Anda di halaman 1dari 21

DESAIN PENELITIAN

POPULASI DAN SAMPEL

OLEH :
KELOMPOK I
1. Ni Komang Widyastuti (P07120219051)
2. Luh Putu Febby Manika Sari (P07120219053)
3. Luh Gede Afsari Eka Putri (P07120219054)
4. Kadek Wiryanti (P07120219061)
5. Ida Ayu Ketut Anjani (P07120219063)
6. Kadek Ena Ardiyanti (P07120219075)
7. Ni Luh Sulistia Dewi (P07120219081)
8. Kadek Phalya Kamalaputri (P07120219089)
9. I Wayan Yogik Prayoga (P07120219095)
10. I Putu Galih Kumara Yoga (P07120219099)
11. I Gusti Bagus Ade Oka Dwipayana (P07120219100)
SMT VII/4.B STR KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN

2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, karena berkat rahmat-Nya serta usaha keras penulis Makalah Desain Penelitian
Populasi dan Sampel dapat selesai tepat pada waktunya.
Terselesaikannya Makalah Desain Penelitian Populasi dan Sampel ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. I Dw.Pt.Gd. Putra Yasa,S.Kp.,M.Kep.,SP.,MB selaku Pembimbing Mata Kuliah
Metodelogi Penelitian yang telah mengijinkan dan memberikan motivasi dalam
penyelesaian makalah ini.
2. Teman – teman mahasiswa / i sejawat, yang telah ikut mendukung pelaksanaan
Makalah Metodelogi Penelitian ini, sehingga selesai.
3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini, jauh dari sempurna, karena itu penulis sangat
mengharapkan masukan dari berbagai pihak demi kesempurnaan dalam laporan berikutnya,
dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Semoga bantuan dan budi baik yang diberikan kepada penulis mendapat pahala yang
sepantasnya dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat diharapkan dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 16 Agustus 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..II
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………III
PENDAHULUAN…………………………………………………………………….4
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………...4
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………..5
1.3 Tujuan…………………………………………………………………….5
BAB II ………………………………………………………………………………..6
PEMBAHASAN……………………………………………………………………...6
2.1 Pengertian desain penelitian…………………………………………….6
2.2 Macam-Macam Desain Penelitian………………………………………6
2.3 Desain Penelitian Quasi-Eksperimentalb………………………………8
2.4 Desain penelitian studi kasus……………………………………………8
2.5 Desain penelitian longitudinal…………………………………………..9
2.6 Desain penelitian survey………………………………………………...9
2.7 Pengertian populasi……………………………………………………...9
2.8 Jenis populasi…………………………………………………………….10
2.9 Pengertian Sample penelitian…………………………………………...10
2.10 Alasan pengambilan sample ………………………………………..10
2.11 Proses pengambilan sample…………………………………………11
2.12 Teknik pengambilan sample………………………………………...12
2.13 Rumus dan jumlah pengambilan sample…………………………..15
2.14 Kriteria inklusi dan eksklusi………………………………………..18
BAB III……………………………………………………………………………….19
PENUTUP……………………………………………………………………………20
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….20
3.2 Saran………………………………………………………………...……20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...21

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam usaha meningkatkan suasana akademik yang maksimal dikampus, khususnya
untuk mata kuliah metode penelitian dan penulisan skripsi, serta untuk menumbuhkan
rasa pengalaman belajar, menumbuhkan sikap, kemampuan, dan keterampilah meneliti
pada mahasiswa, Metodologi Penelitian merupakan hal yang esensial.

Setiap mata kuliah diharapkan mampu menumbuhkan kegairahan meneliti dan dapat
memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan sikap, kemampuan, dan
keterampilan meneliti pada mahasiswa. Untuk itu, penguasaan mahasiswa sebagai calon
tenaga pengajar terhadap Metodologi Penelitian merupakan hal yang sangat penting
untuk diperhatikan dan dipelajari, dengan penguasaan Metodologi Penelitian yang
optimal, diharapkan para mahasiswa dapat menyertakan metode-metode penelitian serta
hal-hal yang berkaitan dengan penelitian dalam bidang yang akan diajarkan nanti apabila
sudah terjun sebagai tenaga pengajar.

