or hearing, eksternal
abnormal sensational and internal
perception
Koping Dukungan
Pengalaman keluarga
Pengetahuan Masyarakat
Fasilitas
kesehatan
In efektif
efektif
Tidak nyaman
nyaman
Gambar 2.4 Kerangka Teori (modifikasi sumber; Alligood, 2014, Alma. et al, 2014,
Ferreira, et al, 2016, Marie Rahmat A. Gomez, 2017)