Bab Ii
Bab Ii
A. Surveilans Epidemiologi
1. Tujuan
Diketahuinya situasi epidemiologi dan besaran masalah penyakit diare di
masyarakat, sehingga dapat dibuat perencanaan dalam pencegahan,
penanggulangan, dan pengendaliannya di semua jenjang pelayanan.
2. Pengertian
a. Epidemiologi
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari tiga kata dasar,
yaitu epi yang berarti pada atau tentang, demos yang berarti penduduk,
dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi Epidemiologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang penduduk. Sedangkan dalam pengertian
modern saat ini Epidemiologi adalah illmu yang mempelajari tentang
frekuensi dan distribusi (penyebaran) serta determinan masalah kesehatan
pada sekelompok orang/masyarakat serta determinannya (faktor-faktor
yang mempengaruhinya).
b. Surveilans Epidemiologi
Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan
terus-menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan
kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan
penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan
tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan data, pengolalian dan penyebaran informasi epidemiologi
kepada penyelenggara program kesehatan.
c. Wabah
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.
3. Prosedur Surveilans
2) Laporan KLB/Wabah
Setiap terjadi KLB/wabah harus dilaporkan dalam periode 24 jam dengan
Format Laporan W1 dan dilanjutkan dengan laporan khusus yang meliputi :
Kronologi terjadinya KLB.
Cara penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Keadaan umum penderita.
Hasil penyelidikan epidemiologi yang telah dilakukan.
Hasil penanggulangan KLB dan rencana tindak lanjut.
a. Pengertian
SKD merupakan kewaspadaan terhadap penyakit berpotensi KLB beserta
faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans
epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap
kesiapsiagaan, upaya-upaya, dan tindakan penanggulangan kejadian luar
biasa yang cepat dan tepat.
b. Tujuan
1) Menumbuhkan sikap tanggap terhadap adanya perubahan dalam
masyarakat yang berkaitan dengan kesakitan dan kematian.
2) Mengarahkan sikap tanggap tersebut terhadap tindakan penanggulangan
secara cepat dan tepat untuk mengurangi jumlah penderita dan mencegah
kematian.
3) Memperoleh informasi secara cepat. tepat, dan akurat.
c. Tahap Pelaksanaan
Pengamatan SKD KLB mencakup :
1) Jumlah penderita dan faktor risiko Pengamaan lebih intensif bila :
■ Meningkatnya jumlah penderita penyakit diare berdasarkan tempat, waktu
dan orang.
■ Kesehatan Lingkungan
(1) Cakupan penduduk yang akses terhadap jamban sehat < 80%.
(2) Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM).
(3) Cakupan penduduk yang akses terhadap air minum yang layak < 80%.
(4) Cakupan rumah tangga yang mengelola makanan dengan aman < 80%
(5) Cakupan tempat pengelolaan makanan (TPM) yang memenuhi syarat
kesehatan < 80%.
(6) Cakupan pengelolaan sampah rumah dan limbah cair rumah tangga
yang memenuhi syarat kesehatan < 80%.
d. Sumber Informasi
1) Pencatatan dan pelaporan rutin
2) Masyarakat
3) Mass media
4) Instansi/lembaga terkait, misalnya BMG dan LSM
5) Hasil survey/studi kasus
5. Pengorganisasian
1) Pelaksanaan SKD KLB dikoordinir oleh Kepala Puskesmas:
Petugas Pengendalian Penyakit, terutama pengelola program
penyakit diare.
Petugas surveilans.
Petugas kesehatan lingkungan.
Petugas pencatatan dan pelaporan (RR).
2) Fungsi dan peranan:
Melakukan analisis terhadap penderita penyakit diare dari
kunjungan puskesmas per minggu.
Melakukan analisis terhadap kesehatan lingkungan pada
lokasi/desa yang cakupannya rendah.
Melakukan pemicuan STBM.
Melakukan surveilans factor risiko kesehatan lingkungan
melalui klinik sanitasi.
Melakukan pengamatan intensif di desa yang pada periode
sebelumnya (minggu, bulan periode yang sama tahun lalu)
terjadi peningkatan kasus.