Dalam penelitian kuantitatif, apalagi jika dirancang sebagai sebuah penelitian survei
(survey research), keberadaan populasi dan sampel penelitian nyaris tak dapat
dihindarkan. Populasi dan sampel merupakan sumber utama untuk memperoleh data
yang dibutuhkan dalam mengungkapkan fenomena atau realitas yang dijadikan fokus
penelitian kita.
Demi mencapai keakuratan dan validitas data yang dihasilkan, populasi dan sampel
yang dijadikan objek penelitian harus memiliki kejelasan baik dari segi scope, ukuran,
maupun karakteristiknya. Dengan kata lain, kejelasan populasi dan ketepatan
pengambilan sampel dalam penelitian akan menentukan validitas proses dan hasil
penelitian kita.
Dalam membantu kita memahami tentang Metodologi Penelitian, didalam makalah
ini disajikan bagian dari materi Metodologi Penelitian tersebut, yakni tentang Desain
Penelitian Sampel dan Populasi.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Desain Penelitian?
2. Apa saja macam-macam Desain Penelitian?
3. Apa yang dimaksud dengan Populasi?
4. Apa saja jenis Populasi?
5. Apa yang dimaksud dengan Sampel?
6. Apa Alasan Pengambilan Sampel?
7. Bagaimana Proses Pengambilan Sampel?
8. Bagaimana Teknik Pengambilan Sampel?
9. Bagaimana Rumus Dan Jumlah Pengambilan sampel?
10. Bagaimana Kriteria Inklusi dan Eksklusi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Desain Penelitian.
2. Untuk mengetahui macam-macam Desain Penelitian.
3. Untuk mengetahui apa itu Populasi.
4. Untuk mengetahui jenis Populasi.
5. Untuk mengetahui apa itu Sampel
6. Untuk mengetahui alasan pengambilan sampel.
7. Untuk mengetahui proses pengambilan sampel.
8. Untuk mengetahui Teknik pengambilan sampel.
9. Untuk mengetahui rumus dan jumlah pengambilan sampel.
10. Untuk mengetahui Kriteria inklusi dan eksklusi.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Desain Penelitian
1. Pengertian Desain Penelitian
Menurut Sukardi, secara luas desain penelitian adalah semua proses yang
diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam konteks ini,
komponen desain dapat mencakup semua struktur penelitian yang diawali sejak
ditemukannya ide sampai diperoleh hasil penelitian.
Sementara itu, Sukardi juga mengungkapkan pengertian desain penelitian secara
arti sempit yaitu desain penelitian adalah penggambaran secara jelas tentang
hubungan antara variabel, pengumpulan data, dan juga analisis data. Sukardi
(2004:183)
Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang
telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh
proses penelitian. Nurssalam (2003:81).
Desain penelitian adalah desain mengenai keseluruhan proses yang diperlukan
dalam perencanaan dan juga pelaksanaan penelitian. Silaen (2018:23).
Jadi dapat disimpulkan pengertian desain penelitian yaitu proses penelitian yang
memberikan tuntunan agar penelitian yang dilakukan mencapai tujuan yang
diinginkan.
2. Macam-macam Desain penelitian
Desain penelitian dibagi menjadi beberapa kategori yang dibagi berdasarkan tujuan
dari penelitian tersebut dilakukan. Setidaknya ada empat jenis desain penelitian
yang digunakan, antara lain sebagai berikut.
a. Desain Penelitian Eksperimental
Desain eksperimental ini diterapkan pada penelitian yang melalukan penelitian
eksperimental. Penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai penelitian yang
di dalamnya melibatkan manipulasi terhadap kondisi subjek yang diteliti serta
adanya upaya kontrol yang ketat terhadap berbagai faktor luar yang melibatkan
subjek pembanding. Arifin (2009).

