Ekshumasi PDF Free
Ekshumasi PDF Free
Pembimbing :
dr. Surjit Singh, Sp.F, DFM
Disusun oleh :
dr. Abdul Gafar Parinduri
MEDAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG1
B. MASALAH
-3-
Ekshumasi
C. TUJUAN
D. MANFAAT
Refrat ini diharapkan dapat memberi masukan dan tambahan pengetahuan
mengenai definisi ekshumasi, aspek hukum yang mengaturnya serta peranan ilmu
kedokteran khususnya ilmu kedokteran forensic dalam hal penemuan yang didapat pada
kasus ekshumasi.
-4-
Ekshumasi
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI EKSHUMASI
Kata Ekshumasi berasal dari bahasa latin yaitu “ex” yang artinya diluar dan
“humus” yang artinya tanah. Jadi gabungan dari kedua kata itu adalah diluar tanah, yang
artinya menggali kembali kuburan orang yang sudah meninggal untuk mencari penyebab
kematiannya dan mencari identitas seseorang.
Ekshumasi adalah suatu tindakan medis yang dilakukan atas dasar undang –
undang dalam rangka pembuktian suatu tindakan pidana dengan menggali kembali
jenazah yang sudah dikuburkan dan berdasarkan izin dari keluarga korban. 2,3 Definisi
ekshumasi tersebut berlaku secara universal tetapi penekanan tujuannya yang berbeda. Di
luar negeri ekshumasi diperkenankan untuk kepentingan asuransi sedangkan di Indonesia
hal tersebut belum pernah dilaporkan karena penekanan tujuan ekshumasi di Indonesia
adalah untuk kepentingan peradilan khususnya tindak pidana.
-5-
Ekshumasi
wajar sehingga pada waktu itu tidak dimintakan Visum et Repertum. Ternyata
beberapa waktu kemudian diketahui bahwa kematian itu tidak wajar.
Ekshumasi harus dilakukan sesuai hukum dan mentaati prosedur pemeriksaan dan
dilakukan secara ilmiah oleh pakar dari institusi yang netral dan imparsial. Semakin dini
ekshumasi dilakukan semakin baik. Selain itu pengamanan barang bukti harus dilakukan
semaksimal mungkin sejak awal penggalian dengan melibatkan ahli. Penggalian awal
biasa dilakukan oleh orang yang bukan ahli forensik, tetapi begitu sudah kelihatan ada
mayat atau peti maka menjadi bagian ahli forensik untuk melanjutkan.
B. ALASAN EKSHUMASI2
1. Tertangkapnya terdakwa
2. Pengakuan terdakwa sudah membunuh dan mengubur seseorang
3. Adanya kecurigaan tindak pidana
-6-
Ekshumasi
4. Pemeriksaan ulang atas permintaan hakim, karena pada awalnya sudah diperiksa
tetapi hanya pemeriksaan luar. Tetapi kemudian ada kecurigaan penyebab
kematian karena tindak pidana maka dilakukan autopsi.
5. Awalnya dianggap mati wajar, kemudian ditemukan bukti bahwa penyebab mati
tidak wajar.
C. PROSEDUR EKSHUMASI5
Bila mayat baru beberapa hari dikuburkan maka penggalian kuburan harus segera
dilakukan, tidak boleh ditunda tunda. Tetapi bila telah beberapa bulan dikuburkan maka
penundaan beberapa hari tidak menjadi masalah yang penting. Segala persiapan harus
rapi dan lengkap.
Penggalian kubur atau Ekshumasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau siang
hari, jadi hakim dan petugas yang meminta penggalian kubur harus hadir pada tempat
penggalian kuburan.
-7-
Ekshumasi
-8-
Ekshumasi
sampel tanah diambil dengan jarak kurang lebih 25 sampai 30 kaki dari
kuburan, hal ini sangat penting pada kasus keracunan. Pada kasus
keracunan Arsenic racun akan ditemukan di tubuh jenazah pada saat
penggalian kubur dan tanah disekitar jenazah akan mengandung arsenic.
o Pada jam berapa mencapai papan penutup liang lahat atau peti mayat dan
sebagainya dan pada kedalaman berapa meter jangan lupa selalu dibuat
fotonya.
o Jam berapa peti mayat atau papan penutup diangkat, atau bila tidak ada
peti, jenazah diangkat dari liang lahat.
o Bagaimana keadaan jenazah, posisi mayat, keadaan kain kafan dan lain
lain.
o Barang barang yang ditemukan.
o Saat dokter mulai mengadakan pemeriksaan ( autopsi ) sampai selesai.
e. Seandainya autopsi akan dilakukan di Rumah Sakit maka mayat atau peti mayat
sebagai barang bukti harus dibungkus, disegel, dan sebagainya sebelum dikirim
ke Rumah Sakit dan harus disertai dengan Berita Acara dan sebagainya.
