10167-PP.01.03-D.7-08-2021 Undangan FGD Reformasi Sistem Eksekusi Perdata - Penanggap - Sign
10167-PP.01.03-D.7-08-2021 Undangan FGD Reformasi Sistem Eksekusi Perdata - Penanggap - Sign
Yth.
(Mohon melihat daftar terlampir)
A. Latar Belakang
Pemerintah Indonesia terus berupaya mendorong perbaikan sistem hukum dan peradilan,
khususnya dalam reformasi sistem eksekusi perdata guna menjamin kepastian hukum,
memperbaiki iklim berusaha, dan investasi. Hal ini didorong melalui riset pada tahun 2019 di
bawah koordinasi Direktorat Hukum dan Regulasi Bappenas yang menghasilkan suatu Grand
Design Reformasi Hukum Ekonomi. Riset ini bertujuan memetakan kebutuhan reformasi
hukum ekonomi baik untuk menunjang peningkatan peringkat Indonesia pada Survei
Kemudahan Berusaha Bank Dunia, peningkatan Indeks Kompetisi Global (Global
Competitiveness Index), pencapaian United Nations Sustainable Development Goals
(SDGs), serta menunjang kebutuhan dunia usaha Indonesia mengenai perbaikan hukum
ekonomi. Sejumlah permasalahan yang dapat diidentifikasi, antara lain ditemukan pada
aspek berikut:
1. Saat ini belum ada sistem yang terintegrasi dan terdigitalisasi yang memonitor serta
melakukan evaluasi atas pelaksanaan eksekusi perdata. Sistem inventaris data yang
belum terintegrasi dengan baik tentunya menyulitkan dalam mengukur keberhasilan
eksekusi perdata yang tentunya akan berdampak pada pengambilan kebijakan dalam
memperbaiki efisiensi dan efektifitas pelaksanaannya.
2. Sistem hukum yang mengatur pelaksanaan putusan perdata di Indonesia perlu diperbarui,
dengan perkembangan zaman dan era teknologi informasi, karena eksekusi perdata
masih merujuk kepada ketentuan hukum acara warisan kolonial Belanda dan beberapa
peraturan teknis, seperti HIR Pasal 195-244 dan RBG Pasal 206-254.
3. Perbedaan pemberlakuan standar kapasitas Jurusita untuk setiap pengadilan berbeda-
beda disesuaikan dengan kelasnya. Studi lapangan menemukan bahwa jumlah Jurusita
yang ada saat ini, baik di Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Agama masih terbatas
jika dibandingkan dengan jumlah beban perkara yang ada pada masing-masing tingkat
peradilan. Bahkan, ditemukan pula pengadilan yang tidak memiliki Jurusita selama
bertahun-tahun, sehingga pelaksanaan fungsi Jurusita dilakukan oleh Panitera.
4. Pelaksana eksekusi terhambat karena adanya keterbatasan akses data yang hanya
mengandalkan data dari pihak pemohon eksekusi. Pelaksana eksekusi di negara lain
seperti negara Jerman diberi akses terhadap data harta yang dimiliki pihak yang akan
dieksekusi, sehingga hal ini akan lebih mempercepat pelaksanaan eksekusi terutama
dalam hal eksekusi putusan ganti rugi.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka Reformasi Sistem Eksekusi Perdata
disertakan sebagai salah satu program dalam strategi penyempurnaan hukum ekonomi untuk
mendukung kemudahan berusaha. Strategi ini dilakukan untuk mencapai terselenggaranya
sistem peradilan yang efektif, transparan, dan akuntabel sebagai salah satu sasaran
pembangunan bidang hukum dalam kerangka penegakan hukum nasional yang dinyatakan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024.
Lebih lanjut, RPJMN menetapkan target Indonesia dapat mencapai peringkat 40 pada
survei Kemudahan Berusaha (Ease Of Doing Business Survey) oleh Bank Dunia pada tahun
2024. Untuk mencapai peringkat tersebut, Indonesia perlu meningkatkan peringkatnya pada
semua aspek kemudahan berusaha khususnya dalam tiga aspek yang menjadi fokus RPJMN
yaitu aspek penyelesaian perkara kepailitan (resolving insolvency), aspek penegakan kontrak
(enforcing contracts), dan aspek mendapatkan kredit (getting credits).