6
Desain penelitian eksperimental dijadikan sebuah metode ilmiah yang
sistematis dan dilakukan untuk membangun hubungan yang melibatkan
fenomena sebab-akibat. Selain itu, desain penelitian eksperimental ini juga
ditentukan oleh bagaimana cara peneliti dapat mengatur subjek ke dalam
kondisi dan juga kelompok yang berbeda. Oleh sebab itu, desain pada penelitian
eksperimental ini dibagi lagi menjadi tiga kelompok.
1) Desain Penelitian Pre-Eksperimental
Desain penelitian pre-eksperimental baik dari satu atau berbagai kelompok
variabel terikat diamati untuk dapat mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
dari suatu aplikasi dari variabel bebas yang sebelumnya dianggap dapat atau
menyebabkan perubahan. Sehingga desain ini menjadi desain penelitian
eksperimental yang paling sederhana dan tidak memiliki kelompok kontrol.
Desain penelitian pre-eksperimental ini dibagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a) One-shot Case Study Research Design. Hanya ada satu kelompok
variabel terikat yang dipertimbangkan dan dilakukan setelah memberi
perlakukan yang dianggap menimbulkan perubahan.
b) One-group Pretest-posttest Research Design.
Mengkombinasikan posttest dan pretest study dengan mengadakan
suatu tes pada satu kelompok sebelum diberi perlakuan dan setelah
diberi perlakukan.
c) Static-group Comparison. Ada 2 lebih atau kelompok diberikan
pengawasan dan hanya ada satu kelompok yang diberikan perlakuan,
sementara kelompok lainnya dibiarkan statis.
2) True Experimental Research Design
Penelitian ini bergantung terhadap bagaimana analisis statistik untuk
menerima atau menolak suatu hipotesis. True experimental research
design menjadi desain penelitian eksperimen yang paling akurat dan juga
dapat dilakukan dengan atau tanpa pretest pada paling tidak 2 kelompok
subjek variabel terikat yang dipilih secara acak.
Penelitian ini harus memiliki kelompok kontrol dan juga variabel yang dapat
dimanipulasi oleh peneliti dan distribusinya harus secara acak. Ada pun di
bawah ini merupakan beberapa klasifikasi dari desain penelitian, yaitu:

7
a) The Posttest-only Control Group Design. Desain yang memilih subjek
secara acak dan kemudian dikelompokkan menjadi 2 kelompok, namun
hanya kelompok eksperimental yang diberi perlakuan.
b) The Pretest-posttest Control Group Design. Subjek dipilih dan dibagi
menjadi 2 kelompok secara acak dan dua kelompok diberikan pretest,
tetapi hanya ada satu kelompok yang diberi perlakuan.
c) Solomon Four-group Design. Kombinasi dari pretest-only dan pretest-
posttest control group yang subjeknya dipilih secara acak dan dibagi
menjadi 4 kelompok.
3) Desain Penelitian Quasi-Eksperimental
Penelitian quasi-eksperimental ini memiliki kemiripan dengan true
experimental research. Akan tetapi, pada quasi-eksperimen ini, partisipan
tidak dipilih secara acak, sehingga desain penelitian ini digunakan pada
kondisi yang random atau sulit bahkan tidak mungkin dilakukan.
b. Desain Penelitian Studi Kasus
Desain penelitian ini paling sesuai untuk metode penelitian yaitu fase
penyelidikan atau studi kasus karena mengutamakan survei dan proses historis
sebagai jalan untuk menjelaskan sebab dan kausalitas.
Meski begitu, metode ini hanya merupakan persiapan metode penelitian dan
tidak dapat digunakan untuk menggambarkan atau menguji suatu masalah.
Kriteria penetapan desain penelitian studi kasus sangat berpengaruh terhadap
suatu penelitian. Demikian juga untuk penelitian studi kasus. Kriteria kualitas
desain penelitian berkaitan dengan:
- Validitas konstruk yakni menetapkan ukuran operasional yang benar
untuk konsep-konsep yang akan diteliti. Dalam studi kasus, dapat
digunakan teknik multi sumber bukti, memberikan kesempatan kepada
informan kunci untuk meninjau kembali draft laporan studi kasus yang
bersangkutan.
- Validitas internal merupakan hubungan sebab-akibat, dimana kondisi-
kondisi tertentu diperhatikan guna mengarahkan kondisi-kondisi lain,
untuk membedakan dari hubungan semu.
- Validitas eksternal yaitu menetapkan ranah dimana temuan suatu
penelitian dapat divisualisasikan.