Membuat laporan mingguan mengenai keadaan penderita
penyakit diare di wilayahnya dan melaporkan kepada
kabupaten/kota.
a. Pra –KLB
1) Mempersiapkan tenaga dan logistik yang cukup di Puskesmas,
kabupaten/kota, dan provinsi dengan menibentuk Tim Gerak Cepat
(TGC).
2) Meningkatkan upaya promosi kesehatan.
3) Mempersiapkan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui
etiologi/penyebab KLB Diare.
4) Meningkatkan kegiatan lintas program dan sektor.
2) Penanggulangan KLB
a) Mengaktifkan Tim Gerak Cepat (TGC)
TGC terdiri dari unsur lintas program dan lintas sektor.
b) Pembentukan Pusat Rehidrasi (Posko KLB Penyakit Diare)
Pusat rehidrasi dibentuk dengan maksud unuk menampung
penderita diare yang memerlukan perawatan dan pengobatan. Pusat
Rehidrasi dipimpin oleh seorang dokter dan dibantu oleh tenaga
kesehatan yang dapat melakukan tata laksana diare sesuai standar.
Tempat yang dapat dijadikan sebagai pusat rehidrasi adalah tempat
yang terdekat dari lokasi KLB penyakit diare dan terpisah dari
pemukiman.
c. Pasca KLB
Setelah KLB dinyatakan berakhir, beberapa kegiatan yang perlu dilakukan :
1) Pengamatan intensif masih dilakukan selama 2 kali masa inkubasi
terpanjang, untuk melihat kemungkinan timbulnya kasus baru.
2) Perbaikan sarana lingkungan yang diduga sumber penularan.
3) Promosi kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
b. Bahan
1) Rectal swab (usap dubur), sebaiknya diambil sebelum diberi
antibiotika.
2) Sumber air minum yang dicurigai.
3) Makanan, minuman, dan bahan lain (bahan muntahan).
c. Alat
1) Untuk Rectal Swab
Kapas lidi steril (lidi yang bagian ujungnya dibalut dengan kapas
yang sudah disterilkan/suci hama).
Medium transport Carry Blair.
Sarung tangan, alat pelindung diri.
Jas laboratorium, tas sampling.
Label identitas penderita.
Spidol, pulpen (alat tulis).
Coolbox (termos es) dan ice pack.
2) Untuk pemeriksaan air
Botol steril mulut lebar dengan kapasitas 500 cc.
Natrium Thiosulfat/Hyposulfit untuk menetralkan air.
Label identitas untuk botol.
Spidol, pulpen (alat tulis).
Coolbox (termos es) dan Ice pack.
3) Untuk pemeriksaan makanan.
Sarung tangan.
Sendok/garpu.
Alat potong (pisau/gunting).
Kantung plastik steril/botol steril.
Label identitas sample.
Spidol, pulpen (alat tulis).
Coolbox (termos es) dan ice pack.
4) Untuk pemeriksaan bahan lain (muntahan)
Sarung tangan.
Sendok/garpu.
Alat potong (pisau/gunting).
Kantung plastik steril/botol steril.
Label identitas sample.
Spidol, pulpen (alat tulis).
Coolbox (termos es) dan ice pack.
(b) Air
1. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan terlebih dahulu.
2. Cara mengambil sampel air (dari suraber air yang dicurigai)
Sungai dangkal: gunakan botol bersih bermulut lebar. Arah
pengambilan sampel melawan arus sungai dan 10 cm di
bawah permukaan air.
Sungai dalam: air diambil pada bagian tengah sungai,
minimal 1,5 m dari kedua tepinya dengan menggunakan
pemberat pada botol sampel air diambil 30 cm dibawah
permukaan. Untuk sungai yang lebar air diambil dari 3
tempat (bagian tengah dan kedua tepinya).
Air danau: air diambil di bagian tengah. minimal 1,5 m dari
tepi dan 50 cm dari permukaan.
Air hujan: air diambil dari bak penampungan air hujan.
Air sumur: gunakan botol dengan pemberat dan air diambil
dari bagian dalam sumur.