Usaha untuk mewujudkan target RPJMN tersebut juga tertuang dalam Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) Tahun 2021 sebagai dukungan dalam pelaksanaan penegakan hukum
nasional yaitu agenda reformasi sistem eksekusi perdata melalui Mahkamah Agung
melakukan kajian Evaluasi dan Urgensi Penguatan Kelembagaan Jurusita dan
Pengembangan Kompetensi Jurusita dan Jurusita Pengganti di Bidang Teknis peradilan.
Dengan adanya pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak tahun 2020 hingga saat ini,
telah berdampak pada pelaksanaan banyak program prioritas sehingga diperlukan alternatif
solusi dan penajaman atas pemetaan program yang dituangkan dalam RKP 2021.
Harapannya program dan kegiatan dapat menjadi masukan dalam penyusunan RKP tahun
2022. Untuk itu, Direktorat Hukum dan Regulasi Bappenas bermaksud untuk
menyelenggarakan Diskusi Terbatas melalui Teleconference yang akan berfokus untuk
membahas aspek substansi Reformasi Sistem Eksekusi Perdata.
B. Tujuan
Pelaksanaan FGD Reformasi Sistem Eksekusi Perdata di atas bertujuan untuk:
1. Melakukan konfirmasi ulang atas pemetaaan kebutuhan reformasi hukum ekonomi untuk
menunjang kemudahan berusaha di Indonesia khususnya pada aspek reformasi sistem
eksekusi perdata.
2. Mengkoordinasikan serta melakukan sinergi untuk program reformasi sistem hukum
ekonomi untuk menunjang kemudahan berusaha di Indonesia khususnya pada aspek
reformasi sistem eksekusi perdata.
3. Memberikan alternatif pilihan untuk perbaikan sistem eksekusi perdata.
C. Format dan Jadwal Kegiatan
Diskus Terbatas akan dilakukan melalui media teleconference selama 1 (satu) hari, dengan
agenda sebagai berikut:
Jadwal: Rabu, 25 Agustus 2021
• Penanggap
1. YM I Gusti Agung Sumanatha, S.H., M.H., Ketua Kamar Perdata Mahkamah Agung ;
2. Staf Ahli Bidang Regulasi, Penegakan Hukum, dan Ketahanan Ekonomi, Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian;
3. Direktur Jenderal Peraturan Perundang-undangan, Kementerian Hukum dan HAM;
4. Staf Ahli Bidang Hukum dan Hubungan Kelembagaan, Kementerian Keuangan;
5. Deputi Komisioner Manajemen Strategis II A, Otoritas Jasa Keuangan;
6. Tauhid Ahmad, Executive Director Institute for Development of Economics and
Finance;
7. Astriyani, S.H., MPPM., Ketua Lembaga Kajian dan Advokasi Independensi Peradilan
(LeIP);
8. Prof. Dr. Otto Hasibuan, S.H., M.C.L., M.M., Ketua Dewan Pembina Perhimpunan
Advokat Indonesia (PERADI);
9. Dr. David Tobing, S.H., M.Kn., Pengacara.
• Peserta
a) Kementerian PPN/ Bappenas
1. Staf Ahli Bidang Hubungan Kelembagaan;
2. Deputi Bidang Ekonomi;
3. Dr. Slamet Seno Adji,MA., Perencana Ahli Utama.
b) Mahkamah Agung
1. Ketua Kamar Perdata Mahkamah Agung;
2. Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum;
3. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pendidikan dan Pelatihan
Hukum dan Peradilan.
c) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
1. Kepala Biro Hukum dan Organisasi;
2. Reza Yamora Siregar, Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
3. Raden Pardede, Tim Ahli Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
4. Taufik Maroef Mappaenre, Tim Ahli Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
d) Kementerian Hukum dan HAM
1. Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum;
2. Kepala BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL;
3. Direktur Perancangan.
e) Kementerian Keuangan
1. Sekretaris Komite Stabilitas Sistem Keuangan;
2. Kepala Biro Hukum, Sekretariat Jenderal;
3. Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal.
f) Melli Darsa & Co.
1. Melli Darsa, Senior Partner.