8
- Reliabilitas yaitu bahwa suatu penelitian seperti prosedur pengumpulan
data dapat diinterpretasikan dengan hasil yang sama pada waktu yang
berbeda.
- Desain penelitian komparatif

c. Desain Penelitian Longitudinal


Desain penelitian ini menggunakan data dengan rentang waktu yang paling
panjang akan tetapi sifatnya tetap relatif. Meski demikian, diperlukan
penekanan terhadap riset longitudinal yang dilakukan pada ekstensi atau
perpanjangan dari survei yang dilakukan dan perpanjangannya sendiri bersifat
periodik.
Sehingga desain ini dapat dipahami sebagai proses perpanjangan penelitian
survei yang sifatnya periodik dan dapat dilakukan survei dua kali tergantung
rentang waktu yang ditentukan dari awal menggunakan teknik pengumpulan
data baik kuesioner maupun interview terstruktur.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam metode ini adalah melakukan
survei dengan kuesioner atau wawancara untuk mendapat identitas dan
kemudian dilakukan riset dengan variabel yang sudah disusun matang.
Selanjutnya, dilakukan riset dengan rentang waktu yang jelas, tetapi tidak ada
ketentuan berapa kali partisipan harus disurvei kembali. Dan setelah dilakukan
beberapa kali survey, maka terjadi perubahan karakteristik yang kemudian
menjadi fokus penelitian dalam desain penelitian longitudinal.
d. Desain Penelitian Survei
Desain penelitian survei dilakukan pada populasi yang besar atau kecil dan
datanya diambil dari sampel yang diambil dari populasi yang ada untuk
menemukan berbagai kejadian yang relatif, distribusi, dan hubungan antara
berbagai variabel sosiologis maupun psikologis.
B. Populasi
1. Pengertian Populasi
Populasi dalam penelitian adlah sejumlah subyek besar yang mempunyai
karakteristik tertentu. Karakteristik subyek ditentukan sesuai dengan ranah dan
tujuan penelitian (Sastroasmoro dan Ismael, 2008).

9
Populasi merupakan subjek atau objek yang memiliki kualitas dan karakteristik
tertentu dan berada dalam wilayah generalisasi yang ditetapkan oleh peneliti yang
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013).
2. Jenis Populasi
Populasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu: (Sastroasmoro dan Ismael, 2008)
a) Populasi target (target population) ditandai oleh karakteristik klinis dan
demografis, misalnya pasien karsinoma paru berumur dibawah 40 tahun, atau
remaja pengguna narkoba.
b) Populasi terjangkau (accessible population source population), yaitu bagian dari
populasi target yang dibatasi oleh tempat dan waktu, misalnya pasien karsinoma
paru berusia dibawah 40 tahun yang berobat ke RSCM selama 2000-2012.
Dalam penelitian klinis, populasi terjangkau dibatasi oleh: karakteristik klinis,
karakteristik demografis, tempat dan waktu.
C. Sampel Penelitian
1. Pengertian
Menurut Siyoto dkk (2015), sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi
yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya.
Menurut Sudjana dan Ibrahim (2001), sampel adalah sebagian dari populasi
terjangkau yang memiliki sifat yang sama dengan populasi.
2. Alasan Pengambilan Sampel
Sampling adalah kegiatan menentukan sampel. Sebuah penelitian tidak perlu
melibatkan semua populasi. Dengan pertimbangan akademik dan non-akademik,
populasi dapat diwakili oleh sebagian anggotanya yang disebut sampel. Meskipun
demikian hasil penelitian tidak akan berkurang bobot dan akurasinya karena sampel
memiliki karakter yang sama dengan populasi sehingga informasi yang digali dari
sampel sama dengan karakter yang berlaku pada populasi.
Sampling tidak mengurangi bobot hasil penelitian. Bobot hasil penelitian akan tetap
terjamin asalkan sampling dilakukan dengan benar, sebagaimana diuraikan pada
bagian lain bab ini. Hal itu sejalan dengan pengertian bahwa sampel merupakan
nilai-nilai yang menggambarkan karakteristik sampel sebagai nilai statistik sampel
itu. Hal itu berarti bahwa hasil yang disimpulkan berdasarkan data yang diperoleh