Pertimbangan melakukan pemeriksaan di tempat atau TPU :
Transportasi yang sulit atau tidak memungkinkan.
Penghematan waktu
Mendapat hasil pemeriksaan lebih cepat.
Menghindari kesalahpahaman pandangan masyarakat
Mempermudah penguburan kembali
Pertimbangan melakukan pemeriksaan dirumah sakit.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan tenang
Diharapkan lebih teliti
Mendapat hasil lebih baik karena dapat dilakukan pemeriksaan yang lebih
lengkap seperti pemeriksaan histopatologik dan toksikologik.
f. Untuk mengukur dapat disediakan mistar kayu 1 meter atau meteran dari pita
logam 2 – 5 meter.
-9-
Ekshumasi
g. Peralatan fotografi dilengkapi flash unit dengan film hitam putih oleh petugas
Polri sendiri. Tidak diperkenankan wartawan / wartawan foto berada dilokasi
pengadilan.
3. Penyerahan ke Penyidik
Tahapan teknis yang terakhir dari ekshumasi adalah dilakukan penyerahan kembali
ke penyidik bahwa pemeriksaan terhadap jenazah telah selesai. Dimana selanjutnya
akan dibuat
- Berita acara pemakaman kembali
- Berita acara penyerahan kembali kuburan kepada keluarga
Dan yang kemudian selanjutnya jenazah yang telah diotopsi dimakamkan kembali.
Jika setelah penyidik menerangkan kepada keluarga korban tentang maksud dan
tujuan pembedahan mayat dengan sejelas – jelasnya tetapi keluarga korban tetap
keberatan maka keluarga dianggap dengan sengaja menghalang – halangi, merintangi
- 10 -
Ekshumasi
atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan maka perbuatan itu diancam
dengan pidana seperti dalam pasal 222 KUHP.
Penyidik menetapkan waktu dua hari untuk menanti tanggapan dari keluarga
jenazah yang akan di autopsi, maupun untuk mencari keluarga jenazah yang tidak
dikenal. Jika dalam waktu dua hari itu tidak adak ada tanggapan dari pihak keluarga atau
keluarga jenazah tidak ditemukan maka autopsi akan tetap dilaksanakan. Hal ini diatur
dalam KUHAP pasal 134 ayat ( 2 )
“Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau
pihak yang perlu diberitahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat ( 3 ) undang – undang
ini.“
Jika jenazah yang akan diautopsi telah dikuburkan maka perlu dilakukan
ekshumasi atau penggalian kubur. Tentang ekshumasi atau penggalian kubur ini diatur
dalam KUHAP pasal 135
“Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian
mayat, dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133
ayat (2) dan pasal 134 ayat ( 1 ) undang – undang ini.”
Yang dimaksud dengan “penggalian mayat” termasuk pengambilan mayat dari semua
jenis tempat dan cara penguburan.
- 11 -
Ekshumasi
Autopsi berasal dari kata auto = sendiri dan opsis = melihat. Yang dimaksud
dengan autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, meliputi pemeriksaan terhadap
bagian luar maupun bagian dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau
adanya cedera, melakukan interpretsi atas penemuan – penemuan tersebut, menerangkan
penyebabnya serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan – kelainan yang
ditemukan dengan penyebab kematian.7
- 12 -
Ekshumasi
Autopsi yang dilakukan pada ekshumasi adalah autopsi forensik. Adapun tujuan
dari medico – legal nya adalah8 :
1. Tuntutan kasus kriminal seperti pembunuhan, kecurigaan pada kasus keracunan, dan
kematian karena kasus abortus kriminal atau malpraktek. Hal ini berlaku secara
universal di seluruh negara.
2. Penentuan penyebab kematian pada kasus perdata seperti gugatan kematian karena
kecelakaan, ganti rugi asuransi, gugatan kompensasi pekerjaan, pertanggungjawaban
untuk malpraktek, dan tuntutan untuk warisan. Hal ini hanya berlaku di luar negeri
sedangkan di Indonesia tidak.
Autopsi pada ekshumasi harus dengan bukti – bukti penting yang dikumpulkan
sebaik – baiknya. Untuk itu, sampel dari tanah juga harus dikumpulkan. Penelitian secara
hati – hati seharusnya dilakukan pada semua benda – benda yang dapat digunakan
sebagai bukti. Materi – materi tersebut harus dikumpulkan sebelum dan selama proses
penggalian kubur9 :
sampel tanah dari permukaan atas kubur.
sampel tanah diatas dan didalam kubur.
sampel tanah dari tiap sisi kubur.
sampel tanah dibawah kubur ( jika dibawah kubur itu ada air, sampel air juga harus
diambil ).
sampel kontrol tanah dari bagian pemakaman lainnya.
Sampel – sampel tersebut di atas harus di segel dan diberi label.
- 13 -
Ekshumasi
a. Batu nisan.
b. Gambaran kuburan.
c. Berat, jenis kelamin, jaringan parut, sidik jari , dan lain – lain.