10
dari sampel akan mewakili populasinya. Dengan kata lain, inferensi statistik akan
menjamin bobot hasil penelitian.
Menurut Winarno (2013), beberapa alasan pertimbangan penggunaan dan
pengambilan sampel penelitian adalah sebagai berikut:
a) Penghematan Biaya
Besaran jumlah anggota sampel dalam penelitian berimplikasi pada biaya.
Pelibatan jumlah anggota populasi yang besar memerlukan biaya yang lebih
besar dari pada pelibatan jumlah anggota populasi yang kecil. Dengan
mengambil sebagian anggota populasi, penghematan biaya dapat dilakukan.
Makin sedikit jumlah anggota yang diambil sebagai sampel, makin banyak
penghematan yang dapat dilakukan.
b) Penghematan Waktu
Dengan sampling, waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian dapat
dihemat. Waktu yang digunakan dalam penelitian yang menggunakan sampel
lebih sedikit daripada waktu penelitian yang tidak menggunakan sampel. Hal
itu juga berarti bahwa makin sedikit sampel yang dilibatkan, makin banyak
waktu yang dapat dihemat.
c) Penghematan Tenaga
Dengan menggunakan sampling, maka tenaga yang dibutuhkan untuk penelitian
dengan sampling lebih sedikit dibandingkan dengan yang tanpa sampling.
Makin sedikit sampel yang dilibatkan, maka tenaga yang dibutuhkan juga
makin sedikit.
d) Jaminan Ketelitian dan Bobot Hasil
Dalam kaitan dengan jaminan ketelitian, sampling memungkinkan hasil kerja
penelitian lebih intens dan lebih teliti dibandingkan dengan tanpa sampling.
Kegiatan penelitian dengan menjangkau subjek yang sedikit memungkinkan
diperolehnya banyak informasi yang relatif mendalam dibandingkan dengan
subjek penelitian yang besar.
3. Proses Pengambilan Sampel
Proses pengambilan sampel berguna untuk membantu para peneliti dalam
melakukan generalisasi terhadap populasi yang diwakili sehingga sampel
didefinisikan sebagai bagian dari populasi dari mana data diambil secara langsung.
Generalisasi ialah penarikan kesimpulan dari suatu hal yang jumlah elemennya

11
lebih sedikit sampel, ke suatu hal yang jumlah elemennya lebih banyak atau lebih
luas populasi.
Menurut Handayani (2020), terdapat tiga tahap yang harus dilalui dalam proses
pengambilan sampel, yaitu sebagai berikut:
a) Definisikan populasi sasaran. Populasi sasaran seharusnya sudah ditemukan
oleh peneliti ketika menemukan masalah dan masalah penelitian. Populasi
sasaran adalah kumpulan atau elemen yang memiliki informasi penelitian. Hasil
penelitian dari populasi akan menghasilkan sebuah kesimpulan inferensial bagi
kumpulan atau populasi tersebut.
b) Tentukan bingkai sampel. Sample frame atau bingkai sampel merupakan
wakil dari kumpulan atau elemen populasi sasaran. Contohnya peta provinsi
dengan nama kabupaten atau daftar pustaka dengan judul buku dan
pengarangnya.
c) Tentukan jumlah sampel. Merupakan elemen yang akan dimasukkan dalam
sampel. Besaran jumlah sampel sangat dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya
adalah tujuan penelitian. Jika penelitian itu bersifat deskriptif, biasanya
membutuhkan jumlah sampel yang besar. Namun jika hanya untuk menguji
hipotesis, jumlah sampelnya tidak perlu besar. Semakin besar jumlah sampel
maka akan semakin besar kekuatan statistiknya. Sebaliknya, semakin kecil
jumlah sampel tentunya akan semakin kecil kekuatan statistiknya sehingga akan
mempengaruhi hasil penelitian.
4. Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Handayani (2020) teknik pengambilan sampel atau biasa disebut dengan
sampling adalah proses menyeleksi sejumlah elemen dari populasi yang diteliti
untuk dijadikan sampel, dan memahami berbagai sifat atau karakter dari subjek
yang dijadikan sampel, yang nantikan dapat dilakukan generalisasi dari elemen
populasi.
Teknik sampling ada dua bagian, yaitu probability sampling dan non probability
sampling. Adapun penjelasan dan jenis-jenis teknik pengambilan sampel atau
sampling adalah sebagai berikut:
a) Teknik sampling secara probabilitas (Probability Sampling)
Menurut Kuntjojo (2009), teknik sampling probabilitas atau random sampling
merupakan teknik sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau

12
kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. Dengan
demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang
representatif. Teknik sampling ini lebih mampu untuk dilakukan generalisasi
pada hasil penelitian. Namun biasanya dilakukan untuk populasi yang
anggotanya bisa dihitung.
Adapun jenis-jenis teknik sampling secara probabilitas yaitu sebagai berikut:
1) Sampling random sederhana (Simple random sampling). Dikatakan
simple atau sederhana sebab pengambilan sampel anggota populasi
dilakukan secara acak, tanpa memperhatikan strata yang terdapat dalam
populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel jenis ini dilakukan jika
anggota populasi yang kecil dan dianggap homogen. Cara paling populer
yang dipakai dalam proses penarikan sampel random sederhana adalah
dengan melalui undian. Hasil penelitian memiliki tingkat generalisasi yang
tinggi namun tidak seefisien stratified sampling.
2) Sampling sistematic (Sistematic sampling). Teknik ini merupakan
modifikasi dari sampel random sampling. Caranya adalah membagi jumlah
atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan,
hasilnya adalah interval sampel. Sampel diambil dengan membuat daftar
elemen atau anggota populasi secara acak antara 1 sampai dengan
banyaknya anggota populasi. Kemudian membagi dengan jumlah sampel
yang diinginkan, hasilnya sebagai interval adlah X, maka yang terkena
sampel adalah setiap kelipatan dari X tersebut.
Contoh:
N (jumlah populasi): 500 orang (No. 1,2,3…….500
n (sampel) : yang diinginkan 50
I (interval) : 500:50 = 10
Maka anggota populasi yang terkena sampel adalah setiap elemen (nama
orang) yang mempunyai nomor kelipatan 10, misalnya no 2,12,32,42 dan
seterusnya sampai mencapai jumlah 50 anggota sampel.
3) Sampling secara acak stratifikasi (Stratified random sampling). Salah
satu teknik yang digunakan jika populasi mempunyai anggota atau unsur
yang tidak homogen (berbeda-beda) serta berstrata secara proporsional.
Adapun cara pengambilannya dapat dilakukan secara undian maupun

13
sistematis. Populasi harus diartikan sesuai segmennya: Proporsional diambil
dari anggota populasi yang sebenarnya Populasi diambil dari anggota
populasi lainnya.
4) Sampling secara kluster (Cluster sampling). Ada kalanya peneliti tidak
tahu persis karakteristik populasi yang ingin dijadikan subjek penelitian
karena populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu peneliti hanya
dapat menentukan sampel wilayah, berupa kelompok klaster yang
ditentukan secara bertahap. Teknik pengambilan sampel semacam ini
disebut cluster sampling atau multi-stage sampling. Teknik sampling ini
dipakai untuk menentukan sampel jika objek yang akan diteliti atau sumber
data sangat luas, seperti misalnya penduduk dari suatu negara, provinsi atau
dari suatu kabupaten.
b) Teknik sampling secara non-probabilitas (Non Probability Sampling)
Menurut Kuntjojo (2009), teknik sampling non-probabilitas adalah teknik
pengambilan sampel yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau
menurut pertimbangan pakar. Sampling ini adalah teknik yang tidak
memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Adapun jenis-jenis teknik sampling secara non-
probabilitas sebagai berikut:
1) Sampling Sistematis. Suatu teknik pengambilan sampel berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
2) Sampling Kuota. Teknik untuk menentukan sampel yang berasal dari
populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang
diinginkan. Seperti misalnya, jumlah sampel laki-laki sebanyak 70 orang
maka sampel perempuan juga sebanyak 70 orang.
3) Sampling aksidental. Suatu teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti
dapat dipakai sebagai sampel, jika dipandang orang yang kebetulan ditemui
itu cocok untuk dijadikan sebagai sumber data.
4) Purposive Sampling. Suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu atau seleksi khusus. Seperti misalnya misalnya, kamu meneliti
kriminalitas di Kota atau daerah tertentu, maka kamu mengambil informan