Jika identitas jenazah telah diketahui maka tahap identifikasi ini tidak perlu
dilakukan.
2. Penyebab kematian
a. Lakukan foto rontgen atas tubuh jenazah.
b. Tubuh jenazah harus di foto.
c. Autopsi seluruh tubuh harus dilakukan dan jaringan tubuh di ambil untuk
pemeriksaan histologi, lalu diawetkan. Pengawet terbaik adalah alkohol.
d. Semua jaringan harus dikirim untuk diperiksa. Pada kasus – kasus ekshumasi
sebaiknya disimpan semua jaringan, juga semua cairan dari kubur, rambu, kuku,
dan kulit.
diputus di atas muara a. Renalis. Rectum dipisahkan dari sigmoid. Organ urogenital
dipisahkan dari organ lain. Bagian proksimal jejunum diikat pada dua tempat dan
kemudian diputus antara dua ikatan tersebut dan usus dapat dilepaskan. Esofagus
dilepaskan dari trakhea, tetapi hubungannya dengan lambung dipertahankan. Vena
cava inferior serta aorta diputus di atas diafragma dan dengan demikian organ leher
dan dada dapat dilepas dari organ perut. Dengan pengangkatan organ – organ tubuh
secara en masse ini, hubungan antar organ tetap dipertahankan setelah seluruh organ
dikeluarkan dari tubuh. Kerugian teknik ini adalah sukar dilakukan tanpa pembantu,
serta agak sukar karena ”panjang”nya kumpulan organ – organ yang dikeluarkan
sekaligus.
4. Teknik Ghon
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher dan dada, organ pencernaan bersama hati
dan limpa, organ urogenital diangkat keluar sebagai 3 kumpulan organ ( bloc ).
Pada autopsi jenazah yang baru meninggal dunia, terkadang sulit untuk
menentukan penyebab kematiannya. Apalagi autopsi pada kasus ekshumasi dimana
jenazah yang sudah dikuburkan mulai dari beberapa hari sampai beberapa tahun sehingga
tidak semua autopsi pada ekshumasi dapat menjelaskan tentang penyebab kematiannya,
terutama pada jenazah yang telah mengalami pembusukan.
- 15 -
Ekshumasi
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa eksumasi merupakan suatu
tindakan medis yang dilakukan atas dasar undang – undang dalam rangka pembuktian
suatu tindakan pidana dengan menggali kembali jenazah yang sudah dikuburkan dan
berdasarkan izin dari keluarga korban. Adapun dasar undang-undang yang dipakai untuk
melakukan eksumasi ini adalah : KUHAP pasal 134 ayat (1), (2), (3), KUHAP pasal 135,
KUHAP pasal 136, dan KUHP pasal 222. Eksumasi sendiri dapat bertujuan untuk
kepentingan peradilan (forensik) maupun bukan untuk kepentingan peradilan (non-
forensik), tetapi tujuan non peradilan hanya berlaku di luar negeri. Prosedur yang
dilakukan dalam eksumasi ini pada prinsipnya harus dilakukan sesegera mungkin dan
seteliti mungkin. Peranan dokter adalah sangat penting dalam eksumasi ini dimana
dokter, sebagai saksi ahli, harus hadir sejak penggalian kubur sampai melakukan
pemeriksaan terhadap tubuh mayat yang diekshumasi dan menyimpulkan apa yang
didapatkan dari pemeriksaan tersebut dan jika memungkinkan mencari sebab kematian.
B. SARAN
Sehubungan dengan topik pembahasan eksumasi ini ada beberapa hal yang ingin
kami sarankan, antara lain :
1. Agar dilakukan pendataan mengenai kasus eksumasi di Indonesia.
- 16 -
Ekshumasi
2. Agar topik eksumasi menjadi topik yang secara khusus dibahas dalam ilmu
kedokteran forensik agar para calon dokter mendapatkan gambaran atas peranannya
dalam eksumasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://geradts.com/anil/ij/vol_008_no_001/papers/paper002.html
2. Gordon, I ; H. A. Sharpiro dan S. D Berson. Forensic Medicine (a guide to
principles) third edition. Chirchill Livingstone. 1988.
3. www.yahoo.com ( Anil Aggrawal’s Internet journal of Forensic Medicine and
Toxicology )
4. Gresham, G.A dan A. F. Turner. Post Mortem Procedures (an illustrated
textbook). Published by Wolfe Medical Publications Ltd. 1979.
5. www.itsoke.net/mako/vet.htm-91k
6. Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana. Karya Anda, Surabaya.
7. Teknik Autopsi Forensik. Bagian Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
8. Gonzales, Thomas. A ; Morgan Vance ; dkk. Legal Medicine Pathology And
Toxicology second edition. Appleton – Century – Crofts Inc. 1825.
9. Camps, Francis. E. Ed. Legal Medicene. Bristol : John Wright & Sons LTD.
1968.
- 17 -