14
yaitu Kapolresta kota atau daerah tersebut, seorang pelaku kriminal dan
seorang korban kriminal yang ada di kota tersebut.
5) Sampling Jenuh. Suatu teknik penentuan sampel jika semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering sekali dilakukan jika
jumlah populasi relatif kecil atau sedikit, yaitu kurang dari 30 orang, atau
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang relatif
kecil.
6) Sampling Snowball. Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya
kecil atau sedikit, lalu kemudian membesar. Atau sampel berdasarkan
penelusuran dari sampel yang sebelumnya. Seperti misalnya, penelitian
mengenai kasus korupsi bahwa sumber informan pertama mengarah kepada
informan kedua lalu informan seterusnya.
5. Rumus dan Jumlah Pengambilan Sampel
Menurut Priyono (2016), terdapat beberapa hal yang memengaruhi berapa besar
sampel harus diambil, yaitu sebagai berikut:
a) Heterogenitas dari populasi. Semakin heterogen sebuah populasi, jumlah
sampel yang diambil pun harus semakin besar sehingga seluruh karakteristik
populasi dapat terwakili.
b) Jumlah variabel yang digunakan. Semakin banyak jumlah variabel yang ada,
jumlah sampel yang diambil pun harus semakin besar. Hal ini mengingat adanya
persyaratan pengujian hubungan (misalnya dengan chi_square test of
independent yang tidak memungkinkan adanya sel dengan nilai yang
diharapkan kurang dari 1 yang dalam perhitungannya dipengaruhi oleh besaran
sampel).
c) Teknik penarikan sampel yang digunakan. Jika kita menggunakan teknik
penarikan sampel acak sederhana, otomatis jumlah sampel tidak terlalu
berpengaruh dibandingkan dengan penggunaan teknik penarikan sampel acak
terlapis. Semakin banyak lapisan membutuhkan sampel yang lebih besar pula.
Rumus pengambilan sampel untuk populasi yang sudah diketahui jumlahnya dapat
menggunakan rumus Slovin (Priyono, 2016), yaitu:

15
Keterangan:
n: Jumlah sampel
N: Jumlah populasi
E: Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian
karena kesalhan penarikan sampel)
Contoh:
Populasi dalam suatu penelitian adalah keluarga yang memiliki kartu Sehat di
wilayah kerja puskesmas Baktijaya Depok yang berjumlah 1.087 keluarga. Dengan
menggunakan rumus Slovin dengan nilai kritis sebesar l0%, jumlah sampel yang
dibutuhkan adalah 91,57. Karena jumlah keluarga merupakan variabel diskret,
maka 91,57 dibulatkan menjadi 92 keluarga.
Rumus di atas digunakan jika jumlah populasi sudah diketahui. Apabila jumlah
populasi tidak diketahui maka dapat digunakan rumus di bawah ini (Handayani,
2020):

Keterangan:
Z: Z table dengan tingkat signifikasi tertentu
P: Proporsi populasi yang diharapkan memiliki karakteristik tertentu
Q: Proporsi populasi yang diharapkan tidka memiliki karakteristik tertentu
d: Tingkat kesalahan yang dapat ditolerir
Contoh:
Dari studi penjajagan terhadap 100 konsumen diketahui bahwa 50% berkeinginan
membeli sampo dengan kemasan baru, perusahaan ingin meneliti dengan jumlah
yang lebih besar untuk memprediksi potensi konsumen. Jika menggunakan tingkat
signifikansi 5% dan tingkat kesalahan 5% maka ukuran sampel yang dibutuhkan
adalah:
Jawaban:
n = (2,58)² {(50x50) / 5²
n = 1.849,15 = 1.850

16
Rumus untuk mengetahui besaran sampel apabila banyaknya anggota populasi
diketahui, dapat menggunakan rumus dari Isaac dan Michael yaitu:

Untuk memudahkan penghitungan sampel dengan rumus diatas, Isaac dan Micheal
telah membuat table penentuan jumlah sampel dengan taraf kesalahan 1%, 5%, 10%
sehingga peneliti dapat memilih pada taraf kesalahan berapa yang akan ditentukan.

Tabel Penentuan Sampel Berdasarkan Jumlah Populasi Menurut Isaac dan Micheal

17
6. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasimya, maka sebelum
dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi maupun kriteria
ekslusi. Kriteria inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Kriteria ekslusi adalah
ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel.
Contoh:
Sebuah penelitian yang berjudul “Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Ibu
terhadap Imunisasi dengan Kelengkapan Imunisasi Anak balita, di Wilayah Kerja
Puskesmas X”. populasi penelitian ini jelas ibu dan bayi yang tinggal di wilayah
Puskesmas X.
a) Kriteria inklusi
- Ibu dan anak balita yang tinggal di wilayah puskesmas X sekurang-
kurangnya 1 tahun.
- Ibu yang mempunyai anak yang berumur 1-5 tahun.
- Memahami Bahasa Indonesia
- Sehat jasmani dan rohani
- Mau diwawancarai
b) Kriteria eksklusi
- Ibu yang tinggal di wilayah Puskesmas X kurang dari 1 tahun
- Ibu yang mempunyai anak balita yang berumur kurang dari 1 tahun, dan
lebih dari 5 tahun
- Tidak memahami Bahasa Indonesia
- Ibu anak balita yang sedang sakit
- Tidak bersedia diwawancarai

18
BAB III
KESIMPULAN

Desain Penelitian adalah penggambaran secara jelas tentang hubungan antara variabel,
pengumpulan data, dan juga analisis data. Desain penelitian dibagi menjadi beberapa kategori
yang dibagi berdasarkan tujuan dari penelitian tersebut dilakukan. Setidaknya ada empat jenis
desain penelitian yang digunakan, antara lain Desain eksperimental dilakukan untuk
membangun hubungan yang melibatkan fenomena sebab-akibat. Desain Studi Kasus karena
mengutamakan survei dan proses historis sebagai jalan untuk menjelaskan sebab dan
kausalitas. Desain Penelitian Longitudinal dipahami sebagai proses perpanjangan penelitian
survei yang sifatnya periodik dan dapat dilakukan survei dua kali tergantung rentang waktu
yang ditentukan dari awal menggunakan teknik pengumpulan data baik kuesioner maupun
interview terstruktur. Desain penelitian survei dilakukan pada populasi yang besar atau kecil
dan datanya diambil dari sampel yang diambil dari populasi yang ada untuk menemukan
berbagai kejadian. Populasi dalam penelitian adalah sejumlah subyek besar yang mempunyai
karakteristik tertentu. Beberapa alasan pertimbangan penggunaan dan pengambilan sampel
penelitian adalah sebagai berikut: Biaya lebih murah, hemat waktu, hemat tenaga, dan jaminan
bobot penelitian.
Menurut Handayani (2020) teknik pengambilan sampel atau biasa disebut dengan
sampling adalah proses menyeleksi sejumlah elemen dari populasi yang diteliti untuk dijadikan
sampel, dan memahami berbagai sifat atau karakter dari subjek yang dijadikan sampel, yang
nantikan dapat dilakukan generalisasi dari elemen populasi.
Menurut Priyono (2016), terdapat beberapa hal yang memengaruhi berapa besar sampel
harus diambil, yaitu sebagai berikut
Heterogenitas dari populasi. Semakin heterogen sebuah populasi, jumlah sampel yang
diambil pun harus semakin besar sehingga seluruh karakteristik populasi dapat terwakili.
Jumlah variabel yang digunakan. Semakin banyak jumlah variabel yang ada, jumlah
sampel yang diambil pun harus semakin besar. Hal ini mengingat adanya persyaratan
pengujian hubungan (misalnya dengan chi_square test of independent yang tidak
memungkinkan adanya sel dengan nilai yang diharapkan kurang dari 1 yang dalam
perhitungannya dipengaruhi oleh besaran sampel).
Teknik penarikan sampel yang digunakan. Jika kita menggunakan teknik penarikan
sampel acak sederhana, otomatis jumlah sampel tidak terlalu berpengaruh dibandingkan

19
dengan penggunaan teknik penarikan sampel acak terlapis. Semakin banyak lapisan
membutuhkan sampel yang lebih besar pula. Agar karakteristik sampel tidak
menyimpang dari populasimya, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu
ditentukan kriteria inklusi maupun kriteria ekslusi.

20
DAFTAR PUSTAKA
https://penerbitbukudeepublish.com/desain-penelitian/#Pengertian_Desain_Penelitian
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Handayani, Ririn. 2020. Metodologi Penelitian Sosial. Yogyakarta: Trussmedia Grafika.
Ismiyanto. 2003. Metode Penelitian. Semarang: FBS UNNES Jamaluddin.
Kuntjojo. 2009. Metodologi Penelitian. Kediri: Universitas Nusantara PGRI.
Priyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: Zifatama Publishing.
https://www.kajianpustaka.com/2020/11/populasi-dan-sampel-penelitian.html
Susila, Suyanto. 2014. Metode Penelitian Epidemiologi Bidang kedokteran dan
Kesehatan.Yogyakarta:Bursa Ilmu
Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta

21

Anda mungkin juga menyukai